0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan16 halaman

Imunoprofilaksis

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Baratawidjaja, Karnen Garna. 2006. “Imunologi Dasar Edisi Ke


Tujuh”. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
2. Belanti, Joseph A. 1993. Imunologi III. Gadjah Mada University
Pess : Jogjakarta. Hal: 551
3. Faix, R. (2002) Immunization during pregnancy. Clinical
Obstetrics
and Gynecology. Hal: 42,44.
4. Pezzutto, Antonio M.D & Gerd Bumester. 2003. Color Atlas of
Immunology. Thieme Stuttgart: New York. Hal: 240
5. Rabson, Arthur & Ivan M. Roitt. 2005. Really Essential Medical
Immunology 2nd Edition. Blackwell Publishing Ltd : United
Kingdom. Hal: 127-134.
6. Stanley, Jacqueline PhD. Clinical Immunology. 1999. Landes
Bioscience: Texas. Hal: 240
7. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2006. “Textbook of Medical
Physiology”. Elsevier Saunders : Philadelphia.
8. The Department of Immunization, Vaccines and Biologicals
WHO. 2004. Immunization in Practise: A Practical Guide For
Health Staff. World Health Organization : Switzerland. Hal: 4-24.
1. Pendahuluan
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk resisten terhadap
kebanyakan tipe organisme atau toksin yang berpeluang merusak jaringan
atau organ (imunitas). Kebanyakan imunitas adalah acquired immunity,
yaitu suatu bentuk imunitas yang tidak berkembang sampai tubuh pertama
kali terserang oleh bakteri, virus atau toksin, tidak jarang dibutuhkan
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk mengembangkan
imunitas.
Aquired immunity sering memberikan pertahanan yang ekstrim.
Misalnya, beberapa toksin seperti toksin paralitik botulinum atau toksin
tetanus, sebanyak 100.000 kali jumlahnya dapat mematikan tanpa
imunitas. Ini alasan mengapa proses penanganan yang dikenal sebagai
imunisasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit
dan toksin.
Ketika antigen seperti mikroba, memasuki tubuh untuk pertamakalinya
terjadi respon primer dimana antibodi dengan kadar rendah dapat
dideteksi dalam darah setelah 2 minggu. Meskipun respon tersebut dapat
mencukupi untuk melawan antigen, kadar antibodi akan jatuh kecuali ada
penyerang lain dengan antigen yang sama dalam jangka waktu pendek
(2-4 minggu). Penyerangan kedua menghasilkan respon sekunder dimana
respon cepat oleh sel memori B menghasilkan peningkatan antibodi yang
diproduksi. Peningkatan lebih jauh dapat diperoleh dengan penyerangan
lebih lanjut meskipun kadar maksimum telah dicapai. Prinsip inilah yang
digunakan dalam imunisasi.
Pencegahan penyakit infeksi dengan imunisasi merupakan kemajuan
yang besar dalam usaha imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan
penyakit yang sangat ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah
dapat dilenyapkan dari muka dunia ini. Demikian pula dengan polio yang
dewasa ini sudah dapat dilenyapkan di banyak negara. Imunisasi atau
vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori
terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen
nonvirulen/nontoksik.
Imunitas perlu dikembangkan terhadap jenis antibobi/sel efektor imun
yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama
terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin). Antibodi
mencegah adherens mikroba masuk ke dalam sel untuk menginfeksinya,
atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin.

2. Pengertian
Penggunaan vaksin didasarkan pada rangsangan respons imun
spesifik dalam hospes (imunisasi aktif) dan adapula yang berdasar
pemindahan antibodi yang dibuat lebih dahulu (imunisasi pasif).
Imunisasi aktif biasanya dikenal dengan vaksinasi.

Arti istilah ‘vaccine” (vacca: L;sapi), merujuk pada vaksinasi Jenner


dengan cacar sapi, yang telah diperluas sampai mencakup setiap produk
biologik yang dibuat dari mikroorganisme atau zat-zat biologik lain,
misalnya allergen atau produk-produk tumor yang berguna dalam
pencegahan atau pengobatan penyakit.

