1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi

dengan Pemanfaatan PIK-KRR

The Correlation between Knowledge and Attitude on Reproductive Health


with Utilization of PIK-KRR

Dias Putri Kusumastuti1, Wiwin Lismidiati2*


1
Rumah Sakit Ortopedi Dr. Soeharso, Surakarta
2
Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Background: Adolescents are vulnerable to reproductive health problems. National Family Planning
Coordinating Board (or Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN in Bahasa
Indonesia’s term), as government agency, has implemented reproductive health services program
called Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) in certain schools. The
problem was there are differences in the utilization of PIK-KRR in some areas in Indonesia. Knowledge
about reproductive health and attitude on the program were some factors that may cause the differences
in utilization of PIK-KRR.
Objective: To identify the correlation between knowledge and attitude on reproductive health with the
utilization of the PIK-KRR.
Methods: It was a non-experimental study using cross sectional approach. Sample of the research were
157 students among XI and XII grader of public high school 1 Srandakan. The research variables were
knowledge about reproductive health, attitude on reproductive health, and PIK-KRR utilization. This
research used total sampling technique and data were analysed using univariate and bivariate analysis.
Fisher and Chi-Square test were used for bivariate analysis.
Results: Respondents in this study were 143 of 157 students in XI and XII (91,07%). The result of the
analysis showed that there were 95,1% of the respondents with a high level of knowledge about
reproductive health, 53,1% of respondents had the positive attitude to the reproductive health, and the
utilization of PIK-KRR was in a high category (48,2%). There was a significant correlation between
reproductive health knowledge and the utilization of PIK-KRR (p= 0,002) and between the attitude of
reproductive health with PIK-KRR (p= 0,006).
Conclusion: There was a correlation between knowledge about reproductive health and attitude on it
with the utilization of PIK-KRR.

Keywords: adolescent, attitude, knowledge, reproductive health

ABSTRAK

Latar Belakang: Masa remaja memerlukan perhatian serius karena rentan terjadi permasalahan
kesehatan reproduksi. Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) telah melaksanakan program kesehatan reproduksi bernama Pusat Informasi Kesehatan
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di sekolah. Masalah yang dihadapi yaitu adanya perbedaan
pemanfaatan PIK-KRR di beberapa wilayah Indonesia. Banyak faktor yang memengaruhi pemanfaatan
PIK-KRR, antara lain pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan
pemanfaatan PIK-KRR.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan studi cross
sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan total sampling. Sampel penelitian sebanyak 157
siswa SMA kelas XI dan XII. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap tentang kesehatan
reproduksi, dan pemanfaatan PIK-KRR. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Analisis
bivariat menggunakan Uji Fisher dan Uji Chi-Square.

Corresponding Author: Wiwin Lismidiati


Gedung Ismangoen, Kompleks FKKMK UGM, Jl.Farmako Sekip Utara, Sendowo, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55281
Email: wien_ugm@yahoo.com

Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 135
Kusumastuti & Lismidiati

Hasil: Responden dalam penelitian ini adalah 143 responden dari 157 siswa kelas XI dan XII (91,07%).
Hasil analisis menunjukkan bahwa remaja dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dalam kategori tinggi sebanyak 136 orang (95,1%), remaja yang memiliki sikap positif terhadap
kesehatan reproduksi sebanyak 76 orang (53,1%), tingkat pemanfaataan PIK-KRR dalam kategori
tinggi sebanyak 69 orang (48,2%). Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR (p=0,002) dan sikap tentang kesehatan repoduksi
dengan pemanfaatan PIK-KRR (p=0,006).
Kesimpulan: Pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi berhubungan dengan
pemanfaatan PIK-KRR.

