Indah R. Bule Logo, 2019

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 66

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. D. M DENGAN STEMI


DI RUANG ICCU RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

INDAH ROSITA BULE LOGO


PO.530320114021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES KUPANG PRODI D III KEPERAWATAN
2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA PASIEN NY. D. M DENGAN DIAGNOSA MEDIK STEMI
DI RUANG ICCU RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaiakan
studi pada program studi diploma III Keperawatan dan mendapatkan gelar Ahli
Madya Keperawatan

INDAH ROSITA BULE LOGO


PO.530320114021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES KUPANG PRODI D III KEPERAWATAN
2019
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Indah Rosita Bule Logo


Tempat Tanggal Lahir : Kupang, 11Oktober
1997 Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Jati Mapoli, Kelurahan Airnona
Riwayat Pendidikan :

1. Tamat SD Inpres Mapoli Kota Kupang Tahun 2008


2. Tamat SMPN 4 Kota Kupang Tahun 2011
3. Tamat SMAN 1 Kota Kupang Tahun 2014
4. Sejak Tahun 2014 Kuliah di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang

MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur”.
Filipi 4:6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kasih
dan penyertaa-nNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis Ilmiah ini tepat
pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada pasien
Ny. D. M Dengan Infark Miokard pada ST Elevasi (STEMI) DI RUANG ICCU
RSUDProf. Dr. W. Z. Johannes Kepang” di susun untuk memenuhi syarat akademik dalam
rangka menyelesaikan pendidikan DiplomaKIeIIperawatan Kupang.

Sangat disadari bahwa dalampenulisanKarya Tulis Ilmiah ini ada begitu banyak tangan
yang membantu untuk mengoreksi, memberikan bahan dalam informasi yang dibutuhkan
serta banyak pikiran yang disumbang. Untuk itduapkaesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhinggapakdea :

1. Ibu Yoani Maria V. B. Aty, S.Kep,M.Kep selaku pembimbing yang dengan sabar dan
bijaksanan membantu dan menyumbangkan-i di ed ne y a dengan mengoreksi,
merevisi serta melengkapi dalam penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Dominggus Gonsalves S . K eNps,, Msc selaku penguj.i I
3. Ibu Agustina Valen Somi, SST selaku penguji Kli.nik
4. Ibu R. H . Kristin, SKM.,M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes Kupang yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian studi
kasus
5. Bapak Dr. Florentianus Tat, SKp, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Kupang
6. Ibu Margaretha Teli, S.Kep, Ns, M-SPcH selaku Ketua Program Studi D
III Keperawatan
7. Ibu Direktur RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang yang sudah memberikan izin
kepada penuliusntuk melakukan penelitia. n
8. Ibu Era Dorihi Kale, Ns, M.Kep, Sp. Kep.MsBelaku pembimbing akademik
yang senantiasa memberi semangat dan motivasi kepada penulis s4etlahuan
menjadi mahasiswi di POLTEKKES Kupang.
9. Seluruh dosen dan staf kepegawaian yanggadnencaranya masin-mg asing
telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Bapak Thobias Bule Log,o Mama Henderika Waduyang selalu memberikan
dukungan dan selalu mendoa.kan
11. Kaka Deky, Kaka Adhy, Kaka Asty, Kaka Marni, Kaka F e n nsya, udara dan saudari
saya yang slea l u mendukung dan memberikan dukungan kepada saya baik
secara moril maupun materi.
12. Teman-teman seperjuanagn Edang, Ahad, Cici, dan Yuyuynang selalu
memberi semangat motivasi, dan membatu dalam hal apapun.
13. Teman-teman kelompok tugas akhir IbuMery Marginy dan Pak Claudino
Pereira yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam bentuk apapun.

Kesempurnaan hanya milik Tuhan semata karena itu penulis sungguh menyadari
bahwa masih banyak kekurangan pada karya tulis ilmiah ini. Penulis s a n ggaht amr aepnk a n
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan tulisan ini.

KupangJuli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Pernyataan KeaslniaTulisan......................................................................i.
Lembar Persetujuan................................................................................i.i.
Biodata......................................................................................................i.ii
Kata Penganta.r........................................................................................ iv
Daftar isi....................................................................................................v
Daftar Lampiran........................................................................................ vi
Abstrak.................................................................................................................. vii
BAB 1 Pendahuluan
1.1.Latar Belakang..................................................................................1.
1.2.............................................................................................................Rumusan Masala..h 2.
1.3.............................................................................................................Tujuan Studi Kassu 2.
1.4.............................................................................................................Manfaat Studi Kasus3.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1. KonsepInfark Miokard ST Elevasi (STEM.I.)......................................4.
2.1.1. Defenisi............................................................................................4
2.1.2. Etiologi.............................................................................................4
2.1.3. Patofisiologi ..........................................................................................6..
2.1.4. Pemeriksaan Penunjan..g................................................................8
2.1.5 Penatalaksanaan.......................................................................................10
2.1.6 Komplikasi…............................................................................................11
2.3. Konsep Asuhan Keprawa t…an....................................................12
2.3.1. Pengkajian.....................................................................................12
2.3.2. Diagnosa.........................................................................................15
2.3.3. Intervens.i........................................................................................15
BAB 3 Hasil Studi Kasus Dan Pembahasan
3.1. Hasil Studi Kasu.s....................................................................................1 8
3.1.1. Pengkajian.....................................................................................18
3.1.2. Perumusan Diagno.s..a 1.....................................................................9
3.1.3. Intervensi Keperawata.n...............................................................20
3.1.4. Implementasi Keperaat.a..n............................................................21
3.1.5. Evaluasi Keperawata..n 2.................................................................2
3.2. Pembahasa..n....................................................................................23
3.2.1. Pengkajian.....................................................................................23
3.2.2. Diagnosa Keperawa.t.a 2....................................................................4
3.2.3. Intervensi Keperawata.n...............................................................25
3.2.4. Implementasi Keperawat.a..n..........................................................26
3.2.5......................................................................Evaluasi Keperawatan 2. 6
3.3. Keterbatasan Studi K a s u. .s...........................................................27
BAB 4 Penutup
4.1. Kesimpulan........................................................................................ 28
4.2. Saran................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Asuhan Keperawata.n...............................................................................3. .0
Lembar Konsultasi…...........................................................................................52
ABSTRAK

Karya Tulis Ilmiah Oleh Indah Rosita Bule Logo, Nim : PO.530320114021, dengan
judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. D. M Dengan Infark
Miokard pada ST Elevasi (STEMI) DI RUANG ICCU RSUDProf. Dr. W. Z.
Johannes Kepang”

Latar Belakang: ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor yang ditandai keluhan nyeri
dada, peningkatan enzim jantung dan SeTvaesl i pada pemeriksaan EKG (Doengos,
2003).Berdasarkan laporanWorld HealthOrganization (WHO) pada tahun 2008,
infark miokardmerupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak
7,25 juta (12,8%) kematian terjadi akibat penyakit ini di selurunhiad. uMenurut data
statistik National Health and Nutrition ExaminationSurvey (NHANES) 2007– 2010,
prevalensi infark miokard lebih banyak diderita la– kliaki dibandingkan perempuan.
Kejadian ini mulai meningkat pada la–kilaki saat berusia ≥ 45 tahun dan perempuan
≥55 tahun(Hastuti dkk, 201)3..Peran perawat dalam pelayanan di ruangan ICCU ada 3
yaitu independent (mandiri), dependent, serta interdependen. Peran perawat sebagai
independen dimana perawat dapat melakukan perannya secara mandiri. Peran perawat
sebagai dependen dimana perawat me l ank utki nad a ka n berdasarkan instruksi dari
dokter ketika dokter tidak ada di tempat. Peran perawat kolaborasi yaitu tindakan
perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lainnya.
Kesimpulan dari studi kasus ini adalah tidak t e r d a pk ea st enjangan antara teori dan
praktek, dimana pada tahap pengkajian pada riwayat penyakit dahulu dan penyakit
keluarga sesuai dengan teori dan kasus nyata yang ditemukan. Dan untuk diagnosa
keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan k a s u, sp an dy a akasus nyata
terdapat 3 masalah kesehatan yang sesuai dengan teori. Untuk evaluasi keperawatan
tidak terjadi kesenjangan antara teori dan pra. ktek

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan STEMI


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infark Miokardadalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia hebat yang


terjadi secara tiba– tiba. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh ruptur plak yang
diikuti dengan proses pebmentukan trombus oleh trombo(sHitastuti dkk, 201)3.
ST Elevasi Miokard Infark (STEMIa) dalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor yang ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG n(Dgoose, 2003).
Berdasarkan l a p o r aWn orld HealthOrganization (WHO) pada tahun 2008, infark
miokardmerupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7,25 juta
(12,8%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Menurut data statistik
National Health and Nutrition ExaminationSurvey (NHANES) 2007 – 2010,
prevalensi infark miokard lebih banyak diderita la– kliaki dibandingkan perempuan.
Kejadian ini mulai meningkat pada la–kilaki saat berusia ≥ 45 tahun dan perempuan
≥55 tahun(Hastutidkk, 2013).
Penyakit infark miokard juga merupakan salah satumasalah kesehatan di
Indonesia. Laporan Riskesdastahun 2007 memperlihatkan bahwa penyakit
infarkmiokard termasuk 10 penyebab kematitaenrbanyakdengan proporsi kematian
sebesar 5,1%.MenurutdatastSeim Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun2010,
penyakit infark miokard menduduki peringkat 1b0esar PenyakitTidak Menular
(PTM)
yangmenyebabkan rawat jalan (1.88%) dan rawat 2in,2 ) rumah sakit di
a9p
Indonesia(Hastuti dkk, 201)3.
%(
Berdasarkan data yang dpi daat k a n dari ruangan ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes, angka kejadian STEMI di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes di Ruang ICCU
dari bulan januari sampai juni sebanyak 44 kasus, denga-lnaklai ksiebanyak 35 kasus
dan perempuan sebanyak 9 kasus.
PenatalaksanaaInnfark Miokard Akut Elevasi ST dimulai sejak kontak medis
pertama, baik untuk diagnosis dan perawatan. Diagnosias i knef ar jr k miokard harus
dibuat berdasarkan riwayat nyeri dada yang berlangsung selama 20 menit atau lebih,
yang tidak membaik dengan pemberian nitrogliserin. Adanya riwayat penyakit
jantung dan penjalaran nyeri ke leher, rahang bawah, atau lengan
k a n a nr kmu ea tm p e
dugaan ini. Pengawasan EKG perlu dilakukan pada setiap pasien dengan dugaan
STEMI. Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera mungkin melalui perekaman dan
interpretasi EKG 12 sadapan, selam-lbaamt b a t n y a 10 menit saat pasien tiba
untuk mendukung keberhialasn tata laksana (PERKI,2018).
Tatalaksana pasien di ruangan ICCU adalah pembatasan aktifitas pasien selama
12 jam pertama, pasien harus puasa atau hanya minum d-a1l2amjam4 karena resiko
muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, istirahatpdaittetmidur dan efek
menggunakan narkotik untuk menghilangkan rasa nyeri sering mengakibatkan
konstipasi, sehingga dianjurkan penggunaan kursi komo di samping tempat tidur, diet
tinggi serat, dan penggunaan obat pencahar secara rutin seperti laxadine-2syrup 1
sendok teh (Farissa, 2012).
Penanganan STEMI farmakologi pada prinsipnya ditujukan untuk mengatasi
nyeri angina dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemia serta
terjadinya infark miokard akut atau kematian mendadak. Pasien diberikanatnetri-api
iskemik seperti nitrat, penyekat, antagonis kalsium, morfin, terapi antitrombotik,
aspirin/asam asetil salisilat (ASA), terapi antikoagulan seperti heparin. Adapun
penanganan STEMI n o- fnarmakologi yaitu dengan tindakan
revaskularisasi, rehabilitasi medik, modifikasi faktor risik.o
Peran perawat dalam pelayanan di ruangan ICCU ada 3 yaitu independent
(mandiri), dependent, serta interdependen. Peran perawat sebagai independen dimana
perawat dapat melakukan perannya secara mandiri. Peran perawat ds e p ae gn ad ie n
dimana perawat melakukan tindakan berdasarkan instruksi dari dokter ketika dokter
tidak ada di tempat. Peran perawat kolaborasi yaitu tindakan perawat berdasar pada
kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lainnya.
1.2 RumusanMasalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan miokard infark dengan
elevasi pada segmen ST (STEMI) di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengembangkan polapikir ilmiahtentang asuhankeperawatanNy. D. M
denganSTEMImenggunakan pendekatankeperawatan di ruang ICCU RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
1.3.2 Tujuan StudiKasus
1. Melakukan pengkajian keperawatan padaNy. D. M dengan
diagnosa medik STEMI di ruang ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang
2. Merumuskan diagnosa keperawatan padaNy. D. M
dengan diagnosa medik STEMI di ruang ICCU URDS
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
3. Membuat perencanaan keperawatanpadaNy. D. M dengan
diagnosa medik STEMI di ruang ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang
4. Melakukantindakan keperawatan pada Ny. D. M dengan
diagnosa medik STEMI di ruang ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang
5. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan padaNy. D. M
dengan diagnosa medik STEMI di ruang ICCU RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang
1.4 Manfaat StudiKasus
1.4.1 ManfaatTeoritis
Meningkatkanpengetahuan bagipembacaagardapatmelakukan
pencegahanuntuk dirisendiridanorang disekitarnyaagartidakterkena
InfarkMiokard(seraganjantung)serta mengetahui tandadangejala serangan
jantung.
1.4.2 ManfaatPraktis
1. BagiPerawat
Memperkaya pengetahuapnerawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan STEMI di ruang ICCU.
2. BagiPasien dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan tentang ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI) sehingga dapat memberikan penanganan awal di rumah.
BAB 2

