USG Cranial
USG Cranial
USG Cranial
Dokter Pembimbing:
Dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad.
Disusun oleh:
Irham Tahkik S
Cahyaning Tias
G4A013069
G4A013072
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh
Irham Tahkik S
G4A013069
Cahyaning Tias
G4A013072
Pada tanggal :
September 2014
Mengetahui,
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan Journal Reading yang
berjudul Cranial Ultrasonographic Findings In Healthy Full-Term Neonates: A
Retrospective Review. Penulisan journal reading ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Radiologi RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Penulis berharap journal reading ini dapat
bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan. Dalam kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1.
Dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad. selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan referat ini.
2.
Purwokerto,
September 2014
Penyusun
Chien-Lun Hsua, Kang-Lung Lee a,c, Mei-Jy Jeng a,b,c, Kai-Ping Chang a, Chia-Feng
Yang a,b,c, Pei-Chen Tsao a,b,c, Yu-Sheng Lee a,c, Shu-Jen Chen a,c, Wen-Jue Soong a,b,c,
Ren-Bin Tang a,c
a
b
c
Abstrak
Latar belakang: USG merupakan sebuah teknik diagnostik non infasif dan telah
digunakan untuk mendeteksi lesi intrakranial pada neonatus selama ini. Tes skrining
menggunakan USG kranial telah diaplikasikan untuk deteksi dini lesi intrakranial
pada neonatus full-term pada dekade terakhir.
Metode: peneliti mereview secara retrospektif penemuan tes skrining USG kranial
pada neonatus fullterm yang sehat dari bulan September 2004 sampai Agustus 2009.
Hasil USG dikelompokkan dalam kategori (a) grup non signifikan (NS) meliputi
normal dan variasi normal (b) grup anomali minimal, meliputi lesi kistik kecil,
perdarahan ringan atau anomali ventrikular ringan (c) grup anomali mayor, meliputi
anomali signifikan pada patologi intrakranial. Partisipan dengan anomali mayor
direview dan semua catatan medik partisipan direview sampai partisipan berusia 24
bulan.
Hasil: total ada 3186 neonatus yang mendapatkan skrining USG kranial selama 5
tahun. Sebanyak 2982 kasus (93,6%) masuk dalam kategori grup NS. Varisi normal
yang paling banyak ditemukan adalah adanya cavum septum pellucidum 1979 kasus
(62,1%). Anomali minor ditemukan pada 202 neonats (6,3%), meliputi 119 (3,7%)
neonatus dengan kistik kecil dan 59 (1,9%) neonatus dengan perdarahan
intraventikular ringan. Anomali mayor ditemukan pada 2 neonatus (0,06%), meliputi
hidosefalus obstruktif dan agenesis pada corpus callosum. Dua janin lainnya (0,06%)
lahir dengan anomali minor atau normal variasi, tetapi keduanya didiagnosis sebagai
Moyamoya diseases dan neonatal seizure beberapa bulan kemudian.
Kesimpulan: insidensi anomali minor dan mayor yang terdeteksi pada tes skrining
USG kranial pada neonatus ckup bulan adalah 6,3% dan 0,06%. USG kranial dapat
berperan pada diagnosis dini anomali intrakranial pada neonatus sehat. Akan tetapi
pemeriksaan ini tidak dapat mengeksklusi atau mendeteksi semua kelainan kranial,
meliputi penyakit-penyakit saraf pada neonatus, sehingga pemeriksaan berkelanjutan
sangat penting pada semua janin.
I. Pendahuluan
Ultrasonografi merupakan suatu teknik non invasif yang dapat
menggambarkan struktur jaringan dalam tubuh telah terbukti dapat digunakan
untuk mendeteksi kelainan kranial pada neonatus sejak lama. USG dapat
digunakan pada kranial karena fontanel anterior pada neonatus masih terbuka
selama beberapa waktu. Sebagian besar orang tua dengan bayi prematur atau bayi
cukup bulan yang sakit menghendaki agar dilakukan pemeriksaan USG kranial
karena bayi-bayi tersebut mempunyai risiko tinggi mendapatkan lesi intra kranial.
USG kranial mudah dilakukan karena dapat dilakukan di samping tempat tidru
pasien (tanpa harus ke bagian radiologi), aman dan cara tepat untuk mengevaluasi
kondisi intra kranial neonatus.
Beberapa neonatus cukup bulan dapat memiliki lesi intra kranial tanpa
gejala saat lahir, dan beberapa lesi dapat menyebabkan defisit neurologis. Deteksi
dini lesi intra kranial pada neonatus dapat digunakan untuk evaluasi dan diagnosis
dini pada beberapa klinik utama.
II. Metode
Peneliti melakukan review secara retrospektif semua hasil tes skrining
USG kranial pada neonatus sehat yang lahir di RSU Veterans Taipei, Taiwan di
antara bulan September 2004 dan Agustus 2009. Semua pemeriksaan dilakukan
dan dilaporkan oleh satu di antara tiga dokter ahli, meliputi dua neonatologis dan
satu neurologis pediatrik. Penelitian ini menggunakan sistem ultrasound portabel
dan probe tranduser yang sama.
III.Hasil
Selama waktu penelitian, total ada 6875 neonatus yang lahir di RSU
Veterans Taipei, Taiwan dan 3186 (1664 laki-laki dan 1522 perempuan) menjalani
USG kranial. Rata-rata berat badan lahir 3161+387 gram dan usia gestasi 39+1
minggu.
banyak perbaikan dan pengecilan ukran kista menjadi 0,5 cm pada regio
retrocerebellar 10 bulan kemudian.
Pada pasien kedua dengan agenesis corpus callosum , kista pleksus
koroid pada ventrikel lateral kiri dan right colpocephaly. Hasil tes pedengaran
dan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan dan tidak ada kelainan
neurologis selama 2 tahun pertama. Setelah menelusuri riwayat maternal
pasien, pada usia gestasi 32 minggu ditemukan adanya dilatasi cisterna
subaraknoid.
IV. Diskusi
callosum, dan
mereka mengalami