Farmakologi Obat Sistem Pernafasan d3
Farmakologi Obat Sistem Pernafasan d3
Farmakologi Obat Sistem Pernafasan d3
Pernafasan
Penatalaksanaan Terapi
Tidak ada terapi spesifik, terapi bersifat
simptomatik
Antibiotik : tidak diberikan kecuali terdapat
infeksi sekunder
Antivirus : tidak terbukti ampuh mengurangi
gejala flu
Antihistamin
Dekongestan
NSAIDs
Vitamin C
Zinc
Gol Antihistamine
Adalah obat yg bersaing dg histamin
untuk menempel pada reseptor
histamin
Ada 2 reseptor histamin dlm tubuh kita:
H1 histamine-1
H2 histamine-2
Antihistamin
Antagonis reseptor H1otot polos, sel
endotel, otak
Mekanisme Kerja
Otot polos relaksasi
Endotel vasokonstriksi, mencegah
permeabilitas
Otak dosis terapetik : depresi
overdosis : eksitasi
Antihistamin
Generasi Pertama
Etanolamin : difenhidramin, dimenhidrinat
Alkalinamin : chlorpheniramine maleate (CTM)
Fenotiazin : prometazin
Piperidin : siproheptadin
Generasi Kedua (Nonsedating/Peripherally
Acting)
Piperazin : cetirizine
Piperidin : loratadin, desloratadin
Dekongestan
Golongan simpatomimetik agonis reseptor
Mekanisme kerja : aktivasi reseptor otot polos
pembuluh darah mengakibatkan vasokonstriksi,
resistensi perifer, Tekanan darah
Phenylephrine 1 selektif reseptor agonis
Efedrine Agonis reseptor dan
denyut jantung
cardiac output
Tekanan darah
Aktivasi reseptor mengakibatkan bronkodilatasi
Stimulasi CNS
Dekongestan
Simpatomimetik lain yang digunakan secara lokal
Naphazoline
Oxymetazoline
Xylometazoline
Phenylpropanolamine
Memiliki efek seperti efedrin tetapi stimulasi
CNS
lebih rendah
Meningkatkan risiko stroke
Pseudoefedrine
Efek samping : Penggunaan jangka panjang (>3jam/kali,
> 3 minggu) mengakibatkan rebound congestion
Interaksi obat : Antihipertensi, MAO inhibitor
Terapi lainnya
NSAIDs: parasetamol, ibuprofen
Vitamin C : obat yang populer pada
Common Cold
Tidak terbukti mencegah flu,
Bukti empiris menunjukan gejala flu
menjadi lebih ringan, durasi sakit
memendek
Zinc menurunkan resiko Common
Cold
ANTITUSIF
Bekerja pada pengendali batuk di
medulla untuk menekan refleks
batuk
Batuk adalah cara tubuh untuk
mengeluarkan sekret atau material
lain dari saluran nafas
Batuk
Batuk dianggap sebagai reaksi
tubuh yg positif karena:
Mengeluarkan dahak
Mengeluarkan benda asing yg mungkin
berbahaya
Obat batuk
Adalah obat yg digunakan untuk
menghentikan atau mengurangi
batuk
Gol Opioid and nonopioid
(narcotic dan non-narcotic)
Gunakan hanya untuk batuk tidak
produktif
Antitussives: penggunaan
terapi
Menghentikan reflek batuk pada
batuk kering, atau batuk kering yg
berpotensi membahayakan
Expectorants
Obat yg berfungsi untuk
mengeluarkan dahak
Mengurangi kekentalan dahak
Melunakkan sekret bronkus
sehingga dpt dihilangkan dengan
batuk
Ekspektoran
Gliseril Guaiakolat (GG)
Bromheksin (Bisolvon)
Ambroksol
(Mucopect)
Asetil sistein (Fluimucil)
Erdostein
(Vectrin)
Ekspektoran
Hidrokodon(H
ycodon)
DOSIS
INDIKASI
Biasanya dicampur dg
antihistamin, dekongestan,
dan espectoran
Seperti kodein
Espectoran
Guaifenesin
(robittusin)
Kalium iodida
Gliserol iodin
(Iophen,
Organidin)
DOSIS
INDIKASI
ASTHMA
ASTHMA
Definisi : Asthma adalah penyakit inflamasi kronis akibat
hiperesponsivitas
saluran
nafas
yang
mengakibatkan
wheezing, sesak nafas, batuk yang terjadi berulang.
Penyakit asma dapat disebabkan oleh alergi akibat
debu,jamur, serbuk sari bunga atau bahan alergen
lainnya
,stress
,
olah
raga
berlebihan
yang
menyebabkan kekejangan saluran nafas
Patofisiologi
1. Inflamasi saluran nafas (akut, subakut, kronis)
Edema saluran nafas
Sekresi mukus
2. Obstruksi udara intermiten
Bronkokonstriksi akut - mucous plug
Edema saluran nafas - airway remodelling
3. Hiperesponsivitas bronkial
. Diperberat oleh stimulus endogen atau eksogen
Sesak nafas
Retraksi interkostal
Wheezing
Batuk
Tanda bahaya : sianosis, penurunan
kesadaran, nadi cepat.
