Sejarah Teologi Sunni
Sejarah Teologi Sunni
Sejarah Teologi Sunni
Teologi Islam
Disusun oleh:
Kelompok 9
2023/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan ni’mat serta hidayah sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah kami yang bertema “TEOLOGI SUNNI” dengan sebaik-baiknya
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teologi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritikan yang membangun dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman agama (madzhab; mazhab) muncul karena adanya cara
berpikir masyarakat mendekati dan memahami ajaran agama. Dalam
setahun, lahirlah kelompok agama (firqah). bersumber dari pemahaman
keagamaan ini. Bahkan akibat dominasi dan gesekan pada posisi tertentu
yang berkuasa paham agama menjadi partai politik (hizb) yang
mempunyai dasar teologis legitimasi gerakan tersebut. Hal ini terjadi
dalam sejarah Islam. Sebenarnya aktif beberapa firqah mempunyai aliran
yang berbeda-beda. Setiap orang mempunyai gayanya masing-masing
dalam sikap terhadap agama Islam (Umar, 2016: 414).
Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah atau yang disebut dengan Sunnah
atau Sunni dalam sastra Barat adalah salah satu bagian dari polarisasi ini.
Itu adalah pemahaman agama, sebuah sekolah dan bahkan pada satu
tahapan sejarah tertentu menjadi firqah. Kehadirannya adalah reaksi
terhadap dinamika pemikiran dan gerakan keagamaan yang bercirikan
kecenderungan yang berbeda-beda ekstremisme di kalangan umat Islam.
Demikian terminologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah mengandung gagasan
awal tentang kesinambungan untuk menjaga keaslian dan keabsahan
ajaran tersebut dibawa oleh nabi. Keyakinan seperti ini kemudian
menimbulkan pernyataan kebenaran (truth statement) yang melengkapi
konstruksi firqah baru Sunni sebagai wacana agama Islam (Huda,
2019:51).
Sepanjang sejarah, sebagian besar umat Islam mendukung Sunni.
Hal ini diakui sebagai sebuah ideologi berbagai kelompok baik besar
maupun kecil di berbagai penjuru dunia Islam. Hari ini setidaknya ada 53
negara yang mayoritas umat Islamnya menganut Islam Sunni, termasuk
Indonesia. membutuhkan menambahkan bahwa setiap periodisasi sejarah
menghadirkan Sunni dengan dinamika uniknya masing-masing. Setiap
wilayah di dunia Islam juga mempunyai keunikan tersendiri dalam
penerapannya Sunni Faktanya, setiap kelompok ocalat menunjukkan sifat
keagamaannya dengan cara yang berbeda-beda di antara mereka sendiri,
meskipun mereka masih mengidentifikasi diri mereka sendiri atau
teridentifikasi sebagai kelompok Sunni. Dengan kata lain, setiap
komunitas Sunni mempunyai kekhasan masing-masing dalam menghayati
dan melaksanakan ideologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.
Begitu pula di Indonesia yang mayoritas umat Islam di negara
tersebut adalah Sunni. Setengah mereka mendefinisikan diri mereka atau
kelompok mereka secara ketat sebagai bagian dari Ahl al-Sunnah wa al
Jama`ah. Namun, ada juga yang lain, meski tidak mengatakan secara
langsung bahwa mereka adalah pengikut Paham Ahl al-Sunnah wa al-
Jama`ah, mereka masih menolak diidentifikasi sebagai suatu kelompok
Non-Sunni.
Kelompok pertama diwakili oleh pesantren atau seringkali kajian
sosiologi disebut kelompok Islam tradisional. Kelompok ini antara lain
dihadirkan oleh NU (Nahdlatul Ulama), PERTI (Perkumpulan Tarbiyah
Islamiyah, Jam’iyah al-Washliyah dll. Sekaligus satu lagi diajukan oleh
kelompok yang mendukung atau meneliti ocal reformasi Islam sosiolog
sering disebut sebagai Islam modernis. Kelompok ini sedang memperkuat
aktivitasnya organisasi Jam`iyat al-Khayr, al-Irsyad, Muhammadiyah,
Persis (Liga Islam) dan seterusnya.
Keterwakilan umat Islam tradisionalis di Indonesia antara lain
dapat dilihat dari keberadaannya Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi
sosial keagamaan yang didirikan oleh KH pada tahun 1926. Muhammad
Hasyim Asy’ari (selanjutnya Hasyim Asy’ari). Sejak awal berdirinya
organisasi ini manifestonya mengklaim mendukung ideologi Ahl al-
Sunnah wa al-Jama’ah. Ungkapan Ahl al Sunnah wa al-Jama`ah NU
menunjukkan ciri khas coraknya, berbeda dengan ungkapan pemahaman
tersebut. Di negara-negara Muslim lainnya, bahkan dengan komunitas
Indonesia lainnya (Darmawati, 2011).
Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah juga dikenal dari sisi modernis baik
secara tidak langsung maupun eksplisit sebagaimana pemahaman agama
dianut. Muhammadiyah misalnya secara tidak langsung menganut ideologi
Sunni. Hal ini terlihat pada salah satu keputusan Majelis Tarjih
Muhammadiyah yang menyatakan bahwa keputusan mengenai keimanan
merupakan ahli ocal. Al-Haqq wa al-Sunnah. Sedangkan Ahl al-Haqq wa
al-Sunnah merupakan nama lain dari Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.
Sementara itu, Masyarakat Islam (Persis) menyatakan lebih berhak
menyebut dirinya Sunni karena Alasannya, mereka tidak mengamalkan
mazhab sehingga kelompok seperti NU yang menganut mazhab tersebut
tidak layak. Disebut Sunni (Kasdi, 2019: 252).
Padahal keduanya sama-sama mengaku pengikut Ahl al-Sunnah wa
al-Jama`ah, yang kedua kelompok ini memiliki perbedaan artikulasi yang
signifikan agamanya Bahkan, kedua kelompok ini kerap bercampur
konflik pandangan agama, konsep budaya-sosial dan politik. Uraian di atas
memberikan gambaran awal yang cukup jelas tentang keberadaan
dialektika secara internal di kalangan Sunni. Dialektika digambarkan
dalam dua kutub penafsiran, yaitu kelompok tradisionalis di satu sisi dan
kelompok modernis di sisi lain. Tentu saja dialektika ini tidak terjadi
dalam ruang hampa (Hasan, 2014).
Konteks di luar kelompok ini diduga hal ini berkontribusi pada
variasi makna Sunni. Terutama dinamikanya peristiwa internasional yang
terjadi di Arab pada waktu itu. Karena kamu tahu kapan Organisasi-
organisasi ini didirikan dan didirikan bersamaan dengan momentum
tersebut peristiwa internasional seperti penggulingan Kekhalifahan
Ottoman, perebutan kekuasaan di Hijaz dan Perluasan Wahhabisme
(Hilmy, 2013: 26).
Oleh karena itu, menarik untuk melakukan penelitian akademis
yang luas dan komprehensif Untuk penjelasan lebih jelas mengenai ocal
ocal Sunni di Indonesia ini artikulasi pemikiran Sunni yang berkembang
di negeri ini beserta ciri-ciri, ekspresi dan gerakannya menunjukkan gaya
yang berbeda dari Sunni di wilayah lain di Tanah Air.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah teologi sunni?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh teologi sunni?
C. TUJUAN MASALAH
1. Memahami Sejarah teologi sunni
2. Memahami pemikiran tokoh-tokoh teologi sunni
BAB II
PEMBAHASAN