Nama:: - Muhammad Fawwaz Afwan - Dwi Arya Ramadhan

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Nama:

- Muhammad Fawwaz Afwan


- Dwi Arya Ramadhan
B.J. Habibie
Recount Text Biography

B.J. Habibie is the fourth of eight children, the couple Alwi Abdul Jalil Habibie and R.A. Tuti Marini Puspowardoj
o. His father who works as an agricultural expert comes from the Gorontalo ethnicity, while his mother is from th
e Javanese ethnicity.

Alwi Abdul Jalil Habibie (father of B.J. Habibie) has the clan "Habibie", one of the original clans in the Pohala'a (Ki
ngdom and Family) social structur in Gorontalo. Meanwhile, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (mother of B.J. Habib
ie) is the son of an ophthalmologist in Yogyakarta and his father, Puspowardjojo, is the owner of the school..

The Habibie clan is recorded historically as coming from the Kabila region, an area in Bone Bolango Regency, Gor
ontalo Province. From the family tree, the grandfather of B.J. Habibie was a religious leader, a member of the reli
gious court council, and one of the famous Gorontalo traditional leaders at the time.Habibie's extended family in
Gorontalo is famous for raising cattle, owning a large number of horses, and owning coffee plantations. As a chil
d, Habibie had visited Gorontalo to participate in the circumcision process and traditional ceremonies carried out
according to Islamic law and Gorontalo customs.
Recount Text Biography
B.J. Habibie

At first, the love story between Habibie and Ainun began when they were teenagers, when
they were first in high school. However, the two only noticed each other when they were b
oth at Dago Christian High School Bandung, West Java.Their communication was finally cu
t off after Habibie continued his studies and worked in West Germany, while Ainun remain
ed in Indonesia and studied at the Faculty of Medicine, University of Indonesia

B.J. Habibie married Hasri Ainun Besari on May 12, 1962 in Rangga Malela, Bandung. Habi
bie and Ainun's marriage contract was held in Javanese customs and culture, while the we
dding reception was held the next day with Gorontalo customs and culture at the Preange
r Hotel.

When she married Habibie, Ainun was faced with two choices, choosing to continue worki
ng at the children's hospital in Hamburg or participating in behind-the-scenes work as a wi
fe and housewife. After discussing with Habibie, Ainun finally chose the second option. Fro
m their second marriage, Habibie and Ainun were blessed with two sons, namely Ilham Ak
bar Habibie and Thareq Kemal Habibie.
Recount Text Biography
B.J Habibie

B. J. Habibie once studied at the Dago Christian High School. Habibie then studied mechanical engineering at the
Faculty of Engineering, University of Indonesia Bandung (now Bandung Institute of Technology) in 1954. In 1955
–1965, Habibie continued his studies in aeronautical engineering, specializing in aircraft construction, at RWTH A
achen, West Germany. Received an engineer's diploma in 1960 and an engineer's doctorate in 1965 with summa
cum laude predicate.

Habibie worked at Messerschmitt-Bölkow-Blohm, an airline company based in Hamburg, West Germany. In 197
3, he returned to Indonesia at the request of President Suharto.

Habibie then served as Minister of State for Research and Technology (Menristek) from 1978 to March 1998. B. J.
Habibie's breakthrough while serving as Minister of Research and Technology began with his desire to implement
the "Vision of Indonesia". According to Habibie, Indonesia's leaps in the "Vision of Indonesia" rested on research
and technology, particularly in strategic industries managed by PT IPTN, PT Pindad, and PT PAL. The target is that
Indonesia as an agricultural country can jump straight into an industrial country with mastery of science and tech
nology.
Recount Text Biography
B.J. Habibie

Meanwhile, while serving as Minister of Research and Technology, Habibie was also electe
d as the first Chairman of the Association of Indonesian Muslim Intellectuals (ICMI). Habibi
e was elected by acclamation as Chairman of ICMI on December 7, 1990.

The peak of Habibie's career occurred in 1998, at which time he was appointed as Preside
nt of the Republic of Indonesia (21 May 1998 - 20 October 1999), after previously serving
as the 7th Vice President (served from 14 March 1998 to 21 May 1998) in the Cabinet. De
velopment VII under President Soeharto.
Recount Text Biography
Translate
B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti
Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang berasal dari etnis Gorontalo,sedangk
an ibunya dari etnis Jawa.
Alwi Abdul Jalil Habibie (ayah dari B.J. Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli dalam struktur so
sial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (ibu dari B
.J. Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Yogyakarta dan ayahnya yang bernama Puspowardj
ojo bertugas sebagai pemilik seko
lah.
Marga Habibie dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah daerah di Kabupaten Bone Bolango, Pro
vinsi Gorontalo. Dari silsilah keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama, anggota majeli
s peradilan agama, serta salah satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibi
e di Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang banyak, serta memiliki perkebuna
n kopi. Sewaktu kecil, Habibie pernah berkunjung ke Gorontalo untuk mengikuti proses khitanan dan upacara ad
at yang dilakukan sesuai syariat Islam dan adat istiadat Gorontalo.
Pada awalnya, kisah cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak masih remaja, ketika keduanya masih duduk d
i bangku sekolah menengah pertama. Namun, keduanya baru saling memperhatikan ketika sama-sama bersekola
h di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa Barat. Komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan
kuliah dan bekerja di Jerman Barat, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Uni
versitas Indonesia.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Mal
ela, Bandung. Akad nikah Habibie dan Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedang
kan resepsi pernikahan digelar keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Ho
tel Preanger. Ketika menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan, me
milih untuk tetap bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau berperan serta berkar
ya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibi
e, Ainun pun akhirnya memilih opsi yang kedua. Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ai
nun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago.[25] Habibie
kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia B
andung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibi
e melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman Barat. Menerima gelar diploma insinyur pada 1960 dan gelar doktor insiny
ur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan


yang berpusat di Hamburg, Jerman Barat.[26] Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia at
as permintaan Presiden Soeharto.

Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sejak
tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalin
ya dengan keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, l
ompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, k
hususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT IPTN, PT Pindad, dan PT PAL.
[27] Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negar
a industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Recount Text Biography
B.J. Habibie

Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Musli
m se-Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desem
ber 1990.

Puncak karier Habibie terjadi pada tahun 1998, di mana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia
(21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14
Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

You might also like