0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
72 tayangan12 halaman

USG Cranial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

JOURNAL READING

CRANIAL ULTRASONOGRAPHIC FINDINGS IN HEALTHY FULL-TERM


NEONATES: A RETROSPECTIVE REVIEW

Dokter Pembimbing:
Dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad.

Disusun oleh:
Irham Tahkik S
Cahyaning Tias

G4A013069
G4A013072

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF RADIOLOGI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui Journal Reading yang berjudul


CRANIAL ULTRASONOGRAPHIC FINDINGS IN HEALTHY FULL-TERM
NEONATES: A RETROSPECTIVE REVIEW

Disusun Oleh
Irham Tahkik S

G4A013069

Cahyaning Tias

G4A013072

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagian


Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Pada tanggal :

September 2014

Mengetahui,
Pembimbing

Dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad


19521001.197807.1.002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan Journal Reading yang
berjudul Cranial Ultrasonographic Findings In Healthy Full-Term Neonates: A
Retrospective Review. Penulisan journal reading ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Radiologi RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Penulis berharap journal reading ini dapat
bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan. Dalam kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1.

Dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad. selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan referat ini.

2.

Teman-teman FK-Unsoed dan semua pihak yang telah membantu dalam


penyusunan referat ini.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan journal reading ini masih banyak
dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari
para penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan.

Purwokerto,

September 2014

Penyusun

CRANIAL ULTRASONOGRAPHIC FINDINGS IN HEALTHY FULL-TERM


NEONATES: A RETROSPECTIVE REVIEW

Chien-Lun Hsua, Kang-Lung Lee a,c, Mei-Jy Jeng a,b,c, Kai-Ping Chang a, Chia-Feng
Yang a,b,c, Pei-Chen Tsao a,b,c, Yu-Sheng Lee a,c, Shu-Jen Chen a,c, Wen-Jue Soong a,b,c,
Ren-Bin Tang a,c
a
b
c

Department of Pediatrics, Taipei Veterans General Hospital, Taipei, Taiwan, ROC


Institute of Emergency and Critical Care Medicine, Taipei, Taiwan, ROC
Department of Pediatrics, National Yang-Ming University School of Medicine , Taipei,
Taiwan, ROC

Abstrak
Latar belakang: USG merupakan sebuah teknik diagnostik non infasif dan telah
digunakan untuk mendeteksi lesi intrakranial pada neonatus selama ini. Tes skrining
menggunakan USG kranial telah diaplikasikan untuk deteksi dini lesi intrakranial
pada neonatus full-term pada dekade terakhir.
Metode: peneliti mereview secara retrospektif penemuan tes skrining USG kranial
pada neonatus fullterm yang sehat dari bulan September 2004 sampai Agustus 2009.
Hasil USG dikelompokkan dalam kategori (a) grup non signifikan (NS) meliputi
normal dan variasi normal (b) grup anomali minimal, meliputi lesi kistik kecil,
perdarahan ringan atau anomali ventrikular ringan (c) grup anomali mayor, meliputi
anomali signifikan pada patologi intrakranial. Partisipan dengan anomali mayor
direview dan semua catatan medik partisipan direview sampai partisipan berusia 24
bulan.
Hasil: total ada 3186 neonatus yang mendapatkan skrining USG kranial selama 5
tahun. Sebanyak 2982 kasus (93,6%) masuk dalam kategori grup NS. Varisi normal
yang paling banyak ditemukan adalah adanya cavum septum pellucidum 1979 kasus
(62,1%). Anomali minor ditemukan pada 202 neonats (6,3%), meliputi 119 (3,7%)
neonatus dengan kistik kecil dan 59 (1,9%) neonatus dengan perdarahan
intraventikular ringan. Anomali mayor ditemukan pada 2 neonatus (0,06%), meliputi
hidosefalus obstruktif dan agenesis pada corpus callosum. Dua janin lainnya (0,06%)

