2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

E-ISSN 2654-9948

ALGORITMA Journal of Mathematics Education (AJME)


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/algoritma
Vol. 2 No. 2 – Desember 2020, hal. 116-132

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA


MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI
SEGIEMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII SMP/MTs
Nurhafizah Hayati*, Armis, Atma Murni

Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Riau, Indonesia


*E-mail : nurhafizahhayati@gmail.com

Abstract
This research is motivated by the limited mathematics learning tools that are in accordance with the 2013 curriculum. The aim
of this research is to produce learning tools in the form of a syllabus, lesson plans (RPP), and student activity sheets (LAS)
using discovery learning models in the material of class VII quarters and triangles. SMP / MTs. The development model used
in this study is the 4-D model which consists of four stages of development, namely defining, designing, developing, and
distributing. Data collection using practical instruments. The learning tools that have been developed are validated by three
expert validators. The findings of the study revealed that the results of the syllabus validation analysis were 3.75 or very valid
categories, RPP and LAS were 3.76 or very valid categories. The results of this validation analysis indicate that the syllabus,
lesson plans, and LAS are considered valid. Furthermore, the results of the practicality trial in the small group for LAS were
3.50 or very practical category. The conclusion of this study is that the mathematics learning tools developed using the discovery
learning model in the material of Quadrilateral and Triangles of class VII SMP / MTs which include syllabus, lesson plans
and LAS are valid and feasible to use.

Key Words: Mathematics learning device, discovery learning model, quadrilateral and triangle.

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dengan menggunakan model discovery learning pada materi Segiempat dan
Segitiga kelas VII SMP/MTs. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model 4-D yang terdiri
dari empat tahapan pengembangan yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Pengumpulan data
menggunakan instrumen praktikalitas. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan divalidasi tiga orang validator
ahli. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa hasil analisis validasi silabus sebesar 3,75 atau kategori sangat valid, RPP
dan LAS sebesar 3,76 atau kategori sangat valid. Hasil analisis validasi ini menunjukkan bahwa silabus, RPP, dan LAS
dinilai telah valid. Selanjutnya hasil uji coba kepraktisan pada kelompok kecil untuk LAS sebesar 3,50 atau kategori
sangat praktis. Kesimpulan penelitian ini bahwa perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan menggunakan
model discovery learning pada materi Segiempat dan Segitiga kelas VII SMP/MTs yang meliputi Silabus, RPP dan LAS
valid dan layak untuk digunakan.

Kata Kunci: Perangkat pembelajaran matematika, model discovery learning, segiempat dan segitiga

Format Sitasi: Hayati, N., Armis, A., & Murni, A. (2020). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Discovery Learning pada Materi Segiempat
dan Segitiga Kelas VII SMP/MTs. ALGORITMA Journal of Mathematics Education, 2(2),
116-132.

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/ajme.v2i2.16012

Naskah Diterima: Juni 2020; Naskah Disetujui: Nov 2020; Naskah Dipublikasikan: Des 2020
Nurhafizah Hayati

PENDAHULUAN
Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah
dengan menetapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013, merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut Sufairoh (2016) Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Akbar (2013) menyatakan bahwa terlaksananya kurikulum 2013
sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, sebab
perangkat pembelajaran tersebut akan diterapkan saat melaksanakan praktik pengajaran.
Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Suhadi, 2007). Perangkat pembelajaran dapat
mempermudah dan mengingatkan tentang apa saja yang ingin dilakukan selama kegiatan
pembelajaran serta dapat meningkatkan profesionalisme guru (Trianto, 2014). Menurut Fanani &
Kusmaharti (2018), kegiatan pembelajaran merupakan suatu hal yang harus dipersiapkan dengan
baik kemudian dilaksanakan dan dievaluasi guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang baik, diperlukan adanya perencanaan
pembelajaran yang matang, sumber belajar yang mendukung, serta pelaksanaan pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013. Guru diharapkan mampu untuk membuat dan mengembangkan
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswanya serta sesuai dengan ketentuan
kurikulum 2013, karena perangkat pembelajaran tersebut yang akan menjadi pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas nantinya.
Peneliti melakukan studi dokumen pada perangkat yang dibuat oleh salah satu guru
matematika, hasil studi dokumen menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan pada RPP
yang dibuat oleh guru yaitu terdapat ketidaksesuaian antara model pembelajaran yang ditulis dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dijelaskan dalam RPP. Model pembelajaran yang
ditulis di RPP adalah model discovery learning, sedangkan langkah-langkah pembelajaran yang disusun
menggunakan sintaks model problem based learning. Pada kegiatan pendahuluan, motivasi yang
dicantumkan juga belum jelas menggambarkan manfaat mempelajari materi tersebut, serta tidak
dicantumkannya instrumen penilaian dan rubrik penilaian pada RPP tersebut.
Peneliti melakukan wawancara kepada guru dan siswa di salah satu MTsN Pekanbaru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diketahui bahwa guru tidak membuat dan menggunakan
LAS untuk kegiatan pembelajarannya, dikarenakan proses pembuatan LAS yang lama serta
membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk membuatnya. Peneliti juga melakukan wawancara

AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 117


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

dengan enam orang siswa kelas VII di MTs Negeri 1 Pekanbaru untuk mengetahui apa saja kendala-
kendala yang dialami siswa terkait pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa siswa menyatakan mengalami kesulitan saat mempelajari materi segiempat dan
segitiga dan mereka lebih menyukai mempelajari materi sebelumnya, siswa tersebut menyatakan
bahwa kesulitan yang dialami dikarenakan materinya yang abstrak serta tidak ada contoh yang
konkret. Menurut Sugeng Mardiyono (dalam Fadriati Ningsih, 2016), matematika merupakan objek
yang bersifat abstrak, dimana sifat abstrak ini mengakibatkan siswa sulit memahami materi pelajaran
matematika. Salah satu materi pelajaran matematika yang sifatnya abstrak adalah geometri dan salah
satu materi geometri yang diajarkan pada kelas VII adalah segiempat dan segitiga. Keenam siswa
tersebut juga menyatakan bahwa saat mempelajari materi segiempat dan segitiga mereka hanya
mendapatkan rumus-rumus yang diberikan guru kemudian menghafalnya tanpa tahu dari mana asal
rumus tersebut. Berdasarkan hasil wawancara ini, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
memerlukan sarana yang dapat membantu mereka untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Dikarenakan guru tidak menggunakan LAS dalam kegiatan pembelajaran, maka tidak ada yang
memfasilitasi siswa untuk aktif menemukan sendiri pengetahuannya.
Peneliti juga melakukan observasi di kelas untuk melihat dan mengamati proses pembelajaran
yang sebenarnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa guru tidak melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuatnya. Guru menyatakan menggunakan model
discovery learning dalam RPP, namun saat proses pembelajaran guru masih menggunakan metode
ceramah. Peneliti juga mengamati saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
ceramah, tidak semua siswa ikut berperan aktif dikarenakan siswa hanya mendengar dan
mendapatkan informasi dari apa yang guru sampaikan. Pada saat mengerjakan soal latihan, tampak
bahwa banyak siswa yang merasa kebingungan dalam menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan
hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang konvensional atau metode
ceramah tidak sesuai jika diterapkan pada materi segiempat dan segitiga dikarenakan siswa hanya
menerima informasi dan tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan itu, siswa
menyatakan dalam mempelajari materi segiempat dan segitiga mereka hanya mendapatkan rumus-
rumus yang diberikan guru kemudian menghafalnya, untuk itu diperlukan model pembelajaran yang
dapat membantu siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses penemuan pengetahuannya.
Menurut Muhassanah, Sujadi, dan Riyadi (2014) keterampilan geometri yang dimiliki siswa
berbeda-beda sesuai dengan tingkat berpikirnya, untuk itu perlu direncanakan model pembelajaran
yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Model discovery learning adalah suatu model yang dirancang
agar siswa menemukan konsep dan prinsip melalui mentalnya sendiri (Lestari & Yudhanegara,
2017). Menurut Daryanto & Karim (2017) discovery learnig mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan,
namun dengan cara ditemukan sendiri. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

118 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

oleh Ruseffendi (dalam Karim, 2011) yang menyatakan bahwa model penemuan terbimbing adalah
model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan demikian, model discovery learning merupakan model yang
sesuai dengan karakteristik siswa dalam mempelajari materi segiempat dan segitiga, dalam proses
ini siswa akan berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran
matematika yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Silabus, RPP, dan LAS
menggunakan model discovery learning pada materi segiempat dan segitiga kelas VII SMP/MTs yang
memenuhi syarat valid dan praktis. Penelitian yang akan dilakukan peneliti berupa penelitian
pengembangan yang nantinya akan dihasilkan suatu perangkat pembelajaran yang dapat digunakan
guru, siswa maupun peneliti lainnya.

TINJAUAN LITERATUR
Perangkat Pembelajaran
Setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan. Perencanaan pembelajaran disusun sedemikian hingga
menghasilkan suatu alat yang disebut dengan perangkat pembelajaran. Menurut Cahyanti (2015)
perangkat pembelajaran adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
dalam melaksanakan pembelajarannya di kelas, sedangkan Daryanto & Dwicahyono (2014)
menyatakan bahwa perangkat pembelajaran adalah suatu wujud persiapan guru sebelum
melaksanakan pembelajaran serta menjadi tolok ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan perangkat pembelajaran adalah
sekumpulan sarana, alat maupun pedoman yang digunakan guru sebagai suatu wujud kesiapan guru
sebelum melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta sebagai suatu
tolok ukur dalam keberhasilan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran matematika yang akan
dikembangkan pada penelitian ini berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) pada materi segiempat dan segitiga.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus merupakan rencana
pembelajaran pada suatu materi pelajaran yang paling sedikit memuat identitas mata pelajaran,
identitas sekolah, kompetensi inti, kompetensi dasar, tema, materi pokok, indikator pencapaian
kompetensi, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Akbar (2013)
menyatakan bahwa silabus merupakan garis besar program pembelajaran yang berisi inti mengenai
apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran secara umum. Berdasarkan uraian di atas, dapat

AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 119


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

dikemukakan bahwa silabus adalah acuan dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran pada
suatu materi pelajaran secara garis besar.
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 menyebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran
untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam
silabus (Trianto, 2011). Sejalan dengan itu, Rusman (2014) menyatakan bahwa RPP adalah
pengembangan dari silabus dengan tujuan mencapai kompetensi dasar. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar
yang telah ditetapkan. Menurut Trianto (2014) RPP memiliki fungsi antara lain: (a) guru dapat
menerapkan pembelajaran secara terprogram, sehingga mempermudah, memperlancar, dan
meningkatkan hasil proses pembelajaran; (b) guru memiliki acuan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran agar lebih terarah, efektif, dan efisien. Unsur-unsur penting yang harus ada pada suatu
RPP adalah apa yang diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan bagaimana mengevaluasi hasil
kerjanya, yaitu dengan merancang jenis evaluasi untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi
yang dipelajari (Majid, 2008). Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran yang menggambarkan langkah-
langkah pembelajaran di kelas yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan tujuan mencapai kompetensi dasar.
Menurut Syahrir (2016), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) merupakan salah satu sumber belajar
yang dikembangkan oleh guru untuk memfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan
dengan itu, Daryanto & Dwicahyono (2014) menyatakan bahwa LAS merupakan lembaran-
lembaran berisi petunjuk dan langkah-langkah penyelesaian suatu tugas yang harus dilakukan oleh
siswa. LAS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator
pencapaian kompetensi yang harus ditempuh (Trianto, 2011). Menurut Hendri & Kenedi (2018),
pelaksanaan pembelajaran menggunakan LAS dapat membuat siswa mengerti dengan konsep yang
dipelajarinya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa LAS merupakan lembaran-
lembaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk melakukan penyelidikan
dalam mencari solusi dari masalah yang diberikan, sehingga dapat ditemukan konsep yang akan
membentuk kemampuan dasar siswa. LAS yang dikembangkan menggunakan model discovery
learning pada materi segiempat dan segitiga kelas VII.
Menurut Darmojo & Kaligis (dalam Nurrokhmah, 2014), dalam mengembangkan LAS harus
memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Syarat didaktik mengatur tentang
penggunaan LAS yang bersifat universal dimana siswa yang kemampuannya diatas maupun
dibawah rata-rata dapat menggunakan LAS dengan baik. Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang

120 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan
yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa. Syarat teknis
menekankan pada penyajian LAS yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilan. Struktur LAS
secara umum adalah sampul atau cover yang memuat judul dan mata pelajaran, bagian isi yang
memuat langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan bagian akhir yang berisi soal-soal untuk
melatih kemampuan siswa.

Model Discovery Learning


Model discovery learning adalah suatu model yang dirancang agar siswa menemukan konsep dan
prinsip melalui mentalnya sendiri (Lestari & Yudhanegara, 2017). Sejalan dengan itu, Daryanto &
Karim (2017) menyatakan bahwa discovery learnig mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga
siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun
dengan cara ditemukan sendiri. Menurut Sani (2014) discovery learning merupakan pembelajaran yang
menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang membuat siswa aktif menemukan
pengetahuan sendiri. Menurut Mariyaningsih & Hidayati (2018), dalam model discovery learning bahan
ajar tidak disajikan secara lengkap, tetapi siswa dituntut untuk mencari informasi, membandingkan,
menganalisis, mengorganisasikan bahan, serta dapat merumuskan kesimpulan-kesimpulan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model discovery learning merupakan
model pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar aktif dengan menemukan sendiri
pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan mengamati, membuat dugaan, mencari informasi dan
memprosesnya, serta membuat kesimpulan.
Setiap model memiliki urutan kegiatan, fase, atau sintaks dalam proses pembelajaran.
Menurut Syah (dalam Mariyaningsih & Hidayati, 2018) sintaks model discovery learning adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Sintaks Model Discovery Learning
Tahap Aktivitas
a. Stimulation Siswa dihadapkan pada permasalahan yang merangsang berbagai
(memberi stimulus/ rangsangan) pertanyaan sehingga timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Guru mengajukan pertanyaan, menganjurkan siswa mencari
informasi, dan merangsang aktivitas belajar lainnya yang dapat
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem Statement Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan
(mengidentifikasi masalah) yang relevan dengan bahan pelajaran sebanyak-banyaknya
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
jawaban sementara (hipotesis).
c. Data Collecting Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
(mengumpulkan data) informasi yang relevan untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
d. Data processing Siswa melakukan pengolahan data atau informasi yang telah
(pengolahan data) diperoleh. Pengolahan data yang dilakukan mengarahkan siswa
kepada konsep yang akan dicapai.
e. Verification Siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk mengecek
(pembuktian) kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menghubungkan hasil pengolahan data yang diperoleh.
AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 121
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

f. Generalization Siswa menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi konsep


(menarik kesimpulan) yang sudah dibuktikannya untuk kondisi umum.
(Sumber: Nining Mariyaningsih dan Mistina Hidayati , 2018)

METODE
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development) yang dilakukan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran matematika berupa silabus, RPP, dan LAS menggunakan
model discovery learning pada materi segiempat dan segitiga kelas VII SMP/MTs. Model
pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model pengembangan 4-D yang terdiri
dari empat tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan
(develop), dan tahap penyebaran (disseminate) (Trianto, 2012).
Pada tahap define dilakukan analisis kebutuhan yang bertujuan untuk menetapkan masalah
dasar yang dihadapi sehingga diperlukannya solusi untuk permasalahan tersebut. Analisis
kebutuhan pada penelitian ini meliputi analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis
tugas, dan perumusan tujuan pembelajaran. Analisis awal-akhir dilakukan untuk menetapkan
masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran matematika dengan menganalisis perangkat
pembelajaran yang dibuat oleh guru dan melakukan wawancara kepada guru matematika. Analisis
siswa dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran di kelas dan melakukan wawancara
kepada beberapa siswa, serta dilakukan studi pustaka untuk mengetahui perkembangan kognitif
siswa kelas VII. Pada analisis konsep peneliti menganalisis konsep yang akan diajarkan dengan
membuat sebuah peta konsep, analisis tugas dilakukan dengan menyusun tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa untuk mencapai kompetensi minimal dan kegiatan terakhir yaitu merumuskan
tujuan pembelajaran berdasarkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang telah dibuat
sebelumnya.
Pada tahap design, hal yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan dan menyiapkan
rancangan awal dari perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LAS menggunakan model
discovery learning dan pendekatan saintifik. Pada tahap develop, kegiatan yang dilakukan adalah
membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai dengan rancangan awal. Perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan akan divalidasi oleh tiga validator. Hasil validasi akan
dianalisis dan direvisi sesuai saran dan komentar validator. Jika perangkat pembelajaran telah dinilai
valid, maka dilanjutkan uji coba kelompok kecil kepada 10 orang siswa kelas VIII. Pada penelitian
ini uji coba yang dilakukan dibatasi sampai uji coba kelompok kecil saja.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif berasal dari kritik, saran, dan komentar dari validator dan siswa.
Instrumen yang digunakan pada data kualitatif berupa lembar validasi dan angket respon siswa.
Lembar validasi digunakan untuk menilai kesesuaian RPP yang dikembangkan dengan Kurikulum
2013, sedangkan angket respon siswa digunakan untuk menilai kesesuaian LAS yang dikembangkan