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Pengertian Infark Miokard
Infark miokard merupakan daerah nekrosis otot jantung sebagai
akibat berkurangnya pasokan darah koroner yang –t i btai b a , baik
absolut ataupun relatif.
Penyebap paling sering ialah trombosis yang diperberat padap, eant da aur a h a n
dalam, plak ateromatosa dalam asteri koronaria e p i k a (r Sd iuadl darth, 2014).
Infark miokard (IM) akut disebapkan oleh penyumbatan yan g–t itbibaa pada salah
satu cabang dari arteria koronaria. Penyumbatan ini dapat meluas dan mengganggu
fungsi jantung atau mengakibatkan nekrosis miokardium. Nekrosis akan meningalkan
parut atau fibrosis pada miokardium. Penyumbatan arteri koronaria dapat disebapkan
oleh trombosis koronaria ( terbentuknya embolus dalam arteria koronaria), atau terjadi
proses atersoklorosis pada arteria korona(riBaaradero, 2000).
Infark tidak langsung terjadi total, trauma iskemik langsung berupa jam, kemudian
baru terjadi infark atau timbul nekrosis. Pada saat proses iskemia berlangsung, lapisan
subendokardium (karena sangat pepkaada kekurang oksigen) mengalami hipoksia,
kemudian baru seluruh lapisan miokardium. Iskemia mengganggu permeabili–tas sel
sel miokardium terhadap elektroli–t elektrolit yang menyebapkan menurunnya
kontraktilitas miokardium. Proses iskemi yang berlang luenb i h dari 35– 45 menit
akan menimbulkan kerusakn s–esl el yang irevelsible dan nekrosis miokardium.
Fungsi kontraktilitas pada bagian dengan nekrosis berhenti total dan
p e r m( Baanreand e r o , 2000).
2.1.2 Etiologi
Penyakit jantung disebabkan oleh adapneynaimbunan abnormal lipid atau bahan
lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuhlu darah yang mengakibatkan
perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunnaliran darah ke jantung
(Suddarth, 2014).
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko penyakit arteri koronaenr tar lain (Suddarth, 2014) :
1. Merokok
Seseorang dengan resiko tinggi penyakit jantung koroner dianjurkan untuk
berhenti merokok. Orang yang telah berhasil menghentikan kebiasaan merokok
dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sampai 50% pada tahun
pertama. Resiko akan terus m e n u r ulna ms ea orang tersebut tetap tidak merokok.
Pajanan terhadap rokok secara pasif sebaiknya dihindari karena tetap dapat
meqmperberat penyakit jantung paru yang sudah ada.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko yang paling m e m b a h a y aakranna k
biasanya tidak menunjukan gejala sampai telah menjadi lanjut. Tekanan darah
tinggi menyebabkan tingginya gradien tekanan yang harus dilawan oleh
ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus
menyebabkan suplai kebutuhan oksi gjaenntung meningkat.
3. Kolesterol Darah Tinggi
Lemak yang tidak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang terikat dalam
air, yang memungkinkannya dapat di angkut dalam system peredaran darah.
Tiga elemen metabolism lem-akkolesterol total, lipoprotein dnesitas rendah
(LDL = low density lipoprotein), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL = high
density lipoprotein) dianggap sebagai faktor primer yang mempengaruhi
perkembangan penyakit jantung koroner. Pengontrolan kadar serum kolesterol
total, LDL dan HDL dalam batas terapeutik adalah tujuan yang harus dicapai
dalam penatalaksanaan diet penyakit jantung koroner. LDL menyebabkan efek
berbahaya pada dinding arteri dan mempercepat proses aterosklerosis.
Sebaliknya, HDL membantu penggunaan kolesterol total dnencgaara
mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan kemudian diekskresi.
Tujuan yang diinginkan adalah menurunkan kadar LDL (< 130 mg/dl),
meningkatkan kadar HDL (>50 mg/dl) dan menurunkan kadar kolesterol total <
200 mg/dl. Kadar normal tersebut ndjiuar k a n pada pasien tanpa penyakit
jantung koroner atau faktor risiko lain yang bermakna.
4. Hiperglikemia
Hiperglikemia menyebabkan peningkatan trimbosit, yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombus. Kontrol hiperglikemia tanpa modifikasi faktor risiko
lainnya tidak akan menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Bila ada faktor
risiko lain seperti obesitas, faktor tersebut juga harus dikontrol.
5. Pola Perilaku
Stres dan perilaku tertentu diyakini mempengaruhi patogenesis penyakit jantung
koroner. Penelitina psikobiologis dan epidemiologis menunjukkan perilaku
seseorang yang rentan terhadap penyakit jantung koroner: ambisius kompetitif,
selalu tergesa, agresifdan kejam. Orang yang menunjukkan kepribadian ini
diklasifikasikan sebagai rentan koroner tipe Am. npaknya selain menurunkan
faktor risiko lain (merokok, lemak), orang seperti ini harus berusaha merubah
gaya hidup dan kebiasaan dalam jangka panjang. Pola perilaku tipe A telah
banyak diterima secara luas sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pola perilaku ini sebenarnya tidak
seperti yang sebelumnya diperkirakan, namun belum ada bukti yang
membuktikan peran sebenarnya. `
2.1.4 Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibaait supl
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab
penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karna
aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan
aliran darah koroenr juga bisa disebabkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus
infark miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen jantung (Suddarth, 2014).
Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium mempunyai arti
yang sama namun istilah yang paling disukai adalah infark miokardium. Aterosklerosis
dimulai ketika kolestrol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini,
dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu absorbs nutrient -oslelh sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karna timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya
lumen menjadi semakin ms ep i t dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang
menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah,
hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersgerainterosklerosis (Suddarth, 2014).
Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran
darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adeskkueamt i(ai ) yang
akan membuat se-sl el otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk
hidup (Suddarth, 2014).
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi utama
iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah dnaydeari yang hilang
timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel-sel jantung. Iskemia yang lebih berat,
disertai kerusakan sel dinamakan infark miokardium. Jantung yang mengalami
kerusakan ireversibel akan mengalami degenarasi dan kemudian diganti dengan
jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan,
artinya ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan
memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner
dpat berupaperubahan pola EKG, anerusima ventrikel, disritmia dan akhirnya akan
mengalami kematian mendadak (Suddarth, 2014).
2.1.5 Manifestasi klinis
Banyak penelitian menunjukan pasien dengan infark miokardium biasanya pria,
diatas 40 tahun, dan mengalami ateroskle rpoasdisa pembulu koronernya, sering disertai
hipertensi arterial. Sarangan juga terjadi pada wanita dan pria dia-waanl a3t0a u bahkan
20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan merokok mempunyai resiko sangat
tinggi. Namun secara keseluruhan angka k enj a di ni af a r k miokardium pada pria lebi
tinggi dibandingkan wanita disemua usia.
Nyeri dada yang tiba– tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagain
bawah sternum dan perut atas, adalah gejalah utama yang biasanya muncul. Nyeri akan
terasa semakin baetr sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat bisa
menyebar ke bahu dan lengan, bianyanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri
ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) dan
menetap selama bebarapam jasampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan
istirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan
leher, nyeri sering disertai dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan
kepala ringan, dan mual serta nmt auh .
Pasien dengan diabetes melitus mungkin tidak merasa nyeri berat bila menderita
infark miokardium, karena nuoropati yang menyertai diabetes mempengaruhi
neuoreseptor, sehingga menumpulkan nyeri yang dialaminya.
Meskipun pasien biasanya pria dan bearudsiiatas 40 tahun, namun wanita yang
mengalami gejala dan tand–atanda seperti yang telah disebutkan harus di tangani
serius, khususnya bila ia merokok dan juga memakai pil kontrasepsi. (Suddarth 2014)
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
Uji diagnostik. Uji diagnostk nut u k gangguan ini meliputi penetapan indikator n–on
spesifik, elektrokardiogram, dan pemeriksaan enzim serum
1. Reaksi non– spesifik.
Reaksi non – spesifik terhadap nekrosis miokrdial adalah leukosit yang
miningkat dalam beberapa jam setelah serangan IMt. aLkeuukosit dapat
mencapai 12.00– 15.00 / mm dan berlangsung selama-73hari. Laju endap
darah juga meningkat.
2. Elektrokardiogram.
Pada infark miokard transmural ketika nekrosis dialami oleh semua lapisan
dinding miokardium, EKG dapat menunjukan k e l a i nsaenp, erti gelombang Q
mencapai secmen ST meningkat, dan gelombang T abnormal.apabila nekrosis
dapat mengenai semua lapisan miokardium, disebut infark subendokrdium dan
perubahan hanya terdapat pada segmen ST. Perlu diketahui bahwa EKG tidak
selalu memberikna informasi yang psti tentang iskemia.
3. Enzim serum
Apabila sel– sel jantung mati (nekrosis), ada enz–imenzim tertentu yang di
keluarkan kedalam darah. Enzim tersebut adalah kreatin kinase (CK), serum
aspartate amino transferase (AST) dulu adalah SGsOeTrum( glutamic–
oxalocetic transaminase), lactic acid dehydrogenase (LDH). Pada peningkatan
enzim– enzim ini setelah serangan infark miokard akut dapat membantu dalam
menentukan diagnosis. Akan tetapi, peningkatan e n–z i me mz i n ini tidak
terbatas pada kr uesank an sel– sel miokardium, tetapi dapat juga meningkat
apabila terjadi kerusan pada s–e sl el hati, ginjal, otak, paru, vasika urunaria,
atau usus. Agar pemeriksaan enz–imenzim ini dapat spesifik, untuk s–elsel
miokardium, enzim dipecahkan atauaddiijkan isoenzim. Misalnya enzim CK1
terapat pada otak, paru, vesika urunaria, atau usus. CK2 hanya terdapat pada sel –
sel miokardium, CK3 akan terdapat pada serum pasien dalam 48 jam setelah
serangan IM akut transmural.LDH juga dapat dipecahkan agar mi sepnej asdi f i k .
Sel – sel miokardium kaya dengan LDH1 sehingga kerusakan pad–a sseel l
miokardium akan membuat LDH1 meningkat. (Mery Baradero 2008)
4. Kimia darah
a. Profil lemak. Kolesterol tetap, trigliserida dan lopoprotein diukur untuk
mengevaluasi resiko stesrkolerotik, khususnya bila ada riwayat keluarga
yang positif, atau untuk mendiagnosa abnormalitas lipoprotein tertentu.
Kolesterum total yang meningkat diatas 200 mg/ml merupakan prediktor
peningkatan resiko penyakit jantung koroner (CAD). Lipoprotein yang
mengangkut kolesterol dalam darah, dapat dianalisa melalui
elektroforesis. Lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang membawa
kolestrol dari sel perifer dan mengangkatnya ke hepar, bersifat protektif,
sebaliknya, lipoprotein densitas rendah (LDL) mengankgoklaetsterol ke
sel perifer. Penurunan lipoprotein densitas tinggi dan peningakatan
lipoprotein densitas rendah akan meningkatkan resiko penyakit arteri
koronaria aterosklerotik.
b. Elektrolit serum. Elektrolit serum dapat mempengaruhi prognosis pasien
dengan ni fark miokard akut atau setiap kondisi jantung. Natrium serum
mencerminkan keseimbangan cairan relatif. Secara umum, hiponatremia
menunjukan kelebihan cairan dan hipernatremia menunjukan
kekurangan cairan. Kelsium sangat penting koagulasi darah
danaasktifit neuromuskular. Hipokalsemia dan hiperkalsemia dapat
menyebapkan perubahan EKG dan disretmia.
c. Kalsium serum. Di pengaruhi oleh fungsi ginjal da dapat menurunkan
akibat bahan diuretika yang sering digunakan untuk marawat gagal
jantung kongestif. Penurunaknadar kalium mengakibatkan iritabilitas
jantung dan membuat pasien yang mendapatkan preparat digitalis
cenderung mengalami toksisitas digitalis dan peningkatan kadar kalium
mengakibatkan depresi miokardium dan iritabilitas ventrikel.
Hipokelemia dan hiprekalemia dapat mengakibatkan fibrilasi ventrikel
dan henti jantung.
d. Nitrogen urea darah. (BUN) adalah produk akhir metabolisme protein
dan diekresikan oleh ginjal. Pada psien jantung, peningkatan BUN dapat
mencerminkan penurunan perfusi ginjal (akibat pruenaun
curah jantung) atau kekurangan volume cairan
intravaskuler (akibat terapi diuretika).
e. Glukosa. Glukosa serum harus dipantau karena kebanyakan pasien
jantung juga menderita diabetes militus, glukosa serum sedikit
meningkat pada keadaan stres akibabt iml i soa s i epinefrin endogen
yang menyebapkan konversi glikogen hepar menjadi glukosa.
f.
2.1.7 Penatalaksanaan
Obat yang biasa digunakan dalam tatanan perawatan kritis untuk mengobati penyakit
kardiovaskuler:
1. Terapi Fibrinolitik, diindikasikan untuk pasien dengan infark miokardium elevasi
segmen ST akut. Tujuan terapi fibrinolitik adalah melarutkan thrombus, menetapkan
kembali aliran darah koroner, meminimalkan ukuran infark, mempertahankan fungsi
ventrikel kiri, serta mengurani gmorbiditas dan motilitas. obat fibrinolitik yang sering
dipakai yaitu Streptokinase, tenekteplase, reteplase, alteplase.
2. Terapi Antikoagulan, seperti heparin unfractionated, inhibitor thrombin langsung, dan
wafarin membatasi pembentukan fibrin lebih j ul at ndan membantu mencegah
tromboembolisme.
3. Terapi Inhibitor Trombosit, aspirin merupakan inhibitor trombosit yang paling luas
digunakan, menghambat tromboksan2, Asuatuagonis trombos,it dan mencegah
pembentukan thrombus dan vasokontriksi arteri. A s pdiirgi nu n a k a n untuk mengurangi
mortalitas pada pasien yang mengalami infark miokard, mengurangi insiden infark
miokard non fatal dan mortalitas pada pasien yang mengalami angina stabil, angina
tidak stabil, atau infark miokardium sebelumnya. Aspirin juga di ki iansdi k a n untuk
mengurangi risiko stroke nonfatal dan kematian pada pasien yang memiliki riwayat
stroke iskemik atau iskemia sementara akibat embolus trombosit.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi Interval waktu Mekanisme
Mati mendadak Biasanya dalam beberapa ja Seringfibrilasi ventrikel
Aritmia Beberapa hari pertama
Nyeri menetap 12 jam– beberapa hari Nekrosis miokard progres
(perluasan infark)
Angina Segera atau ditunda Iskemia otot jantung yang tida
minggu) infark
Gagal jantung Bemacam– macam Disfungsi fentrikel mengikuti
nekrosis otot aritmia
Katidakmampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot perifer, nekrosi
atau ruptur
Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural denga
radang perikardium
Ruptur jantung (dindin 3 – 5 hari Lemahnya dinding mengiku
ventrikel, septum atau ot nekrosis otot dan radang akut
perifer)
Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endot
mengikuti infark
Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan par
kolagen yang baru
Sindroma dressier (nye Minggu – beberapa bulan Autoimun
dada, demam, efusi)
Emboli pulmo Satu minggu atau lebih Trombosis vena dalam tungk
bawah

