Pengaruh Pematahan Dormansi Secara Fisik

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI SECARA FISIK DAN KIMIA TERHADAP


KEMAMPUAN BERKECAMBAH BENIH MUCUNA (MUCUNA BRACTEATA D.C)

Dormancy breaking effect by Physical and Chemical Means on Germination Ability of seeds
Mucuna bracteata D.C.
1 2 2
Retno Puji Astari *, Rosmayati , Eva Sartini Bayu
1
Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan
20155 *Corresponding author : E-mail : retnopujiastari@ymail.com

ABSTRACT

Generative propagation of mucuna produces low germination percentage and requires long time to
germinate due to seed dormancy which is caused by the seed coat that is impermiable to oxygen
and/or water. This study is aimed to find out the effect of the treatment of chemical compund on
dormancy realease of mucuna seed. This study was held in the Laboratory of Plant Breeding
Association at Agriculture Faculty of University of North Sumatera (USU) (± 25 m asl) from May
to June 2013 by using random block design with 8 treatments. Each treatment was replicated 3
times. The treatments were without treatment (A1), the seed coat scarification and soaking in water
for 30 minutes (A2), soaking in 1% of H 2SO4 for 10 minutes (A3), soaking in 1% of H 2SO4 for 15
minutes (A4), soaking in 1% of KNO3 for 12 h ours (A5), soaking in 1% of KNO 3 for 24 hours
(A6), soaking in 300ppm of GA3 for 3 hours (A7), and soaking in 300ppm of GA3 for 5 hours
(A8). The parameters were moisture (%), germination capacity (%), germination speed (% / etmal),
dormancy intensity (%). The results show that dormancy release has significant effect on moisture
(%), germination capacity (%), germination speed (%/etmmal), and dormancy intensity (%). The
treatment of soaking in 1% of H 2SO4 for 10 minutes (A3), soaking in 1% of KNO 3 for 24 hours
(A6), and soaking in 300 ppm of GA 3 for 5 hours (A8) were the treaments that were able to release
Mucuna seed dormancy with germination capacity >80%; treatments A3 and A6 each produces
91.67% and A8 produces 86.67%. The best dormancy release was produced by treatment A6 that is
soaking in 1% of KNO3 for 24 hours compared with H2SO4 and GA3.

Keywords: Mucuna, dormancy, dormancy breaking

ABSTRAK

Perbanyakan mucuna secara generatif menghasilkan persentase perkecambahan rendah dan


memerlukan waktu lama untuk berkecambah karena adanya dormansi yang disebabkan oleh kulit
keras biji yang sulit menyerap oksigen dan/atau air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan senyawa kimia tertentu terhadap pematahan dormansi benih mucuna. Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl)
pada Mei-Juni 2013 menggunakan rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan, setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri dari tanpa perlakuan (A1), pengguntingan kulit biji dan
perendaman air 30 menit (A2), perendaman H2SO4 1% selama 10 menit (A3), perendaman H2SO4
1% selama 15 menit (A4), perendaman KNO 3 1% selama 12 jam (A5), perendaman KNO 3 1%
selama 24 jam (A6) perendaman GA 3 300 ppm selama 3 jam (A7) dan perendaman GA 3 300 ppm
selama 5 jam (A8). Peubah amatan yang diamati adalah kadar air (%), daya berkecambah (%),
kecepatan tumbuh benih (%/etmal), intensitas dormansi (%). Hasil penelitian menunjukkan
perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap kadar air (%), daya berkecambah (%),
kecepatan tumbuh benih (%/etmal), dan intensitas dormansi (%). Perlakuan (A3) perendaman
80
3
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

H2SO4 1% selama 10 menit, (A6) perendaman KNO 3 1% selama 24 jam dan (A8) perendaman GA 3
selama 5 jam merupakan perlakuan yang mampu mematahkan dormansi benih Mucuna dengan daya
berkecambah > 80%. Daya berkecambah A3 dan A6 sebesar 91,67% serta A8 sebesar 86,67
% Perlakuan pematahan dormansi yang terbaik adalah pada perlakuan (A6) perendamaan KNO3
1% selama 24 jam dibandingkan dengan penggunaan H2SO4 dan GA3.

