Pengaruh Pematahan Dormansi Secara Fisik
Pengaruh Pematahan Dormansi Secara Fisik
Pengaruh Pematahan Dormansi Secara Fisik
2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014
Dormancy breaking effect by Physical and Chemical Means on Germination Ability of seeds
Mucuna bracteata D.C.
1 2 2
Retno Puji Astari *, Rosmayati , Eva Sartini Bayu
1
Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan
20155 *Corresponding author : E-mail : retnopujiastari@ymail.com
ABSTRACT
Generative propagation of mucuna produces low germination percentage and requires long time to
germinate due to seed dormancy which is caused by the seed coat that is impermiable to oxygen
and/or water. This study is aimed to find out the effect of the treatment of chemical compund on
dormancy realease of mucuna seed. This study was held in the Laboratory of Plant Breeding
Association at Agriculture Faculty of University of North Sumatera (USU) (± 25 m asl) from May
to June 2013 by using random block design with 8 treatments. Each treatment was replicated 3
times. The treatments were without treatment (A1), the seed coat scarification and soaking in water
for 30 minutes (A2), soaking in 1% of H 2SO4 for 10 minutes (A3), soaking in 1% of H 2SO4 for 15
minutes (A4), soaking in 1% of KNO3 for 12 h ours (A5), soaking in 1% of KNO 3 for 24 hours
(A6), soaking in 300ppm of GA3 for 3 hours (A7), and soaking in 300ppm of GA3 for 5 hours
(A8). The parameters were moisture (%), germination capacity (%), germination speed (% / etmal),
dormancy intensity (%). The results show that dormancy release has significant effect on moisture
(%), germination capacity (%), germination speed (%/etmmal), and dormancy intensity (%). The
treatment of soaking in 1% of H 2SO4 for 10 minutes (A3), soaking in 1% of KNO 3 for 24 hours
(A6), and soaking in 300 ppm of GA 3 for 5 hours (A8) were the treaments that were able to release
Mucuna seed dormancy with germination capacity >80%; treatments A3 and A6 each produces
91.67% and A8 produces 86.67%. The best dormancy release was produced by treatment A6 that is
soaking in 1% of KNO3 for 24 hours compared with H2SO4 and GA3.
ABSTRAK
H2SO4 1% selama 10 menit, (A6) perendaman KNO 3 1% selama 24 jam dan (A8) perendaman GA 3
selama 5 jam merupakan perlakuan yang mampu mematahkan dormansi benih Mucuna dengan daya
berkecambah > 80%. Daya berkecambah A3 dan A6 sebesar 91,67% serta A8 sebesar 86,67
% Perlakuan pematahan dormansi yang terbaik adalah pada perlakuan (A6) perendamaan KNO3
1% selama 24 jam dibandingkan dengan penggunaan H2SO4 dan GA3.
tanaman dari famili leguminosae yang Biji-biji yang berkulit keras akan
memiliki masa dormansi yang cukup lama. menjadi permeabel terhadap air bila biji-biji
dari kulit biji. Lapisan kulit yang keras efek pemberian GA3 pada benih dapat
(Salisbury dan Ross, 1995). Harjadi (1994) asam giberelat (GA3) sehingga diharapkan
mengemukakan bahwa bahan kimia berupa mampu meningkatkan perkecambahan biji.
jam), A7 (perendaman giberelin (GA3) tidak berjamur dan tidak pecah, kemudian
300 ppm selama 3 jam) dan A8 (perendaman pengenceran bahan kimia, pengguntingan
giberelin (GA3) 300 ppm selama 5 jam) kulit pada sisi punggung biji, perendaman biji
dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan dosis 2 g/l kemudian biji dikecambahkan
dengan program analisis data SAS versi 9.1.3. dengan 20 biji/bak. Perkecambahan ditunggu
(%/etmal) dan intensitas dormansi (%). Pertambahan Kadar Air Biji (%)
cm sebanyak 24 bak, persiapan media kadar air biji (Tabel. 1). Kadar air biji
perkecambahan menggunakan pasir steril, lalu merupakan salah satu faktor yang
biji di seleksi yang digunakan adalah biji yang mempengaruhi kemampuan perkecambahan.
Tabel 1. Rataan kadar air (%) dengan pematahan dormansi secara fisik dan kimia
KNO3 mampu lunak kulit keras biji mucuna Daya Berkecambah (%)
sehingga biji mampu berimbibisi. Menurut Hasil analisis menunjukkan bahwa
Hasanah (1989) perendaman dalam larutan pematahan dormansi secara fisik dan kimia
benih yang diduga karena impermeabilitas berkecambah (Tabel. 2). Daya berkecambah
terhadap air dan oksigen. Menurut Faustina, merupakan parameter yang dapat
semakin tinggi.