122 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

dengan kemampuan siswa. Pada data kualitatif, semua komentar dan saran dari validator serta siswa
akan dianalisis dan dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan pada RPP dan LAS yang
dikembangkan nantinya.
Data kuantitatif berasal dari nilai rata-rata pada lembar validasi terhadap perangkat
pembelajaran yang dinilai oleh validator dan nilai pada angket respon siswa terhadap penggunaan
LAS. Instrumen yang digunakan pada data kuantitatif berupa lembar validasi dan angket respon
siswa. Penilaian yang diberikan oleh validator pada lembar validasi perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dan penilaian yang diberikan siswa pada angket respon siswa akan dianalisis
sehingga dapat diketahui apakah perangkat pembelajaran yang dikebangkan telah valid dan praktis.
Penilaian pada lembar validasi dan angket respon siswa menggunakan skala likert yang terdiri
dari empat alternatif jawaban, yaitu 1 (sangat tidak sesuai), 2 (tidak sesuai), 3 (sesuai), 4 (sangat
sesuai). Rumus yang digunakan untuk menganalisis data hasil lembar validasi adalah sebagai berikut.
∑(')* 𝑉"'
𝑇"# =
𝑛
(diadaptasi dari Anas Sudijono, 2011)
Keterangan
𝑇", : rata-rata total validitas
"
𝑉' : rata-rata validasi validator ke-𝑖
𝑛 : banyak validator

Adapun kriteria validitas yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran
Interval Kategori
3,25 ≤ 𝑥̅ < 4 Sangat valid
2,50 ≤ 𝑥̅ < 3,25 Valid
1,75 ≤ 𝑥̅ < 2,50 Kurang valid
1,00 ≤ 𝑥̅ < 1,75 Tidak Valid
(Sumber : Suharsimi Arikunto, 2010)

Analisis data hasil angket respon siswa dilakukan untuk menilai kepraktisan LAS yang
dikembangkan. Analisis data hasil angket respon siswa menggunakan rumus sebagai berikut.
∑(')* 𝑝̅'
𝑇"; =
𝑛
(diadaptasi dari Anas Sudijono, 2011)
Keterangan:
𝑇"; : rata-rata total praktikalitas
𝑝̅' : rata-rata praktikalitas praktisi ke-i
𝑛 : banyaknya praktisi

Adapun kriteria praktikalitas yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 123


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Tabel 3. Kriteria Tingkat Kepraktisan LAS


Interval Kategori
3,25 ≤ 𝑇"; < 4 Sangat Praktis
2,50 ≤ 𝑇"; < 3,25 Praktis
1,75 ≤ 𝑇"; < 2,50 Kurang Praktis
Tidak Praktis
1,00 ≤ 𝑇"; < 1,75
(Sumber : Suharsimi Arikunto, 2010)

HASIL
Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan LAS
menggunakan model discovery learning pada materi segiempat dan segitiga. Pengembangan perangkat
pembelajaran matematika ini menggunakan model pengembangan 4-D yang meliputi tahap define
(pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate.
Pada tahap pendefinisian (define) dilakukan analisis awal akhir untuk menetapkan masalah
dasar yang dihadapi sehingga perlu dikembangkan silabus, RPP dan LAS matematika menggunakan
model discovery learning. Pada penelitian ini diperoleh masalah dasar yang dihadapi adalah terbatasnya
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013, RPP yang dibuat oleh guru tidak
mencantumkan instrumen dan rubrik penilaian, motivasi yang ditulis dalam RPP juga belum
menjelaskan manfaat mempelajari materi yang diajarkan, serta terdapat ketidaksesuaian antara
model pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada di RPP. Analisis siswa
digunakan sebagai acuan untuk merancang perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan.
Berdasarkan pengamatan di kelas, proses pembelajaran masih berpusat pada guru, masih banyak
siswa yang kesulitan dan kebingungan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru tersebut
dikarenakan tidak paham dengan konsepnya. Pada analisis konsep dilakukan identifikasi utama
konsep materi segiempat dan segitiga yang akan diajarkan dan disusun secara sistematis sesuai
urutan penyajian. Materi segiempat dan segitiga dirinci dalam sebuah peta konsep yang meliputi
keliling dan luas dari berbagai segiempat dan segitiga. Pada kegiatan analisis tugas peneliti
mengidentifikasi tugas yang akan dilakukan siswa untuk mempelajari materi yang diberikan
sehingga kompetensi minimal dapat tercapai. Analisis tugas disusun berdasarkan Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dengan merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).
Adapun tugas yang akan dilakukan siswa yaitu menemukan rumus dan menentukan keliling dan
luas pada segiempat dan segitiga. Kegiatan terakhir yaitu perumusan tujuan pembelajaran, peneliti
merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan IPK yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti terlebih
dahulu merumuskan IPK berdasarkan KD 3.11 yaitu mengaitkan rumus keliling dan luas untuk
berbagai jenis segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga dan KD 4.11 yaitu menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

