Jurnal Masjid Jamik

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

156

ESTETIKA ORNAMEN MASJID JAMI’


AIR TIRIS KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Rahmayanis, Ahmad Akmal, Riswel Zam

ABSTRACT

This writing reveals the aesthetics of ornaments on the Mosque Jami’ located on
Pasar Usang, Air Tiris, Kampar district, Riau province. Ornaments found on the mosque
inspired by the form of plants, animal, geometry, universe, calligraphy and other forms.
The forms of plant are keluk pakis (fern branch), pucuk rebung (baby bamboo) and
tampuk manggis (mangosteen calyx); the motif of animal is lebah bergayut (swaying
bee); and the motifs of universe are spirals, cloud, moon and star. Ornaments are applied
on the wall, roof, pole, podium, tower and list-plank. Mosques ornaments have meaning
and function as building decoration and symbolizing the unity of Air Tiris people. The
contents of form and meaning in their application are related to the function of mosque
namely as the place for conducting religious activities and democratic discussions. The
application of carving ornament forms based on the cultural and aesthetic studies is
related to meaning and philosophy that refer to noble values in people’s life namely
customary and religious values. This research used qualitative method that had
descriptive characteristic, and use cultural approach as the basis of analysis. Data were
collected through observation done to the forms of contents of ornaments possessing
the identity of Mosque Jami’ and through interview done with interviewees. Analysis
was conducted by formulating the content, form and meaning of ornaments on Mosque
Jami’ with the help of cultural theory and aesthetic theory in order to perform
interpretation that resulted on the conclusion.

Keywords: Aesthetics, Ornaments, Mosque Jami’, Air Tiris

A. PENDAHULUAN dari kata “ornare” yang artinya hiasan


Masjid di Indonesia sangat bera- atau perhiasan. Ornamen terdiri ber-
gam bentuknya sesuai dengan waktu bagai jenis motif digunakan sebagai
pendiriannya serta pemimpin yang penghias. Oleh karena itu, motif meru-
menyebarkan Islam pada masa itu. pakan dasar untuk menghias suatu
Masjid mempunyai ciri khas masing- ornamen. Pada mulanya ornamen ter-
masing sesuai dengan pendirinya dan sebut berupa garis lurus, garis patah,
kebudayaan masyarakat di sekitarnya. garis miring, garis sejajar, garis leng-
Perbedaaan yang begitu jelas terlihat kung, lingkaran dan sebagainya yang
dari segi bentuk bangunan yang berbeda kemudian berkembang menjadi berma-
dengan masjid lainnya, bahan-bahan cam-macam bentuk yang berane-ka
yang digunakan, ornamen-ornamen ragam coraknya (Toekio, 1987: 8–10).
yang berada di dalamnya. M. Soegeng Untuk itu perlu digali lebih jauh
Toekio mengatakan bahwa kata orna- mengenai perbedaan dan persamaannya
men sendiri berasal dari bahasa Yunani karakteristik ornamennya. Pada setiap