Kata kunci: Mucuna, dormansi, pematahan dormansi

menghambat penyerapan air dan gas ke dalam


PENDAHULUAN
biji sehingga proses perkecambahan tidak
Tanaman Mucuna bracteata termasuk
terjadi. Selain itu, kulit benih juga menjadi
salah satu tanaman kacangan penutup tanah
penghalang munculnya kecambah pada
yang dominan dan sangat bermanfaat bagi
proses perkecambahan (Subronto, 2002).
perkebunan kelapa sawit. Karakteristik
Menurut Siregar (2010)
mucuna sebagai tanaman penutup tanah lebih
perkecambahan biji Mucuna bracteata tanpa
menguntungkan bila dibandingkan dengan
diberikan perlakuan pematahan dormansi
jenis penutup tanah lainnya, dinilai relatif
hanya sebesar 18,33%. Menurut Sari (2012)
lebih mampu menekan pertumbuhan gulma
persentase daya kecambah Mucuna bracteata
pesaing. Selain itu memiliki keunggulan
tanpa perlakuan pematahan dormansi sebesar
lainnya yaitu pertumbuhan yang cepat serta
0,91%. Perlakuan pematahan dormansi dapat
menghasilkan biomassa yang tinggi, mudah
dilakukan dengan mekanis (stratifikasi dan
ditanam dengan input yang rendah, tidak
pengguntingan kulit) dan kimiawi seperti
disukai ternak karena daunnya mengandung
asam sulfat, potassium nitrat serta hormon
fenol yang tinggi sehingga tanaman kacangan
pertumbuhan seperti giberelin untuk memacu
ini lebih banyak digunakan pada perkebunan.
perkecambahan biji (Kartasapoetra, 2003).
Biji Mucuna bracteata adalah salah satu

tanaman dari famili leguminosae yang Biji-biji yang berkulit keras akan

memiliki masa dormansi yang cukup lama. menjadi permeabel terhadap air bila biji-biji

tersebut dikikir (Sutopo, 2004). Salah satu


Dormansi ini disebabkan oleh keadaan fisik

dari kulit biji. Lapisan kulit yang keras efek pemberian GA3 pada benih dapat

mendorong pemanjangan sel, sehingga


804
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014
radikula dapat menembus endosperma, kulit pengguntingan kulit danperendaman
biji yang membatasipertumbuhannya menggunakan H2SO4 1%, KNO3 1%, serta

(Salisbury dan Ross, 1995). Harjadi (1994) asam giberelat (GA3) sehingga diharapkan
mengemukakan bahwa bahan kimia berupa mampu meningkatkan perkecambahan biji.

persenyawaan sederhana seperti KNO3 dapat Penelitian ini bertujuan untuk

memecahkan dormansi.KNO3 dengan mengetahui pengaruh perlakuan senyawa

konsentrasi tertentu dapat merangsang kimia tertentu terhadap pematahan dormansi

pertumbuhan. Sejalan dengan hasil penelitian benih Mucuna.

Sulaiman dkk (2004) perendaman H2SO4,


BAHAN DAN METODE
KNO3, dan asam giberelin merupakan
Penelitian ini dilaksanakan di
perlakuan kimia yang dapat mematahkan
Laboratorium Dasar Pemuliaaan Tanaman
dormansi benih. Kulit benih yang keras
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
bersifat impermeabel terhadap air dan udara
Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di
sehingga menghalangi proses perkecambahan
atas permukaan laut mulai Bulan Mei 2013
benih. Hasil penelitian Lensari (2009)
sampai dengan Juni 2013. Bahan yang
perlakuan pematahan dormansi pada benih
digunakan biji Mucuna bracteata D.C., asam
Angsana dengan perendaman H2SO4 1%
sulfat 1 %, KNO3 1 % dan giberelin (GA3)
selama 10 menit dan perendaman dengan
300 ppm. Penelilitian ini menggunakan
KNO3 1% selama 24 jam mampu
rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan
meningkatkan daya perkecambahan biji
yaitu : A1 (kontrol),A2(pengguntingan kulit
Angsana, dari penelilitian tersebut diketahui
kemudian perendaman air 30 menit), A3
dengan konsentrasi yang rendah dan lama
(perendaman H2SO4 1 % selama 10 menit),
waktu perendaman dapat meningkatkan daya
A4 (perendaman H2SO4 1 % selama 15
kecambah biji. Oleh karena itu peneliti
menit), A5 (perendaman KNO3 1 % selama 12
tertarik melakukan pematahan dormansi biji
jam), A6 (perendaman KNO3 1 % selama 24
Mucuna bracteata dengan perlakuan
805
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

