Laporan Farmol Indeks Terapi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FARMAKOLOGI DASAR

Indeks Terapi
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Ibu Ganthina Apt ,M.Si ,Pak
MH. Roseno S.Si, ,Apt dan Bu Widyastiwi.Apt.,M.Si

Disusun oleh :
Novia Andriani

P17335114024

Ramanani Febriani

P17335114029

Prita Dahana

P17335114035

Dalfa Indriani

P17335114047

Fitri Rizky Nurjanah

P17335114057
Kelas : IA

Tanggal Praktikum : 08 April 2015

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN D-III FARMASI
JL.Prof.eyckman No.24 Bandung
2015
I.

Judul

: Indeks Terapi

II.

Hari , tanggal praktikum

III.

Tujuan Praktikum :

: Jumat, 08 April 2015

IV.

Untuk mengetahui indeks terapi obat pada mencit


Dasar Teori :
Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar dapat menimbulkan efek
toksik (=dosis toksik, TD) dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian
(=dosis letal, LD). Dosis terapeutis adalah takaran pada mana obat menghasilkan
efek yang diinginkan.
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, di laboratorium farmakologi
dilakukan penelitian dengan binatan percobaan. Yang ditentukan adalah khusus
ED50 dan LD50, yaitu dosis yang masing-masing memberikan efek atau dosis yang
mematikan pada 50% dari jumlah binatang.
Indeks terapi (LD50:ED50) merupakan perbandingan antara kedua dosis itu,
yang merupakan suatu ukuran keamanan obat. Semakin besar indeks terapi,
semakin aman penggunaan obat tersebut. Tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa
indeks terapi ini tidak dengan begitu saja dapat dikolerasikan terhadap manusia,
seperti semua hasil percobaan dengan binatang, karena adanya perbedaan
metabolisme.
Luas terapi (LD50 - ED50) adalah jarak antara ED50 dan LD50 juga dinamakan
jarak keamanan (safety margin). Seperti indeks terapi, luas terapi berguna pula
sebagai indikasi untuk keamanan obat, terutama untuk obat yang digunakan untuk
jangka waktu panjang. Obat dengan luas terapi kecil, yaitu dengan selisih kecil
antara dosis terapi dan dosis toksiknya, mudah sekali menimbulkan keracunan
bila dosis normalnya dilampaui, misalnya antikoagulansia kumarin, fenitoin,
teofilin, litiumkarbonat dan tolbutamida.
Dalam studi farmakodinamik di laboratorium, indeks terapi suatu obat
dinyatakan dalam rasio berikut :
TD 50
Indeks terapi = ED 50 atau

LD 50
ED 50

(grafik indeks terapi obat)


Sumber : (Obat-obat penting edisi keenam cetakan ketiga, halaman 48-49)
(Farmakologi dan terapi edisi 4, halaman 18)
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat dan Bahan


Alat :
Suntikan
Kapas
Alkohol 96%
Spidol
Koran
Tissue
Platform 2 buah
Wadah (Toples Plastik) 4 buah
Stopwatch

Bahan :
1. 6 ekor mencit (per kelompok)
2. Suspensi cair Phenobarbital 9 mg/ml

VI.
Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan.
2. Suspensi cair Phenobarbital 9 mg/ml diambil sesuai jumlah yang telah
diperhitungkan untuk dosis 4 mg/20 g mencit dengan menggunakan suntikan.
3. Kapas yang sudah disiapkan dibasahi dengan alkohol 96%.

4. Kemudian mencit diambil dan dipegang dengan baik dengan posisi yang pas
dihadapkan pada praktikan untuk disuntik.
5. Setelah dipegang dengan baik dan dengan posisi yang pas, suntikan yang sudah
disiapkan tadi diinjeksikan kepada mencit melalui rute intra peritonial (di sekitar perut
agak bawah).
6. Lalu mencit diletakkan di atas platform/wadah (disesuaikan) dan diamati
perubahannya hingga terlihat penurunan aktivitas kira-kira selama 30 menit.
7. Jika penurunan aktivitas telah signifikan, kemudian uji Righting Reflex dengan
membalikkan tubuh mencit. Mencit yang tidak dapat membalikkan kembali tubuhnya
secara refleks berarti telah kehilangan kemampuan Righting Reflexnya dan itu berarti
obat telah memberikan respon (Effective Dose).
8. Perlakuan yang sama diberikan untuk mencit selanjutnya.
9. Untuk melihat respon dari Letal Dose, mencit dibiarkan dalam keadaan satu hari
dibiarkan di dalam kandang setelah diberi obat.
10. Setelah keesokan harinya, dilihat jumlah mencit yang mati. Mencit yang mati
menandakan angka untuk Letal Dose.

VII.

