6263-Article Text-24547-1-10-20230306
6263-Article Text-24547-1-10-20230306
6263-Article Text-24547-1-10-20230306
Ronald Sianipar1*
1Prodi Ketahanan Energi, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan
Republik Indonesia, Indonesia
Abstract
This article aims to analyze energy security policies in Indonesia related to reducing the use of
fossil energy by increasing the use of renewable energy. The problem is focused on the idea of
the Government of Indonesia to switch the use of Liquefied Petroleum Gas (LPG) based energy
to electricity-based energy, especially for household consumers. To approach this problem,
theoretical references from scarcity and energy security theories are used, related to current
LPG-based energy management in Indonesia and plans for the future. The data were collected
through secondary data, literature review, and field studies and were analyzed qualitatively.
The results of this study indicate that renewable energy used as a basis for electrical energy is
expected to reduce dependence on fossil energy, namely LPG gas. The policy accompanying this
energy transition uses a price ceiling policy on LPG gas and an alternative LPG policy.
Government policy emphasizes the ceiling price, which sets the highest retail price (HET) for
LPG gas. This alternative policy is supported by the use of electricity from renewable energy,
including water, wind, biomass, and solar. Another energy alternative is new energy, namely
dimethyl ether (DME), which is obtained from processed coal with low calories. In terms of
implementation, to maintain a stable supply in the market, it is necessary to monitor and
evaluate so that The Gass can still maintain the gas supply and It can control the energy
demand for households..
Kata Kunci : Energy Security, Liquefied Petroleum Gas, Renewable Energy, Price ceiling,
Public Policy
*) Corresponding Author 62
Email : ronald.sianipar@pu.go.id
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
63
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
lain. Posisi Indonesia dalam hal ini meneliti pada kondisi obyek yang
menggunakan dua dimensi tersebut. alamiah yang dimulai dari mencari
Bahkan saat ini lebih banyak permasalahan, kemudian tinjauan
ketergantungan dengan negara lain literatur, menemukan gap, kemudian
dalam hal pasokan energi, terutama membangun kesimpulan awal,
untuk energi fosil. Dalam hal LPG merencanakan penggunaan data,
aspek ketersediaan masih ada melakukan konstruksi pengumpulan
meskipun dalam beberapa tahun ke data, menggunakan kerangka teori
depan aspek ini kemungkinan besar pendukung, pengumpulan data,
akan diganti karena pasokan LPG pasti melakukan kodifikasi, menemukan
habis. Hal ini dilihat juga dari aspek informasi baru, triangulasi, konstruksi
affordability (kemampuan membeli) teori, melakukan konfimasi teori, dan
masyarakat yang semakin kecil akibat terakhir adalah melakukan konstruksi
harga LPG akan naik tajam melebihi teori baru (Bungin, 2020). Desain
harga aceran tertinggi yang penelitian yang digunakan adalah
ditetapkan oleh Pemerintah. fenomenologi untuk memahami
Permasalahan utama yang saat kondisi kelangkaan gas LPG di
ini terjadi adalah pertamina selaku Indonesia pada waktu saat ini. Subjek
unit usaha dibawah pemerintah yang penelitian adalah stakeholder yang
mengelola LPG telah menaikkan harga terkait dengan penelitian diantaranya
LPG Non-subsidi menjadi Rp 15.500 Kementerian ESDM, Pelaku Usaha
per kilogram yang berlaku sejak bulan LPG, dan Masyarakat/Rumah Tangga
Februari 2022. Sehingga dapat dilihat dengan menggunakan teknik
bahwa harga dasar LPG non subsidi 12 purposive sampling (Arikunto, 2010).
kg menjadi Rp. 186.000. Namun saat Objek penelitian adalah LPG dan
ini permintaan naik tidak diiringi alternatif pengganti LPG yaitu energi
dengan produksi yang seimbang, baru terbarukan. Teknik
akibatnya harga LPG non subsidi naik pengumpulan data dalam penelitian
10 % dalam beberapa bulan saja ini menggunakan observasi dan
menjadi Rp 201.000 untuk LPG 12 kg. dokumentasi.
Apabila dirata-ratakan harga LPG
Non-subsidi menjadi Rp 16.750 per
kilogram.
Melihat kondisi LPG saat ini di
Indonesia, tujuan dari penelitian ini
diantaranya untuk menganalisis
ketersediaan pasokan dan harga gas
LPG di Indonesia dan menganalisis
Gambar 2. Analisis ekonomi price ceiling dan
pemanfaatan energi terbarukan price floor
sebagai pengganti energi LPG di Sumber: Slowman et al (2012)
Indonesia.
Observasi dalam penelitian ini
Metode Penelitian menggunakan dua pendekatan. Pada
Metode yang digunakan dalam gambar 2 dapat dilihat bahwa
penelitian ini adalah kuasi kualitatif. pendekatan pertama yang digunakan
Metode Kuasi Kualitatif merupakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
metode yang digunakan untuk
64
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
65
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
66
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
dipandang terlalu tinggi. Penetapan oleh siapa pun meskipun itu bukan
harga LPG ini diatur dalam Penetapan masyarakat miskin.
ini tertuang dalam Keputusan Menteri
ESDM Nomor 253.K/12/MEM/2020
tentang Harga Patokan Liquefied
Petroleum Gas (Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, 2020).
Pemerintah menentukan dan
menetapkan price ceiling/Harga
Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp.