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang informasi status terkini
pasien, sehingga setiap perubahan bisa diketahui sesegera mungkin. Pengkajian keperawatan
harus sistematis dan ditujukan untk mengidentifikasi kebutuhan jantung pasien untuk
menentukan prioritas kebutuhan.

Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang cermat khususnya yang


berhubungan dengan gambaran gejala: nyeri dada, sulit bernapas, atau keringat dingin.
Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinyrata., fsaektor yang menvcetuskan
dan yang meringankannya. Pengkajian fisik yang lengkap dan tepat juga sangat penting untuk
mendeteksi adanya komplikasi. Setiap perubahan pada status pasien harus dilaporkan segera.
Metode sistematis yang digunakan dalam p ejni agnk ah a r u s meliputi parameter berikut:

1. Tingkat Kesadaran, orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan orang dipantau
dengan ketat.terkadang terjadi perubahan status penginderaan mental akibat terapi
medis atau syok kardiogenik yang mengancam. Perub aehnagninpderaan berarti
bahwa jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk oksigenasi otak.
Fungsi motorik dan tingkat kesadaran dapat diuji secara bersamaan melalui
kemampuan berespon perintah sederhana. Misalnya, respons pasien untuk
“menggenggam tangan saya” memumgkinkan perawat mengkaji status mental
maupun kekuatan genggaman ma-sminagsing tangan.
2. Nyeri Dada, ada atau tidaknya nyeri dada adalah -ssatunya temuan terpenting
pada pasien dengan miokard infark akut. Pada setiap episode nyeri
dad ad, ichatrautsEKG
dengan 12 lead. Pasien bisa juga ditanya mengenai beratnya nyeri dengan skala angka
0 sampai 10, dimana 0 tidak nyeri dan 10 terasa nyeri paling berat.
3. Frekuensi dan Irama Jantung, frekuensi dan irama jantung dipantau t e- mr uesn e r u s
ditempat tidur dengan monitor. Frekuensi dipantau akan adanya kenaikan dan
penurunan yang tidak dapat dijelaskan; irama dipantau akan adanya deviasi terhadap
irama sinus. Bila terjadi disritmia tanpa nyeri dada, maka parameter klinis lain selain
oksigenasi yang a dk ue a t harus dicari, seperti kadar kalium serum terakhir. Pada
beberapa kasus mungkin diperlakukan terapi medis antidisritmia.
4. Bunyi Jantung, bunyi jantung harus diauskultasi dengan stetoskop yang baik. Bagian
bell stetoskop digunakan untuk mendengarkan nraednad a h . Sedangkan
diafragma untuk mendengarkan suara bernada tingBgeglli.stetoskop diletakkan diatas
kulit dada dengan ringan, sebaliknya diafragma ditekan dengan mantap.
5. Catat Bunyi yang Tidak Normal, mencakup bunyi jantung tiga (S3) yang dikenal
sebagai gallop ventrikel dan bunyi jantung empat (S4), yang dikenal sebagai gallop
atrial atau presistolik. Biasanya setelah terjadi miokard infark akan timbul bunyi S3
dihasilkan saat darah dalam ventrikel menghantam dinding yang tidak lentur dari
jantung yangrusak. Bunyi S3 merupakan tanda awal gagal ventrikel kiri yang
mengancam. Deteksi dini S3 yang diikuti penatalaksanaan medis yang agresif dapat
mencegah edema paru yang mengancam jiwa.
6. Mur-mur jantungatau friction rub, perikardium dapat didengar dengan mudah
sebagai bunyi tambahan. Bunyi ini lebih kompleks untuk didiagnosa namun dapat
terdengar dengan mudah dan harus dilaporkan segera. Adanya murmur yang
sebelumnya tidak ada dapat menunjukkan perubahan fungsi otot dm,
i os ek ad ra n g k a n friction rub menunjukkan adanya perikarditis.
7. Tekanan Darah, tekanan darah diukur untuk menentukan respon terhadap nyeri dan
keberhasilan terapi, khususnya terapi vasodilator, yang dikenal dapat menurunkan
tekanan darah. Pengukuran tekanadni npae r l u diperhatikan dengan cermat.
Tekanan
nadi adalah perbedaan angka antara tekanan sistole dan diastole. Penurunan tekanan
nadi biasa terjadi setelah miokard infark.
8. Denyut Nadi Perifer, denyut nadi perifer dievaluasi frekuensi dan volumenya.
Perbedana frekuensi denyut nadi perifer dan frekuensi denyut jantung
menegaskan adanya disritmia seperti fibrilasi atrium. Denyut nadi perifer paling sering
dievaluasi untuk menentukan kecukupan aliran darah ke ekstremitas. Denyut nadi
perifer yang melemah bisa mruepakan petunjuk bahwa sedang terjadi penyumbatan
aliran darah.
9. Tempat Infus Intravena, sering diperiksa kelancarannya dan akan adanya-tanda
radang. Berbagai obat diberikan secara intravena untuk mencegah perubahan kadar
enzim serum yang dapat tedrijabila obat diinjeksikan secara intramuscular. Maka
penting sekali dipasang satu atau dua infuse intravena pada pasien yang mengalami
nyeri dada agar selalu tersedia akses untuk pemberian obat darurat.
10. Warna Kulit dan Suhu, kulit dievaluasi untuk m e n g eht au i apakah warnanya merah
muda, hangat dan kering, yang menunjukkan sirkulasi perifer yang baik. Karna warna
kulit setiap orang berbeda, maka tempat terbaik untuk memeriksa warna kulit adalah
pada kuku, selaput mukosa mulut, dan cuping telinga. Pada gt t et emr speab u t akan
tampak biru atau ungu pada pasien yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan
kebutuhan oksigen. Pasien yang kulitnya dingin, lembab, atau berkeringat dingin
(diaforesis) mungkin merupakan respon terhadap terapi medis atau kolaps
kardiovaskuler yang berlanjut seperti pada syok kardiogenik.
11. Paru, setiap peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan harus diawasi, seiring
dengan adanya kesulitan napas. Gerakan napas harus teratur dan tanpa hambatan
aliran udara.
12. Napas Pendek, dengan atauatnpa sesak dan batuk adalah kunci tanda klinis yang
harus diperhatikan. Batuk kering pendek sering merupakan tanda gagal jantung. Dada
diauskultasi adanyawheezing atau krekel.Wheezing diakibatkan oleh udara yang
melintasi jalan sempit, krekel terjadi abpila udara bergerak melalui air dan bila
terjadi miokard infark akut, biasanya menunjukkan gagal jantung.
13. Fungsi Gastrointestinal, mual dan muntah dapat terjadi. Jumlah yang dimuntahkan
harus dicatat, dan muntahan diperiksa akan adanya darah. Pembatuapsaann as
makanan hanya berupa makanan cair, dapat meringankan kerja jantung dengan cara
mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencerna makanan padat. Jika
diperlukan prosedur invasive, maka kemungkinan aspirasi isi lambung ke paru dapat
dikurangi bilapasien hanya menelan makanan cair. Abdomen dipalpasi adanya nyeri
tekan keempat kuadran. Setiap kuadran diauskultasi adanya bising usus. Dicatat juga
ada atau tidaknya flatus. Setiap feses yang dikeluarkan diperiksa adanya darah,
khususnya pada pasien yamngendapat o b a- ot batan yang mempengaruhi
pembekuan darah.
14. Status Volume Cairan, pengukuran haluaran urin sangat penting, terutama dalam
hubungannya dengan asupan cairan. Pada sebagian besar kasus, cairan yang seimbang
atau yang cenderung negatif akan l eb ai hi k karena pasien dengan miokard infark
harus menghindari kelebihan cairan dan kemungkinan terjadinya gagal jantung.
Pasien harus diperiksa adanya edema. Perawat harus waspada terhadap berkurangnya
haluaran urin (oliguria), suatu tanda awal syok kard iiokgeand alah hipotensi yang
disertai oliguria.(Suddarth, 2014).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada manifestasi klinis, riwayat keperawatan dan pengkajian diagnostik,