Kata kunci: kesehatan reproduksi, pengetahuan, sikap, remaja

PENDAHULUAN
Remaja adalah penduduk berusia 10-19 tahun yang mengalami perubahan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan.1 Data demografi menunjukkan remaja memiliki populasi
yang besar di dunia.2 Populasi remaja yang besar akan memengaruhi pembangunan di masa
kini maupun di masa yang akan datang, sehingga populasi remaja membutuhkan perhatian
serius.3
Remaja membutuhkan perhatian serius karena rentan terjadi berbagai permasalahan,
seperti masalah-masalah seksual pranikah, Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA), dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS).4 Sebanyak 11,5% remaja yang belum menikah, baik laki-laki maupun
perempuan pernah melakukan hubungan seksual.5 Salah satu penyebab tingginya perilaku
seksual pada remaja adalah paparan sumber informasi yang kurang tepat. 6
Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
telah melaksanakan suatu program bernama Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi.4 Fasilitas yang disediakan berupa
pelayanan kesehatan, harus dapat diterima di komunitas dan mampu memenuhi permintaan
generasi saat ini, sehingga akan mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan reproduksi.7
Pemanfaatan PIK-KRR di beberapa wilayah di Indonesia masih bervariasi. Remaja di
Provinsi Lampung (47%), Sumatera Barat (46%), Papua Barat (46%) pernah terpapar
informasi mengenai PIK-KRR ini dan dapat memanfaatkan PIK-KRR. Namun, masih ada
persentase pemanfaatan PIK-KRR yang rendah yaitu dijumpai di Kalimantan Selatan.8
Salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi
adalah pengetahuan.9 Faktor lain yang mendorong seseorang untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan selain pengetahuan adalah sikap.10 Remaja yang memiliki pengetahuan
kurang, cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi. 11 Remaja yang memiliki
pengetahuan kesehatan reproduksi yang tinggi, cenderung memanfaatkan pelayanan

136 Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi

kesehatan reproduksi.12,13 Sementara dari beberapa penelitian lain terdapat hasil yang
berbeda terkait pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi. Adanya perbedaan
hasil penelitian tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi remaja dengan pemanfaatan PIK-KRR
di SMA N 1 Srandakan.
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR. Tujuan khusus
adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap tentang kesehatan reproduksi, dan
pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis non-eksperimental dengan rancangan studi cross
sectional. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Srandakan. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI dan XII di SMA N 1 Srandakan dengan jumlah 157 siswa. Pengambilan
sampel menggunakan teknik total sampling. Besar sampel yang dilibatkan sebanyak 157,
namun sebanyak 14 siswa tidak memenuhi kriteria penelitian, sehingga subjek yang dilibatkan
hanya 143 siswa. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi: 1) siswa kelas XI dan XII di SMA
N 1 Srandakan; 2) pernah mendapatkan program PIK-KRR di sekolah; 3) bersedia menjadi
responden penelitian; 3) tidak berperan sebagai pendidik atau konselor sebaya. Kriteria
eksklusi penelitian yaitu tidak hadir saat pengambilan data.
Pengumpulan data dilakukan melalui lembar kuesioner karakteristik responden,
kuesioner skala pemanfaatan PIK-KRR oleh Hernaningrum,10 serta kuesioner pengetahuan
dan sikap tentang kesehatan reproduksi oleh Ritonga.11 Pemanfaatan PIK-KRR menggunakan
skala pemanfaatan yang disusun oleh Hermaningrum yang terdiri dari 22 item pertanyaan
dengan jawaban ya (skor 1) dan tidak (skor 0). Semakin tinggi nilai yang diperoleh responden,
artinya semakin baik juga pemanfaatan PIK-KRR oleh responden. Nilai pemanfaatan PIK-KRR
dikategorikan menjadi 1-7 (kurang), 8-14 (cukup), dan 15-22 (tinggi).
Pengetahuan diukur menggunakan skala pengukuran yang disusun oleh Ritonga.11 Skala
pengetahuan terdiri dari 24 item pertanyaan dengan jawaban benar (skor 1) dan salah (skor
0). Semakin tinggi nilai yang diperoleh responden, maka artinya semakin tinggi juga
pengetahuan responden tersebut. Nilai pengetahuan dikategorikan menjadi rendah (0-12) dan
tinggi (13-24).
Sementara, terdapat 20 item pertanyaan untuk mengukur sikap. Kategori nilai total
kuesioner sikap dimodifikasi oleh peneliti, pada awalnya setuju (16-20) dan tidak setuju (0-15),
kemudian dimodifikasi menjadi positif (16-20) dan negatif (0-15), agar tidak ada persamaan
istilah pada kuesioner dan parameter sikap, sehingga akan mempermudah pembaca
memahami hasil penelitian.

Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 137
Kusumastuti & Lismidiati

Kuesioner pemanfaatan PIK-KRR telah dilakukan uji validitas oleh Hernaningrum10 pada
setiap item pertanyaan atau pernyataan dengan nilai r hitung lebih tinggi dari nilai r tabel dan
telah dilakukan uji reliabilitas dengan skor koefisien alfa sebesar 0,906. Kuesioner
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi telah dilakukan uji validitas oleh
Ritonga11 di Purworejo, pada setiap item pertanyaan atau pernyataan dengan nilai r hitung
lebih tinggi dari nilai r tabel dan telah dilakukan uji reliabilitas dengan skor koifisien alfa sebesar
0,870 untuk kuesioner pengetahuan dan 0,853 untuk kuesioner sikap.
Analisis data berupa analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji Chi-Square
digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan
pemanfaatan PIK-KRR. Uji Fisher digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR karena tidak memenuhi syarat
untuk menggunakan uji Chi-square.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung utama yang berjudul “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan dengan Peer Education dan Media Booklet terhadap Pengetahuan dan
Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMA di Kabupaten Bantul”.
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan ethical clearance dari Komite Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada No.KE/FK/263/EC/2015 tertanggal 13 Oktober 2015.
Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah remaja sehingga diberikan informed
consent yang ditandatangani oleh siswa yang bersangkutan dan orangtua/wali siswa sebagai
persetujuan keikutsertaan siswa menjadi responden.

HASIL
Karakteristik responden yang terlibat pada penelitian ini, dijelaskan secara lengkap dan
detail pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1, responden yang diteliti adalah siswa kelas XI dan XII
dengan persentase yang hampir sama. Sebanyak 70 (49,0%) responden yang terlibat dalam
penelitan ini berusia 17 tahun. Jumlah responden perempuan (61,5%) lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Sebagian besar remaja (86,0%) pada
penelitian ini tinggal serumah dengan orang tuanya dan sebanyak 119 responden (83,2%).
Tabel 2 menunjukkan sumber informasi kesehatan reproduksi pada responden.
Responden sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Sementara
informasi kesehatan reproduksi yang diberikan oleh guru 117 responden (81,8%) memperoleh
persentase tertinggi.

138 Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi

Tabel 1. Karakteristik responden (n= 143)


Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Pendidikan (kelas)
XI 79 55,2
XII 64 44,8
Umur (tahun)
15 1 0,7
16 43 30,0
17 70 9,0
18 22 15,4
19 7 4,9
Jenis kelamin
Laki-laki 55 38,5
Perempuan 88 61,5
Keluarga yang tinggal serumah
Orang tua 123 86,0
Budhe 4 2,8
Kos 1 0,7
Nenek 8 5,6
Paman 1 0,7
Saudara 2 1,4
Tante 1 0,7
Tidak ada keterangan 3 2,1

Tabel 2. Sumber informasi kesehatan reproduksi (n= 143)


Sumber informasi Frekuensi (f) Persentase (%)
Informasi kesehatan reproduksi yang pernah diperoleh:
Masa pubertas 119 83,2
Infeksi Menular Seksual (IMS) 96 67,1
Kehamilan tidak diinginkan 96 67,1
Aborsi 60 42,0
Lainnya 10 3,5
Sumber informasi kesehatan reproduksi:
Teman sebaya 61 42,7
Guru 117 81,8
Orang tua 52 36,4
Petugas kesehatan 78 54,5
Majalah/ koran 31 21,7
Televisi 55 38,5
Radio 8 5,6
Internet 79 55,2
Lainnya 5 3,5

Tabel 3 menampilkan hasil bahwa siswa SMAN 1 Srandakan sebagian besar sudah
terpapar informasi kesehatan reproduksi. Sementara pada item pengetahuan menunjukkan
hasil bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi dalam
kategori tinggi (95,1%). Sebagian besar responden (53,1%) memiliki sikap positif terhadap
kesehatan reproduksi. Sebanyak 69 (48,2%) responden memanfaatkan PIK-KRR di sekolah.

Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 139
Kusumastuti & Lismidiati

Tabel 3. Tingkat paparan sumber informasi, pengetahuan, sikap dan pemanfaatan PIK-KRR pada
kesehatan reproduksi remaja (n= 143)
Indikator Frekuensi (f) Presentase (%)
Sumber Informasi
Terpapar 105 73,4
Tidak terpapar 38 26,6
Pengetahuan
Tinggi (13-24) 13 95,1
Rendah (0-12) 7 4,9
Sikap
Positif (16-20) 7 53,1
Negatif (0-15) 67 46,9
Pemanfaatan PIK-KRR
Tinggi (15-22) 69 48,2
Cukup (8-14) 59 41,3
Kurang (1-7) 15 10,5

Hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan tingkat pemanfaatan PIK-


KRR ditampilkan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai p= 0,002 (p
<0,05) dari uji statistik Fisher sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR
di SMA N 1 Srandakan.

Tabel 4. Hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1
Srandakan 2015 (n= 143)
Tingkat Pengetahuan Tingkat Pemanfaatan PIK-KRR Total Nilai p
tentang Kesehatan Tinggi (15-22)+Cukup (8-14) Kurang (1-7)
Reproduksi f (%) f (%)
Tinggi (13-24) 125(87,4) 11(7,7) 136 (95,1) 0,002*
Rendah (0-12) 3(2,1) 4(2,8) 7(4,9)
* = Signifikansi (p< 0,05)

Hasil analisis bivariat dengan Uji Chi-Square terkait hubungan sikap tentang kesehatan
reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR tercantum dalam Tabel 5. Pada Tabel 5 dapat
dilihat bahwa p= 0,006 (p <0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA
N 1 Srandakan.

Tabel 5. Hubungan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi dengan Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1
Srandakan 2015 (n= 143)
Tingkat Sikap Tingkat Pemanfaatan PIK-KRR
tentang Kesehatan Tinggi (15-22) Cukup (8-14) Kurang (1-7) Total Nilai p
Reproduksi n (%) n (%) n (%)
Setuju (16-20) 44 (30,8) 29 (20,3) 3 (2,1) 76 (53,1)
*0,006
Tidak setuju (0-15) 25 (17,5) 30 (21,0) 12 (8,4) 67 (45,9)
*Signifikansi (p <0,05)

PEMBAHASAN
Pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan reproduksi pada penelitian ini sejalan
dengan tujuan umum PIK-KRR yaitu untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi.14 Hal ini berarti bahwa sekolah tersebut mampu mencapai salah satu

