Deskripsi Sistem ABC
Deskripsi Sistem ABC
Deskripsi Sistem ABC
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi ditandai dengan derasnya arus informasi, teknologi yang
semakin maju, dan persaingan global yang sangat ketat. Adanya persaingan global ini
menuntut perusahaan untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Kelangsungan hidup perusahaan dapat dicapai melalui pertumbuhan dan profitabilitas
perusahaan. Dengan kata lain, kelangsungan hidup perusahaan juga ditentukan oleh
strategi perusahaan dalam mengelola perusahaannya. Salah satu strategi yang dapat
diimplementasikan oleh perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
adalah dengan cara meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, mengurangi biaya
produksi, dan meningkatkan produktivitas.
Persaingan global juga menuntut perusahaan untuk melakukan diversifikasi
produk yang didasarkan pada selera konsumen atau para pemakai produk perusahaan.
Sementara, perusahaan yang memproduksi produk yang beragam juga akan memiliki
sumber daya atau faktor-faktor produksi yang beragam. Bervariasinya sumber daya
yang digunakan oleh perusahaan tentunya harus dikelola dengan baik. Perusahaan
harus menggunakan sumber daya produksi secara efektif dan efisien ketimbang
perusahaan lain.
Tingkat efisiensi sumber daya yang digunakan perusahaan dalam memproduksi
suatu produk dapat diukur. Salah satu pengukuran efisiensi sumber daya tercermin
dari adanya perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
memproduksi suatu produk. Perhitungan biaya produksi yang akurat mampu
memperlihatkan tingkat efisiensi dan efektifitas pembebanan biaya produksi pada
suatu produk.
Terkadang perusahaan tidak mempedulikan perhitungan biaya produksi yang
akurat sehingga perusahaan tersebut tidak mampu bersaing dengan perusahan yang
lainnya. Perusahaan hanya membebankan biaya produksi pada produk dengan sistem
tradisional atau dengan pemerataan biaya produksi pada unit produk yang dihasilkan.
Sementara produk yang dihasilkan tidak mengonsumsi sumber daya dalam jumlah
yang sama. Pemerataan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan akan
mengakibatkan adanya distorsi biaya atau kelebihan atau kekurangan biaya pada
produk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pembebanan BOP pada Sistem ABC dan Sistem Tradisional ?
2. Bagaimanakan Contoh Kasus Pembebanan BOP pada Sistem ABC dan Sistem
Tradisional ?
C. Tujuan
Penyusunanan makalah ini diharapkan dapat memperluas cakrawala dan
pemahaman para mahasiswa dan masyarakat mengenai pembebanan BOP dengan
Activity Based Costing System atau sistem ABC. Selain hal tersebut, penulis berharap
masyarakat atau manajemen dalam perusahaan dapat mengimplementasikan sistem
ABC pada pembebanan biaya overhead pabrik atas usaha yang mereka miliki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi ABC
Metode ABC merupakan salah satu metode kontemporer yang diperlukan
manajemen modern untuk meningkatkan kualitas dan output, menghilangkan waktu
aktivitas yang tidak menambah nilai, mengefisienkan biaya, dan meningkatkan kontrol
terhadap kinerja perusahaan.1 Jika dikaitkan dengan penentuan harga pokok per unit,
maka dengan metode ABC akan dihasilkan perhitungan yang lebih akurat, karena
metode ini dapat mengidentifikasi secara teliti aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan suatu produk maupun jasa. Selain,
pengertian tersebut, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costingABC) merupakan metode untuk menentukan biaya yang akurat. Sementara ABC
merupakan inovasi yang relatif baru dalam akuntansi biaya. ABC dapat digunakan
dengan cepat oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan dalam
organisasi pemerintahan dan nirlaba.2 Dengan kata lain, ABC dapat dikatakan sebuah
sistem pembebanan biaya yang lahir dari sistem tradisional dan memperbaiki sistem
tersebut sehingga dapat menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dan teliti.
Walaupun ABC dipandang sebagai sistem yang lebih baik daripada sistem tradisional,
hal tersebut tidak menjadikan sistem ABC menjadi sistem yang sesuai untuk berbagai
jenis perusahaan.
B. Biaya Total dan Biaya Per Unit
Biaya merupakan pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang sudah terjadi
atau yang akan terjadi yang dinyatakan dalam satuan uang untuk tujuan tertentu. Bagi
manajemen,
73
Armila Krisna Warindrani, Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 51
Edward j. Blocher, dkk, Manajemen Biaya: Penekanan Strategis, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm
obyek biaya yaitu suatu produk atau kelompok produk yang memiliki hubungan, jasa,
departemen (teknik, dan sumber daya manusia), dan proyek, misalnya : penelitian,
promosi pemasaran atau usaha jasa.
Cost objek atau obyek biaya adalah produk, jasa atau unit organisasi dimana
biaya dibebankan untuk beberapa tujuan manajemen. Cost objek atau obyek biaya
memiliki konsep yang luas, meliputi kelompok produk, jasa, depertemen, pelanggan,
supplier, provider jasa telepon, dan lain-lain. Cost objek atau obyek biaya memberikan
manfaat informasi yang relatif kecil jika jumlah unit yang diperbandingkan berbedabeda antara obyek tertentu dengan obyek lainnya. Untuk obyek biaya yang sama
perbandingan tersebut dapat dilakukan dari waktu-ke-waktu, atau antara relisasi
dengan standar atau anggaran, atau antara suatu organisasi dengan pihak luar.
Informasi biaya manajemen akan lebih lengkap dengan adanya biaya per unit
yaitu biaya total obyek biaya tertentu dibagi jumlah denominator keluaran yang
dihasilkannya. Agar biaya per unit dapat dihitung dengan teliti, diperlukan satuan
ukuran keluaran obyek biaya tertentu. Informasi mengenai biaya total dan biaya per
unit digunakan oleh perusahaan untuk meraih tujuan dihasilkannya informasi biaya.