jam), A7 (perendaman giberelin (GA3) tidak berjamur dan tidak pecah, kemudian
300 ppm selama 3 jam) dan A8 (perendaman pengenceran bahan kimia, pengguntingan

giberelin (GA3) 300 ppm selama 5 jam) kulit pada sisi punggung biji, perendaman biji

dengan3kaliulangan.Datayang sesuai perlakuan lalu biji yang akan

berpengaruh nyata setelah dianalisis maka dikecambahkan direndam dengan fungisida

dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan dosis 2 g/l kemudian biji dikecambahkan

dengan program analisis data SAS versi 9.1.3. dengan 20 biji/bak. Perkecambahan ditunggu

Peubah amatan yang diamati adalah sampai 30 hari setelah perkecambahan.

pertambahan kadar air biji (%), daya

berkecambah (%), Kecepatan tumbuh benih HASIL DAN PEMBAHASAN

(%/etmal) dan intensitas dormansi (%). Pertambahan Kadar Air Biji (%)

Pelaksanaan penelitian dimulai dari Hasil analisis menunjukkan bahwa

persiapan wadah perkecambahan pematahan dormansi secara fisik dan kimia

menggunakan bak kecambah ukuran 30 x 22 berpengaruh nyata terhadap pertambahan

cm sebanyak 24 bak, persiapan media kadar air biji (Tabel. 1). Kadar air biji

perkecambahan menggunakan pasir steril, lalu merupakan salah satu faktor yang

biji di seleksi yang digunakan adalah biji yang mempengaruhi kemampuan perkecambahan.

Tabel 1. Rataan kadar air (%) dengan pematahan dormansi secara fisik dan kimia

Perlakuan Rataan kadar air (%)


A6 = perendaman KNO3 24 jam 38,06 a
A2 = pengguntingan biji 36,24 a
A8 = perendaman GA3 5 jam 28,59 b
A4 = perendaman H2SO4 15 menit 23,85 c
A3 = perendaman H2SO4 10 menit 20,01 d
A7 = perendaman GA3 3 jam 16,23 e
A5 = perendaman KNO3 12 jam 13,34 e
A1 = kontrol 4,74 f
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
jam (A6) sebesar 38,06% bila dibandingkan
Kadar air biji tertinggi terdapat pada
dengan perlakuan kontrol hanya sebesar 4,74
perlakuan perendaman KNO3 1% selama 24
%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
806
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

KNO3 mampu lunak kulit keras biji mucuna Daya Berkecambah (%)
sehingga biji mampu berimbibisi. Menurut Hasil analisis menunjukkan bahwa

Hasanah (1989) perendaman dalam larutan pematahan dormansi secara fisik dan kimia

KNO3 dapat meningkatkan daya berkecambah berpengaruh nyata terhadap daya

benih yang diduga karena impermeabilitas berkecambah (Tabel. 2). Daya berkecambah

terhadap air dan oksigen. Menurut Faustina, merupakan parameter yang dapat

dkk (2011) konsentrasi dan lamanya waktu menggambarkan status kemampuan

perendaman mempengaruhi tingkat kerusakan


perkecambahan benih.
pada biji. Semakin tinggi dan semakin lama

waktu perendaman maka kerusakan biji juga

semakin tinggi.

