1 Hu
1 Hu
1 Hu
air digunakan sebagai nilai referensi untuk pengukuran HU, karena air adalah komponen terbesar
dari tubuh. Nilai Hu berkisar dari > -1000 untuk menggambarkan besaran Hu untuk udara dan
nilai tertinggi +3000 untuk tulang. Dari gambar di atas dapat dilihat darah dan organ-organ yang
mengandung cairan dikisaran antara 0 sampai dengan 70-80 HU, sedangkan untuk paru-paru
yang merupakan organ yang berisi udara terbesar ada pada kisaran 600-1000 HU. Dari hal di atas
dapat disimpulkan bahwa jaringan yang lebih padat dari air akan mempunyai nilai positip
sedangkan jaringan dengan kepadatan yang lebih kecil dari air akan mempunyai nilai negatip.
2. Mode Scan
2a. Sequence CT.
adalah merupakan cara scanning dimana setiap satu kali putaran/scan akan dihasilkan satu
tiap-tiap potongan.
4. Pengurangan dosis
Pada
penggunaan CT pada umumnya akan ada pemberian dosis radiasi yang tidak perlu pada pasien.
Hal ini dikarenakan secara teknis saat memulai expose tidak dapat dilakukan pada titik awal
daerah yang akan di-scan, tetapi akan dimulai pada daerah sebelum daerah scanning (ROI),
demikian pula saat dihentikan expose akan sedikit lebih dari daerah scan (ROI), (lihat gambar 1),
daerah dengan warna merah merupakan daerah "ancang-ancang" sebelum expose dimulai, pada
daerah ini pasien akan mendapatkan radiasi yang sebenarnya tidak perlu. Dengan bertambah
lebarnya detektor otomatis daerah 'merah' akan bertambah lebar, artinya pasien akan makin
banyak mendapatkan radiasi yang tidak perlu. Untuk menghindari radiasi yang tidak perlu ini
maka digunakan suatu penutup (shield) (gamabar 2) yang akan menutup colimator pada daerah
'merah' sehingga dapat dihindari pemberian radiasi yang tidak perlu. Selain cara dengan
penggunaan 'hardware" di atas, pengurangan dosis juga dapat dilakuan dengan mengukur
ketebalan objek, makin tebal objek maka kualitas sinar x yang diberikan akan semakin tinggi dan
sebaliknya, hal ini dapat dilakukan dengan pengaturan pemberian arus tabung (mA) yang
disesuaikan dengan ketebalan objek (gambar 3).
5. DICOM
Merupakan singkatan dari Digital Imaging and Communications in Medicine, merupakan
standar/protokol pengolahan, pengiriman dan menampilkan (viewing)gambar medis. Pertama
kali dikembangkan tahun 1985 oleh National Electrical Manufacturers Association (NEMA)
bekerjasama dengan American College of Radiology (ACR). Tujuan utamanya adalah agar
user/pengguna dapat mengolah,mengirim dan menampilkan gambar dan informasi yang terkait
dari peralatan imaging digital dalam format standar dengan menggunakan hubungan point to
point.
6. CTDI
scanning
aksial slice
by
slice sering
disebut
teknik
konvensional
atau
scanning sequence mempunyai keuntungan mudah untuk menentukan slice. Teknik scanning
aksial slice by slice terdiri atas 4 tahap yaitu tahap start, gerakan tabung dan detektor
berputar pada kecepatan konstan. Tahap kedua energi dikeluarkan tabung sinar X dan data
dikumpulkan setelah berputar 360. Tahap ketiga stop, yaitu tabung dan detektor bergerak
perlahan untuk berhenti dan tahap keempat meja dan index pasien siap pada posisi
scanning berikutnya. Teknik ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu :
I = I0 e -x
Di mana I adalah intensitas yang diteruskan, I0 adalah intensitas awal, x adalah tebal objek, e
adalah konstanta Eulars (2.718) dan adalah koefisien attenuasi linier.