124 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

luas dan keliling untuk berbagai jenis segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang
trapesium, dan layang-layang) dan segitiga, selanjutnya IPK tersebut digunakan untuk merumuskan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Pada tahap design (perancangan), peneliti membuat rancangan awal perangkat pembelajaran
yaitu silabus, RPP, dan LAS. Pengembangan silabus, RPP, dan LAS disesuaikan dengan langkah-
langkah yang terdapat pada model discovery learning dan pendekatan saintifik. Format penyusunan
silabus dan RPP berpedoman kepada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses
dan LAS yang dikembangkan disesuaikan dengan tahapan pada model discovery learning dan
pendekatan saintifik, serta memenuhi syarat didaktis, konstruksi dan syarat teknis.
Pada tahap pengembangan (develop), peneliti mengembangkan Silabus, RPP, dan LAS sesuai
dengan rancangan awal yang telah dibuat. Perangkat yang telah dikembangkan kemudian divalidasi
oleh tiga orang validator yang terdiri dari dua orang dosen Matematika dan satu orang guru
matematika SMP di Pekanbaru. Silabus, RPP, dan LAS kemudian direvisi sesuai dengan saran
validator. Setelah dilakukan revisi, dilakukan uji coba kelompok kecil yang dilakukan pada 10 orang
siswa kelas VIII. Hasil validasi silabus dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Skor Rata-Rata Hasil Validasi Silabus
Indikator Rata-rata Kategori
Komponen Silabus 4,00 Sangat Valid
Kesesuaian KD dengan IPK 3,67 Sangat Valid
Kesesuaian KD dengan materi pembelajaran 3,33 Sangat Valid
Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan model Discovery Learning 3,83 Sangat Valid
Alokasi waktu 4,00 Sangat Valid
Penilaian 3,67 Sangat Valid
Sumber belajar 3,83 Sangat Valid
Rata-rata 3,75 Sangat Valid

Berdasarkan keseluruhan hasil validasi pada silabus diperoleh skor rata-rata yaitu 3,75 , maka
hasil validasi silabus dinyatakan sangat valid. Hasil validasi RPP dengan model discovery learning dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Skor Rata-Rata Hasil Validasi RPP
Indikator Rata-rata Kategori
Identitas RPP 4,00 Sangat Valid
Kejelasan rumusan IPK 3,50 Sangat Valid
Rumusan tujuan pembelajaran 3,50 Sangat Valid
Kesesuaian materi pembelajaran 3,85 Sangat Valid
Kesesuaian model, pendekatan, dan metode dengan
3,78 Sangat Valid
tujuan pembelajaran
Kesesuaian media, alat/bahan dan sumber belajar
3,54 Sangat Valid
dengan materi dan tujuan pembelajaran
Kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan
3,89 Sangat Valid
model discovery learning dan pendekatan saintifik
Penilaian 3,78 Sangat Valid
Rata-rata 3,76 Sangat Valid

AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 125


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Berdasarkan keseluruhan hasil validasi RPP diperoleh skor rata-rata yaitu 3,76 dengan
kategori sangat valid. Menurut validator RPP dinyatakan layak untuk diujicobakan dengan revisi
sesuai saran dari validator. Adapun saran yang diberikan validator untuk perbaikan RPP yaitu
sebagai berikut.
1. Pada tujuan pembelajaran, kata “siswa dapat” yang ada pada tiap point tujuan pembelajaran
diletakkan pada kalimat pengantar tujuan pembelajaran agar kata tersebut tidak berulang-ulang.
2. Pada RPP-2 kalimat “mengukur sudut-sudut dengan busur derajat yang terdapat pada
jajargenjang, trapesium dan layang-layang” pada bagian prosedur direvisi menjadi menjadi
“mengukur sudut-sudut pada jajargenjang, trapesium dan layang-layang menggunakan busur
derajat”.
3. Seharusnya dicantumkan alokasi waktu pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
4. Permasalahan yang terdapat pada fase-1 stimulasi sebaiknya dicantumkan pada tiap RPP, pada
fase-3 pengumpulan data sebaiknya dijelaskan melengkapi data apa saja yang akan dilakukan,
serta validator menyarankan agar mencantumkan soal-soal ayo berlatih yang ada pada LAS ke
dalam RPP, sehingga kegiatan yang dilakukan pada LAS akan tergambar juga pada RPP.
Hasil validasi LAS dengan model discovery learning dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor Rata-Rata Hasil Validasi LAS


Indikator Rata-rata Kategori

Komponen LAS 3,96 Sangat Valid


Kesesuaian materi pembelajaran 4,00 Sangat Valid
Kesesuaian langkah-langkah LAS dengan model
3,76 Sangat Valid
discovery learning dan pendekatan saintifik
Kesesuaian LAS dengan syarat didaktis 3,44 Sangat Valid
Kesesuaian LAS dengan syarat konstruksi 3,57 Sangat Valid
Kesesuaian LAS dengan syarat teknis 3,75 Sangat Valid
Rata-rata 3,76 Sangat Valid