Tabel 2. Rataan daya berkecambah (%) dengan pematahan dormansi secara fisik dan kimia
Perlakuan Rataan daya berkecambah (%)
A3 = perendaman H2SO4 10 menit 91,67 a
A6 = perendaman KNO3 24 jam 91,67 a
A8 = perendaman GA3 5 jam 86,67 a
A2 = pengguntingan biji 71,67 b
A7 = perendaman GA3 3 jam 65,00 b
A5 = perendaman KNO3 12 jam 48,33 c
A4 = perendaman H2SO4 15 menit 31,67 d
A1 = kontrol 5,00 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
Daya berkecambah biji Mucuna
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa daya
bracteata D.C.yang terbaik adalah perlakuan
berkecambah tertinggi pada perlakuan
perendaman dengan H2SO4 1% selama 10
perendaman dengan H2SO4 1% selama 10
menit (A3), perendaman KNO3 1% selama 24
menit (A3) dan perlakuan perendaman KNO3
jam (A6), dan perendaman dengan GA3 300
1% selama 24 jam (A6) sebesar 91,67 %,
ppm selama 5 jam (A8) karena menghasilkan
daya berkecambah terendah pada perlakuan
daya berkecambah > 80% dengan
A1 sebesar 5 %.
masing-masing daya berkecambah sebesar
807
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

91,67% dan 86,67%. Perlakuan A3 lebih baik sebagai ion penerima elektron. Menurut

dibandingkan A6 dan A8 karena Sadjad et al. (1975) perlakuan kimia seperti

membutuhkan waktu perendaman selama H2SO4 pada prinsipnya adalah membuang

hanya 10 menit saja, sehingga memudahkan lapisan lignin pada kulit biji yang keras dan

pekerjaan dalam skala besar. Tetapi bila tebal sehingga biji kehilangan lapisan yang

dilihat dari segi ekonomis perlakuan A6 lebih permiabel terhadap gas dan air sehingga
baik digunakan dibandingkan perlakuan A3 metabolisme dapat berjalan dengan baik.

dan A8 karena harga KNO3 yang lebih murah Pada perlakuan perendaman dengan

dari pada kedua bahan kimia tersebut. GA3 300 ppm selama 5 jam (A8) masih

Menurut Lensari (2009) menyatakan bahwa termasuk perlakuan yang mempunyai daya

biji yang berkecambah > 80% merupakan biji berkecambah baik yaitu 86,67%. Hal ini

yang mempunyai vigor yang baik. menunjukkan bahwa penggunaan giberelin

Pada perlakuan perendaman KNO3 mampu mematahkan dormansi pada biji

1% selama 24 jam (A6) dan perlakuan mucuna dikarenakan giberelin merupakan

perendaman H2SO4 1% selama 10 menit (A3) hormon yang mampu mempercepat

menghasilkan daya berkecambah tertinggi perkecambahan. Menurut Davies (2004)

sebesar 91,67% dikarenakan KNO3 menyatakan bahwa cara kerja giberelin dalam

merupakan senyawa yang dapat mengaktifkan perkecambahan biji diawali dengan terjadinya

metabolisme sel dan mempercepat imbibisi air merangsang sintesis giberelin,

perkecambahan serta H2SO4 merupakan lalu giberelin tersebut berdifusi ke lapisan

senyawa kimia yang mampu melunakkan aleuron dan merangsang sintesis


enzim.
kulit biji yang keras. Menurut Ellis et.al.
Kecepatan Tumbuh Benih (%/etmal)
(1983) menyatakan bahwa nitrit atau nitrat
Hasil pengamatan dan analisis sidik
yang berasal dari larutan KNO3 diketahui
ragam menunjukkan bahwa pematahan
memiliki efek stimulator terhadap
dormansi dengan cara fisik dan kimia
perkecambahan benih melalui perannya

808
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh benih (Tabel. 3)

Tabel 3. Rataan kecepatan tumbuh benih (%/etmal) dengan pematahan dormansi secara fisik dan
kimia

Perlakuan Rataan kecepatan tumbuh benih (%/etmal)


