Buku Ki Bagus Hadikusumo Booklet PDF
Buku Ki Bagus Hadikusumo Booklet PDF
Buku Ki Bagus Hadikusumo Booklet PDF
Munir Mulkan
Saya hanya memberi catatan, walaupun yang penting hanya 15
menit terakhir, tapi menurut catatan, Ki Bagus itu sudah 3 kali
mengusulkan dihapusnya 7 kata. Bahkan 4 kali. Ki Bagus sebenarnya
setuju kalau negara ini diangkat atas dasar-dasar ajaran Islam. Tapi
karena tidak memperoleh catatan, dia tidak setuju kompromi, jadi
harus netral. Itu yang perlu dicatat. Kalau saya mengangkat netralitas
negara memang sumbernya BPUPKI. Saya baca, terang-terangan
saja, untuk keadilan dan kewajiban tidak ada kompromi, terangterangan saja kalau memang ada keberatan akan menerima ideologi
umat Islam. Menjadi wilayah satu negara Islam. Kalau tidak, harus
netral. Di sinilah sumbangan Ki Bagus.
JEJAK LANGKAH
KEPAHLAWANAN DAN KENEGARAWANAN
KI BAGUS HADIKUSUMA
71
TANGGAPAN-TANGGAPAN
Prof. Taufik Abdullah
Ini bukan masalah UUD, tapi masalah Ki Bagus, pantas sebagai
pahlawan atau tidak? Sebenarya dalam sejarah itu tidak ada
pahlawan. Yang ada hanya aktor-aktor orang yang memegang
perananya. Semuanya adalah aktor. Tapi kemudian orang
menganalisa dan menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang
membuatnya layak dinobatkan menjadi pahlawan. Itu adalah
idealisme tertinggi, perilaku tertinggi, itu semua seakan-akan
personifikasi idealisme kita.
Orang pertama yang secara khas menyebut pahlawan adalah
Bung Hatta. Dalam pidato pembelaannya tahun 1928, Bung Hatta
mengatakan; kalian orang Belanda, bangga dengan pahlawan kalian
si A, B, dan C. Kami juga punya pahlawan Diponegoro dan Imam
Bonjol. Jadi kalau merunut perkataan ini, pahlawan tertua
Indonesia adalah Diponegoro dan Imam Bonjol.
Yang dilupakan dari orang-orang ini adalah proses memasukkan
orang-orang ke dalam Indonesia yang kita ciptakan. Bangsa kita ini
bukan bangsa nenek moyang. Hanya Hatta, Soekarno dan Soeharto
yang mengatakan bangsa nenek moyang. Tidak. Ini adalah bangsa
yang kita ciptakan. Karena itu memerlukan proses inclusion. Ada
unsur-unsur yang dimasukkan ke dalamnya supaya ini menjadi milik
bersama. Karena itulah juga saya barangkali orang pertama di tahun
76-75 yang mengkritik soal pahlawan ini. Pada awalnya gelar
pahlawan ini tidak jelas. Ada perintis kemerdekaan, pahlawan
kemerdekaan, ada pahlawan, ada segala macam. Akhirnya ada
undang-undang yang mengaturnya.
Kemudian saya sadar, tentang pahlawan ini mula-mula saya tahu
ketika Abdul Muis, tokoh Serikat Islam, pengarang Salah Asuhan,
meninggal dunia. Saat itu kurang lebih Soekarno berpikir, bagaimana
negara bisa membantu/menyantuni dia. Akhirnya Bung Karno
punya akal agar diangkat saja menjadi pahlawan. Kemudian Ki Hajar
Dewantara, Syahrir, dan seterusnya.
70
JEJAK LANGKAH
KEPAHLAWANAN DAN KENEGARAWANAN
KI BAGUS HADIKUSUMA
UHAMKA PRESS
DAFTAR ISI
Pengantar Rektor
Sambutan Ketua Umum PP Muhammadiyah
Sambutan Ketua Tim Pengajuan Gelar Kepahlawanan Nasional
(AM Fatwa)
Narasumber
1. Jimly Asshiddiqie
2. Taufik Abdullah
3. Abdul Munir Mulkhan
4. Bachtiar Effendy
Lampiran
69
dibacakan saat proklamasi. Tapi katanya itu hilang, lalu ditulis oleh
Bung Karno. Maka terjadilah teks coret-coretan yang menjadi teks
proklamasi itu. Padahal seharusnya Piagam Jakarta itu.
