Nemathelmintes Dan Annelida

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

NEMATHELMINTHES dan ANNELLIDA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Taksonomi Hewan Invertebrata

Oleh:
Rizqi Aulia Hafifah

140210103022

Ubait Hakim

140210103083

Noviyanti Nurlaily Musyafaah

140210103081

Raden Roro Diyah Murtiastuti P

140210103061

Rifqi Fuadatul Latifah

140210103064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah cacing, namun
cacing yang kita ketahui hanya sebatas cacing yang biasa kita gunakan untuk
memancing ikan. Cacing yang biasa kita gunakan untuk memancing itu
berasal dari filum Annelida. Cacing yang berasal dari filum ini tubuhnya
bersegment-segment, tubuhnya juga tertutup cutikula yang merupakan hasil
sekresi dari epidermis, mereka mempunyai alat gerak berupa bulu-bulu kaku
(satae) pada tiap segment. Mereka juga sudah mempunyai sistem nervosum,
sistem cardiovaskuler tertutup dan sudah ada rongga badan (cedom). Mereka
hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan di dalam air tawar. Mereka
berespirasi dengan kulit atau dengan branchia. Kebanyakan bersifat
hemaphrodit dan berkembang secara langsung atau bersifat gonochoristis dan
perkembangan melaui stadium larva, reproduksi dengan membentuk tunas.
Filum Annelida terdiri dari 3 kelas yakni kelas Polychaeta, Oligochaeta, dan
Hirudinae. Beberapa species dari filum Annelida adalah Lumbricuss terestis,
Nereis virens. Namun sebenarnya cacing memiliki beberapa filum selain filum
Annelida yang salah satunya adalah Nemathelminthes. Nemathelmintes
memiliki bentuk tubuh yang bulat panjang atau cylindris, atau filoform dengan
ujungnya yang bulat atau berbentuk conus; bilateral symetris; tidak
bersegment-segment. Rongga badan sudah tetapi belum merupkan rongga
yang sebenarnya atau celom yang dibatasi oleh mesoderm sehingga disebut
pseudoceia. Filum Nemathelmintes ini tidak memiliki sistem respiratorium.
Ada yang bersifat parasit dan ada juga yang hidup bebas. Nemathelmintes
dibagi atas 2 kelas yakni kelas Nematoda dan kelas Nematomorpha. Salah satu
species yang berasal dari filum Nemathelmintes adalah Ancylostoma
duodenale namun masih banyak lagi species-species yang berasal dari filum
Nemthelmintes.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1

Bagaimanakah ciri-ciri umum, morfologi, siklus hidup, habitat, dan


peranan

1.2.2

dari

species-species

yang

berassal

dari

filum

Nemathelmintes?
Bagaimanakah ciri-ciri umum, morfologi, siklus hidup, habitat, dan
peranan dari species-species yang berasal dari filum Annelida?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui ciri-ciri umum, morfologi, siklus hidup, habitat,
dan
1.3.2

peranan

dari

species-species

yang

berasal

dari

filum

Nemathelmintes.
Untuk mengetahui ciri-ciri umum, morfologi, siklus hidup, habitat,
dan peranan dari species-species yang berasal dari filum Annelida.

1.4 Manfaat
1.4.1 Dengan membaca makalah ini, kita dapat mengetahui berbagai jenis
hewan yang termasuk dalam Nemathelminthes dan Annellida.
1.4.2 Kita juga dapat mengetahui ciri-ciri umum, morfologi, siklus hidup
serta peranan maupun efek yang ditimbulkan dari setiap jenis hewan
yang termasuk dalam Nemathelminthes dan Annellida.