Berdasarkan keseluruhan hasil validasi LAS diperoleh skor rata-rata yaitu 3,76 dan
dikategorikan sangat valid. Menurut validator LAS dinyatakan layak untuk diujicobakan dengan
revisi sesuai saran dari validator. Adapun saran yang diberikan validator untuk perbaikan LAS yaitu
sebagai berikut.
1. Pada LAS 2, 4, dan 6 validator menyarankan agar alokasi waktu untuk pengerjaan LAS
ditambah karena menyesuaikan dengan RPP.
2. Pada LAS-1 validator menyarankan agar gambar pada tahap stimulasi sebaiknya diganti sesuai
dengan wacana stimulasinya.
3. Pada kegiatan LAS-1 dan LAS-2, validator menyarankan kalimat “tempatkanlah kertas HVS”
diganti menjadi “putarlah kertas HVS”.

126 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

Setelah dilakukan perbaikan, perangkat pembelajaran berupa LAS diujicobakan pada uji coba
terbatas. Uji coba ini dilakukan kepada kelompok kecil untuk melihat kepraktisan penggunaan LAS.
Hasil uji coba pada kelompok kecil untuk penggunaan LAS dengan model discovery learning dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Coba Kelompok Kecil
Rata-rata validator untuk LAS- Rata-
Indikator Kategori
1 2 3 4 5 6 rata
Rata-rata 3,41 3,46 3,58 3,64 3,35 3,55 3,50 Sangat Praktis

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil angket respon siswa terhadap
penggunaan LAS memiliki kategori sangat praktis dengan skor rata-rata 3,50 , sehingga dapat
disimpulkan bahwa LAS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis. Siswa menyatakan
bahwa LAS yang dikembangkan dapat membantu mereka dalam mempelajari materi segiempat dan
segitiga, mudah untuk dipahami, dan penjelasannya juga cukup jelas, serta tampilan LAS yang
menarik.

PEMBAHASAN
Pada tahap define (pendefinisian), masalah dasar yang dihadapi adalah masih terbatasnya
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013, khususnya RPP dan LAS pada materi
segiempat dan segitiga. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septy Ella Pratiwy
(2019) yang menyatakan bahwa RPP yang disusun guru masih belum sesuai dengan Kurikulum
2013 serta guru merasa kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dikarenakan
terbatasnya referensi untuk mengembangkan perangkat pembelajaran tersebut. Masalah dasar
lainnya yaitu guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan LAS, hal ini dikarenakan
terbatasnya referensi dalam mengembangkan LAS serta dibutuhkannya kreativitas yang tinggi
untuk menyusun LAS yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Selanjutnya dilakukan analisis
kecocokan model discovery learning dengan siswa kelas VII SMP/MTs. Berdasarkan studi pustaka
yang dilakukan, diperoleh informasi bahwasannya siswa kelas VII terdiri dari remaja yang berusia
11-13 tahun. Menurut Piaget (dalam Zulkarnain & Susda, 2014) siswa yang berada pada usia
tersebut sudah memiliki kemampuan menalar secara logis dan menarik kesimpulan, sehingga
perangkat pembelajaran dengan model discovery learning dapat diterapkan pada siswa kelas VII
SMP/MTs. Model discovery learning ini adalah model pembelajaran yang tepat untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini, karena model ini sesuai dengan
karakteristik siswa kelas VII serta tahapan-tahapannya dapat membantu siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri sehingga siswa akan ikut berperan aktif dalam

AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 127


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

proses pembelajaran. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Daryanto & Karim (2017) yang
menyatakan bahwa discovery learning mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa dapat
memperoleh dan membentuk pengetahuannya dengan cara ditemukan sendiri.
Pada analisis konsep peneliti menganalisis konsep-konsep yang relevan untuk diajarkan dan
disusun dalam sebuah peta konsep. Berdasarkan peta konsep yang telah disusun dapat dilihat
bahwa pada materi segiempat dan segitiga konsep utama yang akan diajarkan adalah keliling dan
luas pada segiempat dan segitiga. Pada peta konsep terlihat bahwa kita dapat mengaitkan rumus
luas segiempat dan segitiga sesuai dengan bunyi KD 3.11. Untuk menentukan rumus luas persegi
panjang maka kita dapat menggunakan pendekatan luas persegi, sedangkan untuk menentukan
rumus segitiga, jajargenjang, trapesium, belahketupat dan layang-layang dapat ditemukan dengan
menggunakan rumus luas persegi panjang. Luas jajargenjang juga dapat digunakan untuk
menentukan rumus luas trapesium, belahketupat, layang-layang, dan segitiga. Analisis selanjutnya
adalah analisis tugas yang disusun berdasarkan KI dan KD dengan merumuskan IPK, yang
kemudian akan ditentukan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa sehingga diharapkan dapat
mencapai kompetensi minimal. Dari hasil analisis konsep dan analisis tugas dirumuskan tujuan
pembelajaran pada segiempat dan segitiga yaitu siswa dapat menentukan sifat-sifat segiempat dan
segitiga, menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan sifat-sifat segiempat dan
segitiga, menentukan keliling dan luas terhadap segiempat dan segitiga, serta menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan keliling dan luas pada segiempat dan segitiga.
Pada tahap perancangan (design), kegiatan yang dilakukan adalah membuat rancangan awal
perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP dan LAS. Peneliti merancang format awal silabus,
RPP, dan LAS sesuai dengan referensi yang dikumpulkan dan berpedoman pada tuntutan
kurikulum 2013 yang tercantum pada Permendikbud No. 22 dan 24 Tahun 2016. Adapun
komponen silabus yaitu identitas, meliputi nama sekolah dan mata pelajaran, kompetensi inti,
kompetensi dasar, IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Komponen yang dimuat dalam RPP untuk setiap pertemuan yaitu identitas sekolah
(nama satuan pendidikan), identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu,
tujuan Pembelajaran, KD dan IPK, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran yang dirancang dalam RPP disesuaikan dengan pendekatan saintifik
dan model discovery learning yang terdiri dari enam tahapan, yaitu stimulation, problem statement, data
collection, data processing, verification, generalization. Selanjutnya merancang LAS pada penelitian ini
menggunakan model discovery learning pada materi pokok segiempat dan segitiga yang
memperhatikan kesesuaian penyajian dengan model pembelajaran, kesesuaian syarat didaktik,
syarat konstruksi dan syarat teknis. LAS terdiri dari bagian awal yang berisi cover LAS dan bagian isi