Lalu yang keempat, saya kira bapak-bapak perlu kembalikan
proporsinya yang benar. Kita perlu ingat bahwa Piagam
Jakarta itu bukan hanya tujuh kata itu. Tapi masih banyak kata di
situ.
Kemudian catatan saya, dalam amandemen kemarin, waktu itu
saya berbeda dengan Pak Fatwa. Saya tetap konsisten dengan yang
tujuah kata ini. Tapi Pak Fatwa justru memasukkan juga menjalankan
syariatnya bagi agama Kristen. Tapi waktu itu terjadi perdebatan,
terjadi tawar-menawar. Ada usulan pasal 31 ditambah, menciptakan
manusia yang beriman dan bertaqwa. Nah, karena itu lalu kita
mundur, berarti yang terakhir disebutkan oleh Pak Amien Rais ada
4 alternatif di situ. Ketika Pak Amien Rais mau mengetuk palu,
saya interupsi, karena teman IMM jadi enak aja mengintrupsi PaK
Amien. MPR berketetapan bahwa dalam sidang ini belum merubah
pasal 29. Jadi itu yang berlaku. Karena waktu itu argumen kami,
kita sudah sepakat, UUD 45 sudah tidak dirubah, tinggal pasal 29
yang mau dirubah.
Pertanyaan [5]
Saya memberi apresiasi yang untuk seminar nasional ini yang
intinya nanti akan muncul rekomendasi atau usulan untuk
menjadikan Ki Bagus Hadikusumo sebagai Pahlawan Nasional.
Kebetulan saya pernah menulis tentang pahlawan dari
Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan, Nyai Dahlan, KH.
Fachruddin, KH. Mas Mansyur, Jendral Sudirman dan Hamka. Jadi
nanti out put acara ini adalah bagaimana kita menemukan argument untuk mengusulkan Ki Bagus.
Hal yang harus dirumuskan dengan bahasa yang bagus dan
mencerminkan betul kepahlawanan Ki Bagus. Peran beliau bukan
hanya sebagai negarawan/tokoh bangsa, tokoh negara. Beliau juga
termasuk tokoh yang sangat berani. Pada waktu itu hanya beliaulah
68
Universitas
Muhammadiyah
Prof. DR. HAMKA
Ketua,
Rektor,
menurut saya adalah tiang, dan tiang itu mudah goyah, mudah jatuh.
Kalau pondasi yang dimiliki bangsa Indonesia kokoh maka ke
depannya insya Allah akan menjadi lebih baik. Terima kasih.
Wassalamu alaikum wrahmatullahi wabarakatuh
Pertanyaan [3]
Seperti yang sudah disampaikan bahwa pahlawan itu banyak.
Saya kira memang benar, setidaknya tahun 2010 kita punya 147
pahlawan dan 2012 bertambah menjadi 156 pahlawan, 135 orang
diantara keseluruhan jumlah pahlawan itu adalah laki-laki. Yang
lucunya ketika saya mengajar di SD, saya bertanya kepada siswasiswa kelas 1 tentang Pahlawan Nasional, akan tetapi tidak satupun
diantara mereka satu pun yang tahu pahlawan nasional,
bahkan pahlawan saja mereka masih bingung. Saya mau
memperkenalkannya waktu itu bingung, kemudian saya keluarkan
uang dari yang 1000 sampai 100.000, tidak ada yang kenal satu pun,
lantas ada siswa yang protes, mengapa pahlawan ini hanya ada di
uang Rp. 1000 tidak di Rp.100.000. Kemudian saya menanyakan
hal tersebut kepada teman yang bekerja di Bank Indonesia.
Jawaban yang disampaikan teman tersebut, harusnya anda
bersyukur karena uang Rp. 1000 itu semua orang pegang di Indonesia, tapi uang Rp. 100.000 belum tentu semua orang Indonesia
pegang. Dan saya kira belajar pahlawan itu penting Kalau tadi kiranya
kita bersih kukuh ingin Ki Bagus Hadikusumo menjadi pahlawan,
kiranya memang bukan kita yang menentukan, karena itu sudah
kodrat, dan harus jadi pahlawan. Karena seseorang yang sudah
berjasa untuk bangsa, itu sejatinya memang sudah harus jadi
pahlawan.
Ada pertanyaan-pertanyaan ringan dari temen saya di komunitas,
apa sih yang menyebabkan seseorang itu harus menjadi pahlawan?
Dan apakah hal ini tercantumdi UU No. 20 tahun 2009? Karena
dari daftar nama pahlawan yang saya lihat itu kalau tidak militer,
mereka yang mengalami perang langsung dengan Belanda. Lucunya
lagi ini mengenai pahlawan, ini dari anak-anak juga orang dewasa
66
SAMBUTAN
PANITIA PENGUSULAN PEMBERIAN GELAR PAHLAWAN
NASIONAL KI BAGUS HADIKUSUMO, KASMAN
SINGODIMEDJO, DAN ABDUL KAHAR MUDZAKKIR
PADA PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL
KENEGARAWANAN KI BAGUS HADIKUSUMO
UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA
JAKARTA, 3 AGUSTUS 2012
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Yang terhormat Rektor dan Civitas Academica Universitas Prof. Dr. HAMKA.
Yang terhormat para narasumber yang pada seminar ini akan memberi
pencerahan kepada kita.
Yang terhormat wakil Keluarga Besar Ki Bagus Hadikusumo,
Para peserta seminar dan hadirin yang berbahagia.
Pertama dan terutama, marilah kita menyampaikan rasa sykur
kita yang tidak terhingga ke hadirat Ilahi Rabbi, Allah subhanahu
wa taala, yn berkat rahmat dan karunianya telah memperkenankan
kita hadir dan berpartisipasi dalam seminar tentang Kenegarawanan
Ki Bagus Hadikusumo yang sangat penting ini.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarganya,
kepada para sahabatnya, dan kepada para pengikutnya yang setia
menegakkan panji-panji tauhid hingga akhir zaman kelak.
Hadirin yang berbahagia,
Sejarah, kata seorang pakar, hanyalah bagian dari masa lampau
manusia yang dapat disusun kembali secara berarti berdasarkan
rekaman-rekaman yang ada, dan berdasarkan kesimpulankesimpulan lingkungannya. Di sinilah terletak kesulitan menulis
7
SESI TANYA-JAWAB
Pertanyaan [1]
Saya kira pertama harus clear dulu soal istilah. Kalau kita baca
buku hitam itu tidak ada satupun yang berbicara tentang negara
Islam. Dan itu selalu disebut sebagai dasar negara. Negar Islam itu
baru muncul pada masa Kartosuwiryo, tahun 47. Jadi berbeda sekali
itu. Itu stigma yang harus kita hentikan. Yang kedua, yang diusulkan
Ki Bagus untuk dicoret itu bukan 7 kata, tapi 2 kata. Ki Bagus
menghendaki ketuhanan dan kewajiban melaksanakan syariat Islam. Jadi tidak perlu bagi pemeluk-pemeluknya itu. Karena kata
Ki Bagus negara tidak bisa mengatur itu. Jadi wajib melaksanakn
kewajibannya.
Ini nanti hubungannya kalau kita lihat, kompromi yang
ditawarkan H. Masykur, kalau memang susah rumusan ketuhanan
dan kewajiban melaksanakn syariat Islam itu, ganti saja; Islam
sebagai agama negara. Itu yang di usulkan oleh H. Masykur. Dan
kompromi H. Masykur juga ditolak. Lantas Pak Kahar menggebrak.