BAB II
PEMBAHASAN

A. FILUM NEMATHELMENTHES
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang, helminthes=
cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau
seperti benang. Cacing dewasa memiliki pseudocoelom (tabung dalam tabung),
sebuah ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka hidrostatik,
membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena memiliki
rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Nemathelminthes umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang
panjangnya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada
individu jantan. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk
melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang
daripada yang hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim
pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari
mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus
terdapat pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada
mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan
ke seluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak
memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan
tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
Struktur tubuh annelida :

Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan


tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah
organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan

darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar
perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
Nemathelmenthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
1. Ancylostoma duodenale
Ancylostoma duodenale merupakan salah satu spesies dari kelas nematoda.
Ancylostoma duodenale atau yang sering kita sebut dengan cacing tambang ini
berbentuk seperti benang, berwarna agak keputih-putihan dan bersifat parasit.
Pada Ancylostoma duodenale, memiliki bentuk tubuh sama dengan Necator
americanus, letak perbedaan hanya pada bentuk tubuh lebih menyerupai huruf C.
Ukuran Ancylostoma duodenale yang betina juga lebih besar dari pada yang

jantan , dengan panjang lebih kurang 1 cm (Hadidjaja dan Gandahusada, 1999).


Ancylostoma duodenale jantan, mempunyai organ reproduksi tunggal (testis)
dengan ujung ekor yang berbentuk tumpul dengan dilengkapi bursa kopulatriks,
sedangkan ujung yang betina berbentuk runcing dan mempunyai sepasang organ
reproduksi (2 ovari) (Hadidjaja dan Gandahusada, 1999).
Pada bagian mulut cacing tambang memiliki kapsula (rongga) bucca lis.
Ancylostoma duodenale dapat mengeluarkan racun yang dapat mencegah

koagulasi darah. Lama hidup cacing Ancylostoma duodenale ini sekitar 5 tahun
(Radiopoetro,1991).
Siklus Hidup Cacing Tambang : Cacing dewasa di dalam usus halus manusia,
kemudian telur keluar bersama feses dan mengalami embrionisasi di tanah. Di
tempat lembab dan becek, telur menetas menjadi larva yang disebut rhabditiform
(tidak infektif). Kemudian larva ini berubah menjadi filariform (infektif) yang
dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia mengikuti aliran
darah, menuju jantung, paru - paru, faring, tenggorok, kemudian tertelan dan
masuk ke dalam usus (migrasi paru, maturasi pada manusia lebih kurang 35 hari) .
Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah kembali.
Selain dengan cara infeksi aktif, dapat pula terjadi infeksi pasif yaitu bila kista
(larva berdinding tebal) tertelan bersama makanan (Soedarto, 1996).

Ancylostoma duodenale habitatnya berada didalam intestium tenue orang,


melekat pada tunica mucosanya menghisap darah layaknya limfa (Radiopoetro
1991). Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit nekatoriasis dan
ankilostomiasis, yang membuat penderita mengalami anemia berat, keletihan,
menurunnya berat badan, rentan pada infeksi, dan diare berdarah. Gejala yang
ditimbulkan cacing dewasa atau larvanya. Bila larva infektif menembus kulit
dapat terjadi gatal-gatal. Bila jumlah larva infektif yang masuk banyak , maka
dalam beberapa jam saja akan terjadi reaksi alergi terhadap cacing yang
menimbulkan warna kemerahan, berupa panel yang dapat menjadi vesikel. Reaksi
ini disebut ground itch (Poespoprodjo, 1999). Bila larva infektif Ancylostoma

duodenale tertelan, maka sebagian akan menuju ke usus dan tumbuh menjadi
dewasa. Sebagian lagi akan menembus mukosa mulut, faring dan melewati paru paru seperti larva menembus kulit. Cacing dewasa N. americanus yang menghisap
darah penderita akan menimbulkan kekurangan darah sampai 0,1 cc per hari,
sedangkan seekor cacing dewasa Ancylostoma duodenale dapat menimbulkan
kekurangan darah sampai 0,34 cc per hari (Ginting, 2003).
2. Ascaris lumbricoides (cacing perut)
Ascaris adalah salah satu contoh cacing gilig parasit, tidak punya
segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar yang halus, bergerak dengan gerakan
seperti cambuk. Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering
kali disebut cacing perut.
Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis
kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak
secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait
yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka
pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan,
umumnya pada anak-anak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan
atau minuman yang tercemar telur ascaris.
Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat
telur ini tertelan orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati,
jantung dan/atau paru-paru. Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah
sepuluh hari bermigrasi lewat saluran udara ke kerongkongan tempat dimana
mereka akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan betinanya
menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses. Telur dalam
feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk memulai siklus baru.
3. Enterobius vermicularis
Cacing