Hasil Pengamatan
Perhitungan konversi dosis ( 4 mg / 20 g BB )

Mencit 1
4 mg / 20 g = x mg / 19,3 g
x = 19,3 g x 4 mg / 20 g
x = 3,86 mg
Mencit 2
Berat : 19,8 g

Berat : 19,3 g
9 mg / 1 ml = 3,86 mg / x ml
x = 3,86 mg x 1 ml / 9 mg
x = 0,43 ml

4 mg / 20 g = x mg / 19,8 g
x = 19,8 g x 4 mg / 20 g
x = 3,96 mg

9 mg / 1 ml = 3,86 mg / x ml
x = 3,96 mg x 1 ml / 9 mg
x = 0,44 ml

Mencit 3
Berat : 22,4 g
4 mg / 20 g = x mg / 22,4 g
x = 22,4 g x 4 mg / 20 g
x = 4,48 mg

9 mg / 1 ml = 4,48 mg / x ml
x = 44,8 mg x 1 ml / 9 mg
x = 0,5 ml

Mencit 4
Berat : 21,1 g
4 mg / 20 g = x mg / 24,1 g
x = 21,1 g x 4 mg / 20 g
x = 4,22 mg

9 mg / 1 ml = 4,22 mg / x ml
x = 42,2 mg x 1 ml / 9 mg
x = 0,47 ml

Mencit 5
Berat : 24,1 g
4 mg / 20 g = x mg / 24,1 g
x = 22,4 g x 4 mg / 20 g
x = 4,82 mg

9 mg / 1 ml = 4,82 mg / x ml
x = 48,2 mg x 1 ml / 9 mg
x = 0,54 ml

Mencit 6
Berat : 21,1 g
4 mg / 20 g = x mg / 24,1 g
x = 21,1 g x 4 mg / 20 g
x = 4,22 mg

Data grafik indeks terapi

9 mg / 1 ml = 4,22 mg / x ml
x = 42,2 mg x 1 ml / 9 mg
x = 0,47 ml

Dos

ED

LD

is
0
2
3
4

0
0
50
50

0
0
0
28.5

66.7
100

7
87.5
100

5
6

Perhitungan LD
y = 18,49x - 25,63
50 = 18,49x - 25.63
18,49x = 50 + 25,63
18,49x = 75,63

Indeks Terapi = ED50/LD50


= 4,09 / 3,66 = 1,117 mg

x = 75,63 / 18,49
x = 4,09 mg
Perhitungan ED
y =16,90x - 11,90
50 =16,90x - 11,90
16,90x = 50 +11,90
16,90x = 61,90
x = 61,90 / 16,90
x = 3,66 mg

Data Grafik Respon Obat

RESPON OBAT
60
50

50

40

37

35

MENIT 30
20
10
00
1

19

16

10
2

MENCIT

VIII.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan yang bertujuan untuk
memperoleh (LD50) dan (ED50) serta memahami konsep indeks terapi pada hewan
percobaan. Obat yang diujikan indeks terapinya adalah Fenobarbital. Selain obat,
digunakan juga NaCl sebagai kontrol.
Indeks terapi adalah perbandingan antara dosis yang mematikan 50% hewan
percobaan (LD 50) dengan dosis yang menghasilkan efek pada 50% hewan
percobaan (ED 50), Indeks terapi merupakan ukuran keamanan obat. Intensitas
efek obat pada makhluk hidup lazimnya meningkat jika dosis obat yang diberikan
kepadanya juga ditingkatkan.
Penyuntikan dilakukan secara

intraperitonial. Cara

pemberian

secara

intraperitonial yaitu mencit disuntik di bagian abdomen bawah sebelah garis


midsagital dengan kemiringan jarum suntik 10. Pemberian secara intraperitonial
dimaksudkan agar absorbsi pada lambung, usus dan proses bioinaktivasi dapat
dihindarkan, sehingga didapatkan kadar obat yang utuh dalam darah karena
sifatnya yang sistemik.
Mencit kelompok IV disiapkan sebanyak 6 ekor dengan berat masing-masing
yaitu mencit I : 19,3 g; mencit II : 19,8 g; mencit III : 22,4 g; mencit IV : 21,1 g;
mencit V : 24,1 g; dan mencit VI: 21,1 g . Berat badan mencit digunakan untuk
mendapatkan hasil konversi dosis. Setelah pemberian obat righting reflex
masing- masing mencit dicatat pada waktu yang telah ditentukan. Righting