TERAPI ASTHMA
Bronkodilator
Agonis reseptor adrenergik
Reseptor : Bronkus (2), jantung (1), uterus (2),
ginjal ( 1, 2)
non-selektif: Isoproterenol
Selektif 2 :
Short acting : Metaproterenol, terbutaline,
salbutamol (albuterol), fenoterol
Long acting : formoterol, salmeterol
Inhaler lebih disukai dibanding oral karena kerjanya
lokal (efek topikal 2-10%) dan efek samping minimal
Efek Samping : tremor, takiaritmia, gangguan
metabolik
Glucocorticoid
Mekanisme kerja : tidak secara langsung merelaksasi otot
polos, Efek antiinflamasi meliputi:
Modulasi produksi sitokin dan chemokine
Inhibisi eicosanoid
Inhibisi akumulasi basofil, eosinofil dan leukosit lain di
parenkim paru
Menurunkan permeabilitasi kapiler
Secara umum dibedakan menjadi dua jenis:
Glukokortikoid inhalasi
Glukokortikoid Sistemik
Glukokortikoid Sistemik digunakan untuk asthma
eksaserbasi akut dan berat atau asthma kronis berat.
Glucocorticoid Inhalasi
Glukokortikoid inhalasi target langsung pada jaringan
yang mengalami inflamasi
Minimal efek samping tanpa menurunkan efek
klinis
Digunakan sebagai terapi profilaksis
Contoh :
Beclometasone dipropionate
Triamcinolone acetonide
Budesonide (Pulmicort )
Fluticasone propionate
Flunisonide
Glucocorticoid Sistemik
Digunakan pada asma eksaserbasi
akut dan asma kronis berat
Contoh :
Prednisone
Metilprednisolone
Dexametasone
Anti Ig-E
Omalizumab merupakan obat yang
agen biologis yang dipercaya dalam
mengatasi asma
Merupakan antibodi monoklonal
rekombinan
Mekanisme kerja : IgE yg terikat
omalizumab tidak dapat berikatan dg
reseptor IgE pada mast cell dan basofil
sehingga tidak terjadi reaksi alergi.
Natrium Kromolin
Bukan bronkodilator
Mekanisme Kerja :
menghambat pelepasan mediator inflamasi oleh
sel
mast
Menekan aktivasi neutrofil, eosinofil dan monosit
Menghambat reflek batuk
Menghambat leukocyte trafficking di saluran nafas
Penggunaan: mencegah serangan asma pada asma
ringan dan sedang
Tidak untuk serangan akut
Efek memerlukan waktu lama
Teofilin
Merupakan golongan metilxantin
Penggunaan sbg antiasma menurun
Mekanisme Kerja : menghambat fosfodiesterase
(PDEs) dalam menghidolisis cAMP dan cGMP
menjadi AMP dan GMP bronkodilatasi
Antiinflamasi
Antagonis reseptor adenosine
Rentang dosis sangat sempit
ES: mual muntah, nyeri kepala, cemas, agitasi,
insomnia, kejang
Hati-hati pada pasien Gangguan jantung
Antikolinergik
Ipratroprium bromida merupakan antagonis
reseptor muskarinik yang menghambat
kontraksi otot polos melalui reseptor M3
Efek bronkodilator lebih lambat dibanding
agonis
adrenergic
Penggunaan dg kombinasi memiliki efek yg
lebih baik dan panjang di bandingkan
penggunaan tunggal masing2 obat.
Ipratropium + 2 agonis asma berat
eksaserbasi akut
Geriatri
Penggunaan agonis adrenergik
tunggal
sebaiknya
dihindari
Wanita Hamil
- Obat yang cukup aman untuk kehamilan :
inhalasi beklometason dipropionat, sodium
kromoglikat
- Pada saat serangan asma penggunaan
agonis adrenergik aksi cepat (salbutamol,
terbutalin) dinyatakan cukup aman (Australian
Medicines in Pregnancy)
- Prednisolon 20-50 mg sehari selama 4-7 hari
bisa digunakan. Menjelang kelahiran 100
mg hidrokortison iv/im setiap 8 jam selama 24
jam
Penatalaksanaan Terapi
PPOK
Prinsip Terapi
mencegah evolusi lanjut penyakit
mempertahankan jalan napas
mempertahankan & meningkatkan
kapasitas fungsi paru
penanganan komplikasi, dan
menghindarkan eksaserbasi
Bronkodilator
Bronkodilator yang digunakan pada
PPOK adalah agonis, antikolinergik dan
metilxantin
Pemilihan golongan bronkodilator
melihat respon
individu terhadap
perbaikan gejala dan efek samping serta
ketersediaan obat
Merupakan terapi sentral pada PPOK
Inhalasi lebih disukai dibanding sistemik
Kortikosteroid
Efek kortikosteroid terhadap inflamasi paru
pasien PPOK masih kontroverisial
Peran kortikosteroid dalam dalam manajemen
PPOK masih terbatas untuk indikasi spesifik
Inhalasi kortikosteroid + agonis lebih efektif
pada pasien PPOK sedang hingga sangat berat
Inhalasi kortikosteroid / agonis+tiotropium
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan
eksaserbasi
Oral kortikosteroid memiliki ES yang tinggi
Methylxanthine
Teofilin kurang efektif dibandingkan inhalasi LABA
LABA + teofilin memperbaiki FEV1 dibandingkan
LABA tunggal
Teofilin dosis rendah mengurangi eksaserbasi
tetapi tidak memperbaiki fungsi paru.
Rentang terapetik yang sempit memperlukan
pengawasan yang ketat
Antibiotik bila gejala memburuk (sputum purulen,
peningkatan dyspneu)