kremi

atau

Enterobius

vermicularis

(Oxyuris

vermicularis)

diklasifikasikan dalam Kingdom Metazoa, Phylum Nemathelminthes,class


Nematoda, Sub class plasmodia, Ordo Oxyurida, Sub family Oxyuroidae, family

Oxyuridae, Genus Enterobius, Spesies Oxyuris vermicularis atau Enterobius


vermicularis (Faust dan Russel,1992).
Cacing dewasa Enterobius vermicularis berukuran kecil, berwarna putih,
yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 25 mm, cacing jantan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran
cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus
esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina
berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing
dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah
bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulb oesophagus), di daerah anterior
sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher
(cervical alae) (Srisari G, 2006).

Gambar:CacingdewasaE. Vermicularis(Soedarto, 1995)


Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55
x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding
yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang
terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent,
bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor
cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2
samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati (Soedarto, 1995).
Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan
melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah : perianal dan perinium. Migrasi
ini disebut Nocturnal migration. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini

bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat didaerah tersebut.
Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur
optimal 23-26 C dalam waktu 6 jam (Soedarto, 1995).
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :
1. Penularan dari tangan kemulut penderita sendiri (auto infection) atau pada
orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya
alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita.
2. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang
infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita
sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan
migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa

(Srisari G, 2006).

4. Wuchereria bancrofi
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari
anggota

hewan

tak

bertulang

belakang

yang

termasuk

dalam

filum

Nemathelminthes. Cacing ini merupakan penyebab penyakit filariasis atau

elephantiasis (kaki gajah). Di dalam tubuh manusia, cacing tersebut menyumbat


pembuluh limfa (getah bening), sehingga mengakibatkan pembengkakan tubuh
terutama pada kaki sehingga membesar. Oleh karena itu disebut kaki gajah.
Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filarial.
Cacing filaral penyebab penyakit kaki gajah berasal dari genus wuchereria dan
brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab penyakit tersebut
adalah wuchereriabancrofti, brugia malayi, dan brugia timori.
Cacing dewasa berbentuk seperti benang berwarna putih kekuningan.
Sedangkan larva cacing filaria berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
Cacing dewasa hidup dalam pembuluh kelenjar limfa. Cacing betina ukurannya
65-100mm x 0,25mm dan ekornya lurus berujung tumpul, sedangkan cacing
jantan berukuran 40mm x 0,1mm dan ekor melingkar. Cacing betina
mengeluarkan microfilia pada pembuluh darah pada malam hari.
Vector dari cacing filaria adalah nyamuk culex, anopheles, dan aedes.
Nyamuk menghisap darah manusia yang mengandung microfilaria waktu malam
hari. Dalam lambung, nyamuk microfilaria akan berubah menjadi larva yang
berbentuk gemuk dan pendek, lalu pindah ke thorax nyamuk menjadi larva yang
berbentuk gemuk dan panjang, kemudian masuk ke kelenjar ludah nyamuk
membentuk larva yang panjang dan halus. Bila nyamuk menggigit manusia maka
nyamuk akan dimasukkan ke pembuluh darah dan pembuluh limfa manusia
menjadi nyamuk selanjutnya. Kemudian akan menuju kelenjar limfa dan menjadi
dewasa jantan dan betina. Setelah cacing dewasa kawin dikelenjar limfa maka
yang betina akan melahirkan microfilaria.
5. Trichinella spiralis

Kingdom

: Animalia

Filum

: Nematoda

Kelas

: Enoplea

Orde

: Trichurida

Family

: Trichinellidae

Genus

: Trichinella

Spesies

: Trichinella spiralis
Adalah salah satu nematoda yang terkenal bereputasi buruk, cacing ini

menyebabkan trikinosis. Manusia mendapatkan nematoda ini dari konsumsi


daging babi atau daging lain (termasuk binatang liar seperti beruang atau walrus)
yang masih mentah atau belum matang yang mengandung cacing juvenil yang
membentuk kista di dalam jaringan otot. Di dalam usus halus manusia, juvenil
berkembang menjadi dewasa yang matang secara seksual. Betina meliang di
dalam otot-otot usus dan menghasilkan lebih banyak juvenil, yang melubangi
tubuh atau berkelana di dalam pembuluh limfe menuju ke organ lain, termasuk
otot-otot rangka, tempat mereka membentuk Krista (Campbell,2008:256-257).