Meskipun prosedur imunisasi aktif dan pasif telah diterapkan pada


sebagian penyakit infeksi, mereka masih sedang diuji pada area lain,
seperti pencegahan dan pengobatan pada neonates, dan netralisasi obat-
obat tertentu seperti digoxin.

a. Imunisasi Aktif

Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan


vaksin hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus
mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik.
Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktivasi dengan suntikan
booster antigen. Baik sel B maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi.
Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya
replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih
besar dan respon imun d itempat infeksi alamiah. Vaksin yang dilemahkan
diproduksi dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat
merupakan pembawa gean dari mikroorganisme lain yang sulit untuk
dilemahkan.

BCG merupakan pembawa yang baik untuk antigen yang memerlukan


imunitas sel CD4 atau salmonella sehingga dapat memberikan imunitas
melalui pemberian oral. Imunisasi intranasal telah mendapat popularitas.
Risiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh karena dapat menjadi virulen
kembali dan merupakan hal yang berbahaya untuk subjek
imunokompromais.

Vaksin-vaksin yang sekarang tersedia dapat dibagi menjadi 4


golongan, yakni:
- Toksoid
Istilah toksoid merujuk pada pembuatan toksin yang telah dibuat
nontoksik tetapi masih menyimpan sifat-sifat imunogenik dank arena
itu, berguna sebagai vaksin.
- Vaksin Seluruh Sel Bakteri (Inactivated Vaccines)
Vaksin tipe ini dipreparasi dari sel bakteri yang telah diinaktifkan, baik
dengan formalin ataupun agen lainnya. Contoh: BCG, vaksin
pertusis, vaksin tifoid.

- Vaksin Virus (Split-Virus Vaccines)


Merupakan vaksin yang dibuat dari sub-unit virus yang telah
termurnikan/terpurifikasi.
- Vaksin Polisakarida kapsuler (Live attenuated viral)
Merupakan vaksin yang dibuat dari polisakarida kapsuler organisme
yang telah dimurnikan.
b. Imunisasi Pasif
Prinsip dasar imunisasi pasif adalah penyuntikan antibodi dari hospes
imun ke dalam hospes nonimun untuk memperoleh pengaruh profilaktik
atau terapeutik yang diinginkan. Pada kebanyakan kasus, imunisasi
pasif diperoleh dari imunoglobin yang berasal dari plasma manusia.
Antibodi yang berasal dari manusia lebih disukai karena protein ini
tidak menimbulkan respon imun yang mungkin merugikan, misalnya
penyakit serum yang terlihat setelah penggunaan gamaglobulin asal
binatang.

3. Tujuan

Imunisasi atau imunoprofilaksis bertujuan untuk mencegah penyakit


infeksi, berkembang dari pengamatan bahwa individu yang telah sembuh
dari suatu infeksi spesifik tidak menderita penyakit itu lagi.

4. Jenis-Jenis

Terdapat beberapa jenis vaksin yang dapat digunakan untuk


mencegah penyakit-penyakit tertentu. Setiap Negara memiliki ketentuan
tersendiri mengenai vaksin mana yang akan digunakan. Dengan kata lain,
terdapat jenis vaksin yang tidak digunakan oleh suatu Negara. Misalnya,
vaksin yellow fever dan Japanese encephalitis yang hanya digunakan
pada region/wilayah tertentu di dunia.