lahir dengan anomali minor atau normal variasi, tetapi keduanya didiagnosis sebagai
Moyamoya diseases dan neonatal seizure beberapa bulan kemudian.
Kesimpulan: insidensi anomali minor dan mayor yang terdeteksi pada tes skrining
USG kranial pada neonatus ckup bulan adalah 6,3% dan 0,06%. USG kranial dapat
berperan pada diagnosis dini anomali intrakranial pada neonatus sehat. Akan tetapi
pemeriksaan ini tidak dapat mengeksklusi atau mendeteksi semua kelainan kranial,
meliputi penyakit-penyakit saraf pada neonatus, sehingga pemeriksaan berkelanjutan
sangat penting pada semua janin.
I. Pendahuluan
Ultrasonografi merupakan suatu teknik non invasif yang dapat
menggambarkan struktur jaringan dalam tubuh telah terbukti dapat digunakan
untuk mendeteksi kelainan kranial pada neonatus sejak lama. USG dapat
digunakan pada kranial karena fontanel anterior pada neonatus masih terbuka
selama beberapa waktu. Sebagian besar orang tua dengan bayi prematur atau bayi
cukup bulan yang sakit menghendaki agar dilakukan pemeriksaan USG kranial
karena bayi-bayi tersebut mempunyai risiko tinggi mendapatkan lesi intra kranial.
USG kranial mudah dilakukan karena dapat dilakukan di samping tempat tidru
pasien (tanpa harus ke bagian radiologi), aman dan cara tepat untuk mengevaluasi
kondisi intra kranial neonatus.
Beberapa neonatus cukup bulan dapat memiliki lesi intra kranial tanpa
gejala saat lahir, dan beberapa lesi dapat menyebabkan defisit neurologis. Deteksi
dini lesi intra kranial pada neonatus dapat digunakan untuk evaluasi dan diagnosis
dini pada beberapa klinik utama.
II. Metode
Peneliti melakukan review secara retrospektif semua hasil tes skrining
USG kranial pada neonatus sehat yang lahir di RSU Veterans Taipei, Taiwan di
antara bulan September 2004 dan Agustus 2009. Semua pemeriksaan dilakukan
dan dilaporkan oleh satu di antara tiga dokter ahli, meliputi dua neonatologis dan
satu neurologis pediatrik. Penelitian ini menggunakan sistem ultrasound portabel
dan probe tranduser yang sama.

Setting dan prosedur penggambaran meliputi 6 coronary (orbital roofs,


pentagon view, third ventricle, ourth ventricle, trigones, dan over the top) dan 7
sagital (midline, parasagital right, steep parasagital right, sylvian fissure right,
parasagital left, steep parasagittal left, sylvian fissure left).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah (1) neonatus cukup bulan yang
sehat dengan usia gestasi antara 37-42 minggu dan kelahiran yang jarang terjadi
yang tidak membutuhkan penatalaksanaan khusus, kecuali neonatus dengan
jaundice yang membutuhkan fototerapi; (2) pemeriksaan skrining merupakan
kehendak orang tua neonatus; (3) pemeriksaan dilakukan selama 7 hari pertama
setelah lahir.
Penemuan USG kranial dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu (1) grup
non signifikan (NS) yang terdiri dari normal dan variasi normal; (2) grup anomali
minor yang terdiri dari lesi kistik, perdarahan ringan atau dilatasi ventrikular
ringan; dan (3) grup anomali mayor yang terdiri dari anomali signifikan corpus
callosum, dilatasi ventrikular signifikan, atau anomali mayor lainnya pada otak.
Ukuran ventrikular dikelompokkan menjadi (1) frontal horn prominence,
penemuan frontal horn dengan lebar 3-5 mm; (2) lateral ventricular body
prominence, dengan lebar ventrikular 3-5 mm; (3) occipital horn prominence,
jarak thalamo-ocipital 15-20 mm; (4) dilatasi ventrikular ringan, dengan lebar <5
mm dan < 10 mm dan atau jarak thalao-ocipital >20 mm; (5) dilatasi ventrikular
signifikan, dengan lebar ventrikular >10 mm dan jarak thalamo-ocipital >20 mm.
Catatan medik neonatus yang menjadi subjek penelitian direview mulai
dari kelahiran sampai usia 24 bulan untuk mengevaluasi jika ada penyakit
neurologikal yang terjadi selama 2 tahun setelah lahir. Informasi lain selain hasil
USG kranial dan masalah neurologis atau perkembangan juga didata.

III.Hasil
Selama waktu penelitian, total ada 6875 neonatus yang lahir di RSU
Veterans Taipei, Taiwan dan 3186 (1664 laki-laki dan 1522 perempuan) menjalani
USG kranial. Rata-rata berat badan lahir 3161+387 gram dan usia gestasi 39+1
minggu.