Nematoda

parasitik

memiliki

alat

molekular

luar

biasa

yang

memungkinkan mereka mengarahkan kembali beberapa fungsi selular inangnya


sehingga dapat menghindari sistem kekebalan inang.Nematoda parasit-tumbuhan
menginjeksikan molekul-molekul yang menginduksi perkembangan sel-sel akar,
yang kemudian menyuplai nutrien ke parasit.Trichinellamengontrol ekspresi gengen sel otot spesifik yang mengode protein-protein yang membuat sel cukup
elastis untuk menampung nematoda.Selain itu, sel otot yang terinfeksi melepaskan
sinyal-sinyal yang dapat menarik pembuluh darah, yang kemudian menyuplai
nutrien ke nematoda. Parasit-parasit luar biasa ini dijuluki hewan yang bertindak
sebagai virus (Campbell,2008:256-257).
Trichinosis disebabkan karena memakan daging babi yang kurang masak
yang mengandung kista dari cacing Trichinella.Cacing dewasa berkembang biak
di dalam usus, ribuan cacing muda dihasilkan oleh cacing betina yang kemudian
akan menembus dinding usus berpindah ke seluruh tubuh mengkista di dalam otot
(Arin,2011).
Siklus hidup

Manusia terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang


dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu
masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari.
Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6
minggu.Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh,
tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik.Larva mengkista (encyst)
sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai
parasit intraselular.Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini
terus berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain (Arin,2011).
Berkat usaha-usaha dalam bidang kesehatan, pendidikan dan usaha sosial
penyakit yang ditimbulkan sangat dikurangi dan dapat diatasi, tetapi usaha-usaha
terus dilakukan karena banyak spesies dari cacing ini tahan dalam keadaan
kering.Nemathelminthes yang menyerang tanaman gandum dapat hidup lagi
setelah mengalami kekeringan selama 28 tahun (Muhammad, N.,1989).

B. Annelida
Annelida berasal dari kata Annelus yang berarti cincin kecil. Ciri-ciri
umumnya meliputi tubuh tersusun atas segmen-segmen menyerupai gelang atau
cincin. Tubuhnya terdiri dari segmen sama ( metameri). Segmen terdapat di
bagian luar dan dalam tubuhnya. Diantara satu segmen dengan segmen lainya
terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem
saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan
menembus septa. Panjang tubuh bervariasi dari sekitar 1 mm hingga 3 m. Bentuk
tubuhnya simetris bilateral, tubuh dilapisi kutikula. Terdapat selom yang besar dan
jelas, beberapa sistem organ seperti peredaran darah, sistem syaraf telah
berkembang dengan baik. sistem peredaran darah tertutup dan sistem saraf disebut
sistem saraf tangga tali. Organ respirasi berupa kulit, insang, ada juga yang
parapodia pada kelas Polychaeta. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan
ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.

Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada
yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup di
berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.

Annelida memiliki sistem pencernaan yang lengkap, yang tersusun atas


organ mulut, faring, esofagus, usus, dan anus Organ-organ ini tersusun
memanjang di dalam tubuh. Selain sistem pencernaan, juga terdapat sistem
peredaran darah, annelida memiliki pembuluh darah yang memanjang di
sepanjang tubuhnya dan bercabang-cabang di setiap segmennya. 3 pembuluh
darah utama dengan satu pembuluh dibagian dorsal ( punggung ) dan 2 dibagian
ventral ( perut ). Pembuluh dorsal berperan sebagai jantung utama yang
memompa darah melalui gerak peristaltik. Pada bagian anterior (=depan) tubuh
cacing terdapat lima pasang pembuluh melengkung yang mengitari esofagus
adalah pembuluh berotot yang memompa darah keseluruh tubuh dengan
menghubungkan pembuluh dorsal dengan pembuluh ventral. Kelima pasang
pembuluh ini berperan sebagai jantung tambahan yang membantu memompa
darah menuju ke ventral tubuh cacing. Disebut juga jantung aorta. Karena adanya
pembuluh darah inilah, maka sistem peredaran darahnya tergolong tertutup. Darah
annelida juga mengandung hemoglobin sehingga berwarna merah.