Untuk dapat membuat informasi biaya manajemen harus melakukan pengumpulan
data biaya dan mengolahnya menjadi informasi biaya yang dipengaruhi oleh sistem
pengumpulan biaya (periodik dibanding perpetual), metode biaya (proses dibanding
pesanan), sistem biaya (sesungguhnya, normal, dan standar), metode penentuan biaya
(full costing dibanding variabel costing).3
1. Sistem Periodik dan Sistem Perpetual
Sistem pengumpulan biaya periodik merupakan sistem pengumpulan biaya
yang dilakukan dalam akhir periode tertentu yang biasanya dilakukan melalui
jurnal penyelesaian. Sistem pengumpulan biaya periodik biasanya digunakan oleh
perusahaan yang relatif kecil. Sistem pengumpulan biaya perpetul merupakan
sistem pengumulan biaya yang dilakukan secara terus menerus, yaitu setiap kali
terjadi transakasi sehingga dapat disajikan informasi biaya secara berkelanjutan.
2. Metode Pesanan dan Metode Proses
Terdapat dua metode yang dapat digunakan secara ekstrim dalam
perhitungan biaya total dan biaya per unit dihubungkan dengan tipe proses
pemanufakturan, yaitu:
3
DR. R.A Supriyono, S.U., Akt, Manajemen Biaya Buku I Edisi Pertama, (Yogyakarta: BPFE, 2007),
hlm. 254
a. Metode biaya pesanan, yaitu penentuan biaya produk berdasarka produk tunggal
(batch) yang diproduksi secara spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen
tertentu. Sehingga perusahaan yang menggunakan sistem pesanan maka
produksi produk akan berlangsung sesuai pesanan atau permintaan konsumen.
Misalnya pada perusahaan percetakan dan galangan kapal.
b. Metode biaya proses, merupakan penentuan biaya produk berdasarkan produksi
masal atau produksi produk yang berkelanjutan. Perusahaan yang menggunakan
metode ini disebut produsen masal, misalnya perusahaan penyulingan minyak,
perusahaan tas, dll.
3. Sistem Biaya Sesungguhnya, Normal, dan Standar
Sistem biaya sesungguhnya atau sistem biaya historis atau sistem biaya
aktual merupakan sistem pembebanan biaya pada obyek biaya tertentu sebesar
biaya sesungguhnya yang digunakan oleh obyek biaya tersebut.
Sistem biaya normal merupakan sistem pembebanan biaya pada obyek
biaya tertentu sebesar biaya sesungguhnya untuk biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik sebesar biaya sesungguhnya.
Sistem biaya standar merupakan sistem pembebanan biaya pada obyek
biaya tertentu sebesar biaya seharusnya untuk obyek biaya yang bersangkutan.
4. Metode Full Costing dan Variabel Costing
Full costing atau absorption costing merupakan metode penentuan biaya
yang memasukkan biaya yang memasukkan semua biaya produksi variabel dan
biaya produksi tetap kedalam harga produk pokok. Elemen-elemen full costing,
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya tenaga kerja langsung
Metode penentuan biaya variabel atau variable costing atau marginal
costing atau direct costing merupakan metode penentuan biaya yang hanya
memasukkan produksi variabel ke dalam harga pokok produksi. Elemen biaya
produksi metode penentuan biaya variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel
C. Ketelitian Pembebanan Biaya
Keakuratan biaya merupakan bagian yang terpenting bagi para pemakai
informasi biaya. Keakuratan biaya bukanlah merupakan kebenaran biaya, melainkan
konsep relatif yang didasarkan atas kelogisan dan kepantasan metode yang digunakan
dilakukan karena tida praktis. Dengan demikian, perlu dilakukan pelacakan driver
atau bahkan alokasi.
b. Pelacakan Driver
Pelacakan driver dilakukan jika pelacakan langsung tidak dapat dilakukan.
Pelacakan driver mendasarkan pada faktor sebab dan akibat. Driver merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber, pengunaan
aktivitas, biaya, dan pendapatan. Jadi, pelacakan driver adalah penggunaan driverdriver biaya untuk membebankan biaya pada obyek-obyek biaya. Pelacakan driver
memiliki kelemahan yaitu kekurangtelitian ketimbang pelacakan langsung. Namun,
jika hubungan sebab dan akibat dapat dideterminasi dengan baik maka akan timbul
keakuratan. Untuk melacak biaya pada obyek biaya-biaya digunakan dua tipe
driver, yaitu:
1) Driver-driver sumber
Driver sumber adalah ukuran-ukuran permintaan sumber-sumber oleh
aktivitas-aktivitas dan digunakan untuk membebankan biaya sumber-sumber
pada aktivitas-aktivitas. Jika perusahaan yang memproduksi suatu produk
memerlukan bahan baku, tenaga kerja langsung, listrik, setup, perekayasaan
proses, depresiasi mesin dan bangunan, serta biaya perawatan bangunan, maka
biaya langsung yang dapat diobservasi adalah bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Sedangkan biaya listrik, setup, perekayasaan proses, depresiasi mesin
dan bangunan, serta biaya perawatan bangunan adalah biaya yang dapat dilacak
dengan menggunakan pelacakan driver berdasarkan hubungan sebab-akibat.
2) Driver-driver aktivitas
Driver aktivitas adalah ukuran-ukuran permintaan aktivitas-aktivitas oleh
obyek-obyek biaya dan digunakan untuk membebankan baya aktivitas pada
obyek biaya
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelacakan driver merupakan core
dari sistem ABC. Hal ini terjadi karena sistem merupakan sitem yang
membebankan pada obyek biaya melalui dua tahap, yaitu dengan melacak aktivitas
pada biaya, dan melacak biaya aktivitas-aktivitas pada obyek biaya dengan
menggunakan pelacakan driver.
c. Alokasi
praktis adalah keluaran aktivitas maksimum yang dapat direalisasi jika segala sesuatu
beroperasi secara efisien. Level aktivitas teroritis adalah keluaran aktivitas maksimum
secara absolut yang dapat direalisasi jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna.
Aktivitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan-hambatan internal yang
tidak dapat dihindari. Aktivitas normal adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatanhambatan internal dan eksternal yang tidak dapat dihindari, atau sebesar aktivitas
praktis dikurangi hambatan-hambatan eksternal yang tidak dapat dihindari.
Pembebanan BOP berdasar driver aktivitas berlevel unit dapat menggunakan: (1) tarif
tunggal, dan (2) tarif departemental.
Contoh:
PT Indojaya menghasilkan dua jenis produk yaitu A dan B. Produk diolah
melalui dua departemen yaitu Departemen 1 dan Departemen 2. Data produksi dan
biaya untuk bulan Januari 200x adalah sebagai berikut:
Keterangan
Jumlah produk
BBB Departemen 1
BTKL
Departemen 1
Departemen 2
Jumlah BTKL
BOP:
Unit
Batch
Penopang Produk
Penopang Fasilitas
Jumlah BOP
Konsumsi
Aktivitas
Jam Kerja
Produk A
4.000
Rp400.000
Produk B
1.000
Rp100.000
Jumlah
5.000
Rp500.000
Rp80.000
120.000
Rp200.000
Dep 1
Rp150.000
600.000
500.000
600.000
Rp1.850.000
10.000
40.000
Rp50.000
Dep 2
100.000
400.000
300.000
600.000
Rp1.400.000
90.000
160.000
Rp250.000
Jumlah
250.000
1.000.000
800.000
1.200.000
Rp3.250.000
Produk A
Produk B
Jumlah
Langsung (JKL)
Departemen 1
Departemen 1
Jumlah JKL
8.000
12.000
20.000
1.000
4.000
5.000
9.000
16.000
25.000
Departemen 1
Departemen 2
Jumlah Jam
8.000
2.000
2.000
500
10.000
2.500
10.000
15
20
2.500
10
20
12.500
25
40
4.000
2.000
6.000
Mesin
Batch (Setup)
Produksi Berjalan
Luas Lantai
Fasilitas (m2)
Diminta:
Penyelesaian:
1. Penggunaan Tarif Tunggal BOP
a. Penentuan tarif BOP berdasar jam kerja langsung
= Jumlah BOP : Jam kerja langsung = Rp3.250.000,00 : 25.000 = Rp130 per
JKL
b. Pembebanan BOP pada produk:
Produk A
=
20000 X Rp130
Produk B
=
5000 X Rp130
Jumlah BOP dibebankan
c. Penentuan biaya total dan biaya per unit:
=
=
Rp2.600.000
650.000
Rp3.250.000
Produk A
Produk B
Rp400.000
Rp100.000
200.000
2.600.000
Rp3.200.000
50.000
650.000
Rp800.000
4.000
Rp800
1.000
Rp800
Produk B
Rp1.480.000
Rp370.000
Rp1.050.000
Rp2.530.000
Rp350.000
Rp720.000
Produk A
Rp400.000
200.000
2.530.000
Rp3.130.000
4.000
Rp782,50
Produk B
Rp100.000
50.000
Rp720.000
Rp870.000
1.000
Rp870,00
pertama, sistem ABC melacak biaya pada berbagai aktivitas, sementara sistem
tradisional tidak melacak biaya pada aktivitas melainkan melacak ke unit organisasi,
misalnya departemen-departemen dalam pabrik. Pada tahap kedua, sistem ABC dan
sistem tradisonal melacak biaya ke berbagai produk.
Pelacakan ke berbagai produk yang dilakukan oleh sistem ABC dan sistem
tradisional memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada prinsip perhitungan
kedua metode tersebut dengan menggunakan cost driver. Cost driver yang digunakan
oleh sistem ABC lebih banyak jumlahnya ketimbang cost driver yang digunakan oleh
sistem tradisional. Sistem tradisional biasanya hanya menggunakan satu atau beberapa
cost driver berdasarkan unit. Implikasi atas banyaknya cost driver yang digunakan
oleh sistem ABC adalah munculnya ketelitian dalam pembebanan biaya dan
ketersediaan informasi mengenai biaya pada berbagai aktivitas sehingga mampu
membantu manajemen memfokuskan dirinya dalam menangkap peluang untuk
melakukan penghematan biaya. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan cara
menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas yang lebih efisien, dan
meniadakan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.8
1. Prosedur Tahap Pertama
Prosedur pada tahap pertama dalam mementukan harga pokok berdasarkan
aktivitas terdiri atas:9
a. Penggolongan Berbagai Aktivitas
Prosedur awal dalam tahap pertama adalah melakukan penggolongan
berbagai aktivitas. Aktivitas merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam suatu
organisasi. Pada tahap ini, berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam berbagai
kelompok
aktivitas
yang
memiliki
hubungan
fisik
yang
jelas
serta
tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal.10 Dengan demikian, aktivitas
yang dapat dimasukkan dalam kelompok-kelompok biaya homogen adalah
aktivitas yang dapat dihubungkan secara logis dan semua produkya memiliki
rasio konsumsi yang sama. Rasio konsumsi ini mencerminkan eksistensi yang
dimiliki oleh cost driver.
d. Penentuan Tarif Kelompok
Tahapan pertama yang terakhir adalah penentuan tarif kelompok.
Penentuan tarif kelompok dilakukan setelah kelompok-kelombok biaya
homogen ditentukan. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per
unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas.11 Tarif kelompok
dapat dihitung dengan cara pembagian total biaya overhead untuk kelompok
aktivitas tertentu terhadap dasar pengukur aktivitas tersebut.