a. Diphtheria-pertussis-tetanus (DPT)
DPT adalah vaksin yang dibuat dari diphtheria toxoid, tetanus toxoid,
dan vaksin pertussis. DPT merupakan vaksin dalam bentuk cairan.
Jika vaksin DPT dalam vial disimpan dalam waktu lama akan terbentuk
endapan di dasar vial sehingga harus digojog sebelum penggunaanya.
Keamanan dan Efek Samping DPT:
Reaksi yang ditimbulkan vaksin DPT biasanya cukup ringan, seperti:
Demam. Lebih dari 50% anak yang menerima vaksin ini akan terkena
demam pada malam setelah pemberian injeksi. Demam ini biasanya
hilang dalam sehari. Pemberian paracetamol ataupun antipiretik
lainnya 4 dan 8 jam setelah imunisasi dapat menurunkan insiden
terjadinya demam dan reaksi lokal.
Rasa sakit/ Soreness. Lebih dari 50% anak merasakan sakit,
kemerahan, ataupun pembengkakan pada bagian yang diinjeksi
vaksin.
Tipe vaksin Difteria &Tetanus: Toksoid;
Pertussis: seluruh sel bakteri
Jumlah Dosis 3 dosis primer
Jadwal pemberian Umur 6,10,14 minggua
Booster Umur 18 bulan sampai 6 tahunb
Kontraindikasi Reaksi anaphylaksis pada
pemberian sebelumnya
Efek samping Reaksi lokal dan sistemik ringan
Perhatian DPT tidak boleh diberikan untuk
usia lebih dari 6 tahun
Dosis 0,5 ml
Tipe pemberian injeksi Intramuskular
Penyimpanan 20C-80C. Vaksin DPT tidak boleh
dibekukan

- Terdapat beberapa variasi waktu pemberian tiga dosis utama pada


jadwal imunisasi di Negara yang berbeda.
- Rekomendasi WHO mengenai dosis tambahan DPT setelah
menuntaskan dosis utama.

b. Vaksin Cacar (Measles vaccine)


Measles vaccine tersedia dalam bentuk serbuk dengan pelarutnya
dipisahkan dalam vial yang berbeda. Sebelum digunakan, vaksin
harus direkonstitusi dengan diluennya. Setelah itu, vaksin disimpan
pada suhu 2°C– 8°C. Pada beberapa Negara, dikenal penggunaan
kombinasi vaksin measles dan vaksin rubella (MR) ataupun kombinasi
vaksin measles-mumps-rubella (MMR).
Keamanan dan Efek Samping
Biasanya terjadi reaksi ringan meliputi:
Soreness/ Rasa sakit. Beberapa anak merasakan sakit pada daerah
injeksi 24 jam setelah imunisasi. Dalam kebanyakan kasus, reaksi ini
akan reda dalam 2-3 hari.
Demam. Sekitar 5% anak mengalami demam 5-12 hari setelah
menerima vaksin ini.
Ruam. Pada 1 dari 20 anak ditemukan ruam 5-12 hari setelah
pemberian vaksin. Ruam ini akan hilang paling lama 2 hari.
Reaksi berat measles vaccine jarang terjadi; anaphylaxis terjadi sekali dalam
1.000.000 administrasi dosis. Reaksi alergi berat dapat terjadi sekali setiap 100.000
dosis dan 1 kasus trombositopenia ditemukan setiap 30.000 dosis. Encephalitis
dilaporkan kurang dari 1 setiap 1.000.000 dosis.
Tipe vaksin Polisakarida kapsuler (Live attenuated
viral)
Jumlah Dosis Dosis primer sekali. Dosis sekunder
diberikan tidak kurang dari 1 bulan setelah
pemberian dosis primer
Jadwal pemberian Pada usia 9-11 bulan
Booster Dosis sekunder sangat dianjurkan (secara
rutin)
Kontraindikasi Reaksi berat pada dosis sebelumnya,
kehamilan, kelaianan imunitas
Efek samping Malaise, demam,ruam, tombositopenia
purpura idiophatic
Perhatian -
Dosis 0,5 ml
Tipe pemberian injeksi Subkutan
Penyimpanan 20C-80C (Vaksin dapat dibekukan dalam
penyimpanan jangka lama, namun tidak
demikian dengan diluennya).
c. Vaksin Kombinasi Measles-rubella (MR) dan Measles- Mumps-
Rubella (MMR)
Ada beberapa Negara yang mengkombinasikan vaksin measles dan
rubella (MR) ataupun mengkombinasi vaksin measles, mumps, dan
rubella (MMR). Vaksin MR dan MMR tersedia dalam bentuk serbuk
dengan diluennya secara terpisah. Sebelum penggunaannya harus
direkonstitusi terlebih dahulu. Vaksin MR dan MMR harus disimpan
pada suhu 2ºC–8°C setelah rekonstitusi.
Keamanan dan Efek Samping
Reaksi-reaksi ringan sering terjadi seperti:
 Demam. Seperti pada single-antigen measles vaccine, sekitar 5%
hingga 15% anak mengalami demam ringan 5-12 hari setelah
pemberian vaksin
 Ruam. Seperti halnya measles vaccine, sekitar 1 setiap 20 anak
mengalami ruam ringan 5-12 hari setelah imunisasi.
Reaksi-reaksi berat jarang terjadi. Terdapat dugaan adanya
hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR, namun
hal ini belum terbukti. Dengan adanya penambahan vaksin rubella,
maka dapat ditemukan arthritis sementara 1-3 minggu setelah
vaksinasi pada lebih dari 1 setiap 4 wanita post-pubertal. Reaksi ini
sangat jarang terjadi pada anak-anak. Dengan adanya vaksin
mumps dalam kombinasi ini, dapat menimbulkan parotitis dan
aseptic meningitis (jarang terjadi).
Tipe vaksin Live attenuated viral
Jumlah Dosis Satu dosis (Dosis Primer)
Jadwal pemberian Pada usia 12-15 bulan
Booster Dosis sekunder dianjurkan (secara rutin)