Annelida belum memiliki organ pernafasan secara khusus. Pada salah satu
anggota filum annelida yaitu cacing tanah, pernafasan dilakukan melalui
permukaan kulit. Cacing tanah beradaptasi dengan kulitnya yang selalu lembab
untuk memudahkan terjadinya pengikatan oksigen dan difusi oksigen masuk ke
dalam tubuh. Pembuluh darah kapiler teranyam sangat padat di bawah permukaan
kulit sehingga memungkinkan untuk mengangkut oksigen ke suluruh tubuh serta
mengangkut sisa hasil metabolisme menuju keluar permukaan kulit untuk
berdifusi.
Sistem eksresi annelida menggunakan nefridia, yang terdapat sepasang di
setiap segmen tubuhnya yang disebut metanefridia yang memiliki bukaan
berbentuk corong yang bersilia disebut nefrostome. Cairan selomik memasuki
nefridium melalui membran nefrostome kemudian membuang zat sisa dari darah
dan cairan selomik melalui pori-pori eksterior.
Sistem syaraf pada Annelida adalah sistem syaraf tangga tali. Terdapat
sepasang Ganglion Serebral serupa otak yang terletak di atas dan di depan faring.
Cincin syaraf di sekeliling faring terhubung ke ganglion subfaringeal, tempat
sepasang batang syaraf yang menyatu mmbentang secara posterior.Batang syaraf
ventral dengan ganglion segmental menembus septa dan membentang disepanjang
tubuh.
Pada setiap ruas tubuh Anellida dikelilingi oleh otot longitudinal, yang
kemudian dikelilingi oleh otot sirkular. Anellida mengkoordinasi kontraksi kedua

rangkaian otot ini untuk bergerak. Otot-otot ini bekerja melawan cauran selomik
tak termampatkan, yang bertindak sebagai rangka hidrostatik.
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan
gamet, namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian
beregenerasi. Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu
(hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris). Ovum dan
sperma dihasilkan di klitellum, di dalamnya terdapat kelenjar yang digunakan
untuk membungkus telur menjadi kokon.
Pembuahan terjadi secara silang. Dua cacing tanah kawin dengan cara
mengatur diri mereka sedemikian rupa sehingga dapat saling memprtukarkan
sperma dan kemudian akan memisah. Sperma yang diterima akan disimpan secara
temporer di klitelum. Klitelum mensekresikan kokon/kepompong, yang dapat
bergeser di sepanjang tubuh cacing, kemudian mengambil telur dan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Kemudian kepompong lepas dari cacing dan
berkembang di dalam tanah.
Peranan annelida dalam kehidupan dapat digunakan sebagai obat diare
karena memiliki senyawa aktif yang mampu melumpuhkan bakteri patogen,
khususnya Eschericia coli penyebab diare. Anellida dapat juga mengobati stroke,
hipertensi, penyumbatan pembuluh darah (arterosklerosis) karena memiliki enzim
lumbrokinase yang dapat melarutkan penggumpalan darah. Bahan produk
kosmetik yang memanfaatkan bahan aktif cacing sebagai substrat pelembut kulit,
pelembab wajah, dan antiinfeksi serta penyubur tanah. Campuran makan
berprotein tinggi bagi hewan ternak (Tubifex, Pheretima). Hirudomedicinalis
(lintah), dalam bidang kedokteran zat hirudin digunakan untuk mencegah proses
pembekuan darah untuk membantu proses operasi.
1. Cacing laut (Nereis sp.)
Bentuk morfologi dan anatomi pada cacing laut sangat beragam.
Umumnya berukuran 5-10 cm dengan diameter 2-10 mm. Pada tiap sisi lateral
ruas tubuhnya kecuali kepala dan bagian ujung posterior, terdapat sepasang
parapodia dengan sejumlah besar setae yang terdiri atas notopodium dan
neuropodium, masing-masing disangga oleh sebuah batang khitin yang disebut