128 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

yang berisi aktivitas siswa berdasarkan model discovery learning, serta pada bagian akhir dilengkapi
dengan soal-soal ayo berlatih.
Pada tahap develop (pengembangan), peneliti membuat dan mengembangkan perangkat
pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LAS sesuai dengan rancangan awal, serta merancang lembar
validasi dan angket respon siswa. Perangkat pembelajaran yang telah dibuat kemudian divalidasi
oleh tiga orang validator, yaitu satu orang dosen pendidikan matematika Universitas Riau, satu
orang dosen pendidikan matematika Universitas Islam Riau, dan seorang guru matematika. Setelah
perangkat pembelajaran divalidasi, selanjutnya peneliti melakukan revisi sesuai saran yang telah
diberikan oleh validator. Adapun pembahasan hasil analisis validasi silabus yaitu pada aspek
komponen silabus skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,00 yang berarti bahwa komponen silabus
secara keseluruhan telah lengkap dan sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016. Selanjutnya
skor pada aspek kesesuaian KD dengan IPK adalah 3,67, artinya IPK yang dirumusankan telah
sesuai dengan KD dan telah menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur. Pada aspek
kesesuaian KD dengan materi pembelajaran diperoleh skor 3,33 yang menunjukkan bahwa materi
pembelajaran telah sesuai dengan KD. Pada aspek kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan model
discovery learning, skor yang diperoleh adalah 3,83 berarti kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan
model discovery learning, sedangkan untuk aspek ketepatan alokasi waktu diperoleh skor 4,00 yang
artinya alokasi waktu yang digunakan tepat dengan materi pembelajaran. Selanjutnya adalah aspek
penilaian, skor yang diperoleh pada aspek penilaian adalah 3,67 artinya penilaian pembelajaran yang
digunakan pada silabus telah sesuai, baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan. Pada aspek
sumber belajar skor yang diperoleh yaitu 3,83 yang artinya sumber belajar yang digunakan telah
mendukung ketercapaian KD dan sesuai dengan tingkat berpikir siswa kelas VII SMP/MTs.
Pembahasan hasil analisis validasi RPP yaitu pada aspek identitas RPP skor rata-rata yang
diperoleh adalah 4,00, artinya identitas RPP yang memuat komponen satuan pendidikan,
komponen kelas/semester, komponen mata pelajaran beserta materi pembelajaran, komponen KI,
KD, IPK, tujuan pembelajaran serta model/pendekatan/metode pembelajaran sudah lengkap dan
sesuai dengan Permendikbud No.22 Tahun 2016. Pada aspek kejelasan rumusan IPK dan aspek
rumusan tujuan pembelajaran, skor rata-rata yang diberikan validator sama yaitu 3,50, artinya
rumusan IPK sudah jelas, sesuai dengan KD, dan telah menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga telah sesuai dengan IPK dan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur. Selanjutnya pada aspek kesesuaian materi
pembelajaran, skor rata-rata yang diperoleh secara keseluruhan yaitu 3,85 artinya RPP dinilai
berdasarkan kesesuaian materi pembelajaran dengan KD serta telah memuat fakta, konsep, prinsip
dan prosedur yang sesuai. Pada aspek kesesuaian model, pendekatan, dan metode dengan tujuan
pembelajaran diperoleh skor rata-rata yaitu 3,78, sedangkan pada aspek kesesuaian media,

AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 129


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

alat/bahan dan sumber belajar dengan materi dan tujuan pembelajaran diperoleh skor rata-rata
yaitu 3,54. Skor ini menunjukkan bahwa model, pendekatan, metode, media, alat/bahan, dan
sumber belajar telah sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Adapun aspek kesesuaian
langkah-langkah pembelajaran dengan model discovery learning dan pendekatan saintifik skor yang
diberikan validator adalah 3,89 artinya kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP seudah sesuai
dengan langkah-langkah model discovery learning dan pendekatan saintifik. Pada aspek penilaian rata-
rata skor yang diberikan validator adalah 3,78 yang artinya instrumen penilaian pengetahuan dan
keterampilan sudah tepat.
Pembahasan hasil analisis validasi LAS yaitu pada aspek komponen LAS rata-rata skor yang
diberikan oleh validator adalah 3,96, artinya secara keseluruhan LAS telah memuat judul materi
pembelajaran, kecukupan ruang untuk menuliskan identitas siswa, serta tujuan dan petunjuk
penggunaan LAS sudah jelas dan lengkap. Pada aspek kesesuaian materi pembelajaran skor rata-
rata yang diperoleh yaitu 4,00 yang berarti bahwa materi pembelajaran telah lengkap serta sesuai
dengan KD, IPK, dan pengetahuan siswa. Pada aspek kesesuaian langkah-langkah LAS dengan
model discovery learning dan pendekatan saintifik diperoleh skor rata-rata yaitu 3,76, penilaian yang
dilakukan berdasarkan pada langkah-langkah kegiatan yang ada dalam LAS tersebut. Secara
keseluruhan isi LAS sudah mencerminkan langkah-langkah dari model discovery learning. Pada aspek
kesesuaian LAS dengan syarat didaktis diperoleh rata-rata skor yaitu 3,44 sedangkan rata-rata skor
pada aspek kesesuaian LAS dengan syarat konstruksi yaitu 3,57 dan rata-rata skor yang diberikan
validator untuk aspek kesesuaian LAS dengan syarat teknis adalah 3,75. Hal ini berarti bahwa LAS
yang dikembangkan sudah sesuai dengan syarat didaktis, syarat konstruksi dan syarat teknis dan
penggunaan LAS dapat membantu proses pengajaran pada materi segiempat dan segitiga.
Berdasarkan uraian hasil validasi silabus, RPP, dan LAS dan hasil angket respon siswa
terhadap penggunaan LAS pada materi segiempat dan segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa
silabus, RPP, dan LAS yang dikembangkan sudah valid dan berdasarkan uji coba kelompok kecil
LAS telah memenuhi kategori praktis. Akan tetapi LAS yang dikembangkan belum sepenuhnya
memenuhi syarat praktikalitas, untuk itu diperlukan uji coba lebih lanjut dalam skala besar agar
perangkat pembelajaran dapat digunakan pada siswa kelas VII SMP/MTs.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Penelitian pengembangan ini menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran
matematika yaitu silabus, RPP, dan LAS dengan menggunakan model discovery learning pada materi
segiempat dan segitiga kelas VII SMP/MTs. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan divalidasi
oleh tiga validator. Setelah produk memenuhi kriteria valid, maka selanjutnya produk diujicobakan
untuk melihat praktikalitas pada LAS. Pada penelitian ini uji coba yang dilakukan dibatasi pada
skala kecil. Berdasarkan hasil validasi diperoleh bahwa pengembangan perangkat pembelajaran

130 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020


Nurhafizah Hayati

matematika dengan model discovery learning pada materi segiempat dan segitiga kelas VII SMP/MTs
telah dinilai valid.
Beberapa saran yang dapat peneliti beri sehubungan dengan penelitian ini dalam rangka
mengembangkan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika
menggunakan model discovery learning pada materi segiempat dan segitiga Kelas VII SMP.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan kepada peneliti lainnya agar dapat mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika pada materi yang lainnya.
2. Produk pada penelitian ini yaitu perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, dan LAS yang
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran untuk digunakan guru
SMP/MTs dalam proses pembelajaran.
3. Pada penelitian pengembangan ini, peneliti hanya mengukur aspek kepraktisan dalam skala
kecil. Untuk peneliti lainnya diharapkan agar dapat mengukur aspek kepraktisan sampai skala
besar serta dapat mengukur aspek keefektifan pada penelitian selanjutnya.

REFERENSI
Akbar, S. (2013). Instrumen perangkat pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahyanti, A. E. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Higher Order Thinking Skills. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: UNY.
Daryanto & Dwicahyono, A. (2014). Pengembangan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, PHB, Bahan
Ajar). Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto & Karim, S. (2017). Pembelajaran abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Fanani, A., & Kusmaharti, D. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) di Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal Pendidikan Dasar. 9, 1-11.
Hendri S., & Kenedi A. K. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis
Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII
SMP. Jurnal Inspirasi Pendidikan. 8(2), 10-24.
Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Riset edisi khusus Vol 1.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2017). Penelitian pendidikan matematika. Bandung: Refika
Aditama.
Majid, A. (2008). Perencanaan pembelajaran dan pengembangan standar kompetensi guru. Bandung:
Rosdakarya.
AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020 131
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Mariyaningsih, N., & Hidayati, M. (2018). Bukan kelas biasa (Teori dan Praktik Berbagai Model dan
Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas Inspiratif). Surakarta: Kekata
Publisher.
Muhassanah, N., Sujadi, I., & Riyadi. (2014). Analisis Keterampilan Geometri Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat Berpikir Van Hiele. Jurnal Pembelajaran
Matematika, 2(1), 54-66.
Ningsih, F. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013
Pada Materi Pokok Segiempat Melalui Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Jurnal
Online Mahasiswa FKIP, 3(2), 1-12.
Nurrokhmah, F. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Teorema Phytagoras Kelas
VII SMP. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY (Tidak diterbitkan).
Pratiwy, S. E. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model Discovery
Learning Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP/MTs. Jurnal Online Mahasiswa
FKIP, 6(2), 1-11.
Rusman. (2014). Model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudijono, A. (2011). Pengantar statistik pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sufairoh. (2016). Pendekatan Saintifik Dan Model Pembelajaran K-13. Jurnal Pendidikan Profesional,
5(3), 116-125.
Suhadi. (2007). Petunjuk perangkat pembelajaran. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Syahrir. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 2(1), 436-441.
Trianto. (2011). Model pembelajaran terpadu: Konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Media.
Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual. Jakarta: Prenada Media
Group.
Zulkarnain & Susda. (2014). Strategi pembelajaran matematika. Pekanbaru: Cendika Insani.

132 AJME Vol. 2 No. 2 – Desember 2020

You might also like