maka diagnosa keperawatanmuatapasien mencakup yang berikut (Suddarth, 2014) :

1. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran darah koroner.


2. Potensial pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih.
3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.
4. Cemas berhubungan dengan takut akkeamnatian.
5. Potensial tidak menjalankan program perawatan diri berhubungan dengan
mengingkari diagnosa gangguan miokard akut.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Penghilangan nyeri dada, penghilangan nyeri dada adalah prioritas utama pada pasien
dengan miokard ifnark, dan terapi medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha kolaborasi antara dokter dan
perawat. Metode yang dipakai untuk menghilangkan nyeri dada sehubungan dengan
miokard infark adalah pemberiatenrapiVasodilator danobat anti koagulan intravena.
Nitrogliserin dan heparin adalah obat pilihan.
2. Oksigen, harus diberikan bersama dengan terapi medis untuk menjamin penghilang
nyeri secara maksimal. Menghirup oksigen meskipun dengan dosis rendah mampu
meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi dan mengurangi nyeriberhubungan dengan
rendahnya kadar oksigen dalam sirkulasi. Cara pemberian biasanya melalui kanula
hidung dan kecepatan aliran oksigen ini harus dicatat. Apabila tidak terjadi proses
penyakit al in yang menyertai, kecepatan aliran 2 sampai 4 liter permenit biasanya
dapat mempertahankan kadar saturasi oksigen 96% sampai 100% secara adekuat.
3. Tanda Vital, dikaji lebih sering selama pasien merasakan nyeri.
4. Istirahat Fisik, ditempat tidur dengan b a dh au n kepala dinaikkan atau kursi jantung
(cardiac chair) dapat membantu mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala
yang lebih tinggi akan menguntungkan berdasar alasan berikut; volume tidal dapat
diperbaiki karena tekanan isi perut terhadap dia fr abgemrakurang sehingga
pertukaran
gas akan lebih baik,drainase lobus atas paru lebih baik, dan aliran balik vena ke jantung
(preload) berkurang, sehingga mengurangi kerja jantung.
5. Memperbaiki Fungsi Respirasi, pengkajian fungsi pernapasan yang teraturitiddaanntel
membantu perawal mendeteksi ta-nt adnad a awal komplikasi yang berhubungan dengan
paru. Menganjurkan pasien untuk bernapas dalam dan merubah posisi sesering
mungkin akan mencegah pengumpoulan cairan didasar paru.
6. Meningkatkan Perfusi Jaringan yangdeAkuat, menjaga agar pasien tetap ditempat
tidur atau kursi sangat membantu mengurangi konsumsi oksigen jantung. Memeriksa
suhu kulit dan denyut nadi perifer sesering mungkin perlu dilakukan untuk
mengetahui bahwa perfusi jaringan adekuat. Oksigen d a pbaet rdi ki a n untuk
meningkatkan suplai oksigen dalam sirkulasi.
7. Pengurangan Kecemasan, membina hubungan saling percaya dalam perawatan pasien
sangat penting untuk mengurangi kecemasan. Beri kesempatan pada pasien sesering
mungkin untuk berbagi rasa mengenapi rkiheatinan dan ketakutan. Rasa diterima akan
membantu pasien mengetahui bahwa perasaan seperti itu masuk akal dan nrmal.
8. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah, cara paling efektif untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program p earna wd ai r ti setelah pulang dari
rumah sakit adalah dengan memberikan pendidikan mengenai proses penyakitnya.
Bekerja sama dengan pasien dalam mengembangkan perencanaan yang dirancang
untuik memenuhi kebutuhan khusus, akan meningkatkan potensial kepatuhan.
9. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi Potensial, komplikasi yang dapat terjadi
setelah infark miokardium disebabkan oleh kerusakan pada jantung dan sistem hantaran
akibatnya menurunnya aliran darah koroner. Pasien dipantau dengan ketat bila terdapat
perubahan frekuensi, irama, serta bunyi jantung, tekanan darah, nyeri dada, status
pernapasan, haluaran urin, suhu , warna kulit, perubahan penginderaan, dan perubahan
nilai laboratorium.(Suddarth, 2014).
2.2.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan:

1. Pasien mennujukkan pengurangan nyeri.


2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas.
3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat.
4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan.
5. Mematuhi program perawatan diri.
6. Tidak menunjukkan adanya
komplikasi. (Suddarth, 2014)
BAB 3
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Studi Kasus


3.1.1. Pengkajian
Studi kasus dilakukan di RSUD ProfDr. W. Z. Johannes Kupang, pada ta0n8g- gal
11Juli 2019 di ruang ICCU. Pasien yang dirawat berinisial DN.yM. berusia62 tahun,
jenis kelamin perempuan, agama kristen protestan, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat
Namosain, no register 515678, masuk rumah sakit pada tangg0a6l juli 2019 pukul
16.15 dengan diagnosa medSistemi Post Tromboliti,k sumber informasi dari pasien,
keluarga dan catatan perawatan.
Hasil pengkajian pada tangg0a8l juli 2019jam09.00didapatkan hasil keluhan
utama Ny. D. M mengatakan badan terasa lemah,sensaapkas, nyeri ulu hati, dan
m u. al Sebelum sakit Ny.D. M mengatakanada riwayat penyadkiitabete,s Ny,
D. M juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun
obat.
Pengkajian primer :
Airway (jalan nafas): tidak ada sumbatan jalan nafas atau jalan n a f aDs . NMy.
bebas, Breathing (pernafasan): pasien DN.yM. mengalami sesak nafatasnpa aktifita,s
tidak menggunakan otot bantu nafaf rse,kuensi nafas23x/menit, irama nafas tidak
teratur, Circulation: Nad1i 05x/menit, irama tidak teratur, denyut nakduiat, TD 110/70
MmHg, ekstermitas hangat, warna kulit pucat, mukosa bibir kering ,rcya pr eil af ill time
<3 detik, tidak terdapat e d e maD. isability: tingkat kesadaran composmentis, reflek
terhadap cahaya posistif.
Pengkajian sekunder :
Muskuluskaletal: kekuatan Otot 4, pasien disarankan bedres total, AmDaLka(n-
minum, personal hygiened, an toileting) dibantu perawat dan keluarga, kebutuhan
nutrisi:pasien mengatakamnakan 3 kalisehari dengan menghabiskan setengah
porsi, pola eliminasi BAK : pasien terpasang kateter, jumlah urine o u5t0pcuct/ 7 jam
warna kuning jernih, tidak ada rasa sakit ts Ba aA K , BAB : pasien mengatakan
B ApBada pagi hari 1x bising usus10x/ menit. Pola istirahat dan tidur : pasien
mengatakan tidak terganggu, pasien tidur sekita-r76jam tanpa terbangun.
Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah EKG dan pemeriksaan
laboratorium, hsai l yang didapatkan: hasil pemeriksaan EKG: Ventricular Hypertropi.
Hasil pemeriksaan laboratoriu, mS G P T hasilnya 124 U/L dengan nilai normal <
41 U/L, SGOT hasilnya 415 U/L dengan nilai normal < 35 U/L, Trigliserida hasilnya
129 mg/dL dengan nilai normal < 150 mg/dL, Kolesterol Total hasilnya 264 mg/dL
dengan nilai normal < 200 mg/dL, HDL Kolesterol hasilnya 28 mg/dL dengan nilai
normal
>=40 mg/dL, Glukosa Darah Puasa hasilnya 642 mg/dL dengan nilai n o r m- 1a1l5 8 2
mg/dL, Gula Darah 2 Jam PhPasilnya 531 mg/dL dengan nilai normal 750140 mg/dL,
Gliko HB (HbA1c) hasilnya 12,9% dengan nilai normal < 6%, Asam Urat hasilnya 9,6
mg/dL dengan nilai normal 1-,79, 9 mg/dL, Troponin I hasilnya 44,72 µ/L dengan nilai
normal < 0,60 µ/L.
3.1.2. Perumusan diagnosa
Diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan-ddaat at a yang dikaji dimulai
dengan menetapkan masalah, penyebab, dan data pendukung. Masalah keperawatan
yang ditemukan adalah :
1. Penurunancurah jantung berhubungan dengan perubahan irama ja,
ndtautnag y a n g didapatkan :
Data Subyektif : N y D. . M mengatakan merasaklaenmah dansesaknapas.
Data obyektif: N yD. . M tampak lemah,sesak nafas,perubahan elektrokardiogram
(ventrikuler hypertropi), perubahan warna kulit (pucacta),piler refill time <3
detik,EKG:ventrycular hypertropi, Nadi 150x/menit.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, data yang didapatkan :
Data Subyektif : N y D. . M mengatakan merasakan lelah ds ae ns a k napas.
Data Obyektif : ADL (activities of daily living) dibantu oleh keluarga dan perawat
seperti makan, minum, otileting dan personal hygiene, TTV: TD.120/80 MmHg,
N.102x/menit, S. 3 6 .05C , RR. 28x/menit, Hasil EKGsinus takikardi DT elevasi
1V-

V3, Hasil laboratoriumHb 8,0g/dL.