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


157
penampilan ornamen dari suatu karya tersebut merupakan hasil karya yang
arsitektur dapat dikenal unsur yang diciptakan dengan penghayatan tinggi,
tidak dapat dipisahkan dari rasa kein- dan dapat dikatakan mewakili perja-
dahan manusia. Pemakaian ornamen lanan hidup manusia yang mendu-
biasanya terselip suatu pesan tersendiri kungnya.
dan merupakan latar belakang budaya Masalah yang dibicarakan dalam
yang ada pada saat itu. artikel ini fokus pada: pertama, estetika
Masjid merupakan suatu karya ornamen Masjid Jamik Air Tiris; kedua,
budaya yang hidup, karena masjid me- keberadaan bentuk ornamen serta
rupakan karya arsitektur yang dipakai makna falsafah yang terkandung di
oleh masyarakat muslim secara luas, dalam ornamen tersebut; ketiga, kontak
dan digunakan terus-menerus dari budaya daerah Air Tiris dengan daerah
generasi ke generasi. Sebagai bangunan lain.
religius, Masjid adalah represen- Data kualitatif menjadi konse-
tasi/perwakilan dari komunitas ummat kuwensi logis peneliti sebagai instrumen
Islam yang juga kaya dengan nilai-nilai dalam melakukan penelitan. Jenis pe-
kearifan lokal. Budaya yang terkait nelitian ini digunakan untuk membantu
dengan sistem ide dan aktifitas ma- mengumpulkan data-data yang bersifat
syarakat, seperti yang dinyatakan oleh filosofis dan antropologis, sehingga hasil
Koentjaraningrat tentang wujud kebu- tafsiran terhadap data-data yang ber-
dayaan, berupa: (1) kompleks ide-ide, kaitan dengan ornamen Masjid Jami’,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, pera- yang dituliskan dengan mengungkap
turan dan sebagainya, (2) kompleks fenomena sosial budaya masyarakat Air
aktivitas dan tindakan berpola dari Tiris Kampar. Pelaksanaan penelitian
manusia dalam masyarakat, dan (3) ini, merupakan serangkaian kegiatan
benda-benda hasil karya manusia yang dimulai dari pengumpulan data,
(Koentjaraningrat, 2005: 5). Ketiga pengolahan dan penyajian hasil dalam
komponen ini saling terkait satu dengan bentuk formal ilmiah.
yang lain. Ide yang mencakup nilai-nilai
kepercayaan, pengetahuan, simbol- B. MENGENAL MASJID JAMI’ AIR TI-
simbol, dan teknologi yang dimiliki RIS KAMPAR
bersama oleh sebagian besar anggota Masjid Jami’ berada di pinggir
suatu sosial yang dijadikan pedoman sungai Kampar tepatnya di Pasar Usang
dalam berperilaku (Koentjaraningrat, Air Tiris, Desa Tanjung Berulak, Ka-
2005 : 5). nagarian Air Tiris, Kecamatan Kampar,
Terkait dengan penjelasan Koen- Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Pem-
tjaraningrat di atas, Masjid merupakan bangunan Masjid di mulai pada tahun
salah satu hasil karya manusia. Masjid 1901 M dan selesai pada tahun 1903 M,
Jami’ Air Tiris merupakan lambang yang diprakarsai oleh seorang ulama
sejarah tentang kehidupan manusia Air bernama Dt. Ongku Mudo Songkal,
Tiris, khususnya di Pasar Usang. Lam- dengan dibantu oleh para Ninik Mamak