Tabel 2. Rataan daya berkecambah (%) dengan pematahan dormansi secara fisik dan kimia
Perlakuan Rataan daya berkecambah (%)
A3 = perendaman H2SO4 10 menit 91,67 a
A6 = perendaman KNO3 24 jam 91,67 a
A8 = perendaman GA3 5 jam 86,67 a
A2 = pengguntingan biji 71,67 b
A7 = perendaman GA3 3 jam 65,00 b
A5 = perendaman KNO3 12 jam 48,33 c
A4 = perendaman H2SO4 15 menit 31,67 d
A1 = kontrol 5,00 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
Daya berkecambah biji Mucuna
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa daya
bracteata D.C.yang terbaik adalah perlakuan
berkecambah tertinggi pada perlakuan
perendaman dengan H2SO4 1% selama 10
perendaman dengan H2SO4 1% selama 10
menit (A3), perendaman KNO3 1% selama 24
menit (A3) dan perlakuan perendaman KNO3
jam (A6), dan perendaman dengan GA3 300
1% selama 24 jam (A6) sebesar 91,67 %,
ppm selama 5 jam (A8) karena menghasilkan
daya berkecambah terendah pada perlakuan
daya berkecambah > 80% dengan
A1 sebesar 5 %.
masing-masing daya berkecambah sebesar
807
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014
91,67% dan 86,67%. Perlakuan A3 lebih baik sebagai ion penerima elektron. Menurut
hanya 10 menit saja, sehingga memudahkan lapisan lignin pada kulit biji yang keras dan
pekerjaan dalam skala besar. Tetapi bila tebal sehingga biji kehilangan lapisan yang
dilihat dari segi ekonomis perlakuan A6 lebih permiabel terhadap gas dan air sehingga
baik digunakan dibandingkan perlakuan A3 metabolisme dapat berjalan dengan baik.
dan A8 karena harga KNO3 yang lebih murah Pada perlakuan perendaman dengan
dari pada kedua bahan kimia tersebut. GA3 300 ppm selama 5 jam (A8) masih
Menurut Lensari (2009) menyatakan bahwa termasuk perlakuan yang mempunyai daya
biji yang berkecambah > 80% merupakan biji berkecambah baik yaitu 86,67%. Hal ini
sebesar 91,67% dikarenakan KNO3 menyatakan bahwa cara kerja giberelin dalam
merupakan senyawa yang dapat mengaktifkan perkecambahan biji diawali dengan terjadinya
808
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014
Tabel 3. Rataan kecepatan tumbuh benih (%/etmal) dengan pematahan dormansi secara fisik dan
kimia
Tabel 4. Rataan intensitas dormansi (%) dengan pematahan dormansi secara fisik dan kimia
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa ini menunjukkan bahwa dormansi pada biji
intensitas dormannsi tertendah pada perlakuan tersebut sudah mampu terpecahkan dan
pengguntingan biji (A2) sebesar 0 % dan merupakan perlakuan yang dapat digunakan
intensitas dormansi tertinggi pada perlakuan untuk mematahkan dormansi biji mucuna.
Pada intensitas dormansi (%) hasil diamati dengan melakukan uji tetrazolium.
merupakan perlakuan pematahan dormansi hari, biji yang tidak tumbuh di rendam dengan
yang terbaik. Pematahan dormansi pada biji tetztrazolium, biji yang berwarna merah pekat
dikatakan berhasil apabila nilai intensitas setelah direndam menunjukkan biji yang
dormansi < 20%. Dari nilai tersebut perlakuan masih sehat (dormansi), biji yang berwarna
yang mampu mematahkan dormansi biji pada merah pucat termasuk biji dengan embrio
perlakuan A2 sebesar 0%, A3 sebesar 1,67%, yang lemah dan biji yang tidak berwarna atau
A6 sebesar 3,33% dan A8 sebesar 8,33%. Hal sama dengan warna biji awal menunjukkan
810
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014
biji mati. Pada perlakuan perendaman H2SO4 harga KNO3 lebih murah dibandingkan bahan
biji yang masih segar. Hal ini menunjukkan Davies, P.J., 2004. Plant Hormones.
Physiology, Biochemistry, and
bahwa pada perlakuan A4 embrio biji mati Molecular Biology. KluwerAcademic
Publishers dengan perendaman dalam
dengan perlakuan H2SO4 1% selama 15 larutan Accu Zurr. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
menit.
Ellis, R. H., Hong, T. D., Robert, E. H., 1983.
Procedure for the safe removal of
SIMPULAN DAN SARAN dormancy in rice seed. Seed Sci &
Technol 11:77-112.
Perlakuan perendaman H2SO4
1% Faustina, E., Prapto, Y. dan Rohmanti R.,
2011. Pengaruh Cara Pelepasan Aril
selama 10 menit (A3), perendaman KNO3 1% dan Konsentrasi KNO3 Terhadap
Pematahan Dormansi Benih Pepaya
selama 24 jam (A6) dan perendaman GA3 300 (Carica papaya). Jurnal Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
ppm selama 5 jam (A8) dapat mematahkan
Gardner, F.P., Pearce, R.B., and Mitchell,
dormansi benih Mucuna dengan daya R.L., 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerbit Universitas
berkecambah > 80%. Daya berkecambah A3 Indonesia. Jakarta.
dan A6 sebesar 91,67% serta A8 sebesar Harjadi, S. S. 1994. Dormansi Benih. Dalam
Prosidding Kursus Singkat Pengujian
86,67 %. Penggunaan KNO3 1% selama 24 Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor
812