3. Ketidakseimbangan glukosa dalam darah berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang manajemen diabetes, data yang didapatkan :
Data Subyektif : Ny. D. M mengatakan merasakan lemah, selalu lapar dan ingin
makan buah.
Data Obyektif : Ny. D. M tampak lemaha, shil pemeriksaan GDS 531 mg/dL.
3.1.3. Intervensi Keperawatan
Dalam tahap perencanaan ada goal dan obyektif, rencana/intervensidan rasional.
Perencanaan yang dibuat adalah:
Diagnosa yang p e r t a mak o, de(00029) penurunan curah jantung
berhubungan denganperubahan irama jantung, NOCe:ekfektifan pompa jantung
(0400): pasien akan mempertahankan keefektifan pompa jantung selama
perawatan, dengan kriteria hasil:Tekanan darahsistol (040001t)in, gkat kelelahan
berkurang (040017), pucat (040031),edema perifer 4(0013). Intervensi yang dibuat.
NIC: perawatan jantung (4040) aktifitas yang dibuat: pastikan tingkat aktifitas pasien
yang tidak membahayakan curah jantung atau memprovokasi serangan jantung,
Monitor EKG, lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi pfeerri (misalnya cek nadi
perifer, edema, warna dan suhu ekstermitas), monitor sesak nafas, kelelahan, takipneu
dan or.topneu
Diagnosa yang ked u, akode (00092) intoleransi aktfitas berhubungan dengan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, NOC (0005)tolerarnhsai dtaep aktifitas, setelah
dilakukan tindakan keperawatan pasien akan menunjukan melakukan aktifitas secara
mandiri dengan kriteria hasil: (000502) frekuensi nadi ketika beraktifitas, (000508)
kemudahan bernafas saat aktiftas, (000504) tekanan darah bkeertaikkatifitas(000506, )
temuan hasil EKG(elektrokardiogram),(000518) kemudahan dalam melakukan aktifitas
hidup harian (ADL/ aktivities of daily living). Intervensi yang akan dibuat NIC(0200)
peningkatan latihan, aktifitas yang akan d i b: ukaat j i status fisiool gis pasien yang
menyebabkan kelelahan, tingkatkan tirah baring/kegiatan (misalnya, meningkatkan
jumlah waktu istirahat pasien), bantu pasien dalam aktifitas s-heahrai riyang teratur
sesuai kebutuhan pasien, monitor respon oksigen pasien (misalnya tenkaadni,an
tekanan darah, respirasi).
Diagnosa yang ketiga, kode () ketidakstabilan glukosa dalam darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes, NOC (00002)
kestabilan kadar glukosa darah, setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
menunjukan kestabilan kadalrukgosa darah dengan kriteria hasil: (2300) kadar glukosa
darah, (2111) keparahan hiperglikemia, (1820) manajemen diabetes. Intervensi yang
akan dibuat NIC () manajemen hiperglikemia, aktifitas yang akan dibuat: pantau kadar
glukosa dalam darah, pantau ta-nt adn d a hiperglikemia, instruksikan pasien dan
keluarga terhadap pencegahan, pengenalan manajemen diabetes, dan hiperglikemia.
3.1.4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Tindakan
keperawatan dimulai pada t a n g g0a8l juli 2019 jam 09.15.
Pada diangnosa keperawatan yang pertapmeanurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, tindakan
keperawatan yang dilakukan, memastikan tingkat aktifitas pasien yang tidak
m e ma by a kha n curah jantung atau memprovokasi serangan jantung, Memonitor
EKG, melakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer
Pada tangga0l 9 juli 2019 jam 08.45 dilakukan tindakan keperawatan, Monitor EKG,
melakukan penilaian komperhensif pada sirskiulaperifer,memonitor sesak
nafas, kelelahan. Pada tangga1l 0 juli 2019 tindakan keperawatan yang dibuat,
Memonitor EKG, melakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer
(misalnya cek nadi perifer, edema, warna dan suhu ekstermitas), memonitor
nsaefsaask, kelelahan
Pada diagnosa keperawatan yang kedua intoleransi aktifitas berhubungan
dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tindakan keperawatan dimulai pada
tanggal 08 juli 2019 jam 10.15,tindakan yang dilakukamn:engkaji status fisiologis
pasienyang menyebabkan kelelahan, meningkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan,
membantu pasien dalam aktifitas se-hhaarrii yang diatur sesuai kebutuhan pasien,
memonitor respon oksigen p a s i ePna. da tanggal09 juli 2019 jam 08.20 tindakan
keperawatan yang dkilaukan:mengkaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kelelahan, meningkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan, membantu pasien dalam
aktifitas sehar-ihari yang diatur sesuai kebutuhan pasien, memonitor respon oksigen
pasien. Pa d a tanggal10 juli 2019 jam 09.00 tindakan keperawatan yang di:buat
mengkaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan, meningkatkan tirah
baring/pembatasan kegiatan, membantu pasien dalam aktifitas-hsaerhi ayrai ng diatur
sesuai kebutuhan pasien, memonitor respon onkspiagseien.
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga ketidakstabilan glukosa dalam darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes, tindakan
keperawatan dimulai pada tanggal 08 juli 2019 jam 09.00, tindakan yang dilakukan:
memantau kadarglukosa dalam darah, memantau ta-nt adnad a hiperglikemia,
menginstruksikan pasien dan keluarga terhadap pencegahan, pengenalan manajemen
diabetes, dan hiperglikemia. Pada tanggal 09 juli 2019 jam 08.30 tindakan keperawatan
yang dilakukan: memantau kadar kgol us a dalam darah, memantau ta-ntadnada
hiperglikemia, menginstruksikan pasien dan keluarga terhadap pencegahan, pengenalan
manajemen diabetes, dan hiperglikemia. Pada tanggal 10 juli 2019 jam 09.00, tindakan
keperawatan yang dilakukan: memantau kadar gslau kdoa l a m darah, memantau ta-nda
tanda hiperglikemia, menginstruksikan pasien dan keluarga terhadap pencegahan,
pengenalan manajemen diabetes, dan hiperglikemia.
3.1.5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk menilai
keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang telah diberikan pada jam 13.30
wita mahasiswa melakukan evaluasi pada setiap tindakan berdasarkan diagnosa yang
telah ditetapkan dengan menggunakan metode SOAP.
Pada diagnosa keperawatan yang p e r t a muar upneann curah jantung
berhubungan dengan perubahan irama jantung, pada taaln0g8g juli 2019 jam 13.45,
:SNy. D. M mengatakan masih merasakan l e lsaahk, i t kepala dansesaknapaskalau
diberi posisi duduk, O: Tand-atanda vital Td. 10/70 mmHg. N. 105x/menit, S.36.50C,
RR.
23x/menit,pasien terlihat sangat lelah saat melakukan aktifitas,wajah terliha,t Ap:uc at
masalah belum terata, sPi : lanjutkan intervensi. Pada t a n g g0a9l juli 2019 jam 13.30,
S: Ny. D .M mengatakan masih merasa lelah, sakit kepala, dan neas pa ak sk a l a u
diberi posisi duduk, O: Tand-taanda vital Td. 130 /70 mmHg. N.105x/menit,
S.36.50C, RR.
23x/menit, pasien terlihat sangat lelah saat melakukan aktifitas,wajah terlihat pucat,
hasil EKG:sinus takikardSi T elevasi V1 - V3,A: masalahbelum teratas, iP: intervensi
dilanjutkan.Pada tangga1l0 juli 2019 jam 13.30, S: N yD. .M mengatakan masih
merasa lme ah, sakit kepala, dasnesak napasO, : Tanda-tanda vital Td. 10/70 mmHg.
N.105x/menit, S.36.50C, RR. 23x/menit, pasien terlihat santgalemah,wajah terlihat
pucat, hasil EKG:sinus takikardSi T elevasi V1 - V3,A: masalah belum teratas,i P:
intervensi dilanjutkan.
Pada diagnosa kedua intoleransi aktifitas berhubungan dengan antara suplai dan
kebutuhan oksigen pada t a n g g0a8l juli 2019 jam 13.30 :Spasien mengatakan masih
merasa lemahs,akit kepala, dansesaknapassaat melakukan aktifitas,:pOasien tampak
lemah dan sesankapassetelah melakukan aktifitas ringan, hasil E:KsGi n u s
takikardi ST elevasi V2 - V3, ADL masih dibantu keluarga dan p e r a w ant ,dtaa-
tanda vital setelah melakukan aktifitas; TD. 310/80 MmHg, N. 103x/menit, S.
36.05C. RR. 23x/ menit. A: Masalah belum teratasi,: PIntervensi dilanjutkan.Pada
tangg0a9l Juli 2019 jam 13.30 S: Pasien mengatakanmleah, sakit kepala,
dasnesaknapas, O: Frekuensi nadi setelah dilakukan aktifitas 100x/menit, nadi
teraba kuat dantidak teratur, TD setelah melakukan aktifitas 10/80MmHg,
RR. 23x/menit, ADL dibantu sebagian oleh
keluarga seperti toileting untuk makan dan personal hygiene dilakukan secarari mandi
oleh pasien dengan pengawasan. A. Masalah teratasi sebagian. P: lanjutkan intervensi.
Pada tangga1l 0 juli 2019 jam 13.4,5S: pasien mengatakanmleah, sakit
kepaladan sesak napas, O: pasien nampak lemah, hanya berbaring ditempat
, t ifdr eu kr uensi nadi 103x/menit, RR 23x/menit, TD. 1107/ 0 mmHg, hasil EKG:
sinus takikardi ST elevasi
V2-V3,ADL (makan, minum, mandi, dan toileting) masih dibantu oleh keluarga dan
perawa.t A: masalahbelumteratas,i P: intervensi dilanjutkan.
Pada diagnosa ketiga ketidakbsiltan glukosa dalam darah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes pada tanggal 08 juli 2019 jam 13.30,
S: pasien mengatakan badan terasa lemah, dan selalu ingin maka-bnu ab hu a nh , O:
pasien tampak lemah, hasil laboratorium GDS m5 3g1/ d L , A: masalah belum teratasi,
P: lanjutkan intervensi. Pada tanggal 09 juli 2019 jam 13.30, S: pasien mengatakan
badan terasa lemah, dan selalu ingin makan -buahan, O: pasien tampak lemah,
hasil laboratorium GDS 182 mg/dL, A: masalah belum ter,aPta: slianjutkan intervensi.
Pada tanggal 10 juli 2019 jam 13.30, S: pasien mengatakan badan terasa lemah, dan
ingin makan bua-hbuahan, O: pasien tampak lemah, hasil laboratorium GDS 73 mg/dL,
A: masalah teratasi sebagian, P: lanjutkan intervensi.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pengkajian keperawatan
Dari hasil pengkajian yang didapatkan padakasus
Ny.D.M(62tahun)padapengkajianyang dilakukanpada tanggal08 juli2019,tandadan
gejalayang ditunjukanolehpasien adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri ulu hati
dan mual.
MenurutSuddarth Tahun 2 0 1 4m, anifestasikli nisyang biasanya
timbulpadapasien dengan STEMI Nyeri dada yang tiba– tiba dan berlangsung
terus menerus, terletak
dibagain bawah sternum dan perut atas. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak
tertahankan. Rasa nyeri y a nt agj a m dan berat bisa menyebar ke bahu dan lengan,
bianyanya lengan kiri, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat
atau gangguan emosi) dan menetap selama bebarapa jam sampai beberapa hari dan
tidak akan hilang dengan istirahat maupunongiltirserin. Pada beberapa kasus nyeri
bisa menjalar ke dagu dan leher, nyeri sering disertai dengan napas pendek, pucat,
berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, dan mual serta hm. unta
Pasien mengatakan bahwasebelumnyapasien memili kiriwayat diabetesp,asien
mengkonsumsiobat metformin,akan tetapipasientidak taat diit diabetes yang sudah
diajarkan.
Menurut Suddarth Tahun 2 0 1S9T, EMI dapat disebbakan oleh faktor– faktor
resiko antara lainmerokok,tekanandarahtinggi, kolesteroldarahtinggi,
hiperglikemia dan jugapola perilaku.
3.2.2. Diagnosa
Diagnosa yang didapatkan dari kasus terdiri dari : 1. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung. 2. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan o k s3i g. eKne. tidakstabilan
glukosa dalam darah berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen. Padateoriyang dikemukakanoleh Suddarth, 201,4
bahwadiagnosayangdapatditegakanpadapasiendenganSTEMIadalahNyeri dada
berhubungan dengan berkurangnyaaliran darah koroner, potensial pola
pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih, potensial gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung, cemas berhubungan
dengan takut akan kematian, dan potensial tidak m e n j a l a nr ok agnr a pm perawatan
diri berhubungan dengan mengingkari diagnosa gangguan miokard akut.
Diagnosakeperawatanyang pertamaadalah penurunan curahjantung
berhubungan dengan perubahan irama jant uMn ga.sa lah inidiangkatkarena
merupakan masalahfisiologisdenganprioritastinggiyangditandaidengan
Pasientampaklemas, sesak nafas, nyeri uluhati dan m.ual
Diagnosakeperawatankedua adalah ketidakseimbangan glukosadarah berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang manajemen diabeMteass.alah
inidiangkatkarena merupakan masalah fisiologisdengan prioritas sedang yang
ditandai dengan pasien terli hat lemah, sering merasa lapar dan haus, gula darah
531 mg/dL . Diagnosa ketiga adalah intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Dengan pasien mengatakan,
badan lemas, cepat lelah saat beraktifitas, (makan, minum), ADL dibantu
sepenuhnya oleh perawat dan kelu.arga
Perbedaanpadateoridengankasus Ny.D.Mdisebabkankarenatidak
cukupnyadatapendukungyangmendukungmasalahkeperawatan : Nyeri dada
berhubungan dengan berkurangnya aliran darah koroner, Potensial pola
pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih, Cemas
berhubungan dengan takut akan kematian, dan Potensial tidak menjalankan
program perawatan diri berhubungan dengan mengingkari diagnosa gangguan
miokard.
3.2.3. Intervensi keperawatan
Padakasus Ny.D.M.diagnosakeperawatanyang menjadiprioritas utama adalah
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama
jantungM. asalahinidianggapmenjadiprioritas karenamasalah
penurunan curah
jantungmerupakan masalahyang mengancamkehidupan.
Perencanaan ditujukan agar pasien menunjukan keefektifan
pompa jantungP. erencanaan memili
kikriteriahasilyang dapatdiukurdenganskala yangtelahditentukan.
Aktivitaskeperawatan yang ditetapkanadalahuntukmemantau
tekana darah sistol, tingkat kelelahan pasien berkurang, pasien tidak pucat, dan
tidak ada edema perifer.
Prioritasmasalahyang keduaadalah ketidakstabilan glukosa dalam darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen
diabetesP.erencanaanditujukanuntukmeningkatkan kestabilan kadar
glukosa dara hP. erencanaanmemil ikikriteriahasilyang
dapatdiukur denganskalayang
telahditentukan.Aktivitaskeperawatanyang ditetapkan adalah menstabilkan kadar
glukosa darah, menurunkan keparahan hiperglikemia, dan mengajarkan tentang
manajemen diabetes.