bang sejarah yang termuat dalam Masjid Nan Dua Belas dari berbagai suku yang
Jami’ dapat diartikan bahwa bangunan ada dalam kampung, beserta masya-

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


158
rakat Kanagarian Air Tiris secara ber- yang terdapat adalah sebuah bangunan
gotong royong (Abas Hasan, 2010:1). Masjid jami’. Pendukung daripada bu-
Bentuk Masjid Jami’ Pasar Usang daya yang ada yaitu penduduk ataupun
Air Tiris ini dibuat berbeda dengan masyarakat daerah Air Tiris. Efek yang
Masjid-Masjid yang lain. Perbedaan yang ditimbulkan akibat keberadaan Masjid
begitu jelas tampak dari segi bangunan Jami’, adalah: (1) adanya rasa memiliki,
seperti rumah panggung dengan atap bahwa masjid yang ada merupakan
berbentuk limas tupang tiga atau tiga “kepunyaan masyarakat Air Tiris”, ka-
tingkat yang meruncing ke atas seperti rena artefak budaya ini berada dalam
piramida. Effendy mengatakan bahwa kawasan daerah air Tiris Kampar; (2)
hakekatnya, bangunan tradisional Mela- masjid Jami’ Air Tiris Kampar meru-
yu Riau ditentukan nama bentuknya pakan simbol kebesaran masyarakat
dengan bentuk atap bangunan itu, pada masa lalu sampai masa sekarang,
bangunan beratap limas disebut “rumah secara tak langsung menim-bulkan rasa
limas” (Effendy, 1993: 14). Orang bangga pada diri masyarakatnya, karena
Melayu mengenal lambang berbentuk di daerahnya terdapat sebuah artefak
limas berkaitan dengan kepercayaan budaya bersejarah, se-hingga daerah ini
Hindu dan Budha. Pengaruh Hindu-Bu- dikenal dan didatangi oleh masyarakat
dha pada bangunan yang ada diling- dari luar daerah Air Tiris.
kungan masyarakat Melayu terlihat je-
las, karena agama Hindu-Budha lebih C. ESTETIKA ORNAMEN MASJID JA-
dahulu masuk ke tanah Melayu (Effendy, MI’ AIR TIRIS
Estetika adalah ilmu yang mem-
1993: 65).
pelajari segala sesuatu yang berkaiatan
dengan keindahan, meliputi keindahan
alam dan buatan manusia. Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu
yang baik dan menyenangkan (Kartika,
2007: 2). Estetika berarti kepekaan
untuk menanggapi sebuah objek, ke-
mampuan pencerapan indra, sebagai
Gambar 1 sensitivitas, studi tentang keindahan
Bangunan Masjid Jami’ dari Samping Kiri
(Kutha, 1986: 4). Kayam mengatakan
bahwa ornamen yang merupakan ba-
Masjid Jami’ merupakan sebuah hagian dari estetika kebudayaan tidak
produk budaya peninggalan masyarakat hanya sebagai pernyataan seni, tetapi
Air Tiris pada masa lampau. Menurut juga sebagai manifestasi kehidupan
Raymond Williams, budaya dibagi men- masyarakat pendukungnya, atau ungka-
jadi tiga bagian, yaitu: produk budaya pan kreatifitas dari kebudayaan itu
itu sendiri, pendukung daripada budaya sendiri” (Kayam,1981/1982: 5). Estetika
yang ada, dan efek yang ditimbulkan Ornamen Masjid Jami’ Air Tiris Kampar
oleh keberadaan budaya itu sendiri adalah sebuah kajian keindahan yang
(Williams , 1981: 17). Produk budaya diperoleh melalui bentuk visual dari