2. Prosedur Tahap Kedua
Pada tahap kedua, sistem ABC melacak setiap kelompok aktivitas pada
berbagai jenis produk. Pelacakan ini dilakukan dengan menggunakan tarif
kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan BOP pada produk
dapat dirumuskan sebagai berikut:
BOP dibebankan = Tarif kelompok x Unit cost driver yang digunakan
3. Contoh Penetuan Biaya Sistem ABC
Implementasi pembebanan BOP sistem ABC melalui prosedur tahap
pertama dan kedua dilakukan oleh PT Indojaya. Berikut adalah langkah-langkah
yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam mengaplikasikan pembebanan
BOP:12
a. Penetuan Tarif BOP
Berdasarkan data yang dimiliki oleh PT Indojaya, aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat
aktivitas yaitu aktivitas berlevel unit, aktivitas berlevel batch, aktivitas berlevel
produk, dan aktivitas berlevel fasilitas. Tarif BOP per kelompok aktivitas dapat
dihitung
dengan
cara:
Tarif BOP
per kelompok
aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu : Driver biayanya
Driver yang digunakan oleh aktivitas berlevel unit adalah dengan
menggunakan jam mesin (JM). Sedangkan driver yang digunakan oleh aktivitas
berlevel batch adalah dengan menggunakan jumlah batch. Driver yang
10
11
12
BOP Berlevel
Unit
Batch
Produk
Fasilitas
PT Indojaya
Tarif BOP Sistem ABC
Januari 200x
Jumlah BOP
Driver Biaya
Rp 250.000
12.500 JM
1.000.000
25 kali set up
800.000
40 kali PB
1.200.000
6.000 m2 LL
Rp
Rp
Rp
Rp
Tarif BOP
20 per JM
40.000 per setup
20.000 per PB
200 per m2 LL
pada
kebijakan
yang
dibuat
oleh
manajemen,
misalnya
BOP Berlevel
Unit =
Rp 20 x 10.000 =
Rp 20 x 2.500 =
Batch =
Rp 40.000 x 15 =
Rp 40.000 x 10 =
Produk =
Rp 20.000 x 20 =
Rp 20.000 x 20 =
Fasilitas =
Rp 200 x 6.000 x 2/3 =
Rp 200 x 6.000 x 1/3 =
Jumlah
PT Indojaya
Pembebanan BOP Sistem ABC
Januari 200x
Produk A
Produk B
Jumlah
Rp 200.000
Rp
50.000
Rp
250.000
Rp
400.000
Rp 1.000.000
Rp
400.000
Rp
Rp 600.000
Rp 400.000
800.000
Rp 800.000
Rp2.000.000
Rp
400.000
Rp 1.250.000
Rp 1.200.000
Rp 3.250.000
Ronald W. Hilton, Cost Management: Strategies for Business Decisions, (New York: McGraw Hill,
2006), hlm. 145
konsumsi
yaitu
untuk
sumber-sumber.
memberikan
Biasanya,
kepuasan
aktivitas-aktivitas
bagi
dalam
kebutuhan-kebutuhan
konsumen.
Setelah aktivitas-aktivitas selesai diidentifikasi, kemudian aktivitas-aktivitas
tersebut didaftar dalam sebuah dokumen yang disebut daftar aktivitas. Setelah
daftar aktivitas selesai disusun, kemudian ditentukan aktribut-atribut aktivitas yang
akan digunakan untuk menjelaskan dan mengelompokkan aktivitas-aktivitas.
Atribut aktivitas adalah unsur-unsur informasi keuangan dan nonkeuangan yang
menjelaskan aktivitas-aktivitas secara individual. Jika bertujuan untuk menentukan
14
DR. R.A Supriyono, S.U., Akt, Manajemen Biaya Buku I Edisi Pertama.... , hlm 274
Penerimaan bahan
Pengujian produk
Pen setupan Batch
Pengumpulan data perekayasaan
Pemindahan bahan
Pembuatan dan perakitan komponen
Penyediaan utilitas
Penyediaan ruangan
Pengepakan produk
Pengiriman produk
Pembayaran utang
b. Penggolongan Aktivitas
Aktivitas dalam sistem ABC dapat digolongkan yang terdiri dari:
penggolongan level aktivitas, dan penggolongan driver aktivitas. Berdasarkan
levelnya, aktivitas-aktivitas dapat digolongkan dari berbagai level, yaitu:
1) Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit
Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan setiap satu unit
produk tersebut diproduksi. Besar dan kecilnya aktivitas pada level ini
dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang akan diproduksi. Contohnya, tenaga
kerja langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) dipakai setiap waktu ketika
satu unit tersebut akan diproduksi. Sedangkan bahan baku dan tenaga kerja
langsung juga dimasukkan kedalam kelompok aktivitas berlevel unit, akan tetapi
tidak termasuk kedalam BOP. Pada aktivitas ini, biaya listrik dan biaya operasi
mesin masuk kedalam biaya overhead, sedangkan biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung masuk kedalam kelompok biaya aktivitas berlevel unit,
akan tetapi tidak masuk dalam overhead.
2) Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch
Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu
batch produk diproduksi, besar dan kecilnya aktivitas pada level ini dipengaruhi
oleh jumlah batch yang akan diproduksi. Berikut adalah contoh aktivitas yang
termasuk kedalam kelompok batch yaitu aktivitas setup, aktivitas penjadwalan
15
Larry M. Walther dan Christopher J. Skousen, Managerial and Cost Accounting, (tt: Ventus Publishing
Aps, 2009), hlm. 120
Rpxx
Rpxx
xx
xx
xx -
Laba Terlacak
Rpxx
Biaya-Biaya Teralokasi:
Berlevel Fasilitas
xx -
Laba Bruto
Rpxx
yang
lebih
baik
untuk
mengelola
aktivitas-aktivitas
melalui
sebelum
perusahaan
mengeluarkan
biaya-biaya.