3.2.4. Implementasi Keperawatan


Diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantungt,indakanyangdilakukanadalahmemastikan tingkat aktifitas pasien yang tidak
membahayakan curah jantung atau memprofokasi serangan jantung, meminitor hasil
EKG, melakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer, mengkaji keluhan
pasien, melayantei rapi Laxadine 3x1 cth, NAC 3x200 mg, dan Sucralfate 3x2 cth.
Diagnosakeperawatanketidakstabilan glukosa dalam darah berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang manajemen di,atibnedtaeksan yang dilakukan
adalahUntuk diagnose ketidakstabilan glukosaladma darah nerhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang menajemen diabetes, implementasi yang dilakukan
adalah : memantau kadar glukosa dalam darah, dan memantau – t atnadnad a
hiperglikemia.
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen, tindakan yang dilakukan
adalah mengkajistatusfisiologispasienyang menyebabkan
kelelahan,
memonitorlokasidansumber ketidaknyamanan/nyeriyang dialami pasien
selamaaktivitas, membatasistimuli li ngkunganyangmenganggu
(misalnya,cahayaatau bising) untuk memfasilitasirelaksasi, meningkatkan tirah
baring/pembatasan kegiatan (misalnya, meningkatkan jumlah waktu
istirahatpasien), membantupasiendalamaktivitassehari– hariyang teratursesuai
kebutuhan pasien, memonitor respon oksigen pasien (misalnya, tekanan nadi,
tekanan darah, respirasi).
3.2.5. Evaluasi Keperawatan
Padadiagnosakeperawatan penurunan curah
jantu,ng tindakanevaluasimeliputi
evaluasiproses danevaluasihasil .Evaluasiproses
adalahtindakandimana perawatmenilai apakah tindakansesuairencana
atautidak.Padakasus Ny. D.M,tindakan-tindakan yang
direncanakanseluruhnyaberjalandenganbaikkarenapasien kooperatif terhadap
tindakan yang diberikan
Evaluasihasildilakukanmengacupadakriteriahasilyang telah
ditentukanantaralain,Pasienmengatakan masih merasa lemah, sakit kepala, dan masih
sesak nafas.Penuli smenambahkan beberapa itempada evaluasiyaknihasil TTV,
karenamempengaruhihasilevaluasidansangatpenting untuk dicantumkan untuk
mengetahuikeadaan umumpasien.
Padadiagnosakeperawatan ketidakstabilan glukosa d a r eavha, luasi prosespada
kasus Ny.D.M yakni pada intervensi memantau kadar glukosa dalam darah, dan
memantau tand–atanda hiperglikemi.a
Evaluasi hasil dilakukan mengacu pada kriteriahasil yang telah
ditentukanantaralainPasien masih mengeluh blemah, sering merasa lapar dan
haus, dan glukosa darah puasa I 93 mg/dL (normal) gula darah puasa II 73
mg/dL (normal). HasilTTV:TD:110/70mmHg,N:98x/menit,RR:22x/menit,

nafasteraturdannormal,S:36,50C,SPO2: 90%.

Pada diagnoas intoleransi aktifitas, evaluasi proses pada Ny. D.M


yakni intervensi mengkajistatusfisiologispasienyang menyebabkan kelelahan,
memonitorlokasidansumber ketidaknyamanan/nyeriyang dialami pasien
selamaaktivitas, membatasistimuli li ngkunganyangmenganggu (misalnya,cahayaatau
bising) untuk memfasilitasirelaksasi, meningkatkan tirah baring/pembatasan
kegiatan(misalnya, meningkatkan jumlah waktu istirahatpasien),
membantupasiendalamaktivitassehari– hariyang teratursesuai kebutuhan
pasien, memonitor respon oksigen pasien (misalnya, tekanan nadi, tekanan
darah, respirasi).
Evaluasi hasil dilakukan pada kriteria hasil yang telah ditentukan antara lain,
pasien masih mengeluh lemah, sesak nafas, terpasanagsOal2canul 4 liter /
menit
dan ADL masih dibantu penuh oleh perawat dan juga keluarga.
3.3. Keterbatasan Studi Kasus
Keterbatasan penuli s selama menyusun studi kasus ini pertama:
jangkawaktuperawatanyang singkatdiICCUsehinggapenuli ssuli
t menentukanpasiendengankasusyang sesuaidan denganwaktu yang cukup
untukmenyusunkaryatuli silmiahini.Kedua:kekuranganbukusumber
yang
tersediadiperpustakaan,sehinggapenuli sharusmencaribukuditoko buku dan internet.
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Pada tahapengkajian dilakukan dengan metode wawancdanaobservasi : Ny.D.
M mengatakansakit kepala dan sesak napas yang dirasbaekarknurang,hasil
pemeriksaan GDS kembali normalp, asien msaih menggunakaonksigen nassal
kanul 4 lp. m
2. Setelah dilakukan pengkajiadnan analisa kasus muncul 3 diagnosa yaitu 1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, 2. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan o,ks3i.geKnetidakstabilan glukosa
dalam datah berhubungan denganaknugrpengetahuan manajemen diabetes.
3. Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari: diagnosa pertama penurunan
curah jantung berhubungan denganrupbeahan irama jantung terdap4at rencana
keperawatanyang ditetapka,ndiagnosa kedua intoleransi aktaifsit berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara supladian kebutuhan oksigen terdapa6t
rencana
keperawatan yang ditetapka, ndan diagnosa ketiga ketidakstabilan glukosa dalam darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan manajemen diabetes terdapat 3 rencana
keperawatan yang ditetapkan.
4. Implementasi keperawatan untuk diagnosa pertama penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan irama j a n t udni agg, n o s a kedua intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara sduapnlaikebutuhan oksig,endan
diagnosa ketiga ketidakstabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan kurang
pengetahuan manajemen d i a b ,est eems ua tindakan yang direncanakan dilakukan
kepada pasien.
5. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa keperawatan penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubaharanmai jantungteratasi sebagidaina,gnosa
keperawatan intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen teratasi s e b a g, i adna n diagnosa ketiga ketidakstabilan glukosa dalam
darah berhubnugan dengan kurang pengetahuan manajemen diabetes teratasi sebagian.
4.2. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
bagi mahasiswa/i di kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes KuPpraondgi D III
keperawatan kupang,huksusnya pada keperawatan kritis terutama pada
pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan Kritis.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan k eapwe ar t a n di ruangan khususnya di ruaInCgCU.
3. Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perawat yang melakukan
tindakan darurat lebih menekankan keperawatan secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer. C. S & Bare. B. ( 2 0 1 4B)u. ku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C.M., & Gallo, B. M. (201K1E).PERAWATAN KRITIS.
Jakarta: EGC