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


159
ukiran dan susunan papan-papan yang
dibentuk sedemikian rupa, sehingga
mewujudkan sebuah ragam hias yang
bermakna, yang merupakan manifestasi
kehidupan masyarakat Air Tiris, serta
ungkapan kreativitas dari kebudayaan
masyarakat itu sendiri sebagai salah
satu bahagian dari kebudayaan Melayu
Riau.
Menurut A.A. Djelantik kesenian
mengandung tiga aspek, yaitu: bentuk,
isi dan penyajian (Djelantik, 1999: 17).
Hal ini juga sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Feldman bahwa teori
estetika berkenaan dengan bentuk, fung-
si dan makna yang terkandung dalam Gambar 2
sebuah seni (1967: 1-498). Bentuk yang Ornamen yang terdapat pada Masjid
paling sederhana dalam seni rupa ada- Jami’ Air Tiris
lah titik, kumpulan titik ini kemudian
menjadi sesuatu bentuk (Djelantik, Pemaknaan ornamen disetiap
2004: 18). Bentuk merupakan sesuatu daerah hampir sama, begitu juga di
yang diamati, sesuatu yang memiliki daerah Riau. Umumnya, makna ornamen
makna, dan sesuatu yang berfungsi yang ada merupakan simbol kemak-
secara struktural pada objek-objek seni muran, kesejahteraan dan kehidupan
(Feldman, 1967: 234). yang harmonis dunia dan akhirat.
Ornamen juga merupakan bagian yang
1. Bentuk dan Makna Ornamen Masjid tak terpisahkan dengan bangunan. Ti-
Jami’ Air Tiris dak semua ornamen berbentuk ukiran,
Bentuk ornamen yang terdapat adakalanya ornamen berbentuk susunan
pada Masjid berdasarkan pada bentuk dari papan-papan yang langsung
alam sekitar, merupakan ragam hias dijadikan dinding pada bangunan yang
yang umumnya terdapat di daerah ada, ataupun memberi lukisan ragam
Melayu Riau. Seperti bentuk tumbuh- hias pada dinding rumah sebagai
tumbuhan (bunga dan kuntum, Kaluk pengganti ukiran kayu (Dora, 2013: 87-
Pakis/Akar Pakis, dan Gombak Berleng- 88).
gek), bentuk Hewan (Lebah Bergan-
tung), bentuk alam (Bintang, Bulan 2. Fungsi dan Penerapan Ornamen pa-
Sabit, dan awan, gasing-gasing), bentuk da Masjid Jami’ Air Tiris Kampar
Geometris dan bentuk lain (Kisi-kisi dan Masjid Jami’ Air Tiris Kampar
bentuk garis yang timbul dari susunan merupakan simbol kebesaran nagori, hal
papan), serta bentuk Kaligrafi. ini dikarenakan masyarakat Air Tiris
dengan bergotong royong. Tanda dari
kebesaran ini dilengkapi dengan pene-
Vol. 3, No. 2, Oktober 2016
160
rapan ragam hias pada Masjid. Jadi ilmu yang mempelajari peran tanda
jelaslah bahwa hubungan antara ragam (sign) sebagai bagian dari kehidupan
hias dan fungsi sosial masyarakat Air sosial (Ferdinand de Saussure), Roland
Tiris adalah membangun makna status Bhartes dalam Yasraf Amir Piliang
sosial, baik bagi masyarakat Air Tiris mengatakan bahwa tanda merupakan
maupun bagi nagori. Gustami dalam sebuah kesatuan antara sesuatu yang
buku Nukilan Seni Ornamen Indonesia bersifat material yang disebut sebagai
juga menjelaskan bahwa ekspresi estetis penanda (signifier), dan sesuatu yang
yang lahir dari ornamen atau ragam hias bersifat konseptual yang disebut dengan
tersebut lebih berfungsi sebagai simbol petanda (signified), (Piliang, 2003: 47).
yang sangat dekat dengan kondisi dan Dikaitkan dengan ragam hias yang
situasi sekitarnya (Gustami, 2008: 20- melekat pada bangunan istana, bentuk
21). ragam hias yang ada pada bangunan
Ornamen berfungsi sebagai deko- merupakan sebuah simbol yang me-
rasi dan simbol yang berkaitan dengan rupakan penanda (signifier), dan makna
kehidupan masyarakat. Ornamen ber- ataupun fungsi daripada ragam hias
fungsi dekorasi yaitu sebagai pelengkap
pada istana merupakan petanda (sig-
bangunan masjid dan menambah ke-
indahan masjid. Ornamen berfungsi se- nified) dari simbol ataupun bentuk
bagai simbol, maksudnya ialah ornamen ragam hias yang ada.
masjid Jami’ melambangkan kesela-
matan pemakai dan pengunjung masjid, D. HUBUNGAN BUDAYA AIR TIRIS
penolak bala, memberikan rezeki, KAMPAR DENGAN DAERAH LAIN
kemakmuran dan kesuburan, keda- Secara geografis, Air Tiris ter-
maian, kerukunan hidup, serta ketaq-
letak di pinggir Sungai Kampar, sehingga
waan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ornamen diterapkan pada atap bang- memungkinkan terjadinya kontak buda-
unan, di bawah atap, Di dinding, di atas ya luar yang datang ke daerah Air Tiris
pintu dan di atas jendela bangunan, dengan berbagai tujuan, tujuan ber-
serta pada tiang, mimbar dan mihrab. dagang maupun tujuan lainnya, sehingga
Yakob Sumardjo mengataan bahwa kebudayaan yang ada di Air Tiris bisa
selain berfungsi sebagai penghias dan terpengaruh ataupun berbaur dengan
pelengkap bangunan, ornamen ini juga
kebudayaan yang dibawa oleh kaum
berfungsi sebagai simbol kebesaran
masyarakat. Fungsi simbol adalah ke- pendatang. Dengan adanya pembauran
selamatan, manusia mencari keselama- ataupun pengaruh dari kebudayaan luar
tan dengan menghindari malapetaka, yang dibawa oleh pedagang ataupun
manusia mempunyai keinginan untuk pendatang lainnya, secara tidak lang-
selalu hidup dan selamat (Sumardjo, sung, sedikit banyaknya kebudayaan asli
2006: 65).
daripada kebudayaan yang terdapat di
Bentuk-bentuk ornamen yang
Air Tiris mengalami perubahan ataupun
ada merupakan simbol yang melam-
perkembangan.
bangkan atau menandakan kebesaran
Rogers dan Shoemaker (1971)
(status) pemilik bangunan, kemakmu-
dalam Poerwanto mengatakan bahwa
ran, ketaqwaan terhadap Sang Pencipta,
sumber perubahan bisa berasal dari
dan lain sebagainya. Dalam semiotika,
dalam, yang disebut dengan perubahan

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


161
immanen, dan perubahan yang berasal dayaan akan memiliki daya tahan yang
dari luar yang disebut dengan kontak lama (Sachari, 2002: 73). Selain itu,
(Poerwanto, 2008: 170). Sejalan dengan proses akulturasi adalah unsur diteri-
teori perubahan kebudayaan, William A. manya kebudayaan luar, yang diolah ke
Haviland mengatakan bahwa mekanis- dalam kebudayaan asal, tanpa menye-
me yang terlibat dalam perubahan babkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan antara lain adalah akul- kebudayaan asal tadi (Koentjaraningrat,
turasi (Haviland, 1988: 253). Reidfield , 1994).
Linton dan Herskovits dalam havilan Melalui lalu lintas perdagangan,
mengatakan bahwa akibat bertemunya terdapat budaya Minangkabau yang
dua kebudayaan, kedua belah pihak masuk dari arah hulu sungai Kampar
saling mempengaruhi dan akhirnya dan pengaruh Eropa dan budaya serta
kebudayaan mereka berubah bentuk adat istiadat masyarakat Air Tiris dari
(Haviland, 1988: 117). Sementara itu, Selat Malaka yang masuk dari arah
Berry mengatakan bahwa setiap budaya muara Sungai Kampar. Pengaruh ma-
dapat mempengaruhi budaya lainnya suknya budaya Minangkabau juga
secara sama, tetapi dalam prakteknya, berasal dari faktor syiar Agama Islam
budaya yang satu cendrung mem- yang dibawa oleh Ulama Besar Syech
pengaruhi budaya lain, yang akhirnya Burhanuddin dari Timur Tengah beserta
menggiring ke arah pembedaan antara pengikutnya dari Sumatera Barat dalam
‘kelompok dominan’ dan ‘kelompok menyebarkan syiar Agama Islam ke
berakulturasi’ (Berry, 1999: 531). daerah Kampar kanan (Dora, 2013: 47-
Akulturasi merupakan keadaan 48).
yang dihasilkan oleh adanya pertemuan Di daerah Air Tiris Kampar ter-
yang serius dan terus menerus antara dapat kontak budaya antara kebu-
sekelompok manusia dengan kelompok dayaan/budaya masyarakat Air Tiris
lain yang memiliki kebudayaan yang Kampar dengan budaya masyarakat luar
berbeda, sehingga menimbulkan peru- daerah Air Tiris Kampar yang datang
bahan pada pola kebudayaan aslinya melalui jalur perdagangan maupun
baik di salah satu sisi atau kedua melalui jalur lain. Berdasarkan sejarah
kelompok yang bertemu. Dengan kata Kampar, terdapat hubungan antara
lain, perkembangan kebudayaan lebih Kampar dengan Sumatera Barat, hal ini
banyak dipengaruhi oleh faktor dari terbukti daerah Limo kotonya. Daerah
luar, yaitu pengaruh kebudayaan lain ini dahulunya merupakan bagian dari
yang mempengaruhi kebudayaan lama persukuan – budaya – Minangkabau di
(Soedarso, 2006: 73-74 dan 77). Sumatera Barat. Pada masa pemerin-
Agus Sachari juga menyatakan tahan sistem adat kenagerian yang
bahwa proses akulturasi merupakan dipimpin oleh datuk atau ninik mamak,
keseragaman (homogeneity), seperti ni- pemerintahan Kampar dikenal dengan
lai baru yang tercerna akibat keseru- sebutan “Andiko 44” yang sekarang
paan tingkat dan corak budayanya. menyatu dalam wadah Lembaga Ke-
Suatu nilai yang tepat fungsi dan ber- rapatan Adat Tiga Kabung Air
manfaat bagi pengembangan kebu- (LKATIKA). Batasan daerah kampar