Kalau mau diterima, terima, kalau mau ditolak, tolak! Begitu 18
Agustus beliau di lobi oleh Pak Kasman. Ki Bagus langsung
mengirim telegram ke Jogjakarta. Saat itu Muhammadiyah sedang
sidang Tanwir. Sidang yang sudah akan ditutup akhirnya ditunda
sampai beliau datang. Itu yang oleh Pak Kahar Mudzakir dalam
pidato konstituante bulan Mei tahun dikatakan, Ki Bagus itu
menjerit di depan majelis. Kalau menurut Pak Kahar, ujung dari
ucapan Ki Bagus itu, umat Islam di Indonesia dengan itu masih
terjajah. Itu keras sekali. Jadi saya kira memang beban psikologis
yang terbesar itu ada di tangan ki bagus.
Dalam soal ini saya setuju pada riwayat Prawoto Mangunsaswito.
Pada waktu itu memang hanya ada Ki Bagus. Ki Wahid Hasyim
belum datang. Jadi sudah di lobi oleh Bung Hatta tidak menyerah,
terakhir Kasman. Jadi kata Pak Kasman, Ki Bagus, ini kata Bung
Karno kita 6 bulan lagi akan dibikin UUD. Ki Bagus mengalah.
64
63
59
kalau memang tak jelas jangan pakai pernyataan Islam kalau yang
dipakai ujung-ujungnya saja.
Sementara itu haripun sudah larut. Kiai Sanusi mengusulkan
untuk mendinginkan masalah ini. Pada hari itu, jam 21.55, maka
sidang pun ditutup. Jadi sudah jam 10 malam, kemudian ada satu
masalah kalau kita melihat dalam sejarah, ada perilaku-perilaku.
Setiap perilaku orang itu, itu adalah pilihan. Seperti kita datang ke
sini, kalau tidak di sini kan bisa ke tempat lain, jadikan satu pilihan.
Kadang-kadang kita berfikir, mengapa kita yang dipilih? Mengapa
tidak yang lain? Sebab ketika kita melakukan sesuatu ada banyak
pilihan, tetapi mengapa harus dilakukan? Kadang-kadang apa yang
dilakukan itu kurang rasional, adalagi yang rasional. Terkadang kalau
saya baca perilaku-perilaku, status supersemar misalnya, mengapa
Bung Karno mau aja dengan Supersemar. Sebab dari 4 perintah
Supersemar, ada 3 yang dari dia. Terkadang saya berpikir, kok bisa
lupa Soekarno, padahal sudah bertahun-tahun jadi pemimpin.
Padahal Soeharto sudah beberapakali mengusulkan bubarkan PKI.
Tapi kok dia mau aja.
Kemudian, ketika mau merdeka, Jepang mendatangkan 3 orang dari Sumatera, 2 dari Kalimantan, ada 7 atau 9 orang yang
didatangkan dari luar Jawa. Tapi belum sempat rapat mereka. Rapat
dilaksanakan ketika Bung Hatta diculik oleh pemuda-pemuda, dan
setelah itu langsung diadakan proklamasi. Itulah saat akhir, waktu
17 Agustus, dan tanggal 18 Agustus pagi-pagi yang tadi dijelaskan
oleh Pak Fatwa.
Rupanya Bung Hatta didatangi oleh angkatan laut. Nah, yang
tadi saya bilang, yang berkuasa di Indonesia Timur adalah Angkatan
Laut. Yang datang dengan Hatta itu opsir Angkatan Laut. Setelah
itu Bung Hatta memanggil orang yang mewakili Islam, yaitu Ki
Bagus, Kasman, dan satu orang dari Sumatera. Selanjutnya, dalam
15 menit mereka setuju tentang perubahan tujuh kata itu.
Kepahlawanan terkadang didapat hanya karena peristiwa sesaat.
Konon, salah satu pahlawan Belanda adalah seorang anak yang
katanya waktu dia lewat bendungan ada yang bocor. Padahal tidak
58
16
dan Rajiman yang pergi ke Barat. Saat mereka pulang Jepang sudah
kalah. Tapi itu cerita lain.
Jadi setelah diangkat BPUPKI itu memang terjadi perdebatan.