15.500 per kg sejak Februari 2022
agar harga LPG dapat dijangkau oleh
masyarakat (Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, 2022). Namun
pada harga Rp 15.500 per kg kuantitas
demand lebih besar daripada
kuantitas supply (Qd > Qs). Dengan Gambar 4. Harga LPG 12 kg
harga tersebut, kuantitas yang (sumber: diolah oleh peneliti, 2023)
diminta sebesar 1,7 kg, sementara
jumlah kuantitas yang ditawarkan Kebijakan yang kedua adalah
dengan harga tersebut adalah sebesar mencari alternatif energi lain, yaitu
0,7 kg. Sehingga menciptakan peralihan energi berbahan LPG
kekurangan. Kondisi ini berpotensi menjadi energi dengan bahan energi
menimbulkan pasar gelap, akibatnya listrik untuk rumah tangga. Indonesia
untuk memperoleh LPG sebesar 0,7
sangat mungkin mendapatkan surplus
kg, konsumen mampu membayar
listrik yang dapat digunakan sebagai
hingga seharga Rp. 17.500 per kg.
Kondisi ini yang terjadi saat ini. Harga alternatif LPG dengan melihat potensi
ini hanya menguntungkan pedagang, sumber daya energi baru dan
sementara masyarakat yang terbarukan.
membutuhkan tidak akan kebagian.
Kebijakan Price ceiling atau
Harga Eceran Tertinggi ini harus
segera disikapi oleh Pemerintah
Indonesia. Analisis diatas belum
memasukkan faktor subsidi untuk
memudahkan analisis. Faktor subsidi
dapat dilihat sebagai kebijakan yang
masih dipertahankan namun sisi
pengawasannya masih sulit
dilaksanakan. Saat ini subsidi LPG
untuk kapasitas tabung 3 kg untuk
masyarakat miskin atau
berpenghasilan rendah. Namun
kriteria miskin dalam pengelolaan ini
masih belum jelas seperti apa,
sehingga LPG 3 kg ini dapat diakses
67
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
68
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
69
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
garis besar, melalui kebijakan ini akan negara di Wilayah Timur Tengah, dan
menghemat anggaran negara untuk juga negara-negara di Afrika. Harus
sebesar Rp 56 Triliun. Hal ini membuka peluang impor dari negara
diasumsikan apabila pengguna yang memiliki jalur logistik yang lebih
kompor listrik sejumlah 19 juta rumah aman. Terakhir adalah antisipasi
tangga sejak 2021, dan mencapai 30 perilaku pemburu rente dalam impor
juta rumah tangga pada tahun 2030. dan distribusi LPG di dalam negeri
dengan melibatkan pengawasan
Kesimpulan gabungan antar instansi dan
Dari analisis diatas, pemberikan efek jera pada pelaku
permasalahan kelangkaan LPG untuk yang merugikan negara dan
mendukung ketahanan energi di masyarakat.
Indonesia dapat melalui beberapa
cara mulai dari perencanaan,
Ucapan Terima Kasih
implementasi, dan juga monitoring
evaluasi agar semakin baik. Pertama Ucapan Terima kasih Peneliti
adalah dengan menerapkan sangat berterima kasih kepada Rektor
pemutakhiran dengan cepat mengenai Universitas Pertahanan Republik
kebijakan harga maksimum atau Indonesia yang telah mendanai
sering disebut dengan price ceiling, penelitian ini sehingga menjadi
kedua adalah mencari alternatif langkah saya untuk berbakti kepada
energi lain, yaitu peralihan energi NKRI dan berkontribusi dalam
berbahan LPG menjadi energi dengan pertahanan NKRI.
bahan energi listrik (kompor listrik)
Referensi
dari energi terbarukan dan dari DME.
Ketiga adalah kebijakan energi baru Amadeo, K. (2022, 04 30). OPEC Oil
yang mengelola energi LPG menjadi Embargo. Retrieved from The
lebih efisien dimana peralihan Balance Money:
dilakukan secara lebih masiv dan https://www.thebalancemone
bertahap. Dimana akan ada y.com/opec-oil-embargo-
penghematan anggaran negara causes-and-effects-of-the-
sebesar Rp 56 Triliun tiap tahun. crisis-3305806
Dari sisi monitoring dan
Amineh, P. M., & Houweling, H. (2018).
evaluasi, ada beberapa aspek yang
Central Eurasia in Global
dipantau guna mempertahankan
pasokan LPG tetap aman dengan Politics: Conflict, Security and
harga yang masih dapat dijangkau Development. Brill.
masyarakat. Aspek tersebut adalah Arikunto, A. (2010). Research
antisipasi kecenderungan beberapa
Methodology. Malang: UMM.
negara yang meningkatkan volume
cadangan penyangga energi, Bungin, B. (2020). Metodologi
khususnya akibat perang dan Penelitian Kualitatif. Jakarta:
perubahan iklim. Kedua adalah Kencana.
antisipasi interdependensi import
LPG didominasi Negara Amerika Dewan Energi Nasional. (2019). Buku
Serikat, Negara Tiongkok, dan negara- Ketahanan Energi Indonesia
70
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
71
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 01 (Maret 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i1.6263
subsidi-dpr-desak-pertamina-
terapkan-syarat-ktp
Yergin, D. (2006). Ensuring Energy
Security. Foreign Affairs, 69-
82.
72