3316 11926 2 PB 1
3316 11926 2 PB 1
3316 11926 2 PB 1
Abstract: Changes in the morphology of the Pedes River have made the route of the Tegal-
Purwokerto highway and the Tegal-Purwokerto railway line in Kutamendala Village,
Tonjong District, Brebes Regency, landslide. The results of the identification of landslide
events indicate that landslides are caused by erosion (scouring) at the base and foot of the
cliff; the river slopes are formed from the lava deposits of Mount Slamet which are porous
and easily eroded and seepage from channels from rice fields and settlements from the top of
the cliff. The results of the analysis of the stability of the existing slope of the cliff after the
landslide showed that the slope was in a critical condition (safety factor = 0.85) so treatment
was needed. The concept of handling landslides on the Pedes River cliffs is slope
reinforcement using piles as deep as 20 m (0.80 m in diameter) installed at a distance of 1 m
or 7 pieces of soil nailing (diameter 25 mm) along 12 m horizontally installed with a
horizontal and vertical installation distance of 1m; protection of the foot of the cliff from
scouring with a gabion lay dam or rip rap as deep as 2,103 m, arrangement of the top of the
cliff. The results of slope stability analysis using the Hyrcan 1.90 program in the most critical
conditions (rapid low tide and earthquake loads, kh=0.032) show that the concept of slope
reinforcement has increased the safety factor to 1.203 (for piles) and 1.178 (for soil nailing).
Keywords: landslide, slope stability, pile and soil nailing
A. Pendahuluan
Perubahan morfologi pada Sungai Pedes telah membuat beberapa infastruktur
pemerintah mengalami kerusakan. Seperti yang terjadi pada longsoran tebing Sungai Pedes di
Desa Kutamendala tahun 2015 hingga membuat trase ruas jalan raya Tegal - Purwokerto ruas
Ciregol KM.115+350 sampai dengan KM. 115+550 kritis dan dipindahkan ke lokasi yang
lebih aman. Kondisi longsoran tebing Sungai Pedes yang mengancam kestabilan jalan raya
Tegal - Purwokerto tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kejadian longsoran bahu dan drainase jalan raya Tegal - Purwokerto ruas Ciregol
tahun 2015 (Dokumentasi Pribadi)
Selain infrastruktur jalan, perubahan morfologi Sungai Pedes juga membuat jalur rel
kereta api Tegal - Purwokerto yang berada di hilir longsoran jalan raya Tegal - Purwokerto
menjadi ikut terancam. Untuk menjamin keamanan pada infrastruktur tersebut diperlukan
penanganan baik perkuatan tebing maupun konstruksi pengaman sungai. Kondisi longsoran
tebing Sungai Pedes yang mengancam infrastruktur jalan rel kereta api dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. Kondisi longsoran tebing Sungai Pedes di Desa Kutamendala, yang mengancam
kemanan jalur kereta api Tegal-Purwokerto (Dokumentasi Pribadi)
Penelitian ini memiliki tujuan untuk merencanakan desain penanganan longsoran tebing
sungai secara komprehensip, meliputi aspek hidrologi, hidrolika dan geoteknik sehingga
dapat dijadikan referensi pengelola sungai dalam mengambil kebijakan nantinya.
Gambar 4. Morfologi sungai pada longsoran tebing Sungai Pedes di Desa Kutamendala
(Sumber : Diolah dari Peta Citra Satelit Google Earth, tahun 2021)
Gambar 5. Peta regional lokasi longsoran Sungai Pedes (Sumber : Diolah dari Peta Geologi
Regional Lembar Purwokerto dan Tegal)
Tebing tersusun dari perselingan antara endapan kolluvial (batu, kerikil dan pasir) dan
alluvial (pasir dan lanau). Kedalaman longsoran yang terjadi tidak mencapai bagian dasar
yang berupa batu pasir padat.
Geologi regional lokasi longsoran Sungai Pedes
Gambaran kondisi geologi regional lokasi kajian dapat dilihat pada Gambar 10.
Longsoran Sungai Pedes Di Desa Kutamendala ini berada pada Formasi Qls (Endapan lahar
Gunung Slamet) yang terdiri dari lahar, bongkahan batuan Gunung Api bersusunan andesit-
basal. Dari singkapan longsoran yang ada diketahui bahwa tebing Sungai Pedes merupakan
lapisan porus yang memiliki sifat mudah tererosi dan tergerus.
Analisis Hidrologi Sungai Pedes
Sungai Pedes memiliki luas 51.25 km 2 dan panjang 30.71 km. Berdasarkan data curah
hujan harian maksimum tahunan dari 2 stasiun hujan, yaitu Bumijawa dan Tonjong dapat
dihitung curah hujan rancangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Pedes dengan menggunakan
Persamaan 1 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Debit banjir rencana dihitung dengan
Persamaan 2 sampai dengan Persamaan 4 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Posisi
lokasi penelitian pada DAS Pedes dapat dilihat pada Gambar 6. Hidrograf sintetik Gama I
debit banjir Sungai Pedes disajikan pada Gambar 7.