reflex atau disebut juga static reflex adalah bermacam gerakan refleks untuk
mengembalikan posisi normal badan dari keadaan yang dipaksakan atau melawan
tenaga yang membuat badan bergerak ke arah yang tidak normal.
Obat yang digunakan adalah fenobarbital. Fenobarbital adalah barbiturat
nonselektif depresan sistem saraf pusat (SSP) yang terutama digunakan sebagai
hipnotik sedatif , pada dosis tinggi barbiturat memiliki sifat antikonvulsan, dan
menyebabkan depresi saluran nafas yang dipengaruhi dosis.
Antikonvulsan yaitu sebuah obat yang mencegah atau mengurangi kejangkejang atau konvulsan. Hipnotik atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis
terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau
menyebabkan tidur. Bila obat ini diberikan dalam dosis lebih rendah untuk tujuan
menenangkan, maka dinamakan sedatif.
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat yang
relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan, yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan hingga yang berat, yaitu hilangnya kesadaran, keadaan
anestesi, koma, dan mati bergantung kepada dosis. Hipnotik dapat dibagi dalam
beberapa kelompok yakni senyawa barbiturate dan benzodiazepine, obat lain
(seperti meprobamat dan opipramol), serta obat obsolet (seperti kloralhidrat). Bila
suatu sedatif digunakan dalam dosis yang meningkat, akan menimbulkan efek
berturut-turut peredaan, tidur, dan pembiusan total. Sedangkan pada dosis yang
lebih besar lagi, dapat menimbulkan koma, depresi pernapasan, dan kematian.
Contohnya fenobarbital.
Mekanisme kerja Fenobarbital yaitu penurun ambang stimulasi sel saraf di
korteks motorik sehingga terjadi hambatan penyebaran aktivitas listrik (lepas
muatan) dari fokus aktivitas epilepsi di otak. Fenobarbital bekerja pada reseptor
GABA (Gamma Aminobutyric Acid) sehingga menyebabkan peningkatkan
inhibisi sinaptik. GABA adalah neurotransmitter, yaitu suatu senyawa yang
digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi. Hal tersebutlah yang
menyebabkan adanya efek terangkatnya ambang kejang. Selain itu, hal tersebut
pula dapat mengurangi penyebaran aktivitas kejang dari fokus kejang.
Fenobarbital juga dapat menghambat saluran kalsium, mengakibatkan penurunan
pengeluaran transmitter yang memiliki fungsi untuk merangsang. Penggunaan
fenobarbital menyebabkan berbagai efek samping seperti sedasi, psikosis akut,
dan agitasi.

Dosis yang diberikan kepada setiap mencit meningkat. Pada kelompok I


diberikan NaCl sebagai kontrol, kelompok II diberikan fenobarbital dengan
dosis 2 mg/20 kg BB. Pada kelompok III diberikan fenobarbital dengan
dosis 3 mg/20
dosis 4 mg/20

kg
kg

BB.

Pada kelompok IV

BB. Pada kelompok V

diberikan fenobarbital
diberikan fenobarbital

dengan
dengan

dosis 5 mg/20 kg BB. Dan pada kelompok VI diberikan fenobarbital dengan


dosis 6 mg/20 kg BB. Variasi dosis yang digunakan sama pada semua mencit di
tiap-tiap kelompok sehingga terdapat 30 mencit yang diberi perlakuan obat dan 6
mencit sebagai kontrol.
Pertama, mencit ditandai ekornya masing-masing terlebih dahulu agar mudah
dalam membedakannya. Kemudian mencit-mencit tersebut ditimbang pada neraca
analitik yang telah dikalibrasi. Setelah mendapatkan berat badan mencit, maka
jumlah dosis yang akan diberikan dapat diketahui. Jumlah obat yang diberikan
disesuaikan dengan berat mencit.
Volume obat yang didapat melalui perhitungan pada kelompok IV yaitu mencit
I adalah 0,43 mL ; mencit II 0,44 mL ; mencit III 0,5 mL ; mencit IV 0,47 mL;
mencit V 0,54 mL; mencit VI 0,47 mL. Setelah didapatkan jumlah dosis yang
akan disuntikkan, maka keenam mencit yang telah diketahui berat badannya
disuntik secara intraperitonial. Diperlukan adanya suatu perlakuan khusus pada
mencit sebelum penyuntikkan supaya mencit-mencit tersebut terkondisikan,
sehingga tingkat keamanan, ketepatan, dan keakuratan penyuntikkan dosis dapat
teratasi.
Dari hasil percobaan, pada kelompok IV dengan kadar obat 4 mg/20 kg BB,
efek obat sudah terlihat, pada mencit I dimenit ke-10 setelah pemberian obat,
mencit terlihat mulai berjalan sempoyongan, ini menandakan bahwa obat mulai
bekerja, dimenit ke-30 mencit kehilangan kesadaran namun ketika dicoba
membalikan badan mencit, righting refleks masih ada, pada menit ke-40 mencit
tidak menunjukkan adanya righting refleks, pada menit ke-60 mencit kembali
sadar dan mulai menunjukkan aktifitas. Pada mencit II dimenit ke-50 mencit
kehilangan kesadaran dan tidak menunjukan adanya righting refleks. Pada menit
ke-37 mencit III kehilangan righting refleks dan kesadaran, namun pada menit ke67 mencit kembali sadar. Mencit IV, V dan VI berturut-turut mengalami
kehilangan kesadaran dan righting refleks di menit ke-16,35 dan 19.
Dalam percobaan ini, dapat dilihat adanya perbedaan waktu yang dibutuhkan
untuk kehilangan kesadaran dan righting refleks, serta adanya mencit yang