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


162
adalah Singo sipisak hanyuik, Singo ataupun berasal dari alam dan ling-
sialang sipinang tunggal, singo air kungan sekitar, seperti: bentuk tumbuh-
berlembakan bapantau basilimang pitulu tumbuhan (bunga, dedaunan, serta akar-
simali-mali empat puluh, Tapung jo akaran), bentuk hewan (lebah), bentuk
Kampar Empat di Kampar sembilan alam (bulan dan bintang, gasing-gasing,
sorang duduk dipintu rayo limo nan di dll), bentuk geometris (kisi-kisi), bentuk
Rokan. kaligrafi dan bentuk-bentuk lain yang
Sumatera Barat yang berkebu- divariasikan.
dayaan Minangkabau, merupakan sebu- Fungsi dan makna ornamen pada
ah provinsi yang terdekat dengan Masjid adalah sebagai lambang status
Kabupaten Kampar Riau. Masyarakat sosial masyarakat, hiasan pada bang-
atau penduduk yang bermukim di unan, penolak bala, memberi rezeki,
daerah Air Tiris sebagian besar me- kedamaian dan kerukunan hidup, ke-
rupakan keturunan dari penduduk atau makmuran dan kesuburan, serta ketaq-
masyarakat Sumatera Barat (Minang- waan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kabau), hal ini terbukti dari suku-suku dan sebagainya. Ornamen yang ada pada
dan sistem kekerabatan yang terdapat di masjid diterapkan pada bangunan atap,
daerah Gunung Sahilan. Terdapat suku dinding, di atas pintu dan jendela,
Piliang dan suku Caniago, serta sistem lesplang tiang, mimbar dan mihrab.
Matrilineal (mengikuti garis keturunan Keberadaan bangunan masjid
dari ibu) yang merupakan bahagian dari serta ornamen masih tetap diperta-
kebudayaan Minangkabau. Selain kebu- hankan sampai sekarang, dengan usaha
dayaan Minangkabau yang berasal dari renovasi pada bagian-bagian atap dan
Sumatera Barat, di daerah Air Tiris lantai serta teras masjid, dilakukan oleh
Kampar juga terdapat kebudayaan pihak pemerintah yang bekerjasama
Sumatera Utara dengan bukti adanya dengan masyarakat. Kebudayaan masya-
suku Mandailiang yang berasal dari rakat Air Tiris sekarang, tidak terlepas
Provinsi Sumatera Utara. dari kemajemukan masyarakat atau
penduduk yang mendiami daerah Air
E. KESIMPULAN Tiris ini. Beragam penduduk yang
Masjid Jami’ Air Tiris merupakan datang dari luar daerah Air Tiris, tinggal
artefak budaya yang sampai sekarang dan menetap di daerah ini, sehingga
masih dipertahankan keberadaannya terjadi kontak budaya antar masyarakat
serta berdiri kokoh di daerah Pasar ataupun penduduk yang ada. Dengan
Usang Air Tiris. Masjid ini berbentuk adanya kontak tadi, terciptalah kebuda-
rumah panggung, beratap limas ber- yaan Air Tiris yang sekarang.
lenggek tujuh, serta berdinding papan.
Bangunan ini dibangun dengan bahan DAFTAR PUSTAKA
kayu dan papan tidak menggunakan
Bastomi, Suwaji, 2003. Seni Kriya Seni.
paku melainkan pasak yang terbuat dari
Semarang: UPT Percetakan dan
kayu. Bangunan ini dilengkapi oleh Penerbitan UNNES Press.
ornamen Melayu dengan bentuk-bentuk
motif atau ornamen yang diambil