Dengan
demikian,
perusahaan harus menganalisis biaya dan manfaat atas penerapan ABC. Sebelum
mengimplemetasikan sistem ABC perusahaan harus memahami dan mempelajari
kondisi-kondisi yang mendasari penerapan sistem tersebut.16
1. Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk
Perusahaan yang menghasilakan tidak lebih dari satu jenis produk tidak
memelukan sistem ABC karena tidak timbul masalah keakuratan pembebanan
biaya.
2. Biaya-biaya berbasis Nonunit signifikan
Kondisi atau syarat kedua penerapan sistem ABC adalah biaya berbasis
nonunit harus merupakan presentase signifikan dari BOP. Jika biya-biaya berbasis
nonunit jumlahnya kecil, maka sistem abc belum diperlukan sehingga perusahaan
masih dapat menggunakan sistem biaya tradisional.
3. Diversitas produk
16
Diversitas produk mengakibatkan rasio-rasio konsumsi antara aktivitasaktivitas berbasis unit dan nonunit yang berbeda-beda. Jika dalam satu perusahaan
mempunyai diversitas produk maka diperlukan penerapan sistem ABC. Namun,
jika beberbagai jenis produk menggunakan aktivitas-aktivitas berbasis unit dan
nonunit dengan rasio yang relatif sama, berarti di versitas produk relatif rendah
sehingga tidak ada masalah jika digunakan sisitem biaya tradisional.
Dalam memutuskan apakah perusahaan akan menggunakan sistem ABC atau
tidak, menejeman harus menafsirkan trade-off antara manfaat dan biaya sistem ABC.
Manfaat sistem ABC adalah ketelitian pembebanan biaya sehingga semakain teliti
pemebebanan biaya berarti semakain rendah biaya kesalahan. Untuk menerapkan
sistem ABC diperukan biaya pengukuran. Semakain teliti pembebanan biaya semakin
berarti semakin besar biaya pengukuran
Biaya kesalahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pembuatan
keputusan yang buruk yang berdasarkan atas biaya produk yang tidak teliti. Biaya
pengukuran adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengukuran-pengukuran yang
diperlukan oleh sistem biaya yang di gunakan. Sistem biaya ABC mencakup biaya
untuk :
a. Memperoleh dukungan memnjemn terhadap sistem ABC
b. Mengidentifikasikan untuk mendesain sistem ABC (dari pihak internal maupun
eksternal)
c. Mendesain dan mengimplementasikan sistem ABC
d. Mengikat sistem ABC ke dalam sistem informasi perusahaan
e. Meatih menejemen dan para pelaksana sistem menejemen
f. Membantu tim untuk memelihara sistem ABC
Sistem biaya optimal adalah sistem biaya yang dapat meminimumkan jumlah
biaya pengukuran dan biaya kesalahan. Biaya pengukuran dan biaya kesalahan
sifatnya saling berlawanan. Sistem biaya yanag semakain teliti mengakibatkan
kesaahan yang lebih rendah, namun biaya pengukuran yang lebih tinggi.
I.
Implementasi ABC
Hal-hal yang perlu diketahui oleh perusahaan agar ABC sukses
diimplementasikan adalah sebagai berikut :17
1. How to Do ABC?
17
Sistem ABC yang bermanfaat dalam penentuan besarnya biaya produk telah
diimplementasikan pada beberapa perusahaan di Indonesia. Dengan meningkatnya
minat masyarakat bisnis akan sistem ABC ini maka banyak pula penelitian, artikel,
seminar, ataupun buku-buku yang diterbitkan untuk memberi informasi lebih
mendalam tentang sistem ini.
Di Amerika Serikat, penelitian yang dilakukan oleh Emore dan Ness tahun
1991 menyimpulkan bahwa belum banyak perusahaan yang menerapkan sistem
ABC. Akan tetapi, sekarang telah banyak perusahaan Amerika Serikat yang telah
menerapkan sistem ABC. Hal tersebut dikarenakan sistem ABC dipandang lebih
dapat diandalkan dan lebih dapat menghasilkan biaya produk yang lebih akurat.
Misalnya Hewlett-Packard, American Express, United States Postal Service,
Daimler Chrysler, dan masih banyak lagi. Di Inggris juga telah ada penelitian yang
mengungkapkan bahwa prosentase perusahaan yang menggunakan sistem ABC
semakin banyak sebesar 37,8 %.18
Dalam perkembangannya ABC (Activity-Based Costing) telah berevolusi
menjadi Activity-Based Costing System. Hal ini dikarenakan manfaat ABC yang
juga berkembang. Pada mulanya, ABC hanya berfokus pada keakuratan
pembebanan biaya produk namun berkembang menjadi cara baru dalam
menjalankan bisnis.19
2. Kegagalan Penerapan ABC
Telah banyak perusahaan yang menerapkan sistem ABC baik di Amerika
Serikat, Inggris, Indonesia, dan berbagai negara lainnya. Akan tetapi, tidak sedikit
perusahaan yang mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan perusahaanperusahaan tersebut hanya menekankan pada arsitektur dan perangkat lunak ABC.
Sedangkan faktor perilaku manusia dan organisasi tidak terlalu dipermasalahkan.
Banyak perusahaan yang memperlakukan sistem ABC sebagai inovasi teknis,
namun perusahaan tidak mengadministrasi inovasi tersebut dengan baik. Bukan
hanya itu, desain teknis ABC yang bermanfaat untuk menjamin dihasilkannya
informasi yang relevan bagi pembuatan keputusan strategis perusahaan juga tidak
banyak dihubungkan dengan isu-isu yang berhubungan dengan perilaku manusia
dan organisasi.
Perilaku manusia dan organisasi juga memegang peranan yang tidak kalah
penting karena dapat digunakan untuk menentukan program-program dan inovasi18
inovasi dalam pengimplementasian sistem ABC dan sebagai alat ukur kesuksesan
dan kegagalan.