Baradero, M., Dayrit, M., & Siswadi, Y. (2008S)e.ri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: EGC
Doengoes, M. E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien. Jakarta: EGC
Ewinanto., Santoso, E., Putranto, N., Tedjasukmana, P., Sukmaw., aRni,f qRi , S., Kasiman,
S. (2018). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut Edisi Keempat. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

Hastuti, Y. E., Elfi, E.F., & Pertiwi. D. (2013). Hubungan Kadar Troponin T dengan Lama
PerawatanPasien Infark Miokard Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang, 424
LAMPIRAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKES KEMENKES KUPANG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. D. M
Umur : 62 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga Alamat : Namosain
Nomor registrasi : 515678
Diagnosa medik : STEMI Post Trombolitik + Anemia
Tanggal MRS : 06 Juli 2019 Jam :16.15
Tanggal pengkajian0:8 Juli 2019 Jam : 09.00

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Y. M
Umur : 34 tahun
Alamat : Namosain
Hubungan dengan klienA:nak
Kandung

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh badan terasa lemah, sesak napas, nyeri ulu hati dan mual.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengeluh badan terasa lemah dan sesak napas sehari sebelum MRS.
Pasien dibawah keluarga ke IGD RSUD Prof Dr. W. Z. Johanes Kupang pada tanggal
6 juli 2019. Saat tiba di ruang IGD pasien segera diberikan penanganan. Selanjutnya
pasien di pindahkan kreuangan ICCU untuk perawatan intensif. Saat di ruang ICCU
pasien diberikan therapy infuse NaCl 0,9% 20 tpm, drip amiodarone 600mg/10 jam, 1
jam sebelum drip amoodarone habis minum amiodarone 3x200mg, terpasang oksigen
masker non rebreathing 10 lpm, terapnags cateter no. 16. Saat dikaji pasien
mengatakan badan terasa lemah, sesak napas, mual, dan nyeri ulu hati. Pasien
disarankan bed rest. ADL (makan, minum, personal higyene dan toileting) dibantu
keluarga dan perawat.

c. Riwayat Penyakit Dahul


Pasien menagtakan ada riwayat diabetes mellitus tipe 2 dan rutin minum obat
metformin 3x500 mg, tapi pasien tidak taat diit diabetes yang sudah diajarkan.

d. RiwayatPenyakitKeluarga
Genogram

Keterangan :

Laki – kaki

Perempuan

Meninggal

Pasien

Tanda-Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 105x/menit SPO2 : 90%
Suhu : 36,5°Celsius RR : 23x/menit
4. Pengkajian Primer
A. Airways (jalan nafas)
Sumbata:n
(-) benda asing (-) bronscospasme
(-) darah (-) sputum (-) lendir
() lain-lain sebutkan: -

B. Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
() aktifitas (√)tanpa aktifitas
() menggunakan otot tambahan
Frekuens:i 23x/menit
Irama: () teratur (√) tidak teratur
Kedalaman:() dalam (√) dangkal
Reflek batuk : () ada (√) tidak ada
Batuk:
(-) produktif (-) non
produktif Sputum : () ada-)(
tidak Warna:-
Konsistens:i-
Bunyi napa:s
() ronchi () creakles ()
BGA: tidak dilakukanpemeriksaan.

C. Circulation
a. Sirkulasi perifer
Nadi :
105x/menit
Irama: () teratur√() tidak
Denyut: () lemah (√) kuat () tidak kuat
TD: 110/70mmHg
Ekstremitas :
(√) Hangat () Dingin
Warna Kulit :
( ) cyanosis (√) Pucat () Kemerahan
Nyeri Dada :-() Ada (-)
Tidak Karakteristik nyeri
dada :
(-) Menetap (-) Menyebarkeleher
(-) Seperti ditusu-ktusuk
(-) Seperti ditimpah benda berat
Capillary refill :
(√) < 3 detik () > 3 detik
Edema :
() Ya (-) Tidak
Lokasi edema :
(-) Muka (-) Tangan
-() Tungkai -() Anasarka

b. Fluid (cairan dan elektolit)


1. Cairan
Turgor Kulit
(√) < 3 detik ( ) > 3 detik
(√) Baik () Sedang ( ) Jelek
2. Mukosa Mulut
() Lembab (√) Kering
3. Kebutuhan nutrisi :
Oral : Air putih 350 cc/hari
Parenteral N: aCl 0,9 % 500
cc/24jam
Eliminasi :Terpasang cateter no. 16 pro urin
BAK : terpasang cateter
Jumlah :Saat dikaji ± 50 cc/7 jam
Warna :
(√) Kuning jernih ( ) Kuning kental ( ) Merah ( ) Putih
Rasa sakit saat BAK :
( ) Ya (√) Tidak
Keluhan sakit pinggang :
( ) Ya (√) Tidak
BAB : Saat dikaji pasien belum BAB 1 hari
Diare :() Ya (√) Tidak ( ) Berdarah ( ) Berlendir ( ) Cair
Bising Usus :10 x/menit
PemeriksaanAbdomen :
Keluhan :
()I : Abdomen
tampkasimetris ( ) A : Bising
usus 10 x/menit
( ) Pal : Saat dipalpasi teraba massa dikuadran kiri bawah
( ) Per : Saat diperkusi abdomen pekak

4. Intoksikasi
(-) Makanan
(-) Gigitan
Binatang (-)
Alkohol
(-) Zat kimia
(-) Obat-obatan
(-) Lain – lain : Tidak ada intoksikasi

D. Disability
Tingkat kesadaran :
(√) CM ( ) Apatis ( ) Somnolent ( ) Sopor ( ) Soporocoma (Coma)
Pupil : (√) Isokor ( ) Miosis ( ) Anisokor ( ) Midriasis ( ) Pin poin
Reaksi terhadap cahaya :
Kanan (√) Positif () Negatif
Kiri (√) Positif () Negatif
GCS : E :4 M: 5 V : 6
Jumlah :15

5. Pengkajian Sekunder
a. Musculoskeletal / Neurosensoril
(-) Spasme otot
(-) Vulnus
(-) Krepitasi
(-) Fraktur
(-) Dislokasi
(-) Kekuatan Otot :
4 4
4 4

b. Integumen
(-) Vulnus
(-) Luka Bakar
c. Psikologis
 Pasien tampak gelisah
 Kurang pengetahuan

Terapi/ Pengobatan

Nama Terapi Dosis Rute Waktu Indikasi


Pemberian Pemberian
IVFD NaCl 500 cc Infus Habis dalam Mengaturcairan
0,9% 10 jam tubuh, mengatur
metabolism tubuh,
merangsan
kerja syaraf
Drip amiodaron 600 mg Infus Mengatasi
irama
jantung yang tidak
teratur
Amiodarone 3x200mg Oral 1 jam Mengatasi irama
sebelum jantung yang tidak
drip teratur
amiodarone
selesai
Drip dobutamin 5 mcg/kgBb Syring pump Membantu jantung
memompa darah k
seluruh tubuh
Drip 0,1 mcg/kgBB Syring pump Mengatasi hipotens
norepinephrine akut
Lovenox 1 x 0,4 cc Subcutan 06.00 Mengatasi
penggumpalan darah
PRC 1 bag/hari (2 Infus Mengatasi anemi
bag) kronik
Dexamethason 1 ampul Intravena Obat ant-iinflamasi
dan gangguan alergi
Simvastatin 0-0-20 mg Oral 06.00 Menurunkan kada
glukosa dalam darah
Laxadine 3x1 cth Oral 14.00 Merangsang gera
22.00 peristaltic
06.00
Ranitidin 2x1 ampul Intravena 18.00 Menurunkan kada
06.00 asam lambung
Aspillet 80 mg : 1-0-0 Oral 06.00 Mencegah terjadiny
serangan jantung
NAC 3x200 mg Oral 14.00 Mengencerkan daha
22.00 yang menghalang
06.00 jalan napas
Alprazolam 0,5 mg :1-0-0 Oral 22.00 Mengatasi ganggua
kecemasan da
serangan panik
Sucralfate 3x2 cth Oral 14.00 Mengobati tukak pad
22.00 usus halus
06.00
Novorapid 3x4 IU/SC SC 07.00 Membantu glukos
11.00 atau gula darah masu
18.00 ke dalam sel tubuh
sehingga tubuh bisa
mengubahnya menja
energi
Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Keterangan


Pemeriksaan
08 Juli 2019 SGPT < 41 124 U/L H
SGOT < 35 415 U/L H
Trigliserida < 150 120 mg/dL H
Kolestrerol Total < 200 264 mg/dL H
HDL Kolesterol >=40 28 mg/dL L
Glukosa Darah Puasa 82-115 642 mg/dL H
Gula Darah 2 Jam PP 75-140 531 mg/dL H
Gliko HB (HbA1c) <6 12,9% H
Asam Urat 1.9-7.9 9,6 mg/dL H
Troponin 1 < 0.60 44,72 µ/L H