Kontraindikasi Reaksi berat pada dosis sebelumnya,


kehamilan, kelaianan imunitas . Walaupun
tidak dianjurkan untuk ibu hamil, belum
ditemukan bukti yang menunjukkan
gangguan pada janin jika vaksin ini
diberikan pada ibu hamil.
Efek samping Sama dengan measles vaccine, ditambah
arthritis pada remaja, aseptic meningitis,
dan parotitis.
Perhatian -
Dosis 0,5 ml
Tipe pemberian injeksi Subkutan
Penyimpanan 20C-80C (Vaksin dapat dibekukan dalam
penyimpanan jangka lama, namun tidak
demikian dengan diluennya).

d. Vaksin Oral Polio (OPV)


Oral polio vaccine (OPV) melindungi tubuh dari virus penyebab polio.
Merupakan suatu vaksin berbentuk cair yang tersedia dalam 2 wadah
penyimpanan:
1. Botol plastik dengan penetes
2. Vial dengan penetes yang ditempatkan pada plastik terpisah.
WHO seperti dilansir pada Juli 2003, tidak merekomendasikan
penggunaan IPV (Injection Polio Vaccine).
Keamanan dan Efek Samping
OPV hampir tidak menimbulkan efek samping. <1% yang divaksinasi dengan OPV
mengalami diare dan sakit kepala pada pemberian vaksin.
Tipe vaksin Live oral polio vaccine (OPV)
Jumlah Dosis 4 pada Negara endemik (termasuk dosis
bayi baru lahir)
Jadwal pemberian Pada bayi baru lahir*, 6, 10, 14 minggu
Booster Dosis tambahan diberikan dalam
penghambatan aktivitas polio
Kontraindikasi -

Efek samping Paralytic (Sangat jarang terjadi)


Perhatian -
Dosis 2 drops
Tipe pemberian injeksi -
Penyimpanan 20C-80C (Dapat dibekukan dalam
penyimpanan jangka lama).

* Pada Negara-negara endemic polio

e. Vaksin Tetanus toxoid (TT)


Tetanus toxoid (TT) vaccine merupakan vaksin yang memproteksi
tubuh terhadap tetanus. Tersedia dalam bentuk sediaan cair dalam vial
dan prefilled auto-disable injection devices. Adapun beberapa formulasi
yang berbeda-beda pada vaksin tetanus:
• Vaksin TT yang memproteksi tubuh terhadap tetanus dan neonatal
tetanus.
• Vaksin DPT (diphtheria-pertussis-tetanus) , proteksi tubuh terhadap
difteri, tetanus, dan pertussis (batuk rejan).
• Vaksin DT (diphtheria-tetanus toxoids), proteksi tubuh terhadap difteri
dan tetanus. Karena mengandung diphtheria toxoid dalam
konsentrasi tinggi, DT tidak boleh diberikan pada anak usia di atas 6
tahun ataupun dewasa.
• Vaksin Td (tetanus-diphtheria toxoids adult dose), merupakan vaksin
yang sama dengan DT, namun dosis diphtheria toxoid pada Td jauh
lebih rendah. Td dapat diberikan pada anak di atas 6 tahun ataupun
dewasa, termasuk pada ibu hamil.