A2 = pengguntingan biji 13,50 a
A6 = perendaman KNO3 24 jam 8,75 b
A8 = perendaman GA3 5 jam 8,68 b
A3 = perendaman H2SO4 10 menit 7,26 bc
A7 = perendaman GA3 3 jam 6,16 c
A5 = perendaman KNO3 12 jam 3,09 d
A4 = perendaman H2SO4 15 menit 2,66 d
A1 = kontrol 0,20 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
cara menggunting salah satu sisi biji dengan
Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa
gunting kuku sehingga kulit terkupas dan air
kecepatan tumbuh tertinggi pada perlakuan
dapat dengan mudah masuk ke dalam biji.
A2 sebesar 13,50%/etmal dan kecepatan
Dan sejalan dengan Sutopo (2004) yang
tumbuh terendah pada perlakuan kontrol (A1)
menyatakan bahwa menurunnya kualitas
sebesar 0,20 %/etmal.
benih dapat diakibatkan karena kerusakan-
Kecepatan tumbuh tertinggi terdapat
kerusakan fisik pada benih yang menudahkan
pada perlakuan Pengguntingan kulit
patogen-patogen tertentu dapat berkembang
kemudian perendaman air 30 menit (A2) yaitu
dan menurunkan kualitas benih.
sebesar 13,50 %/etmal dengan daya
Selain itu apabila kita lihat dari segi
berkecambah sebesar 71,67%. Hal ini
pekerjaan, pada perlakuan A2 lebih
menunjukkan pada perlakuan A2
membutuhkan tenaga kerja yang banyak
pertumbuhan lebih cepat namun daya
untuk skala besar dan pekerjaannya kurang
berkecambah masih rendah akibat adanya
sederhana dibandingkan dengan perlakuan
serangan jamur pada awal perkecambahan.
kimia. Hal ini yang membuat perlakuan kimia
Hal ini sesuai dengan literatur Gardner et.al
lebih baik digunakan karena pekerjaan lebih
(1991) yang menyatakan bahwa
sederhana dan tidak memerlukan biaya yang
Pengguntingan kulit biji dilakukan dengan
809
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014
tinggi untuk upah tenaga kerja, sehingga pematahan dormansi dengan cara fisik dan
pekerjaan lebih efektif dan efisien. kimia berpengaruh nyata terhadap intensitas

Intensitas Dormansi (%) dormansi (Tabel. 4).

Hasil pengamatan dan analisis sidik

ragammenunjukkan bahwa perlakuan

Tabel 4. Rataan intensitas dormansi (%) dengan pematahan dormansi secara fisik dan kimia

Perlakuan Rataan intensitas dormansi (%)


A2 = Pengguntingan biji 0,00 f
A3 = Perendaman H2SO4 10 menit 1,67 f
A6 = Perendaman KNO3 24 jam 3,33 ef
A8 = Perendaman GA3 5 jam 8,33 e
A7 = Perendaman GA3 3 jam 28,33 d
A5 = Perendaman KNO3 12 jam 46,67 c
A4 = Perendaman H2SO4 15 menit 56,67 b
A1 = Kontrol 95,00 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa ini menunjukkan bahwa dormansi pada biji
intensitas dormannsi tertendah pada perlakuan tersebut sudah mampu terpecahkan dan

pengguntingan biji (A2) sebesar 0 % dan merupakan perlakuan yang dapat digunakan

intensitas dormansi tertinggi pada perlakuan untuk mematahkan dormansi biji mucuna.

kontrol (A1) sebesar 95 %. Peubah amatan intensitas dormansi

Pada intensitas dormansi (%) hasil diamati dengan melakukan uji tetrazolium.

yangmenunjukkan dormansi terendah Setelah biji ditunggu berkecambah sampai 30

merupakan perlakuan pematahan dormansi hari, biji yang tidak tumbuh di rendam dengan

yang terbaik. Pematahan dormansi pada biji tetztrazolium, biji yang berwarna merah pekat

dikatakan berhasil apabila nilai intensitas setelah direndam menunjukkan biji yang

dormansi < 20%. Dari nilai tersebut perlakuan masih sehat (dormansi), biji yang berwarna

yang mampu mematahkan dormansi biji pada merah pucat termasuk biji dengan embrio

perlakuan A2 sebesar 0%, A3 sebesar 1,67%, yang lemah dan biji yang tidak berwarna atau