Analisa Data

Problem Etiologi Sign & Symptom


Penurunan curah Perubahan irama jantung Data Subyektif :
jantung Pasien
mengatakan
merasa lemah
Data Obyektif :
Keadaan tampak
lemah, sesak
napas, terpasang
O2 masker 10 lpm,
Nadi : 105 x/menit
dan tidak teratur,
RR : 23 x/menit
Ketidakseimbangan Kurang pengetahuan tentang manajemen Data Subyektif :
glukosa darah diabetes Pasien
mengatakan pasie
mempunyai
riwayat gula darah
tinggi, pasien rutin
minum obat
metformin 3x500
mg, tetapi pasien
tidak taat diit yang
sudah diajarkan
Data Obyektif :
GDS 531 mg/dL
Intoleransiaktivitas Ketidakseimbangansuplaidankebutuhanoksi Data Subyektif :
Pasien
mengatakan
merasakan
lme a h Data
Obyektif : ADL(
activities of daily
living) dibantu
oleh keluarga
dan perawat
seperti
makan/minum,
toileting dan
personal hygiene,
hasil EKG: sinus
takikardi, ST
elevasi V1-V3, HB
8,0 mg/dL
Intervensi Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung berhubun NOC : keefektifan pompa jantung (0400) NIC : perawatan jantung
dengan perubahan irama jantung Tujuan : pasien akan menunjukan keefektifan po (4040) Intervensi :
jantung 1) Pastikan tingkat aktifitas pasien ya
Kriteria Hasil : tidak membahayakan curah jantu
1) Tekanan darah sistol(040001) atau memprovokasi serangan jantu
2) Tingkat kelelahanberkurang(040017) 2) Monitor EKG
3) Pucat(040031) 3) Lakukan penilaian komperhen
4) Edema perifer(040013) padasirkulasi perifer
4) Monitor sesak nafadsankelelahan
Ketidakstabilan glukosa dalam dar NOC : Ketidakstabilan kadar glukosa darah (00002) NIC : Manajemen hiperglikemia
berhubungan dengan kura Tujuan : Pasien akan menunjukan Intervensi :
pengetahuan tentang manajem kestabiklaandar glukosa darah 1) Pantau kadar glukosa dalam darah
diabetes Kriteria hasil : 2) Pantau tand-atanda hiperglikemia
1) Kadar glukosa darah (2300) 3) Instruksikan pasien dan keluarg
2) Keparahan hiperglikemia (2111) terhadap pencegahan, pengen
3) Menajemen diabetes (1820) manajemen diabetes, d
hiperglikemia
Intoleransiaktivitasberhubunganden NOC : toleransi terhadap aktifitas(0005) NIC : peningkatan latihan(0200)
nketidakseimbangansuplaidankebut
Tujuan : Intervensi :
anoksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien 1) Kajistatusfisiologispasienyang
menunjukan melakukan aktifitas secara mandiri den menyebabkan kelelahan
kriteria hasil: 2) Tingkatkan tirah
1. frekuensi nadi ketika beraktifitas(000502) baring/pembatasan kegiatan
2. kemudahan bernafas saat aktiftas(000508) (misalnya, meningkatkan jumlah
3. tekanan darashistolik ketika waktu istirahatpasien)
beraktifita(s000504) 4.temuanhasil 3) Bantupasiendalamaktivitassehari–
EKG(000506) hariyang teratursesuai kebutuhan
5. kemudahan dalam melakukan aktifitas hidup haria pasien
(000518)
4) Monitor respon oksigen pasien
(misalnya, tekanan nadi, tekanan
darah, respirasi)
Catatan Perkembangan

Hari / Tanggal : 08 Juli

2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Penurunan cura 10.15 1. Pastikan tingka S:
jantung aktifitas pasien Pasien
berhubungan denga yang tidak mengatakanmerasakan
perubahan iram membahayakan lemah, dan sesak saat
jantung curah jantung diaturposisi duduk
atau O:
memprovokasi - Pasien terlihat sang
serangan jantung lelah saat melakuka
Hasil : menganjurka aktifitas
pasien untuk tida - Wajah tampakpucat
mengedan saat BAB A:
10.20 2. Monitor hasil Masalah belum teratasi
EKG P:
Hasil : Lanjutkan intervens1i -5
813 : Takikardi
711 : Abnormal Q
621 : Negatif T
611 : Flat T
131 : Low Voltage
(Limb Leads)
11.15 3. Melakukan
penilaian
komperhensif
padasirkulasi
perifer
Hasil : Nadi
105x/menit, CRT < 3
detik, suhu 36,5°C
warna kulit pucat
12.15 4. Mengkaji keluhan
Hasil : Pasien
mengeluh lemah
13.20 dan mengeluh
sesak napas jik
diatur posisi
duduk
5. Melayani therapy
Laxadine 3x1 cth
NAC 3x200 mg,
Sucralfate 3x2cth
Intoleransiaktivitasb 09.15 1. Mengkajistatusfisi S:
erhubungandengan ologispasienyang Pasienmengatakanmeras
etidakseimbangana menyebabkan lemah dan sesak saa
tarasuplaidankebutu kelelahan melakukan aktifitas
hanoksigen Hasil : pasien O :
lelah saat - Pasientampakberis
diberikan posisi irahatdenganposisi
10.00 duduk idurterlentang
2. Meningkatkan - ADL masih
tirah dibantu
baring/pembatasa sepenuhnya ole
n kegiatan keluarga dan
(misalnya, perawat
meningkatkan A : Masalah belum terata
jumlah waktu P : Lanjutkan intervens
istirahatpasien) 1-3
Hasil : pasien
hanya berbarin
ditempat tidur
dengan posis
terlentang
3. Bantupasiendala
12.00 maktivitassehari–
hariyang
teratursesuai
kebutuhan pasien
Hasil : semua
aktivitas pasien
dibantu keluarga
dan perawat
4. Monitor respon
12.15 oksigen
pasien (misalnya,
tekanan nadi,
tekanan darah,
respirasi)
Hasil : Nadi :
105x/menit, RR :
23x/menit
Catatan Perkembangan

Hari / Tanggal : 08 Juli

2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Ketidakstabilan 09.00 1. Memantau kada S : Pasien mengelu
glukosa dalam dara glukosa dalam lemah
berhubungan denga darah
kurang pengetahua Hasil : Glukosa dara O :
tentang manajeme puasa 642 mg/dL - Keadaan
diabetes glukosa darah 2 ja umum pasien
531 mg/dL lemah
09.15 2. Memantau tanda- - Glukosa darah
tanda puasa 642
hiperglikemia mg/dL
Hasil : Pasien lema - Kadar glukosa
lesu, sering meras darah 2 jam P
lapar, sering haus 531 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi 1-2
Catatan Perkembangan

Hari / Tanggal : Selasa, 09 Juli 2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Penurunan cura 09.00 1. Pastikan tingkataktifitas pasien S:
jantung yang tidak membahayakan cur Pasien mengatakan
berhubungan jantung atau memprovoka merasakan lme a h dan
dengan perubaha serangan jantung sakit kepala
irama jantung Hasil : menganjurkan pasien unt O:
tidak mengedan saat BAB - Pasien nampak lemah
2. Monitor hasil EKG - Wajah tampakpucat
Hasil : A:
812 : Takikardi Masalah belum teratasi
741 : Possible Anterior Infarction P:
09.10 131 : Low Voltage (Limb Leads) Lanjutkan intervens1i -5
172 : Slight ST Elevation
3. Melakukan penilaian
komperhensif padasirkula
perifer
Hasil : Nadi 99x/menit, CRT <
detik, suhu 36,5°C, warna kul
11.00 pucat
11.15 4. Mengkaji keluhan Hasil : Pasie
mengeluh lemah dan sakit kep
14.00 5. Melayani therapy Laxadine 3x
cth, NAC 3x200 mg, Sucralfat
3x2 cth

Intoleransi aktifitas 09.15 1. Mengkajistatusfisiologispasienya S:


berhubungan ng menyebabkan kelelahan Pasienmengatakanmeras
dengan Hasil : pasien lelah sa lemah
ketidakseimbangan diberikan posisi duduk O:
suplai dan 2. Meningkatkan tirah - Pasientampakberis
kebutuhan oksigen baring/pembatasan kegiatan irahatdenganposisi
(misalnya, meningkatkan idurterlentang
10.00 jumlah waktu istirahatpasien) - ADL masih
Hasil : pasien hanya berbari dibantu
ditempat tidur dengan posi sepenuhnya ole
terlentang keluarga dan
3. Bantupasiendalamaktivitassehari perawat
– hariyang teratursesuai A : Masalah belum terata
kebutuhan pasien P : Lanjutkan intervens
Hasil : semua aktivitas pasi 1-3
dibantu keluarga dan perawat
4. Monitor respon oksigen
pasien (misalnya, tekanan
nadi, tekanan darah, respirasi)
11.00
Hasil : Nadi : 103x/menit, RR
23x/menit

12.00
Ketidakseimbanga 09.00 1. Memantau kadar glukosa dala S : Pasien mengeluh lem
glukosa darah darah
berhubungan Hasil : Glukosa darah puasa 1 O:
dengan kuran mg/dL - Keadaan umum
pengetrahuan 09.15 2. Memantau tand- pasien lemah
atanda
tentang manajeme hiperglikemia - Glukosa darah
diabetes Hasil : Pasien lemas, lesu, sering mer puasa 182 mg/dL
lapar, sering haus A : Masalah belum terata
P : Lanjutkan intervensi-1
2

CatatanPerkembangan

Hari / Tanggal : Rabu, 10 Juli 2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Penurunan cura 08.15 1. Pastikan tingkat aktifita S:
jantung pasien yang tida Pasien
berhubungan membahayakan cura mengatakanmas
dengan perubaha jantung atau memprovoka ih merasa
irama jantung serangan jantung O:
Hasil : menganjurkan pasien unt - Pasien nampa
tidak mengedan saat BAB lemah
2. Monitor hasil EKG - Wajah tampak
Hasil : Irama regular, ST Elevasi pucat
V2, V3 A:
08.30 3. Melakukan penilaian Masalah belum
komperhensif padasirkula teratasi
perifer P:
Hasil : Nadi 94x/meint, CRT < Lanjutkan intervens
09.00 3 detik,suhu 36,5°C, warna kul 1-5
pucat
4. Mengkaji keluhan Hasil
Pasien mengeluh lemah
5. Melayani therapy Laxadin
3x1 cth, NAC 3x200 mg
Sucralfate 3x2 cth

09.15

11.00
Intoleransi aktifitas 09.15 1. Mengkajistatusfisiologispasienya S:
berhubungan ng menyebabkan kelelahan Pasienmengatakanm
dengan Hasil : pasien lelah saa erasalemah
ketidakseimbangan diberikan posisi duduk O:
suplai dan 2. Meningkatkan tirah - Pasientampa
kebutuhan oksigen baring/pembatasan kegiatan beristirahatde
10.00 (misalnya, meningkatkan nganposisitid
jumlah waktu istirahatpasien) urterlentang
Hasil : pasien hanya berbari - ADL masih
ditempat tidur dengan posi dibantu
terlentang sepenuhnya
3. Bantupasiendalamaktivitassehari oleh keluarga
– hariyang teratursesuai dan perawat
kebutuhan pasien A : Masalah belum
Hasil : semua aktivitas pasi teratasi
dibantu keluarga dan perawat P : Lanjutkan
4. Monitor respon oksigen intervensi 1-3
12.00 pasien (misalnya, tekanan
nadi, tekanan darah, respirasi)

Hasil : Nadi : 105x/menit, RR


22x/menit

12.30
Ketidakseimbanga 09.00 1. Memantau kadar glukosa dala S : Pasien mengelu
glukosa darah darah lemah
berhubungan Hasil : Glukosa darah puasa I
dengan kuran mg/dL, GDS II 73 mg/dL O:
pengetrahuan 2. Memantau tand- - Keadaan
tentangmanajemen 09.15 atanda hiperglikemia umum pasien
diabetes Hasil : Pasien lemas, lesu, sering mer lemah
lapar, sering haus - Glukosa
darah puasa
93 mg/dL,
GDS II 73
mg/dL
A : Masalah teratas
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi 1-2
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


Direktorat : Jln. El Tari IILiliba – Kupang, Telp : (0380) 881880 ; 880880

Fax (0380) 8553418 ; email : poltekkeskupang@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Indah Rosita Bule Logo

NIM : PO. 530320114021

NAMA PEMBIMBING : Ns. Yoani M.V.B. Aty, S.Kep.,M.Kep

NO Hari/Tanggal Rekomendasi Pembimbing Paraf Pembimbing

You might also like