Pemberian vaksin TT dan Td pada ibu hamil tidak hanya melindungi


sang ibu dari tetanus, tetapi juga sekaligus menghindarkan neonatal
tetanus pada janin. Ketika vaksin TT dan Td diberikan kepada ibu
hamil, antibodi yang terbentuk dalam tubuh sang ibu akan melalui
fetus. Antibodi ini akan melindungi sang bayi saat dilahirkan dan
beberapa bulan setelahnya. Pemberian 3 dosis TT atau Td dapat
memproteksi tubuh terhadap tetanus maternal dan neonatal paling
tidak selama 5 tahun.
Dalam penyimpanan jangka lama, vaksin yang mengandung tetanus
toxoid akan mengendap pada dasar vial. Oleh karena itu, vial harus
dikocok sebelum penggunaan. Vaksin TT/DT/Td/DTP tidak boleh
dibekukan.
Keamanan dan Efek Samping
Vaksin yang mengandung tetanus toxoid menyebabkan sedikit reaksi
serius. Namun, reaksi ringan lebih sering terjadi. Reaksi ringan
meliputi:
 Rasa sakit. 1 dari 10 mengalami nyeri ringan dan kemerahan 1-3
hari setelah divaksin.
 Demam. 1 dari 10 mengalami demam setelah pemberian vaksin.

Tabel 1 (Jadwal imunisasi TT/ Td rutin pada wanita hamil)

Dosis TT/Td Waktu Pemberian


1 Sedini mungkin pada masa kehamilan
2 4 minggu setelah TT 1
6 bulan setelah TT 2 atau pada kehamilan
3
berikutnya
1 tahun setelah TT 3 atau pada kehamilan
4
berikutnya
1 tahun setelah TT 4 atau pada kehamilan
5
berikutnya

Tipe vaksin Toksoid DT, TT, dan Td


Jumlah Dosis Paling kurang 2 dosis
Jadwal pemberian Lihat Tabel 1
Booster TT/Td setiap 10 tahun atau selama masa
kehamilan. DT pada umur 18 bulan hingga
6 tahun
Kontraindikasi Reaksi anaphylactic pada dosis
sebelumnya
Efek samping Reaksi lokal dan sistemik ringan
Perhatian -
Dosis 0,5 ml
Tipe pemberian injeksi Intramuskular
Penyimpanan 20C-80C. Tidak boleh dibekukan

f. Vaksin Tuberculosis (BCG)


Vaksin BCG merupakan singkatan dari Bacille Calmette-Guérin. Bacille
menggambarkan bentuk dari bakterinya; Calmette dan Guérin adalah
nama orang-orang yang mengembangkan vaksin ini. Vaksin ini
memproteksi tubuh terhadap tuberculosis.
Vaksin BCG berbentuk serbuk dan harus direkonstitusi dengan
diluennya sebelum digunakan.
Keamanan dan Efek Samping
Ketika vaksin BCG diinjeksikan, akan terjadi pembengkakan pada
daerah suntikan yang akan hilang dalam 30 menit. Setelah 2 minggu,
akan terbentuk bekas kemerahan yang akan hilang dalam 2 minggu.
Terbentuk goresan sepanjang 5 mm. Reaksi ini adalah reaksi normal yang
menandakan bahwa vaksin sedang bekerja. Reaksi- reaksi lain pada pemberian vaksin
BCG adalah terbentuknya abses.
Tipe vaksin Live bacterial
Jumlah Dosis Satu
Jadwal pemberian Sesegera mungkin setelah kelahiran
Booster -
Kontraindikasi Infeksi HIV simptomatik