acicula. Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada neuropodium terdapat
cirrus ventral. Bentuk parapodia dan setae pada setaip jenis tidak sama.
Cacing laut (Nereis sp.) banyak ditemui di pantai, sangat banyak terdapat
pada pantai cadas, paparan lumpur dan sangat umum ditemui di pantai pasir.
Beberapa jenis hidup di bawah batu, dalam lubang lumpur dan liang di dalam batu
karang, dan ada juga yang terdapat pada air tawar sampai 60 km dari laut, seperti
di Bogor.
Reproduksi pada Cacing laut (Nereis sp.), terjadi baik secara aseksul
maupun seksual.

Reproduksi seksual terjadi dengan cara pertunasan dan

pembelahan, namun kebanyakan hanya melakukan reproduksi secara seksual


saja dan biasanya pada dioecious. Pada dasarnya hampir semua menghasilkan
gamit, namun pada beberapa jenis hanya beberapa ruas saja. Pada beberapa jenis
cacing dengan gamit yang telah matang akan berenang menjadi cacing pelagis,
setelah tubuhnya koyok-koyok dan gamit berhamburan di air laut maka cacing
tersebut mati, pembuahan terjadi di air laut.
`

Makanan Cacing laut (Nereis sp.) bermacam-macam sesuai dengan

kebiasaan hidupnya, karnivora, omnivora, herbivora dan adapula yang memakan


detritus. Pemakan endapan secara langsung maupun tidak langsung, secara
langsung dengan menelan pasir dan lumpur dalam lorongnya (sarangnya).
Mangsa terdiri dari berbagai avertebrata kecil, yang ditangkap dengan pharynx
atau probosis yang dijulurkan.
2. Hirudomedicinalis (Lintah)
Lintah (Hirudo medicinalis) adalah binatang melata yang berdasarkan
habitatnya hidup di air untuk menjaga kelembaban dan suhu tubuhnya.

Klasifikasi Lintah (Hirudomedicinalis):


Kingdom : Animalia
Filum

: Annelida

Kelas

: Clitellata

Ordo

: Arhynchobdellida

Family

: Hirudinidae

Genus

: Hirudo

Species

: Hirudo medicinalis (Online)

Morfologi dari Hirudo medicinalis yaitu pipih, tidak berambut, pada ujung
anterior dan posterior terdapat alat penghisap bagian anterior yang dilengkapi
dengan 3 buah rahang (Rusyana,2011).
Sistem respirasi pada hewan invertebrata ini melalui permukaan tubuh
Sistem ekskresinya dilakukan oleh 17 pasang nephridium. Sedangkan sistem
reproduksi Hirodu medicinalis ini yaitu hermaprodit, tetapi sel telur dari satu

hewan dibuahi oleh sperma dari hewan lain. Habitat hewan ini di air tawar, laut,
dan darat. Makanan Hirodu medicinalis ini seperti cacing, larva serangga,
invertebrata lain, dan darah (Rusyana,2011).
3. Lumbriscus terrestris (Cacing tanah)

Kerajaan

: Animalia

Filum

: Annelida

Kelas

: Clitellata

Subkelas

: Oligochaeta

Ordo

: Haplotaxida

Famili

: Lumbricidae

Genus

: Lumbricus

Spesies

: Lumbriscus terrestris
Cacing tanah banyak ditemukan di daratan dan lautan, kelas polychaeta

banyak

hidup

di

lautan

dan

kelas

oligochaeta

contohnya Lumbricus

terretris banyak hidup di daratan. Lumbricus terrestris disebut night crawler


karena cacing ini banyak berkeliaran dan merayap pada malam hari untuk mencari
makanan, dan bersembunyi di lubangnya pada siang hari, dan hidup pada tempat
yang lembab.
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat
menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.Penelitian
yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah

memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme.Telah ditemukan bahwa


cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein (Hegner, 1968).
Habitat
Pada studi tentang cacing tanah (Lumbricus terrestris), misalnya
pengukuran pH tanah dapat memberikan gambaran penyebaran suatu jenis cacing
tanah (Lumbricus terrestris). Cacing tanah (Lumbricus terrestris) yang tidak
toleran terhadap asam, misalnya, tidak akan ditemui atau sangat rendah kepadatan
populasinya pada tanah yang asam. Selain itu pengukuran faktor lingkungan
abiotik pada tempat dimana jenis hewan tanah kepadatannya akan sangat
menolong dalam melakukan penelitian (Muhammad N.,1989).
Morfologi