Stasiun Hujan
Tonjong
Sungai
Pedes
Gambar 8. Situasi longsoran Sungai Pedes memiliki sudut tikungan (α=750) jari-jari (r=74.33
m dan kemiringan dasar 0.0058 (Sumber : Scalarindo Utama Consult, 2018)
Gambar 9. Kurva Grain Size Analisys sedimen Sungai Pedes menghasilkan nilai D50=0.18
mm dan D90 = 3.00 mm
Gambar 10. Profil aliran Sungai Pedes, debit banjir 1 tahunan, tinggi muka air 0.94 m (Hasil
analisis)
Gambar 11. Profil aliran Sungai Pedes, debit banjir 50 tahunan, tinggi muka air 1,75 m
(Hasil analisis)
Ketinggian air akibat terjadinya banjir dengan kala ulang 50 tahun cukup rendah bila
dibandingkan dengan ketinggian tebingnya. Perbedaan saat muka air tinggi (banjir Q-50th)
dan rendah (banjir Q-1th) cukup kecil sehingga pengaruh terjadinya surut cepat juga kecil.
Gambar 12. Prediksi kedalaman gerusan dengan Metode USACE menghasilkan nilai 2.10 m
(Hasil analisis)
Selanjutnya Prediksi kedalaman metode USACE EM 1110-2-1601 dihitung dengan
menggunakan fitur kalkulator penghitung kedalaman gerusan pada menu “Hydraulic Design
Function” dari Hec Ras 6.1. Perhitungan kedalaman gerusan dapat dilihat pada Gambar 13
dan Gambar 14.
Gambar 13. Ilustrasi kedalaman gerusan pada penampang sungai yang dihitung dengan
Metode USACE (Hasil analisis)
Untuk melindungi kaki lereng dari potensi gerusan yang terjadi maka diusulkan untuk
memberi pekuatan pada kaki lereng dengan konstruksi laydam bronjong atau rip rap dengan
kedalaman minimal sama dengan hasil perhitungan potensi gerusan sedalaman 2.101 m.
Analisis Stabilitas Lereng Sungai Pedes
Penyelidikan geoteknik pada tebing Sungai Pedes berupa bor mesin, pengujian N-SPT,
pengambilan sampel dan analisis laboratorium mekanika tanah. Pengambilan sampel tanah
hanya dapat dilakukan sampai kedalaman 7.5 m karena selebihnya berupa batu pasir dan
pasir lepas. Berdasarkan hasil penyelidikan geoteknik tebing Sungai Pedes dibagi menjadi 5
lapisan seperti dapat dilihat pada Gambar 19 dan Tabel 4.
Tabel 4. Parameter tanah untuk analisis stabilitas lereng (Hasil analisis)
Jenis Tanah ϒsat ϒb N-SPT Cu Ø
Layer
Layer
kN/m3 kN/ Rerata kN/m2
m3
1 Lempung 17.26 16.89 10.30 59.90
Kepasiran
2 Pasir Padat 15.42 15.89 20.00 32.80
3 Pasir Padat 19.96 17.32 37.25 37.53
4 Pasir Padat 18.23 18.14 30.60 35.70
5 Pasir Padat 20.00 19.00 60.00 43.10
Gambar 14. Tebing Sungai Pedes dibagi menjadi 5 lapisan (Hasil analisis)
Hasil analisis stabilitas lereng Sungai Pedes metode kesetimbangan batas plastis metode
Simplified Bishop pada kondisi eksisting pasca longsoran dengan bantuan Program Hyrcan
1.90 menghasilkan nilai SF=0,85 yang menunjukkan bahwa lereng tersebut belum aman
(SF<1). Hasil analisis stabilitas lereng Sungai Pedes pada kondisi eksisting dapat dilihat pada
Gambar 15.
Gambar 15. Hasil analisis stabilitas lereng pada kondisi eksisting menghasilkan nilai SF=0.85
(Hasil analisis)
Analisis Stabilitas Perkuatan Lereng Sungai Pedes
Untuk meningkatkan stabilitas lereng pada Sungai Pedes maka dalam penelitian ini akan
dikaji dua alternatif pendekatan, yaitu pile dan soil nail.
Alternatif pertama perkuatan lereng Sungai Pedes menunjukkan bahwa dengan
memberikan perkuatan lereng berupa pile sedalam 20 m dan jarak pemasangan 1 m, nilai
angka keamanan (SF) meningkat menjadi 1.344 seperti dapat dilihat pada Gambar 20.