Menurut Eiler dan Ball yang sejalan dengan pendapat Shields, ABC
merupakan sistem yang terintegrasi, yang dapat dianalogikan dengan tempat
duduk berkaki-tiga. Ketiga kaki tersebut meliputi:
a. Aspek teknis dan praktis, meliputi sumber-sumber, komposisi tim, pengarah,
dan penggunaan sistem ABC.
b. Aspek manusia atau aspek lunak. Aspek lunak mencakup pendidikan dan
kesadaran, kejutan budaya organisasi, wawancara, dan kepemimpinan sistem
ABC.
c. Aspek letak. Aspek ini berhubungan dengan letak ABC dalam manajemen biaya
dan strategi serta tujuan organisasi. Aspek ini meliputi: bagaimana sistem ABC
akan digunakan, siapa yang akan menggunakan, bagaimana hubungan sistem
ABC dengan sistem lainnya, dan masalah-masalah apa yang tidak perlu yang
akan muncul.
3. Inovasi Teknis dan Administratif
Kesuksesan pengimplementasian sistem ABC tergantung pada inovasi
teknis dan administratif. Inovasi teknis meliputi pemasangan dan penggunaan
sistem ABC, yang dapat dianalogikan pemasangan dan penggunaan mesin baru.
Inovasi administratif meliputi bagaimana dan sebarapa baik sistem ABC
dihubungkan dengan variabel-variabel perilaku manusia dan organisasi. Oleh
karena itu, perlu dibedakan antara inovasi teknis dengan inovasi administratif
karena kesuksesan pembuatan keputusan dan implementasinya ditentukan oleh: (1)
variabel-variabel perilaku manusia dan organisasi (inovasi administratif), dan (2)
pertimbangan-pertimbangan teknis dan ekonomis (inovasi teknis). Dipandang dari
segi inovasi administratif, kesuksesan pengimplementasian sistem ABC tergantung
pada kesesuaianya dengan berbagai preferensi, tujuan, strategi, agenda, keahlian,
dan sumber-sumber yang dominan atau merupakan koalisi-koalisi para karayawan,
khususnya manajemen puncak.
4. Variabel-variabel Perilaku Manusia dalam Organisasi
Berikut adalah ketujuh variabel yang memengaruhi kesuksesan
pengimplementasian sistem ABC dalam suatu perusahaan:
a. dukungan manajemen puncak terhadap sistem ABC
b. keterkaitan ABC dan sistem manajemen biaya dengan strategi persaingan
(khususnya strategi mutu, kecepatan, dan tepat waktu)
c. keterkaitan sistem ABC dan sistem manajemen biaya untuk mengevaluasi
kinerja dan kompensasi
d. kecukupan sumber-sumber internal untuk implementasi ABC
memiliki
horison
yang
luas
yang
dapat
dikelompokkan kedalam :
a. Jawaban yang tepat atas pertanyaan aplikasi
Pertanyaan-pertanyaan aplikasi yang tepat dapat membantu menentukan
lingkup aplikasi ABC. Misalnya: Bagaimana ABC dapat meningkatkan sistem
pelaporan keuangan yang ada? Dimana akan timbul konflik, dan bagaimana
konflik tersebut dapat diselesaikan?
b. Penentuan tujuan realistik
Tujuan yang realistik harus ditentukan, setelah itu tentukan strategistrategi untuk mencapai tujuan tersebut. Aplikasi ABC dapat memaksimalkan
potensi-potensi sebagai berikut: Misalnya: pertimbangkan bagaiman sistem
ABC akan digunakan. Buat daftar keinginan selanjutnya buat prioritas
keinginan tersebut sesuai dengan kebutuhan.
2. Isu-isu Implementasi
Untuk mengimplementasikan sistem ABC, manajemen harus membuat
enam keputusan sebagai berikut:
a. Haruskah sistem ABC diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada?
b. Haruskah desain formal sistem ABC disahkan sebelum diimplementasi?
c.
d.
e.
f.
aplikasi dan implementasi tersebut berguna bagi setiap elemen implementasi sistem
ABC, sehingga dapat digunakan sebagai dasar bagi penyususunan sistem ABC.
K. Eksplorasi Sistem ABC
Implementasi ABC biasanya diawali dari keinginan baerbagai pihak yang ada
dalam suatu system organisasi. Diantaranya yaitu :
1. Manajemen puncak
Manajemen mungkin merasa bahwa system biaya tradisional tidak dapat
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya untuk melaksanakan fungsifungsinya, sehimgga mereka meminta pada depertemen akuntansi untuk
menyajikan informasi tersebut.
2. Manajer Akutansi
Manajer akuntansi mungkin disibukkan oleh banyak permintaan analisis
khusus yang berada diluar system biaya tradisional yang digunakan perusahaan,
atau ia menyadari bahwa system informasi biaya yang digunakannya telah using
sehingga mendorong digunakannya system manajemen biaya.
3. Manajer Pabrik
Manajer pabrik memperoleh banyak teguran dari manajemen puncak
mengenai timbulnya selisih-selisih yang seharusnya dapat mereka kendalikan,
namun meraka tidak dapat mengendalikannya dengen system biaya tradisional
sehingga mereka menggunakan suatu cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
4. Manajer Pemasaran
Manajer pemasaran mungkin merasakan bahwa informasi biaya yang
dihasilkan oleh system biaya tradisional tidak dapat digunakan untuk menggunakan
harga
jual
produk
atau
mempertimbangkan
produk-produk
yang
tidak
manajemen biaya khususnya ABC. Sebagai manajer harus berbicara kepada semua
orang dalam organisasi yang tertarik pada system manajemen biaya serta
menanyakan pada mereka mengenai apa yang mereka harapkan dan inginkan dari
system tersebut.
b. Masalah Sumber-sumber
Manajemen tidak menginginkan kesalahan dalam implementasi ABC.