1. Tubuhnya bulat panjang, warna bagian dorsal lebih gelap dibandingkan


dengan bagian ventral, segmen tubuhnya lebih dari 100 buah yang masingmasing dengan 4 pasang rambut. Pada ujung depan (anterior) ada suatu
bagian/tonjolan daging yang disebut prostomium (bukan merupakan
segmen). Bagian luar tubuh terdiri atas segmen-segmen yang jumlah dan
lebarnya berbeda menurut spesies, sedangkan cacing tanah memiliki
segmen berjumlah 15 150 buah.

2. Dinding tubuh terdiri dari kutikula, epidermis, otot melingkar dan otot
memanjang. Bagian selom memisahkan dinding tubuh dengan intestin,
antara segmen yang satu dengan segmen yang lain dipisahkan oleh sekat
pemisah vertikal. Selaput yang membatasi dinding tubuh sebelah dalam
disebut peritonium. Cairan-cairan yang terdapat di bagian selom
membantu di dalam eksresi.
3. Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang, silindris dan pada 2/3 bagian
posteriornya memipih secara dorsoventral, Tubuh bersegmen-segmen.
Mulut terletak pada bagian ujung anterior. Pada segmen 32 sampai 37
terdapat penebalan kulit yang dikenal sebagai klitelium. Clitellum adalah
batas bagian depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari
clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum
juga berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian
belakang cacing yang dekat dengan anus disebut periproct. Periproct
berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau kotoran. Cacing juga
memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu pergerakan cacing
dalam tanah.
4. Pada setiap segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali pada segmen pertama
dan terakhir. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang
muara yang keluar dari berbagai organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang
dari duktus spermatikus, lubang muara dari oviduk, lubang muara dari
reseptakulum seminis, pori dorsales, dan sepasang nefridiofor pada tiap
segmen.
Sistem pencernaan makanan
`

Mulut faring esofagus crop (tembolok) gizzard (lambung yang

menebal berguna untuk menggiling makanan) usus (mulai segmen ke 19 sampai


dengan ke anus)
Sistem eksresi
Sistem eskresi pada cacing tanah berupa Nephridium.Pada tiap segmen
terdapat sepasang Nephridium, kecuali tiga segmen pertama dan terakhir.Tiap
Nephridium terdiri atas nefrostoma dan nefridiosphore.