1. Grup Non Signifikan (NS)


Terdapat 2982 (93,60%) neonatus yang masuk ke dalam grup NS,
terdiri dari 817 kasus dengan struktur kranial normal dan 2165 kasus dengan
satu atau lebih variasi kranial. Variasi kranial yang paling banyak ditemukan
adalah adanya cavum septum pellucidum yang ditemukan pada 1979
neonatus. Variasi lain meliputi variasi ventrikel, penonjolan pleksus koroid ata
cisterna magna, cavum vergae, ekogenitas periventrikel ringan, akmulasi
cairan ekstraserebral ringan dan variasi corpus callosum.
2. Grup Anomali Minor
Terdapat 202 neonatus yang dilaporkan mempunyai anomali minor,
meliputi lesi kistik kecil, perdarahan ringan, dan anomali ventrikel ringan.
3. Grup Anomali Mayor
Terdapat dua neonatus yang mask ke dalam grup anomali mayor, yaitu
bayi dengan dilatasi ventrikel signifikan dan agenesis corpus callosum. Pada
pasien pertama dengan dilatasi ventrikel signifikan dilakukan pemeriksaan
MRI otak. Hasilnya menunjukkan adanya dlatasi ventrikel lateral bilateral dan
ventrikel ketiga, serta adanya kista araknoid retroserebellar dengan diameter >
5 cm (Gambar 1). Pada pasien ini dilakukan ventrikulostomi endoskopi pada
ventrikel ketiga saat usia pasien 2,5 bulan. Tindak lanjut dari ventrikulostomi
tersebut adalah

pemeriksaan USG kranial. Pada USG kranial ditemukan

banyak perbaikan dan pengecilan ukran kista menjadi 0,5 cm pada regio
retrocerebellar 10 bulan kemudian.
Pada pasien kedua dengan agenesis corpus callosum , kista pleksus
koroid pada ventrikel lateral kiri dan right colpocephaly. Hasil tes pedengaran
dan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan dan tidak ada kelainan
neurologis selama 2 tahun pertama. Setelah menelusuri riwayat maternal
pasien, pada usia gestasi 32 minggu ditemukan adanya dilatasi cisterna
subaraknoid.

Gambar 1. Hidrosefalus Obstruktif pada Neonatus


(panah: kista araknoid retroserebelar)

Gambar 2. Agenesis Corpus Callosum


4. Kasus dengan Masalah Neurologis Onset Lambat
Setelah mengelompokkan kasus ke dalam grup NS dan anomali minor,
terdapat tambahan 2 neonatus yang dimasukkan karena penyakit neurologis
setelah 2 tahun kelahiran. Kasus pertama adalah kejang neonats dan kasus
kedua adalah penyakit Moyamoya.
Pada kasus kejang neonatus, bayi tersebut diketahui mempunyai
penonjolan pada kedua tanduk frontal dari hasil USG kranial setelah lahir.
Kejang terjadi mulai hari keenam setelah anak itu lahir. MRI dan EEG tidak
menunjukkan adanya kelainan. Fenobarbital diberikan untuk mengatasi
kejang.
Pada kasus dengan penyakit Moyamoya, anak tersebut diketahui
mempunyai perdarahan matriks germinal bilateral dari USG kranial setelah
lahir. Dua tahun setelah lahir, anak tersebut dirawat di RS karena kejang dan

kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Penyakit Moyamoya didiagnosis


menggunakan angiografi kranial. Saat anak tersebut berusia 2,5 tahun,
dilakukan pemeriksaan MRI dan EEG. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan
adanya multipel infark kranial dengan disfungsi kortikal difus. Setelah
kunjungan terakhir ke RS, anak tersebut mengalami disabilitas tangan dan
kaki serta retardasi mental ringan.

