Uas Pphi 2

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

SEKRETARIAT JENDERAL
POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN
Jalan Pengantin Ali No.71, RW.6, Ciracas, Kec. Ciracas, Kota Jakarta Timur, Kode Pos 13740
Telp. (021) 877224230, Email : support@polteknaker.ac.id
Laman : http://polteknaker.ac.id

Nama : Ihdina Nurul Anggraini Semester :6


NIM : 012018013 Tanggal : 23 Juli 2021
Mata Kuliah : PPHI 2 Tanda Tangan :
Program Studi : Relasi Industri

LEMBAR JAWABAN
1.. Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum Acara
Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang
diatur secara khusus dalam undang-undang. Jenis-jenis alat bukti yang sah mengacu pada
Pasal 164 HIR/284 RBG yaitu sebagai berikut:
a.Alat Bukti surat dan tulisan, adalah dokumen yang bersifat tertulis, berisi huruf, angka, tanda
baca, kata, anak kalimat atau kalimat, termasuk bagan atau hal-hal yangm memberikan
pengertian tertentu mengenai suatu hal yang tertuang diatas kertas, atau bahan-bahan lainnya
yang bukan kertas. Kedudukan alat bukti surat (tulisan) tersebut oleh M Yahya Harahap,
dijelaskan bawah pada Pasal 1866 KUHPerdata, urutan pertama disebut alat bukti surat
(tulisan).
b.Alat Bukti Saksi, Saksi yang dihadirkan di hadapan hakim bertujuan untuk menguatkan
peristiwa yang didalilkan di depan persidangan. Jumlah saksi yang dihadirkan dapat minimal
dua orang dewasa dan cakap hukum, akan tetapi keterangan satu saksi di depan persidangan
tidak dapat dipercaya sepanjang tidak didukung dengan alat bukti yang lain, sesuai ketentuan
Pasal 1905 KUH Perdata yang menyatakan “keterangan seorang saksi saja tanpa alat
pembuktian lain, dalam Pengadilan tidak boleh dipercaya”.
c.Alat Bukti Persangkaan, Alat bukti yang diakui di dalam hukum adalah “persangkaan” yang
dalam Pasal 1915 KUH Perdata diberi pengertian yakni “Persangkaan ialah kesimpulan yang
oleh undang-undang atau oleh Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke
arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum. Ada dua persangkaan, yaitu persangkaan
yang berdasarkan undang-undang dan persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang.”
Dalam berbagai leteratur, ketentuan pasal di atas dimaknai bahwa persangkaan itu terbagi
dua jenis yakni persangkaan undang-undang dan persangkaan hakim.
d.Alat Bukti Pengakuan, Pengakuan itu ada yang diutarakan di depan hakim dan ada yang
tidak di hadapan hakim atau di luar persidangan. Pengakuan di depan hakim dalam
persidangan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, baik diungkapkan sendiri
mapun melalui seorang kuasa. Hal itu seperti dinyatakan di dalam ketentuan Pasal 1925 KUH
Perdata yang isinya menyatakan “Pengakuan yang diberikan di hadapan Hakim, merupakan
suatu bukti yang sempurna terhadap orang yang telah memberikannya, baik sendiri maupun
dengan perantaraan seseorang yang diberi kuasa khusus untuk itu”.
Pengakuan seperti yang dimaksud di dalam Pasal 176 HIR mengandung asas “onsplitbaar
aveu” atau pengakuan yang tidak boleh dipisah-pisah, yaitu tiap-tiap pengakuan harus
diterima segenapnya dan hakim tidak bebas akan menerima bagiannya saja dan menolak
bagian yang lain sehingga menjadi kerugian kepada orang yang mengaku itu melainkan jika
oarang yang berutang untuk melepaskan dirinya menyebutkan bersama pengakuan itu
beberapa perbuatan yang nyata palsu.e.Alat Bukti Sumpah, Sedangkan menurut ahli hukum
M. Yahya Harahap dalam bukunya berjudul “Hukum Acara Perdata tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan”, Halaman 745, menjelaskan
bahwa sumpah sebagai alat bukti adalah suatu keterangan atau pernyataan yang dikuatkan