Sistem peredaran darah


Darah dipompa ke bagian depan oleh pembuluh darah dorsal dan dialirkan
ke bagia bawah melalui 5 pasang jantung ke dalam pembuluh darah subintestin
yang selanjutnya akan bercabang-cabang lagi ke bagian intestin, nephridium dan
dinding tubuh.
Sistem respirasi
Permukaan kulit.Cacing tanah bernafas dengan kulitnya karena kulit pada
hewan ini tipis, selalu lembab dan banyak mengandung kapiler pembuluh darah.
Reproduksi
Terjadi melalui perkawinan 2 individu.Sepasang ovarium menghasilkan
ovum dan terletak pada segmen ke-13.Testis terdapat pada rongga yang dibentuk
oleh dinding-dinding vesicular seminalis.Duktus spermaticus keluar dari sisi
caudal testis dan keluar pada segmen ke- 15.Walaupun cacing ini merupakan
hewan hermaprodit tetapi pembuahan sendiri belum pernah terjadi.
Peran Cacing Tanah Bagi Kesuburan Tanah
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah.Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Cacing tanah dalam aktivitasnya dapat mengeluarkan lendir yang nantinya
lendir tersebut dimakan oleh mikroorganisme sehingga keberadaan cacing di
dalam tanah dapat memberikan makan bagi mikroorganisme tanah.Cacing tanah
tidak makan vegetasi hidup,tetapi hanya makan bahan organik mati,baik sisa-sisa
hewan maupun tumbuhan.
Bahan organik dan tanah halus yang dimakan kemudian dikeluarkan
sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang berupa agregat-agregat berbentuk
granular dan tahan terhadap pukulan-pukulan air hujan,serta banyak mengandung
unsur hara yang siap tersedia bagi tanaman. Cacing tanah mengaduk tanah dan
memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik dan lebih
mudah ditembus oleh akar(Adianto,1983).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Nemathelmintes merupakan cacing yang berbentuk bulat panjang
seperti benang nemathelmintes memiliki pencernaan yang lengkap
yang terdiri dari mulut faring usus dan anus nemathelmintes memiliki
kait pada ujung mulutnya dan tidak memiliki pembuluh darah,
makanan diedarkan melalui cairan pada pseudoselom. Habitat
nemathelmintes ada yang hidup bebas atau menjadi pada parasit pada
makhluk hidup lain yang hidup bebas berperan sebagai pengurai
sampah organik sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa
sari makanan dan darah dari tubuh inangnya contoh nemathelmintes
adalah Ancylostoma duodenale, Ascaris lumbricoides (cacing perut),
Enterobius vermicularis, Wuchereria bancrofi
2. Annelida memiliki ciri umum meliputi tubuh tersusun atas segmensegmen dan dipisahkan oleh sekat yang disebut septa. Panjang tubuh
bervariasi antara 1mm sampai 3m. Beberapa sistem organ seperti
peredaran darah, sistem saraf berkembang dengan baik. Sebagian besar
annelida hidup bebas dan ada sebagian parasit dengan menempel pada
vertebrata. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan
perairan tawar dan ada juga yang hidup di tanah lembab. Annelida
umumnya berproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet,
namun ada juga yang berproduksi secara fragmentasi yang kemudian
beregenerasi. Peranan anelida dalam kehidupan dapat digunakan
sebagai obat diare, stroke, hipertensi, arterosklerosis, bahan kosmetik,
dan sebagai penyubur tanah. Contoh annelida seperti Nereis sp, lintah.
3.2 Saran
3.2.1. Setelah mempelajari semua jenis hewan yang termasuk dalam
Nemathelmintes dan Annellida, diharapkan bagi pembaca untuk lebih
berhati-hati dan dapat mencegah berkembang biaknya cacing yang
berbahaya

DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 1983. Biologi Pertanian. Alumni Bandung : Bandung.
Arin,Sunarya. 2011 .ZOOLOGI. Bandung: Alfabeta.
Campbell, Neil A.,2008.Biologi jilid dua.Jakarta:Erlangga.
Faust & Russel,1992.Cinical Parasitology.Philadelphia:Tropen Company.
Ginting, S.A.2003. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Suka Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara .
Hadidjaja dan Ganda husada.1999. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Hegner, Robert.W.& Joseph G.Engemann.1986. Invertebrates zoologi. London:
TheMacmillan Company Colliermacmillan Limited.
Muhammad, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta.
Radiopoetro. Prof. , Drs. 1991. Zoologi.Erlangga:Jakarta.
Rusyana Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik).Bandung:Alfabeta
Soedarto, 1995. Helmintologi Kedokteran Edisi ke 2. Jakarta:EGC.
Srisari,G., 2006.Parasitologi Kedokteran edisi ke 3.Jakarta: EGC.
(Online,2015)(http://animaldiversity.org/accounts/Hirudo/classification/#Hirudo)
diakses pada tanggal 31 Agustus 2015.
http://www.zonasiswa.com/2014/06/mengenal-phylum-nemathelminthescacing.htmldiakses pada tanggal 31 Agustus 2015.
http://www.sridianti.com/klasifikasi-annelida.html
Agustus 2015.

diakses

pada

tanggal

31

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/ins/article/view/3215/0.diakses
pada tanggal 31 Agustus 2015.

Anda mungkin juga menyukai