Efek samping Abses lokal dan lymphadenisis


Perhatian Menggunakan jarum suntik khusus
Dosis 0,05 ml
Tipe pemberian injeksi Intradermal
Penyimpanan 20C-80C (Vaksin boleh dibekukan, tetapi
diluennya tidak boleh).

g. Vaksin Hepatitis B (HepB)


Vaksin hepatitis B (HepB) berbentuk cair dalam vial dosis tunggal dan
ganda. Karena vaksin HepB hanya mengandung 1 antigen, maka
vaksin ini dikenal juga dengan vaksin monovalen. Vaksin HepB juga
biasa dikombinasi menjadi DPT-HepB and DPT-HepB+Hib. Hanya
vaksin HepB monovalen yang dapat diberikan pada bayi yang baru
lahir. Jika disimpan dalam waktu lama, akan terbentuk endapan pada
dasar vial sehingga harus dikocok sebelum pemakaian. Vaksin ini tidak
boleh dibekukan.
Keamanan dan Efek Samping
Vaksin HepB merupakan salah satu vaksin yang terbilang sangat
aman. Reaksi ringan yang sering terjadi adalah rasa sakit dan demam.
Tipe vaksin DNA Rekombinan
Jumlah Dosis 3 dosis
Booster -
Kontraindikasi Anavilaksis pada dosis sebelumnya

Efek samping Kemerahan


Dosis 0,5 ml
Tipe pemberian injeksi Intramascular
Penyimpanan 20C-80C (Tidak boleh dibekukan).

5. Keberhasilan

Vaksinasi dengan organisme yang diinaktifkan atau dilemahkan telah


terbukti merupakan cara yang efektif untuk menambah daya tahan hospes
dan pada akhirnya memberantas penyakit infeksi tertentu yang sering
ditemukan dan serius itu.
Salah satu upaya yang paling berhasil dalam lapangan
imunoprofilaksis yang dikembangkan dari sederetan pengamatan
menyebabkan perkembangan vaksin yang akhirnya menghasilkan
pemberantasan penyakit cacar.
Pencegahan penyakit virus dengan vaksin menggambarkan satu
kemenangan imunologi terbesar, misalnya pemberantasan penyakit
tertentu yang memastikan atau yang membuat cacat pada menusia,
seperti poliomielitis.

6. Penutup

Imunoprofilaksis merupakan suatu bentuk pencegahan penyakit


melalui mekanisme peningkatan derajat imunitas melalui suatu proses
imunisasi atau vaksinasi. Imunitas sendiri dapat diperoleh secara alami
maupun buatan, dalam kondisi pasif, maupun aktif. Imunitas pasif
diperoleh secara alami melalui transfer imunoglobulin kepada bayi atau
fetus melalui kolostrum atau plasenta, sedangkan imunitas pasif buatan
diperoleh melalui penyuntikan langsung suatu antibodi.
Sedangkan untuk memperoleh imunitas aktif secara alami diperoleh
melalui pengenalan sel T dan B serta kostimulasi beberapa faktor seperti
sel sitotoksik T, sel memori B dan T. Imunitas aktif buatan diperoleh
melalui penyuntikan suatu agen yang dapat memicu respon imunitas
tubuh seperti virus atau bakteri yang dilemahkan/dimatikan atau
pemberian suatu toksoid sebagai antitoksin.
Kerberhasilan suatu vaksinasi diperoleh bila imunitas yang diperoleh
melaui vaksinasi efektif dalam menciptakan ambang mekanis efektor imun
yang adekuat dan sesuai serta populasi sel memori yang dapat
berkembang, sehingga individu yang menerima vaksinasi akan memiliki
imunitas terhadap patogen-patogen tertentu.
Imunisasi (Imunoprofilaksis) harus dilakukan sesuai jadwal terutama
pada anak-anak.
TUGAS IMUNOLOGI

IMUNOPROFILAKSIS
OLEH :

NAMA : SURYADI

NIM : N 111 08 282

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010

Anda mungkin juga menyukai