Tujuan CT adalah menghitung koefisiensi atenuasi linier, yang menandai adanya jumlah
atenuasi yang terjadi. Oleh karena itu ini merupakan pengukuran kuantitatif unit per sentimeter
(cm-1) dari sini dihasilkan persamaan linier (Curry et al, 1990).
Persamaan I = I0 e -x dapat dipecahkan untuk mencari nilai :
I = I0 e -x
I/ I0 = e -x
Ln I/ I0 = - x
Ln I/ I0 = x
= ( I/x) . ( Ln I/ I0 )
Di mana Ln adalah bilangan logaritma. Pada CT, nilai I dan I0 sudah diketahui (diukur oleh
detektor) dan nilai x juga diketahui. Akhirnya nilai dapat dihitung.
Masalah pada CT adalah untuk menentukan atenuasi dalam jaringan dan menggunakan
informasi ini untuk merekonstruksi gambar pada irisan jaringan. Atenuasi adalah pengurangan
intensitas berkas sinar radiasi saat melewati objek beberapa foton diserap tapi yang lain
dihamburkan. Atenuasi tergantung pada jumlah elektron, nomor atom, kepadatan jaringan, dan
energi radiasi yang digunakan. Sebagai tambahan, karena ada dua tipe berkas sinar (homogen
dan heterogen) maka bagaimana masing-masing berkas sinar diatenuasi adalah penting untuk
dipahami pada
pembelajaran
CT. Rotasi
tabung
sinar-X
dan
detektor
diatur
untuk
Pengolahan data merupakan penyusunan prinsip matematika yang ada pada CT.
Pengolahan data merupakan tiga satuan langkah suatu proses. Pertama, data mentah (raw
data) yang mengalami beberapa bentuk sebelum pengolahan (processing), yang terdapat
perbaikan dan beberapa reformating (format ulang) pada data yang terjadi. Hal ini diperlukan
untuk mempermudah tahap selanjutnya pada pengolahan data, yaitu rekonstruksi gambar.
Tahap terakhir pada pengolahan data adalah penyimpanan gambar dari rekonstruksi gambar
digital. Gambar ini disimpan pada memory disk sebagai penyimpanan sementara /penyimpanan
jangka pendek (Seeram,2001)
Kriteria dari sebuah gambar hasil CT Scan adalah meliputi resolusi spasial (spatial
resolution), kemampuan mendeteksi kontras dan artefak.Resolusi Spasial adalah kemampuan
untuk menghasilkan objek-objek dengan tingkat kontras yang tinggi. Dalam hal ini, tingkat
kontras yang tinggi merupakan perbedaan antara hitam dan putih. Semakin kecil ukuran
gambaran putih di depan backgroud gambaran hitam, maka akan lebih sulit dilihat jika
dibandingkan
dengan
melihat
gambaran
putih
yang
ukurannya
lebih
besar
pada backgroud yang sama. Resolusi kontras yang tinggi ini diukur dalam satuan line pairs/cm
(lp/cm), atau dapat juga diukur dalam MTF (%). Semakin tinggi tingkat lp/cm sebuah mesin CT
Scan, maka resolusi spasialnya akan semakin bagus (Amarudin,2002).
Kemampuan
mendeteksi
kontras
(Contras
Detectability)
adalah
kemampuan
Artefak pada CT Scan adalah ketidaksesuaian antara tingkat kerapatan obyek dengan
nilai Hounsfield Unit (HU) yang sebenarnya. Terjadinya artefak pada CT Scan dapat disebabkan
pada akuisisi data, pasien, scanner yang tidak sempurna, maupun pada proses rekonstruksi.
Noise dalam image CT ditentukan oleh jumlah kuanta sinar-X yang sampai ke detektor
dan kemudian membentuk image. Noise sangat ditentukan oleh mAs, kV, algorithma, slice
thickness, ukuran tubuh pasien, mode operasi (kombinasi parameter-parameter), dan
display image(monitor, dan lain-lain). Noise pada image CT dapat kita lihat dari bintik-bintik
pada image, dan berhubungan dengan amplitudo sinyal yang diukur dan sensitivitas dari alat
ukur (Amarudin, 2002).