Alternatif kedua perkuatan lereng berupa soil nail dengan panjang 12 m, jarak
pemasangan 2 m, sudut pemasangan 00 dari garis horisontal, nilai SF meningkat menjadi
1.429 seperti dapat dilihat pada Gambar 21. Rekapitulasi hasil analisis stabilitas dua alternatif
perkuatan lereng dengan berbagai kondisi dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 16. Hasil analisis stabilitas perkuatan lereng dengan menggunakan pile dapat
meningkatkan nilai SF menjadi 1.463
(Hasil analisis)
Gambar 17. Hasil analisis stabilitas perkuatan lereng dengan menggunakan soil nail dapat
meningkatkan nilai SF menjadi 1.429
(Hasil analisis)
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Stabilitas Konsep Perkuatan Lereng Sungai Pedes Dalam
Berbagai Kondisi (Hasil analisis)
Kondisi Angka Keamanan
Alternatif Alternatif
1 (Pile) 2 (Soil
Nail)
Kosong 1.463 1.469
Muka Air Rendah 1.270 1.228
Muka Air Banjir 1.273 1.235
Surut Cepat 1.270 1.228
Surut Cepat Beban 1.203 1.176
Gempa
Gambar 18. Perkuatan lereng Sungai Pedes menggunakan pile sedalam 20 m, dipasang
dengan jarak 1m dengan pile shear strength (Tmax) = 330 kN (Sumber : Hasil analisis)
Dengan menggunakan Gambar 5, dapat dihitung nilai 𝑛ℎ dari nilai N-SPT sampai
kedalaman yang direncanakan. Rekapitulasi nilai 𝑛ℎ untuk masing-masing layer tanah
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi nilai 𝑛ℎ untuk masing-masing layer tanah (Hasil analisis)
No Depth (m) Average Low Mid Average
N-SPT bond Value nh
nh nh
Kg/cm3 Kg/cm3 Kg/cm3
1 31.50-21.50 13.00 1.50 2.10 1.80
Sehingga, nilai tahanan panjang maksimal untuk tiang pancang kedalaman 20 m dihitung
dengan Persamaan 13 sebagai berikut :
Panjang tiang pancang tidak boleh kurang dari yang dihasilkan oleh Persamaan 14.
Dengan rencana angka keamanan SF= 1.4 didapat kedalaman minimal pancang = 1.4 x 9.21
= 12.81 m sehingga rencana kedalaman 20 m telah aman.
Perhitungan Dimensi Nail
Bagian-bagian utama soil nailing dapat dilihat pada Gambar 7. Detail bagian soil nailing
yang akan digunakan akan dijelaskan sebagai berikut :
- Batang baja (Nail bars) yang digunakan memiliki diameter 25 mm, daya dukung tarik
420 Mpa jumlah 7 buah dengan panjang 12 m;
- Nail Head adalah bagian ujung dari baja yang menonjol dari wall facing sepanjang 25
cm;
- Hex nut (mur persegi enam) diameter 25 mm. Washer (cincin yang terbuat dari karet atau
logam).
- Bearing plate (plat penahan) umumnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 250 mm
tebal 19 mm dan kuat leleh 250 Mpa.
- Grout untuk soil nailing berupa adukan semen pasir tipe 1.
- Centralizers adalah alat yang dipasang pada sepanjang batangan baja dengan jarak
tertentu (0.5-2.5) untuk memastikan tebal selimut beton sesuai rencana sehingga
terhindar dari karat.
- Wall facing berupa panel beton pracetak terbuat dari shotcrete dan tulangan wiremess
M15.
Reinforcement alternatif 2 perkuatan lereng Sungai Pedes dengan soil nail dapat dilihat
pada Gambar 19.
Gambar 19. Reinforcement alternatif 2 perkuatan lereng Sungai Pedes (Hasil analisis)
Gambar 20. Alternatif 1 perkuatan lereng Sungai Pedes menggunakan Pile (Hasil analisis)
Gambar 21. Alternatif 2 perkuatan lereng Sungai Pedes menggunakan Soil Nailing (Hasil
analisis)
D. Penutup
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
Daftar Pustaka
Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum,
2002. Buku Petunjuk Teknis Perencanaan Dan Penanganan Longsoran. Jakarta
Duncan, J.M., Wright, S.G. and Brandon, T.L.(2014), Soil Strength and Slope Stability, John
Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey
Soewarno, 1987. Hidrologi, Nova, Bandung
Soemarto, CD, 1987. Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya
Hydrologic Engineer Center River Analysis System, Hydraulic Refference Manual Version
6.1. 2021, US Army Corp Of Engineer, Institute For Water Resources, Hydrologic
Engineering Center 609 Second Street Davis, CA 95616
Wesley, Laurence D, 2012. Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan Dan Residu, Andi
Yogjakarta, Yogjakarta
Look, Burt, 2007. Handbook Of Geotechnical Investigation And Design Tables, Taylor &
Francis/Balkema, London
Peck, R.B., Hanson, W.E., and Thornburn, T.H., (1974), Foundation Engineering”. John
Wiley & Sons.
Badan Standarisasi Nasional, 2019. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk struktur
Bangunan Gedung Dan Non Gedung (SNI 1726)
Pusat Studi Gempa Nasional, 2017. Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Nasional 2017, Pusat
Litbang Perumahan Dan Pemukiman, Balitbang KEMEN PUPR, Bandung
Nippon Steel Corporation, 1987. Steel Sheet Piling Design Manual. Japan
Prasant, Amit and Mousumi Mukherjee (2010), Soil Nail For Stabilization Of Steep Near
Railway Tracks. Departement Of Civil Engineering, Indian Institute of Technology
Kanpur