A6 sebesar 3,33% dan A8 sebesar 8,33%. Hal sama dengan warna biji awal menunjukkan

810
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

biji mati. Pada perlakuan perendaman H2SO4 harga KNO3 lebih murah dibandingkan bahan

1% selama 15 menit (A4) setelah dilakukan kimia lainnya.

uji tetrazolium terdapat biji yang tidak

berwarna lebih banyak dibandingkan dengan DAFTAR PUSTAKA

biji yang masih segar. Hal ini menunjukkan Davies, P.J., 2004. Plant Hormones.
Physiology, Biochemistry, and
bahwa pada perlakuan A4 embrio biji mati Molecular Biology. KluwerAcademic
Publishers dengan perendaman dalam
dengan perlakuan H2SO4 1% selama 15 larutan Accu Zurr. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
menit.
Ellis, R. H., Hong, T. D., Robert, E. H., 1983.
Procedure for the safe removal of
SIMPULAN DAN SARAN dormancy in rice seed. Seed Sci &
Technol 11:77-112.
Perlakuan perendaman H2SO4
1% Faustina, E., Prapto, Y. dan Rohmanti R.,
2011. Pengaruh Cara Pelepasan Aril
selama 10 menit (A3), perendaman KNO3 1% dan Konsentrasi KNO3 Terhadap
Pematahan Dormansi Benih Pepaya
selama 24 jam (A6) dan perendaman GA3 300 (Carica papaya). Jurnal Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
ppm selama 5 jam (A8) dapat mematahkan
Gardner, F.P., Pearce, R.B., and Mitchell,
dormansi benih Mucuna dengan daya R.L., 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerbit Universitas
berkecambah > 80%. Daya berkecambah A3 Indonesia. Jakarta.

dan A6 sebesar 91,67% serta A8 sebesar Harjadi, S. S. 1994. Dormansi Benih. Dalam
Prosidding Kursus Singkat Pengujian
86,67 %. Penggunaan KNO3 1% selama 24 Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hasanah H. 1989. Fisiologi benih. Seed


jam lebih baik dibandingkan dengan technology trainings for researcher.
penggunaan H2SO4 1% dan GA3 300 ppm. Central Research Institute for Food
Crops. Dec. 4, 1989 - Jan. 27, 1990.
Saran Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih,
Pengolahan Benih dan Tuntunan
Peneliti menyarankan untuk Praktikum. Cetakan keempat. Rineka
Cipta. Jakarta.
pematahkan dormansi biji Mucuna bracteata
Lensari, D. 2009. Pengaruh Pematahan
D.C. menggunakan KNO3 1% selama 24 Dormansi terhadap Kemampuan
Perkecambahan Benih Angsana
jam, karena pekerjaan lebih sederhana dan (Pterocarpus indicus Will.). Skripsi.
Departemen Silvikultur. Fakultas
81
1
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.


Bogor

Sajad S, Hari S, Sri SH, Jusup S,


Sugihharsono dan Sudarsono. 1975.
Dasar- Dasar Teknologi Benih. Biro
Penataran. Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Salisbury, F. B and C. W. Ross. 1995. Plant


Physiology. Cbs Publishers and
Distributors. India.

Sari, H. P. 2012. Pertumbuhan dan Daya


Kecambah (Mucuna bracteata D.C.)
Melalui Pematahan Dormansi dan
Pemberian Zat Pengatur Giberelin
(GA3). Skripsi. Program Studi
Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Siregar, A. F. 2010. Pengaruh Pematahan


Dormansi terhadap Daya
Perkecambahan dan Pertumbuhan
Vegetatif dan Pertumbuhan Tanaman
Mucuna (Mucuna bracteata D.C.).
Departemen Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Subronto. 2002. Penggunaan kacangan


penutup tanah Mucuna bracteata pada
pertanaman kelapa sawit. Warta Pusat
Penelitian Kelapa Sawit 10 (1) 2002: 1-
6.

Sulaiman, F., Dwi, P.P., dan Tresna, R. 2008.


Studi Pematahan Dormansi benih
Mucuna bracteata. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya.
Palembang.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. CV


Rajawali. Jakarta.

812

You might also like