atas nama Tuhan dengan tujuan agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan
atau pernyataan itu, takut atas murka Tuhan apabila dia berbohong, dan Takut kepada murka
atau hukuman Tuhan dianggap sebagai daya pendorong bagi yang bersumpah untuk
menerangkan yang sebenarnya.
2.Sumpah decisoir, suppletoir, dan aestimatoire
• Eksepsi
• Konvensi
• Rekonvensi
• Gugatan provisi
3.Berdasarkan Pasal 1975 KUHPer surat kuasa khusus adalah pemberian kuasa yang dilakukan
hanya untuk satu kepentingan tertentu atau lebih. Dalam surat kuasa khusus, di dalamnya
dijelaskan tindakan-tindakan apa saja yang boleh dilakukan oleh penerima kuasa. Jadi,
karena ada tindakan-tindakan yang dirinci dalam surat kuasa tersebut, maka surat kuasa
tersebut menjadi surat kuasa khusus.
SYARAT FORMIL:
a. Secara tertulis dan memuat Identitas pemberi dan penerima kuasa seperti nama, umur,
pekerjaan dan tempat tinggal serta kedudukan para pihak
b.Isi pokok perkara perselisihan
c.Rincian kuasa yang diberikan dan menyebut dengan jelas kewenangan yang dikuasakan
d.Menyebut dengan jelas pengadilan tempat perkara diajukan
e.Memuat hak substitusi. Hal ini perlu bila penerima kuasa ternyata berhalangan, maka dia
dapat melimpahkan kuasa itu kepada pihak lain untuk menjaga jangan sampai perkara itu
berlarut-larut karena penerima kuasa berhalangan
4.Syarat pengajuan gugatan di PHI
 Asli surat anjuran Kementrian Tenaga Kerja/Dinas Tenaga Kerja
 Asli dan Fc Gugatan/Surat Gugatan
 Softcopy Gugatan (format word)
 Asli dan fotocopy surat kuasa
 KTP
 Bukti pembayaran/slip pembayaran dari Bank
Keterangan:
ika nilai gugatan kurang dari Rp.150 juta maka tidak ada panjar biaya;
Jika nilai gugatan lebih dari Rp. 150 juta maka ada panjar biaya sebesar Rp. 500 ribu dan
dimasukan ke Rekening di Bank Tabungan Negara;
Langkah pendaftaran:
 Penggugat/pengacaranya mendaftarkan surat gugatannya kepada petugas pendaftaran
hubungan industrial
 Petugas pendaftaran PHI Memeriksa kelengkapan berkas
 Ketua PN Memberikan persetujuan
 Petugas pendaftaran PHI memberikan SKUM kepada penggugat agar membayar kepada
penggugat agar membayar Panjar biaya perkara ke kasir
 Penggugat/pengacaranya membayar ke kasir
 Kasir menerima pembayaran biaya perkara, memberikan nomor perkara dan
mengembalikan 2 tindasan ke Penggugat dan menyimpan 1 tindasan untuk bukti kasir
 Penggugat/pengacaranya memberikan tindasan SKUM kepada Petugas Pendaftaran PHI
dan menyimpan satu tindasan untuk bukti
 Petugas pendaftaran PHI menerima SKUM dan menyiapkan blanko-blanko pendapatan
 Panitera muda perdata memerika berkas perkara dan tanda terima surat gugatan
 Petugas pendaftaran PHI memberikan 1 salinan surat gugatan yang sudah ditandatangani
kepada penggugat
5.Menurut UU N0.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 2
jenis-jenis perselisihan ada 4 yaitu perselihan Hak, Kepentingan, PHK dan Antar Serikat
Pekerja/Serikat Buruh. Menurut Pasal 56 UU 2 tahun 2004 PHI bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus untuk tingkat pertama: Perselisihan Hak, Kepentingan, PHK dan
Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Serta di tingkat terakhir mengenai Perselisihan
Kepentingan dan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh
PHI tingkat pertama pada Pasal 103 UU 2 2004 wajib memberikan putusan dalam waktu
selambat-lambatnya 50 hari kerja terhitung sejak sidang pertama. Untuk tingkat Kasasi khusus
perselisihan hak atau PHK berdasarkan Pasal 115 UU 2 tahun 2004 selambat-lambatnya 30
hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan kasasi

You might also like