140 Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi

tujuan PIK-KRR. WHO membentuk sekolah berbasis kesehatan reproduksi untuk


meningkatkan pengetahuan remaja.15 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang mengatakan bahwa pelayananan kesehatan reproduksi akan lebih berhasil
jika melibatkan sekolah, mengingat sebagian besar waktu remaja berada di sekolah. 16 Hasil
penelitian tentang tingginya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi sejalan
dengan penelitian lain, yang menunjukkan sebagian besar remaja mempunyai tingkat
pengetahuan tinggi tentang kesehatan reproduksi.17,18
Tingginya sikap positif tentang kesehatan reproduksi pada penelitian ini sejalan dengan
tujuan PIK-KRR yaitu untuk meningkatkan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. 14
Kondisi di atas menjelaskan bahwa SMA N 1 Srandakan telah mampu mencapai salah satu
tujuan PIK-KRR. Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian sebelumnya, yakni sikap
remaja di sekolah yang memiliki PIK-KRR termasuk dalam kategori baik.18–21 Sekolah
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu.22 Sekolah yang menyediakan program kesehatan reproduksi
akan mendorong pembentukan sikap dan praktek perilaku tentang kesehatan reproduksi
karena sekolah merupakan institusi primer yang mampu menjangkau siswanya. 15
Sebagian responden memanfaatkan PIK-KRR pada kategori tinggi. Namun, jumlah
responden dengan pemanfaatan PIK-KRR dalam kategori tinggi, masih di bawah setengah
jumlah responden. Beberapa hambatan remaja dalam memanfaatkan pelayanan dasar yaitu
ketersediaan fasilitas dan waktu buka layanan yang tidak sesuai.23 Sebagian remaja pada
penelitian ini menganggap fasilitas PIK-KRR masih kurang lengkap, seperti fasilitas
perpustakaan yang masih membutuhkan tambahan buku. Waktu istirahat yang singkat juga
memungkinkan pemanfaatan PIK-KRR tidak optimal. Hanya sebagian kecil remaja pada
penelitian ini datang ke PIK-KRR untuk berkonsultasi ketika mengalami masalah. Salah satu
faktor penghambat dalam pemanfaatan progam pelayanan adalah kurangnya kepercayaan
tentang terjaminnya kerahasiaan terhadap masalah yang mereka sampaikan. 8,21 Hanya
sebagian kecil remaja pada penelitian yang sudah merasa yakin bahwa kerahasiaan akan
terjamin, sehingga memungkinkan pemanfaatan fasilitas layanan konseling rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori pertama Anderson bahwa pengetahuan
merupakan faktor predisposisi yang dapat memengaruhi persepsi dan perilaku individu dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan.10 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Planned
Behavior, faktor predisposisi perilaku terwujud dalam pengetahuan yang nantinya akan
menumbuhkan motivasi untuk melaksanakan perilaku, dalam hal ini yaitu pemanfaatan PIK-
KRR.24
Pada penelitian ini ditemukan adanya remaja yang memiliki pengetahuan tinggi tentang
kesehatan reproduksi tetapi kurang memanfaatkan PIK-KRR. Sebagian remaja yang memiliki
pengetahuan tinggi, tetapi tidak memanfaatkan PIK-KRR karena rendahnya minat, kurang

Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 141
Kusumastuti & Lismidiati

privasi, serta anggapan belum memerlukan pelayanan.4,25 Hal ini sejalan dengan pendapat
sebelumnya bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk
berperilaku sehat, tetapi kenyataannya pengetahuan saja tidak cukup mengubah perilaku.22
Namun, penelitian ini hanya melakukan analisis dan pembahasan tentang hubungan
pengetahuan terhadap pemanfaatan PIK-KRR sehingga tidak dapat diketahui lebih lanjut
bagaimana pengaruh faktor-faktor luar terhadap pemanfaatan PIK-KRR.
Hasil penelitian ini masih sejalan dengan teori pertama Anderson yang menyebutkan
bahwa sikap merupakan faktor predisposi yang dapat memengaruhi persepsi dan perilaku
individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.10 Semakin baik persepsi remaja terhadap
pelaksanaan program kegiatan PIK-KRR, maka akan semakin baik pula peranannya untuk
mengikuti kegiatan PIK-KRR.23 Kondisi demikian memungkinkan siswa yang memiliki sikap
setuju tentang kesehatan reproduksi tentunya akan memiliki persepsi baik terhadap
pelaksanaan program PIK-KRR, sehingga akan mendorong siswa tersebut untuk berperan
baik dalam mengikuti kegiatan PIK-KRR. Salah satu bentuk peran baik siswa tersebut adalah
dengan memanfaatkan PIK-KRR. Hasil penelitian ini mendukung teori perilaku yang
disampaikan oleh Fishbein dan Ajzen dalam Lucin8 bahwa sikap akan memengaruhi niat untuk
berperilaku dan niat akan memengaruhi perilaku seseorang.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan atau kelemahan, di antaranya
keterbatasan peneliti dalam mengawasi semua kelas secara langsung pada saat pengambilan
data dilakukan, sehingga ada kemungkinan responden saling bekerja sama saat mengisi
kuesioner. Selain itu peneliti tidak melakukan analisis dan pembahasan lebih lanjut pada
faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan, sikap tentang kesehatan reproduksi, dan
pemanfaatan PIK-KRR.