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


163
Berry, John W. (1999). Psikologi Lintas Pendekatan Multi Disiplin. Yogya-
Budaya. Terjemahan Edi Suhar- karta: Kanisius.
dono. Jakarta: Gramedia Utama. ____________. 2008. Nukilan Seni Ornamen
Damajanti, Irma, 2006. Psikologi Seni. Indonesia. Yogyakarta: Jurusan
Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Kriya Fakultas Seni Rupa ISI
Djelantik, A. A. M., 1999. Estetika Sebuah Yogyakarta.
Pengantar. Bandung: MSPI arti. Hasan Abbas, 2010, Mesjid Jami’ Air Tiris
Line. Sejarah dan Perkembangannya,
______________, 2004. Estetika Sebuah Pekanbaru: Suska Press.
Pengantar. Bandung: Masyarakat Harisman, 2001. “Ukiran Masjid Tra-
Seni Pertunjukan Indonesia Be- disional Minangkabau di Tanah
kerja Sama dengan Arti. Datar, Propinsi Sumatera Barat:
Dora, Ervina, 2013. “Tipologi Rumah Kajian Bentuk, Fungsi, dan
Tradisional Melayu Riau di Desa Makna”. Tesis. Denpasar: Prog-
Padang Sawah Kampar Kiri”. ram Pasca Sarjana Universitas
TESIS. untuk Mencapai Derajat Udayana.
Sarjana S-2. Program Studi Ma- Haviland, William A., 1988. Antropologi,
gister Teknik Arsitektur. Program Jilid 2. Terjemahan R. G. Soe-
Pascasarjana. Padang: Universitas kadijo, Jakarta: Erlangga.
Bung Hatta Padang. Kartika, Dharsono Sony, 2007. Kritik
Dasril, 2007. Kajian Bentuk dan Makna Seni. Bandung:Rekayasa Sains
Ornamen Pada Atap Bangunan Bandung.
Balai Adat di Pekanbaru, Tesis, ______________. 2007. Estetika. Bandung:
Bandung: Institut Teknologi Ban- Rekayasa Sains Bandung.
dung. Kayam, Umar, 1981. Seni, Tradisi,
Effendy, Tenas dan O.K. Nizami Jamil, Masyarakat. Yogyakarta: PT. Si-
1980. Seni Ukir di Daerah Riau. nar Harapan.
Pekanbaru: Departemen Pendidi- ______________, 1981/1982. Kreatifitas da-
kan dan Kebudayaan. lam Masyrakat serta Dimensi
_____________, 1993. Lambang dan falsafah dalam Proses Pembentukan Buda-
dalam Arsitektur dan Ragam Hias ya dalam Masyarakat, Analisis
Tradisional Melayu Riau. Pekan- Kebudayaan. Jakarta: Departe-
baru: Pemerintah Daerah Tingkat men Pendidikan dan Kebuda-
I Provinsi Riau. yaan.
Feldman, Edmund Burke, 1967. Art as Koentjaraningrat, 1994. Mengenal Kebu-
Image and Idea, New Jersey: dayaan-Kebudayaan Indonesia. Ja-
Englewood Cliffs. karta: LP3ES.
Ferawati, 2010. “Motif Kerawang Gayo, Lutfi, Muchtar, 1999. Sejarah Riau.
Busana Adat Pengantin Gayo, Pekanbaru: Universitas Riau.
Aceh Tengah”. Tesis Pengkajian Team Penyusun dan Penulisan
Seni. Padangpanjang: Program Sejarah Riau.
Pascasarjana Institut Seni Indo- Piliang, Yasraf Amir, 2003. Hiper-
nesia Padangpanjang. semiotika, Tafsir Cultural Studies
Foster, George M., 1973. Traditional Atas Matinya Makna. Yogyakarta:
Cultures and the Impact of Jalasutra.
Technological Change. New York Poerwanto, Hari, 2008. Kebudayaan dan
an Evanston: Harper and Row. Lingkungan dalam Perspektif An-
Gustami, SP., 2000. Seni Kerajinan Mebel tropologi. Yogyakarta: Pustaka
Ukir Jepara, Kajian Estetik Melalui Pelajar.

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016


164
Ratna, Nyoman Kutha, 1986. Estetika
Sastra dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rogers dan Shoemaker, 1971. Com-
munication On Innovation: Cross
Culltural Approach. London: Col-
lier McMillan Publisher.
Sachari, Agus, 2002. Estetika Makna,
Simbol, dan Daya. Bandung: ITB
Bandung.
Semiawan, Conny R, I. Made Putrawan,
dan TH.I. Setiawan, 1999. Dimensi
Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Ban-
dung: Remaja Rosdakarya.
Sp, Soedarso., 2006. Trilogi Seni, Pen-
ciptaan Eksistensi dan Kegunaan
Seni. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.
Sumardjo, Jakob, 2006. Estetika Para-
doks. Bandung: Sunan Ambu
Press.
Thanh, To Ngoc, 1997. “Situasi Seni
Pertunjukan Tradisional Masya-
rakat Vietnam Saat Ini: Tan-
tangan dan Perspektif Baru”.
Dalam Jurnal MSPI, Tahun VIII.
Turner, Jonathan H., 1978. The Structure
of Sosiological Theory. George-
town. Ontario: The Dorsey Press.
Williams, Raymond, 1981. Culture. Glas-
gow: Fontana Paperback.

Vol. 3, No. 2, Oktober 2016

You might also like