Modul 2 PSE
Modul 2 PSE
Modul 2 PSE
PEMBELAJARAN SOSIAL
EMOSIONAL
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) menurut Collaborative for Academic, Social, and
Emotional Learning – CASEL merupakan proses dimana anak dan orang dewasa memperoleh
dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mengembangkan identitas
yang sehat, mengelola emosi dan mencapai tujuan pribadi dan kolektif, merasakan dan
menunjukkan empati terhadap orang lain, membangun dan memelihara hubungan yang
mendukung, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab dan penuh rasa kepedulian.
Pada tingkatan Sekolah Dasar, peserta didik mungkin akan mulai menyadari bahwa mereka
memiliki pilihan dalam cara merespons situasi. Di kelas-kelas Sekolah Dasar tingkat awal,
mereka mulai dapat belajar untuk menerapkan strategi “berhenti, berpikir, dan bertindak”
dalam memecahkan masalah.
Setiap Ibu Bapak guru pasti memiliki tantangan yang dihadapi ketika di sekolah. Namun, salah
satu pengalaman yang bermakna bagi saya yaitu ketika saya berhasil memberikan momen
“AHA” untuk menghadapi tantangan ketika salah satu siswa sering bertengkar dengan teman
sebayanya. Siswa ini duduk di kelas 2 berinisial D, sering kali mudah tersulut emosi karena hal-
hal yang sepele. Selain itu, D seringkali memulai pertengkaran, dengan mengusili temannya.
Saya menyadari bahwa untuk membantu D, saya harus menelusuri terlebih dahulu penyebab
dari D ini sering bertengkar. Saya memulai pendekatan secara personal terhadap D untuk
berbicara secara langsung sembari mencari alasan di balik ia mudah marah atau mengusili
temannya. Ternyata, D berasal dari keluarga yang sederhana namun lingkungan bermainnya
bersama anak-anak yang tidak seusia dengannya. kerap kali, ia bermain dengan siswa SMP
atau SMA. Setelah memahami situasi D, saya mulai merancang strategi yang bisa membantu
D. Pertama, saya mengajak berdiskusi terlebih dahulu bersama kepala sekolah dan guru
lainnya untuk mencari solusi yang tepat setelah itu kami memutuskan untuk meminta
berdiskusi dengan orangtua D datang ke sekolah. Setelah berdiskusi dengan orang tua D kami
bersepakat untuk bekerja sama dalam membantu D yakni ketika di sekolah saya memberikan
motivasi kepada D, mengajarkannya cara mengelola emosi dengan metode berhenti, berpikir,
bertindak, memberikan punishment ketika D bertengkar dengan temannya untuk melakukan
tugas piket kelas hari itu. Selain itu saya meberikan pujian dan penghargaan kecil kepada D
ketika berhasil tidak bertengkar dengan temannya pada satu hari itu. Saya ingin D merasakan
bahwa usaha kecilnya ini dihargai dan itu penting bagi kami. Saya perlu adanya dukungan dan
kerja sama dengan orang tua D maka dari itu, ketika di rumah perlu adanya pembatasan
gadget yang berlebihan, memberikan reward atau punishment kepada D, maupun
pembatasan bermain dengan anak-anak yang lebih usianya dengan D. Hari demi hari setelah
adanya pembiasaan dan kerja sama yang baik antara saya dan orang tua D. D pun semakin
pintar mengelola emosinya. saat itu saya memutuskan untuk memberikan momen AHA yang
besar untuknya. Di depan kelas saya memberikan apresiasi kepada D di depan teman-teman
D dan di grup kelas karena telah berusaha untuk tidak lagi bertengkar dengan temannya. Saya
harap bisa memotivasi tidak hanya D, tetapi juga siswa lainnya untuk saling mendukung dan
membantu satu sama lain. Keberhasilan ini juga didukung oleh orang tua yang ingin anaknya
lebih baik sehingga saya pun mengapresiasi juga terhadap usaha dan kerja sama selama ini.
Refleksi ini mengingatkan saya bahwa setiap siswa memilik cerita dan tantangan hidup mereka
sendiri. Tugas kita sebagai guru, tidak hanya mengajar pelajaran saja, akan tetapi ikut andil
dalam mendidik karakter siswa ketika di sekolah, selain guru juga menjadi motivator,
supporter, dan pelindung bagi siswa. Ketika guru berhasil memberikan momen AHA kepada
siswa, itu merupakan kebahagiaan tersendiri untuk seorang guru di seluruh dunia.
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
UMPAN BALIK TEMAN SEJAWAT
1. Apakah pembelajaran sosial emosional tepat untuk menangani peserta didik yang
sering bertengkar?
Menurut saya, pembelajaran sosial emosional sudah tepat dilakukan untuk menangani
peserta didik yang sering bertengkar dan tidak dapat mengelola emosinya, sehingga
membantu peserta didik berperilaku lebih baik lagi.
Dengan berbagai macam karakter peserta didik, di samping ada peserta didik yang
berperilaku baik, ada juga peserta didik yang selalu berkata kasar, ada yang selalu
terlambat, ada yang sering bertengkar. Dan peserta didik dengan karakter tersebut
sulit untuk ditangani.
Dengan pembelajaran sosial emosional, kita sebagai guru dapat memahami akar
permasalahan yang menyebabkan peserta didik tersebut berperilaku tidak baik, dan
dengan mengetahui akar permasalahannya, guru dapat menemukan Solusi untuk
menanganinya.
UMPAN BALIK TEMAN SEJAWAT
1. Apakah pembelajaran sosial emosional tepat untuk menangani peserta didik yang
sering bertengkar?
Menurut saya, pembelajaran sosial emosional sudah tepat dilakukan untuk menangani
peserta didik yang sering bertengkar dan tidak dapat mengelola emosinya, karena
peserta didik dengan pengelolaan emosi yang kurang baik adalah tantangan bagi guru.
Sebelum diterapkan pembelajaran sosial emosional, peserta didik dengan sikap kurang
baik, sangat sulit ditangani