KESIMPULAN DAN SARAN


Sebagian besar remaja di SMA N 1 Srandakan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
tentang kesehatan reproduksi, sikap positif terhadap kesehatan reproduksi, dan tingkat
pemanfaatan PIK-KRR dalam kategori tinggi. Dalam penelitian ini terhadapat hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA
N 1 Srandakan.
Pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting bagi
remaja, sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan mendorong siswa untuk
memanfaatkan PIK-KRR secara optimal. Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian
lanjutan dengan mengendalikan variabel luar dan menggunakan metode pengambilan data
lebih dari satu, untuk meningkatkan kepekaan hasil penelitian.

142 Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah, guru pembina PIK-KRR, dan
ketua kelas yang telah membantu dalam proses penelitian. Terima kasih kepada siswa SMA
N 1 Srandakan yang bersedia menjadi responden penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Maternal, Newborn, Child and Adolescent Health [Internet]. Diakses dari:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en/;
2. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Kajian Profil Penduduk Remaja (10–24 tahun):
Ada Apa dengan Remaja? Policy Brief;
4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta; 2006.
5. Minguez M, Santelli JS, Gibson E, Orr M, Samant S. Reproductive Health Impact of A School
Health Center. J Adolesc Heal. 2015;
6. Priyoto. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan : Dilengkapi Contoh Kuesioner/Priyoto. In:
ISBN: 978-602-1547-53-3. 2014.
7. Kamau A. Factor Influencing Access and Utilization of Preventive Reproductive Health Services by
Adolescents in Kenya. A Case Study of Murang’a. [Disertasi]. Jerman: University of Bielefeld
Germany; 2006.
8. Lucin Y. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Seks Pranikah terhadap Pemanfaatan Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) pada Remaja di Kota Palangka
Raya. [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2012.
9. Abajobir AA, Seme A. Reproductive Health Knowledge and Services Utilization among Rural
Adolescents in Machakal District , Northwest. Asian J Pharmacy, Nurs Med Sci. 2013;
10. Hernaningrum R. Hubungan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja “Gibita” dengan Perilaku Seksual pada Remaja di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas
[Skripsi]. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman; 2013.
11. Ritonga F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja di
SMA 11 Medan [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2012.
12. Berencana BKDK. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: 12. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana; 2007.
13. World Health Organization. Promoting Adolescent Sexual and Reproductive Health Through
Schools in Low Income Countries: An Information Brief. Jenewa: World Health Organization; 2009.
14. Doddy, T., Mestri, A., Kusuma W. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja SMA terhadap
Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Buleleng. Jurnal Kesehatan Masyarakat;
15. Afrima, A., Ismail, D., Emilia O. Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konsultasi
Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Umum. Berita Kedokteran
Masyarakat.
16. Maolinda N et al. Kesehatan Masyarakat. Sampl Tech. 2012;3.
17. Azwar. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
18. Astuti M. Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) di Desa Rempoah
Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas [Skripsi]. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman; 2011.
19. Aryani N. Efektifitas Program PIK-KRR terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMU Al-Wasliyah Medan Tahun 2010 [Skripsi]. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara; 2011.
20. Mcpherson A. Adolescents in Primary Care. BMJ.
21. Yani V. Persepsi Remaja tentang Faktor Penghambat Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi di Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada; 2010.
22. Emilia O. Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
Cendekiapress;
23. Desyolmita N, . F. Hubungan Persepsi dengan Peranan Siswa dalam Pelaksanaan Program
Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP N 2 Pariaman. J Ilm
Konseling. 2013;2(1):213–9.

Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 143
Kusumastuti & Lismidiati

24. Ajzen, I., Albarracin, D. HR. Prediction and Change of Health Behaviour: Applying The Reasoned
Action Approach. Lawrence: Erlbaum Associates; 2007.
25. Wulandari S. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual
(PMS) dan HIV/AIDS dengan Pemanfaatan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) pada
Remaja SMKN Tandun Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau [Tesis]. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada; 2014.

144 Vol 2 (3) November 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas

You might also like