Tabel 1. Hasil USG Cranial

Tabel 2. Lokasi Penemuan dari USG Cranial

IV. Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya kelainan


pada 2892 (93,60%) neonatus sehat pada pemeriksaan USG kranial. Sebanyak
72,6% (2165/2982) dari neonatus tersebut mempunyai bermacam-macam variasi
normal. Sebanyak 202 neonats mempunyai kelainan minor. Lesi kistik kecil
merupakan kelainan yang paling banyak, terutama pada lekuk caudothalamus.
Terdapat dua neonatus yang diketahui memiliki anomali kranial signifikan dari
hasi USG kranial.
USG kranial dapat memeriksa perkembangan permkaan serebral, maturasi
sulcus-gyrus, dan perubahan aliran darah serebral dan perusi parenkim
menggunakan USG Doppler. Tidak ada bahaya paparan radiasi dan prosedur
invasif pada otak bayi. Penggunaan USG kranial untuk identifikasi dini lesi intra
kranial pada neonatus cukup bulan dapat membantu dokter memberikan
manajemen awal dan efektif untuk meningkatkan perkembangan neurologis
pasiennya.
Pada grup NS, cavum septum pellucidum merupakan variasi yang paling
banyak ditemukan (91,4%, 1979/2165). Cavum septum pellucidum khas terdapat
pada semua janin. Lebih dari 85% bisa menyatu pada 3-6 bulan setelah kelahiran
pada neonatus cukup bulan, sehingga cavm septum pellucidum digolongkan pada
variasi normal. Cavum septum pellucidum yang menetap dilaporkan dapat
menyebabkan skizofrenia, trauma otak kronik, epileptogenesis limbik, dan
anomali kromosomal. Belum ada bukti kuat yang menegakkan hubungan
keduanya.
Kista subependimal dan kista plekss koroid paling sering ditemukan pada
USG kranial. Adanya kedua kista ini tidak menyebabkan komplikasi serius pada
perkembangan neurologis. Suatu penelitian meta analisis yang dilakukan oleh
Alvarez dkk (2009) menyebutkan bahwa 1 dari 4-5 bayi kista subependimal
bilateral atau kista pleksus koroid dapat mengalami infeksi kongenital atau
anomali genetik.
Perdarahan intra ventrikel sering terjadi pada bayi prematur atau bayi
dengan berat badan lahir rendah. Kelainan ini juga dapat ditemukan pada
neonatus cukup bulan. Perdarahan intra ventrikel dibedakan menjadi 4 derajat.

Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi. Derajat III dan IV mempunyai


hubungan kuat dengan kurangnya perkembangan neurologis pada neonatus.
Beberapa komplikasinya adalah gangguan epilepsi, gangguan perpestis, gangguan
kognitif dan gangguan neurologis dan mental lainnya.
Heibel dkk (1993) melaporkan bahwa sebanyak 3,5% (35/1000) neonatus
sehat cukup bulan mempunyai perdaahan intrakranial dengan derajat yang
berbeda. Empat dari mereka mengalami hemiparese setelah berusia 1 tahun. Wang
dkk (2004) juga melaporkan bahwa sekitar 0,26% (6/2309) neonatus sehat cukup
bulan mempunyai lesi otak mayor, meliputi perdarahan intra kranial, agenesis
corpus

callosum, dan

infark lakunar, empat dari

mereka mengalami

perkembangan yang lambat.


Saat ini wanita hamil dapat menerima pemeriksaan USG reguler sebelm
persalinan, sehingga lesi mayor dapat dideteksi setelah usia gestasi 20 minggu.
USG merupakan alat diagnostik yang sensitif dan dapat mendeteksi dilatasi
ventrikel signifikan dan midline brain lesions. Pada penelitian ini terdapat satu
pasien dengan hidrosefalus obstruktif yang ditandai dengan dilatasi ventrikel pada
pemeriksaan USG kranial. Setelah intervensi pembedahan yang cukup, tidak ada
masalah neurologis yang muncul selama 2 tahun setelah lahir.
Walaupun dapat mendeteksi lesi intra kranial, USG kranial juga memiliki
keterbatasan dalam pemeriksaan masalah parenkim otak, ata masalah vaskular
seperti infark serebri, kelainan vaskular minor atau hemangioma kecil.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa insidensi kelainan minor dan
mayor dapat dideteksi menggunakan USG kranial pada neonatus sehat cukup
bulan. USG kranial berperan dalam diagnosis dini kelainan intra kranial pada
neonatus sehat cukup bulan. Pemeriksaan ini tidak dapat mengeksklusi semua
gangguan neurologis pada neonatus, sehingga dokter juga harus memeriksa klinis
pasien.

Anda mungkin juga menyukai