Namun, manajemen mempunyai waktu yang relatif terbatas sehingga tidak dapat
menangani implementasi system ABC sendirian. Dalam mengimplementasikan
ABC manajemen memerlukan sumber-sumber untuk menghadapi tantangantantangan teknis dan politis dan juga meneliti kebutuhan informasi para
pemakainya agar mereka merasa ikut andil atau ikut memiliki system tersebut.
informasi tersebut diperlukan untuk :
1) Mengetahui biaya target pada level internal atau persaingan eksternal
2) Mengukur kinerja dengan menggunakan benchmark internal maupun eksternal
3) Mengidentifikasi biaya produk tertentu berdasar aktivitas-aktivitas nyata dan
bukanlah pada prinsip-prinsip keuangan artificial
4) Membantu memahami butir-butir proses penyempurnaan berkesinambungan
5) Mengidentivikasi dan menggolongkan aktivitas-aktivitas dan biaya-biayanya
yang menjadi tanggungjawabnya sehingga pengendalian dapat lebih baik
6) Mendesain produk yang profitable, membantu para disainer produk memahami
konsekuensi-konsekuensi biaya prodak yang di desainnya
7) Memahami biaya pemasaran yang berdriver konsumen
8) Memahami biaya operasi pabrik yang fleksibel atau inovatif.
System ABC bukan hanya merupakan salah satu system akuntansi, namun
system ABC adalah suatu system manajemen yang harus didisain, digunakan, dan
dimiliki oleh manajemen, bukan hanya oleh departemen akuntansi saja.
L. Desain Sistem ABC
Dalam mendesain system ABC perlu mempertimbangkan manfaat sistem ABC,
sumber-sumber biaya, serta pemilik dan administrator sistem ABC.
1. Manfaat system ABC
yang dibebani tugas menyelesaikan pekerjaan utama tahap desain dan instalasi
system ABC. Anggota tim tersebut harus lintas fungsional.
M. Instalasi Sistem ABC
Instalasi system ABC dapat dipilih dari beberapa pendekatan-pendekatan, di
antaranya :21
1. Pendekatan Prototipe
Prototipe ABC adalah suatu demonstrasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip
system ABC berbasis contoh-contoh. Prototype
dapat digunakan
untuk
mengaplikasikan system ABC dalam bidang tertentu misalnya unit bisnis tertentu
atau bidang bisnis penting tertentu. Tahap-tahap dalam pendekatan prototipe adalah
:
a. Menyelidiki kelangsungan hidup (viabilitas) system
b. Mendesain kembali dan menyelaraskan system
c. Mengembangkan berbagai pilihan yang harus diikuti
d. Mengarahkan pandangan pada kesulitan-kesulitan implementasi
e. Mengarahkan gagasan pada biaya dan sumber-sumber yang diperlukan
2. Pendekatan Pilot
Pilot ABC adalah suatu program percontohan system ABC yang biasanya
dilaksanakan pada satu level unit bisnis tertentu. Percontohan tersbut dapat
menggunakan biaya sesungguhnya atau biaya dianggarkan untuk mengembangkan
tahap-tahap system ABC yaitu penentuan tariff BOP setiap kelompok aktivitas serta
pembebanannya pada produk. Tujuan penyusunan pilot adalah :
a. Menguji pemahaman terhadap arus informasi
b. Meningkatkan volume subjek prototipe
c. Memperoleh pengalaman kemacetan-kemacetan atau hambatan-hambatan dalam
d.
e.
f.
g.
lingkungan nyata
Memperluas penjelasan-penjelasan dan pelatihan untuk para audien
Mengkuatitatifkan sumber-sumber yang diperlukan
Mengklarifikasi arus informasi dan pengolahan data
Mengembangkan skala biaya dan waktu
Prototipe dan pilot percontohan merupakan dasar pengujian konsep-konsep
dan aplikasi system ABC untuk suatu organisasi tertentu. Kedua pendekatan ini dapat
menghemat waktu dan biaya dibandingkan apabila diinstalasi secara penuh.
3. Pendekatan Bertingkat
Pertingktan ABC adalah program percontohan system ABC kedalam
berbagai operasi bisnis, misalnya penentuan harga jual, pengukuran kinerja,
21
e.
f.
g.
h.
i.
produksi. Dengan demikian, sistem ABC merupakan salah satu sistem yang berada di
lingkup manajemen biaya.
ABC telah terbukti dapat menghasilkan biaya produk yang lebih akurat dan
reliable sehingga tidak akan menghasilkan distorsi biaya produksi (Note: berlaku pada
perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan kriteria perusahaan yang menggunakaan
ABC karena tidak semua perusahaan cocok menggunakan ABC). Biaya yang akurat
tersebut akan sangat bermanfaat untuk bagian manajemen biaya dalam menyusun
laporan biaya produksinya yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk menetepkan
strategi biaya dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya produksi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sistem ABC merupakan suatu alat atau sarana bagi manajemen
dalam mengatur biaya produksinya.
O. Contoh Kasus Pembebanan BOP pada Sistem ABC dan Sistem Tradisional
Belring memproduksi 2 jenis telepon yaitu tanpa kabel dan model reguler.