kembali sadar. Kemungkinan besar ini terjadi karena penyuntikkan yang tidak
tepat sehingga dosis yang disuntikan tidak seluruhnya masuk, selain itu karena
metabolisme tiap mencit berbeda-beda.
Kehilangan kesadaran yang dialami keenam mencit dikarenakan efek samping
yang ditimbulkan oleh obat yaitu menyebabkan efek sedasi. Dosis tinggi yang
diberikan akan menyebabkan respon yang cepat terhadap penggunaan fenobarbital
secara injeksi.
Setelah 24 jam mencit dibiarkan, terdapat 2 mencit yang mengalami kematian,
1 mencit mengalami penurunan aktifitas, dan sisanya dapat beraktifitas seperti
biasa. Seperti yang terlihat pada grafik pengamatan, percobaan yang dilakukan
kelompok IV dengan penggunaan fenobarbital yang diberikan dengan dosis 4
mg/20 kg BB terdapat perbedaan angka kematian yang sangat signifikan dengan
hasil percobaan kelompok V (dengan dosis 5 mg/20 kg BB), seharusnya dengan
dosis tersebut dapat mematikan setidaknya 50% dari populasi hewan percobaan
yang ada di kelompok IV, namun, dikarenakan penyuntikan yang kurang tepat,
bisa saja terjadi kesalahan sehingga tidak semua dosis masuk kedalam tubuh
mencit.
Kemudian setelah data mengenai jumlah mencit yang memberikan efek
didapat, data yang dinyatakan dengan angka tersebut dinyatakan dalam persentase
dan dimasukkan kedalam grafik dosis respon. Grafik dosis-respon digambarkan
dengan cara menetukan koordinat persentase hewan yang memberikan efek
(hilang righting reflex atau kematian) pada dosis yang digunakan, lalu mencari
persamaannya.
Pada umumnya intensitas efek obat akan meningkat jika diberi dosis yang
meningkat. Dari hasil percobaan terlihat bahwa semakin tinggi dosis obat yang
diberikan, efek yang ditimbulkan obat semakin meningkat. Pada mencit yang
diberikan NaCl, tidak ada mencit yang mengalami respon obat ataupun
mengalami kematian, karena NaCl hanya bertindak sebagai kontrol. Mencit yang
diberi fenobarbital dengan dosis 2 mg tidak memperlihatkan respon obat dan tidak
ada mencit yang mengalami kematian. Pada dosis 3 mg terdapat 3 mencit yang
memperlihatkan respon obat, dan tidak ada yang mengalami kematian. Pada dosis
4 mg terdapat 3 mencit yang memperlihatkan respon obat, dan 2 mencit
mengalami kematian. Pada dosis 5 mg, 4 mencit menunjukan respon obat, dan 5
mencit mengalami kematian. Sedangkan pada dosis 6 mg, terdapat 100% angka

respon dan kematian yang dialami keenam mencit tersebut. Ini menandakan
bahwa pada dosis 6 mg/20 kg BB mencit, merupakan dosis letal dari fenobarbital.
IX.

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa jarak antara LD50 dan ED50 dekat,
yang berarti jarak indeks terapinya sempit, yaitu 1,117 mg.Efective dose dari
Phenobarbital (ED50) yaitu 3,66 mg.LD50 (Lethal Dose 50) merupakan dosis yang
dapat menimbulkan kematian pada 50% individu.Phenobarbital yang digunakan
mempunyai LD50: 4,09.Jadi jika Phenobarbital akan memberikan efek dan tidak
menimbulkan kematian jika dosis Phenobarbital antara 3,66 mg-4,09 mg namun
jika dosis yang melebihi 4,09 sangat mungkin terjadi kematian pada
individu.Semakin tinggi dosis, maka hewan uji mati semakin banyak.

X.

Daftar Pustaka
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja.2008.Obat-Obat Penting. Ed. ke 6.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Departemen
Farmakologi
dan
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.2007.FAMAKOLOGI DAN TERAPI, edisi 5.Jakarta : Universitas
Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenobarbital
http://comedicine.info/id/Phenobarbital.html

XI.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai