Cystotomy
Cystotomy
Cystotomy
Tempat
Waktu
CYSTOTOMY
Disusun oleh :
DaraZataGhassani
B04090159 (Asisten 4 )
AtikaOktari
B04090191 (Asisten 1)
B04100052 (Operator)
BintangPratiwi
B04100053 (Asisten 3)
Fatimah
B04100055 (Asisten 2)
PENDAHULUAN
Tingginya kasus pada traktus urinari menyebabkan berkembangnya
berbagai metode yang dapat digunakan untuk menangani kasus tersebut. Beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menangani kasus pada traktus urinari adalah
dengan cara cystotomi, cystocentesis, maupun kateterisasi uretra.
Cystotomy adalah tindakan operasi untuk membuka dinding vesika urinari
( Boden 2005). Dengan kata lain, cystotomy adalah penyayatan pada dinding
vesika urinaria sehingga dapat diketahui bagian dalam dari vesika urinaria.
Keperluan medis yang mengindikasikan dilakukannya cystotomy diantaranya
adalah untuk penanganan di daerah vesika urinaria, seperti kalkuli pada vesika
urinaria, neoplasia, memperbaiki kerusakan pada saluran urin, atau untuk terapi
traumatik pada vesika urinaria. Adapun sebelum tindakan cystotomy disarankan,
hewan harus terlebih da hulu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi atau radiografi
untuk meneguhkan diagn osa penyakit tersebut (Maria 2007). Cystotomy sangat
efektif dilakukan pada kasus penyumbatan salu ran urinari, namun juga memiliki
resiko. Resiko dilakukannya cystotomy antara la in pendarahan, infeksi post
operasi, dan kebocoran urin. Namun hal ini tidak ter jadi apabila dilakukan teknik
operasi dan pemeliharaan post operasi yang baik dan intensif (Hayes, 2012). Baik
cystotomi maupun cystocentesis diawali dengan penyayatan pada dinding
abdomen atau yang disebut dengan laparotomi. Dalam kasus ini yang digunakan
adalah jenis laparotomi medianus posterior. Hal ini dikarenakan organ target yaitu
vesica urinaria berada di bagian hipogastrium.
Bakteri yang paling sering terlibat dalam infeksi saluran kemih (ISK)
termasuk Escherichia coli, Proteus spp, Staphylococus Streptococus, Klebsiella
spp, Enterobacter spp dan Pseudomonas spp. Diagnosis ISK didasarkan pada
tanda-tanda klinis, dan dikonfirmasi oleh pemeriksaan dan budaya kuantitatif
sampel urin. Biasanya, spesimen yang dikumpulkan oleh cystosentesis adalah
bacteriologically steril, tetapi sampel yang dikoleksi dengan cara selain
cystocentesis mungkin mengandung bakteri, protein dan sel-sel darah putih
sebagai kontaminan dari bawah saluran kemih dan alat kelamin. Sebelum
pengobatan dilakukan, maka ISK harus diklasifikasikan sebagai ISK sederhana
atau rumit. ISK yang lebih rendah (sistitis) dari anjing betina dewasa biasanya
merupakan ISK sederhana karena bersifat sementara dan reversibel. Dalam ISK
rumit kerusakan di urothelium, seperti urolithiasiasis, neoplasia, micturation
gangguan, kerusakan atau anatomi yang mendasari penyakit atau pengobatan
imunosupresif dapat dibuktikan atau infeksi telah meluas ke saluran kencing atas
menyebabkan pielonefritis. (Maria, 2007)
TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan
laparotomi medianus posterior serta mengetahui cara-cara untuk melakukan
prosedur cystocentesis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu prosedur
untuk menangani kasus-kasus pada vesica urinaria.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat bedah minor :
2.
a. 4 towel clamp
Thermometer
Stetoskop
Duk
e. 1 needle holder
10. Penggaris
f. 1 pinset cyrhorgis
g. 1 pinset anatomis
a. Sarung tangan
h. 1 gunting bulu
b. Tutup kepala
i. 1 gunting operasi
c. Masker
j. 1 gunting preparin
d. Baju operasi
k. 1 scalpel handle
tampon
3.
f. Handuk kecil
Jarum berpenampang bulat
g. Sabun
dan segitiga
4.
10% dan KMNO4 5% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit atau dapat
dilakukan dengan sinar ultra violet.
c. Preparasi perlengkapan operator
Sebelum melakukan operasi operator harus melakukan desinfeksi terlebih
dahulu
1.
Tangan dicuci dengan sikat yang telah diberi sabun, sikat tangan
dari ujung jari ke siku harus berurutan dan tidak boleh kembali ke
posisi sikat awal (ujung jari), masing masing tangan menggunakan
sikat yang berbeda. Seluruh tangan disikat cuci dengan air mengalir,
dibilas sebanyak 10 15 kali dengan air yang mengalir dari ujung jari
ke siku.
2.
3.
4.
d. Preparasi hewan
Sebelum dilakukan tindakan bedah hewan, harus dilakukan pemeriksaan
Anamnese dan Signalement untuk mengetahui apakah hewan layak untuk
dioperasi.
i.
ii.
Signalement
Nama
: Ano
Alamat
: 1 tahun
Ras
: Kucing lokal
Berat badan
: 3,1 kg
: Baik
* Habitus
: Ramah/tenang
* Gizi
: Baik
* Pertumbuhan badan
: Baik
* Sikap Berdiri
* Frekuensi nafas
: 32/menit
20-30/mnt
* Frekuensi jantung
: 124/menit
100-120/mnt
* Suhu (temperatur)
: 38.8oC
38-39.5oC
: baik
* Bau
: normal
* Kerontokan
: tidak ada
* Permukaan Kulit
: halus
e. Selaput lendir
* Aspek permukaan
: normal
* Warna
:rose
jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana.
Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan menggunakan jarum
berpenampang segitiga dan benang silk (sebelumnya disemprotkan penicillin
20.000 IU) dengan tipe jahitan sederhana untuk memudahkan pembukaan jahitan
post operasi (setelah 7 hari).
C. POST OPERASI
Pengobatan post operasi dilakukan dengan memberikan antibiotik topikal
dan sistemik. Pada saat operasi diberikan (disemprotkan) antibiotik Penicillin
20.000 IU pada daerah sayatan sesuai dengan dosis. Setelah operasi dilakukan,
kucing disuntik Oxytetracyclin dengan dosis 14 mg/kg BB; IM sebanyak 0.28 ml.
Selanjutnya untuk pemberian antibiotik harian, diberikan Amoxillin dosis 20
mg/kg BB dengan kandungan 125 mg/5 ml 2x sehari selama 4 hari per oral
sebanyak 2.8 ml untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu dilakukan
pengamatan terhadap keadaan fisiologi tubuh hewan, antara lain temperatur,
frekuensi jantung, frekuensi respirasi, serta pengamatan terhadap nafsu makan dan
luka bekas jahitan. Setelah 7 hari post operasi, akan dilakukan pembukaan jahitan.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengamatan selama operasi
Paramete
r
Menit ke0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
Nafas /mnt
32
12
24
36
24
20
16
24
16
12
20
40
Nadi/mnt
72
64
120
112
92
104
88
108
96
120
108
128
Suhu C
39,
0
38,2
37,
9
37,
0
36,6
36,1
35,6
35,1
35,1
39,
9
34,8
35,
5
Crt (detik)
Mukosa
rose
puca
t
rose
rose
puca
t
puca
t
Puca
t
puca
t
puca
t
rose
puca
t
rose
Tonus otot
Refleks
pupil
Refleks
digit
140
120
100
80
denyut jantung (x/menit)
60
40
20
0
0 153045607590105
120
135
150
165
menit
Hari
1
Nafas /mnt
40
28
28
40
40
40
28
40
44
40
Jantung/mnt
128 13
2
132
124
120
116
124
116
120
120
Suhu (0C)
39
38
38.3
38.1
38.3
38.8
38.4
38.9
37.6
37.9
Makan
Defekasi (15)
Minum
Urinasi
Jahitan
(kering/basah
)
basah kerin
g
kerin
g
kerin
g
kering kering
kering kerin
g
80
60
40
20
0
Perhitungan :
Konsentrasi sediaan
Atropin
: 0.25 mg/ml
Xilazin
: 20 mg/ml
Ketamin
: 100 mg/ml
Oksitetrasiklin : 50 mg/ml
Amoksisilin
: 25 mg/ml
Pemberian
Pemberian=
Dosis
Berat badan
Konsentrasi sediaan
mg
kgbb
Atropin=
31 kg=0.31 ml
mg
0.25
ml
0.025
mg
kgbb
Xilazin=
31kg=0.31 ml
mg
20
ml
2
mg
kgbb
Ketamin=
31 kg=0.31 ml
mg
100
ml
10
mg
kgbb
Oksitetrasiklin=
31 kg=0.28 ml
mg
50
ml
14
mg
kgbb
Amoksisilin=
31 kg=2.48 ml
mg
25
ml
20
PEMBAHASAN
Cystocentesis atau prosedur pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica
urinaria dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan laparotomi medianus
posterior. Titik orientasi dalam operasi ini adalah 2 cm di depan atau anterior os
pubis dengan lebar sayatan 3-4 cm. Proses penyayatan dilakukan berurutan dari
lapisan kulit, fascia, lapisan lemak, linea alba, peritoneum dan omentum.
Pada kucing yang dioperasi ini, didapatkan lapisan lemak yang sangat
tebal, sehingga dalam operasi perlu dilakukan penjahitan tersendiri. Setelah
lapisan lemak tersayat, akan ditemukan linea alba. Tepat di linea alba inilah perlu
disayat agar tidak terjadi pendarahan. Tetapi dalam laparotomi medianus posterior
agak susah untuk menyayat linea alba tepat di atasnya. Hal ini dikarenakan garis
linea albanya tidak sejelas ketika melakukan laparotomi medianus, sehingga
pendarahan biasanya tidak terhindarkan. Setelah linea alba terkuak, maka akan
terlihat peritoneum dan omentum yang tipis yang menutupi vesica urinaria. Isolasi
vesica urinaria dilakukan dengan menggunakan kassa steril. Volume urin yang
berhasil dilakukan cystocentesis 25 ml. Dalam melakukan cystocentesis perlu
kehati-hatian agar urin tidak keluar dan mengkontaminasi daerah di sekitarnya.
Anaesthetikum diberikan secara per injeksi Intra muskular pada otot kaki
belakang (m. triceps femoralis dan m.biceps femoralis). Stadium analgesia
terjadi ketika kucing mulai kehilangan rasa sakit tetapi belum kehilangan
kesadaran. Ketika kesadarannya mulai hilang, kucing juga terlihat sempoyongan
dan air liur keluar (salivasi), keadaan ini disebut stadium eksitasi atau stadium
involunter. Akhirnya kesadaran dan rasa sakit hilang seluruhnya dengan pulsus
yang normal dan pernapasan juga berlangsung secara abdominal. Ini merupakan
stadium pembedahan, yaitu saat yang tepat di mana operasi dapat segera
dilakukan.
Sebagai premedikasi diberikan atropin sulfat. Hal ini bertujuan untuk
membantu mengurangi efek samping dari obat anastetikum seperti cardiac
ventricular aritmia, berontak, hypersalivasi dan sebagai anti emetikum. Selama
operasi berlangsung, terjadi penurunan pulsus nadi dan temperatur tubuh. Hal ini
disebabkan karena efek dari pemberian anestetikum yang bersifat sebagai
depresan. Pada operasi kali ini kucing seringkali terbangun karena hilangnya efek
anastetikum, untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan maintenance berupa
ketamin sebanyak 1 dosis (0.31 ml)
Proses penjahitan dimulai dari kedua tepi sayatan dan setelah itu
dilanjutkan ke bagian tengah. Pada saat penjahitan bagian tengah, arteri clamp
tidak boleh langsung menjepit jaringan, tetapi dilakukan pada ujung-ujung
benang. Hal ini dilakukan untuk menghindari terlukanya jaringan akibat tekanan
arteri clamp.
Penjahitan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu antara peritoneum dengan
linea alba, lapisan lemak, dan kulit. Penjahitan pereitoneum dan linea alba
dilakukan dengan menggunakan benang cat gut 3/0 agar dapat diserap oleh tubuh
dan jarum berpenampang bulat untuk jaringan yang lunak dengan tipe jahitan
sederhana. Adanya lapisan lemak yang tebal memaksa operator untuk menjahitnya
tersendiri dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0
dengan tipe jahitan sederhana, sedangkan kulit dijahit dengan jahitan sederhana
(agar mudah dibuka) menggunakan benang silk dan jarum berpenampang segitiga
untuk mencegah jahitan terbuka sehingga tidak terjadi keluarnya viscera dari
dalam rongga tubuh.
Sebelum penjahitan, diberikan antibiotik lokal Penicillin 20.000 IU dan
setelah dilakukan penjahitan diberikan Oxytetracycline secara intra muskuler
sebanyak 0.28ml. Pemberian antibiotik dilakukan agar proses persembuhan luka
berlangsung cepat. Pada akhirnya di daerah bekas jahitan diberi betadine.
Pemberian antiseptik ini bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat
persembuhan luka.
Pada awal post operasi kucing menunjukkan penurunan nafsu makan dan
keadaannya terlihat lesu. Hal ini terjadi karena faktor stress dan adanya nyeri
viscera akibat laparotomi.
membaik disertai dengan urinasi dan defekasi yang baik. Pengamatan post operasi
menunjukan proses persembuhan yang baik dari kucing tersebut. Hal ini
ditunjukan dengan nilai fisiologis frekuensi nadi, napas, dan temperatur tubuh
yang semakin lama semakin mendekati kisaran normal data fisiologis pada
kucing. Antibiotik yang diberikan pada saat post opersi adalah amoxilin dosis 20
mg/kg BB dengan kandungan 125mg/5ml yang diberikan secara PO sebanyak
2.48 ml selama 5 hari. Pembukaan jahitan dilakukan tujuh hari post operasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa untuk
melakukan cystocentesis atau pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica urinaria
perlu dilakukan laparotomi medianus posterior terlebih dahulu dengan titik
orientasi 2 cm di anterior os pubis. Untuk mengisolasi vesica urinaria maka
lapisan yang perlu disayat berurutan dari luar ke dalam adalah kulit, fascia,
lapisan lemak, linea alba, peritoneum dan omentum.
DAFTAR PUSTAKA
Boden E. 2005. Black s Veterinary Dictionary 20th Edition. London: Black
Publisher Brun MV, Oliveira ST, Messina SA, Stedile R, Oliveira RP. 2008.
Laparoscopic cys totomy for urolith removal in dogs: three case reports. Arq.
Bras. Med. Vet. Zoo tec., V.60, n.1, p.103-108. Carter Kip. 2009. Presutures for
skin
stretching:
Step
3B.
[terhubung
berkala].h
ttp://veterinarymedicine.dvm360.com/vetmed/ArticleStandard/Article/detail/.
[6
oktober 2013].
Hayes
NJ.
2012.
Cystotomy
Surgery
Photos.
[terhubung
berkala].
Maria. 2007. Penanganan Kasus Batu Ginjal Pada Anjing. [terhubung berkala].
http ://www.anjingdanhewan.com/news/?read=617. [8 Maret 2012].
Lampiran (Dokumentasi)
Persiapan operasi
Persiapan peralatan
Penyayatan daerah
medianus posterior
Cystosentesis pada VU
(curvatura mayor)