Perusahaan memiliki data estimasi dan data actual sebagai berikut :
Jumlah Overhead yang dianggarkan $360.000
Aktifitas yang diharapkan (Jam TK Langsung) 100.000
Aktifitas aktual (Jam TK langsung) 100.000
Overhead Aktual $380.000
Jam kerja langsung
Departemen 1
Departemen 2
Total
Tanpa kabel
4.000
6.000
10.000
Reguler
50.000
40.000
90.000
Jika tarif ditentukan langsung berdasarkan jam tenaga kerja langsung, maka
tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
1. Penggunaan tarif tunggal BOP
Jumlah Overhead yang dianggarkan
Tarif Overhead
Keterangan
Tanpa Kabel
Reguler
Rp
10.000
Rp
90.000
Rp
45.000
Rp
400.000
Rp
33.000
Rp
338.000
Rp
36.000
Biaya Overhead
$3.60 x 10.000
$3.60 x 90.000
Rp
Total BiayaProduksi
Unit yang Diproduksi
Biaya / Unit
Rp
124.000
10.000
12,40
Rp
Tarif Departemental
Keterangan
Rp
Rp
Pabrikasi
Jumlah BOP
Aktifitas diharapkan dan Aktual
Tanpa Kabel (jam TK Langsung)
Reguler (jam TK Langsung)
Total Jam TK Langsung
Konsumsi Aktifitas
Tanpa Kabel (jam mesin)
Reguler (jam mesin)
Total Jam Mesin
Tarif Pabrikasi
Rp
108.000
Rp
Rp
Rp
7.000
13.000
20.000
Rp
Rp
Rp
3.000
77.000
80.000
Rp
Rp
Rp
4.000
36.000
40.000
Rp
Rp
Rp
1.000
9.000
10.000
-------------------------------$ 252.000
---------------------40.000
Perakitan
252.000
1.152.000
100.000
11,52
Rp
324.000
$ 6,30
Overhead yang dianggarkan
b. Tarif Perakitan
--------------------80.000
$ 1,35
Tanpa Kabel
Rp
78.000
4.000)
(1,35 x 77.000) + (6,30 x
36.000)
Total Biaya Produksi
Unit Produksi
Biaya / Unit
Rp
29.950
Rp
107.950
10.000
10,80
Rp
Reguler
Rp
738.000
Rp
Rp
Rp
330.750
1.068.750
100.000
10,69
1. Sistem ABC
Kelompok Tingkat Batch (Aktifitas batch)
Persiapan
$ 120.000
Tenaga
PenangananBahan
60.000
Pengujian
Total BOP
$ 180.000
Total BOP
$ 180.000
Proses Produksi
= 30 kali
Jam Mesin
= 50.000 Jam
$ 100.000
80.000
Dari data diatas, maka hasil tahap pertama dapat dilihat berikut ini :
Prosedur Tahap Pertama ABC System
Kelompok Tingkat Batch :
Persiapan
BiayaPenangananBahan
Total Biaya
$ 120.000
60.000
$ 180.000
Proses Produksi :
Tanpa Kabel
: 20
Reguler
: 10
Total
: 30
$ 100.000
Biaya Pengujian
$ 80.000
Total Biaya
$ 180.000
Jam Mesin :
Tanpa Kabel :
5.000
Reguler :
45.000
Total :
50.000
Tanpa Kabel
Rp
78.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Reguler
Rp
738.000
120.000
Rp
60.000
Rp
Rp
162.000
960.000
100.000
9,60
18.000
216.000
10.000
21,60
Rp
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem tradisional dan Activity-Based Costing (ABC) adalah dua sistem yang
dapat digunakan dalam pembebanan biaya produksi. Eksistensi sistem tradisional
mendahului sistem ABC. Dapat dikatakan bahwa ABC lahir dari adanya sistem
tradisional tersebut. Hal yang paling mendasari perbedaan antara kedua sistem
tersebut adalah sistem tradisional membebankan biaya produksinya pada volume
produksi. Perhitungan biaya berdasarkan volume tersebut banyak yang menggunakan
tarif overhead berdasarkan volume, baik tarif tunggal maupun tarif per departemen.
Tarif biaya overhead ini biasanya menggunakan tarif jam kerja langsung atau jam
mesin untuk semua jasa atau produk, sekalipun perusahaan mempunyai berbagai
macam produk, proses produksi, dan volume. Untuk perusahaan yang mempunyai
berbagai macam produk, seringkali sistem tradisional ini menghasilkan biaya produksi
yang tidak akurat dan terdistorsi secara signifikan. Hal inilah yang menjadi dasar
adanya sistem ABC.
Sistem ABC adalah sistem yang membebankan biaya produksinya berdasarkan
konsumsi sumber daya dan aktivitas. Sistem ABC ini membebankan biaya
produksinya dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah tahapan proses pembebanan
biaya sumber daya ke dalam aktivitas-aktivitas yang telah diketahui. Tahap kedua
adalah tahapan proses pembebanan biaya aktivitas ke produk atau jasa dengan cost
driver yang tepat. Dengan dasar aktivitas tersebut, maka biaya produksi dapat
dihitung dengan akurat. Hal ini dikarenakan dalam sistem ABC semua biaya baik
langsung dan tidak langsung dapat dibebankan sesuai dengan aktivitas dan sumber
daya yang dipakai.
Kedua sistem tersebut sebenarnya tidak dapat diperbandingkan atau dicari
mana yang lebih baik. Hal ini dikarenakan tidak semua perusahaan dapat atau layak
menggunakan sistem ABC dan begitu sebaliknya untuk sistem tradisional. Sistem
tradisional akan efektif untuk perusahaan yang memproduksi produk dengan diversitas
yang rendah dengan keanekaragaman proses produksi yang rendah pula. Berbeda
dengan sistem ABC yang akan efisien dan efektif untuk digunakan dalam perusahaan
yang diversitas produknya tinggi dengan berbagai macam aktivitas yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward j, dkk. 2013. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba
Empat
Dicky, Yoanes dan Riki Martusa. Penerapan Activity Based Costing (ABC) System dalam
Perhitungan Profitabilitas Produk. Jurnal Akuntansi, Volume 3, No. 1, Mei 2011
Hilton, Ronald W. 2006. Cost Management: Strategies for Business Decisions. New York:
McGraw
Mulyadi dan Johny Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen
Edisi 3. Yogyakarta: BPFE UGM
Supriyono. 2007. Manajemen Biaya Buku I Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Walther, Larry M dan Christopher J. Skousen. 2009. Managerial and Cost Accounting. tt:
Ventus Publishing Aps
Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
12390002
12390023
12390031
12390044
12390076
6. Ade Krisnawan
12390091
7. Yuli Ningsih
12390149
8. Diah Setiani
12390150
9. Rini Astuti
12391056
Dosen:
Siti Nur Azizah
KEUANGAN ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
2015