Ada beberapa hal yang menjadi pangkal perdebatan. Ada beberapa
hal yang diperdebatkan memang, ada yang menduga tentang
republik atau tidak, yang menjadi wakil negara raja atau presiden,
ya presiden. Manakah yang menjadi wilayah indonesia ini? Kalau
Bung Karno dan Yamin, kedua orang ini adalah nasionalis yang
romantis, romantic nasionalis.
Mereka membayangkan Indonesia Raya, yang mereka
maksud seluruh kepulauan Indonesia ini, termasuk Timor Timur,
termasuk Kalimantan, Serawak, Serapah, dan Brunei itu.
Dan termasuk juga tanah Melayu. Itulah yang mereka maksud
Indonesia Raya. Kalau Bung Hatta mengatakan Hindia Belanda
saja. Kalau sekiranya Papua tidak mau, Papua tidak. Sebab
Papua itu dianggap keseluruhan, tidak Papua Barat saja, tapi
Papua sebagai keseluruhan.
Tapi yang menang Soekarno dan Yamin, Indonesia Raya. Dan
yang paling lama perdebatannya ialah apa dasar negara kita. Memang
dasar dari pengertian bukan filosofis. Filosofis itu akan diterima
pancasila, tapi apakah ini negara berdasarkan Islam atau netral. Nah,
itu memang yang belum terjawab. Landasan filosofis dasar negara
itu dirumuskan oleh panitia 9, yaitu Soekarno, Hatta, Mr. Subagyo,
Yamin, Kahar Mudzakkir, Cokro Adikusno, H. Agus Salim,
Ki Bagus.
Kemudian terumuskanlah Piagam Jakarta. Yang jadi perdebatan
adalah tujuh kata itu. Dan yang paling sering tampil dan
memperdebatkannya itu ya Ki Bagus Hadikusumo. Ia ingin itu
dicabut saja, tapi pada pidato terakhirnya ia sempat putus asa, ada
sinisme. Ini saya bacakan sinisme yang terakhir. Pidato terakhir dia,
inikan debat beda dengan pidato, kalau pidato kan langsung, tapi
sekarang dia mulai seperti ini, Akhirnya saya berlindung kepada
Allah terhadap setan yang merusak, begitulah pidatonya itu. Yang
lain sebelum itu belum pernah pakai seperti itu. Menurut Ki Bagus,
57
54
nesia) pun dibentuk, yang tidak lagi hanya terdiri dari orang Indonesia terkemoeka di Djawa. Satu sampai tiga orang terkemuka
dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil dan
Maluku juga dibawa pemerintah militer Jepang. Jumlah anggota
PPKI 27 orang, di antaranya (sebanyak 9 orang) didatangkan dari
luar Jawa.
Tetapi belum sempat mengadakan rapat, PPKI sudah harus
menjadi saksi dan bahkan peserta dari klimaks peristiwa yang telah
bermula sejak Perhimpunan Inonesia dengan tegas menyebut Indonesia vry nu sebagai semboyan mereka (1925) dan mencapai
klimasnya ketika pemerintah militer Jepang di tahun 1944
mengumumkan janji kemerdekaan. Menjelang pertengahan
Agustus 1945 bom atom jatuh dan tak lama kemudian para anggota
PPKI telah terlibat dalam klimaks perjuangan kemerdekaan bangsa
Proklamasi Kemerdekaan. Keesokan harinya, tanggal 18 Agustus
1945 setelah memilih Sukarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden mereka menjadikan draft yang dibuat BPUPKI, setelah
dubah sekadarnya, sebagai UUD. Ketika ini pula preambule
atau Mukaddimah mengalami perubahan sedikit kalau dihitung
jumlah kata-katanya, tetapi sangat fundamental dari sudut landasan
filosofis kenegaraan. Sejak itu namanya disebut saja Pembukaan.
Secara teoreis Pembukaan ini menjadi landasan filosofis
dari UUD.
Karena itu bisalah dipahami juga kalau sejak itu pula
Pembukaan UUD ini sewaktu-waktu diperdebatkan lagi, terutama
di saat-saat goncangan dalam konstelasi politik sedang terjadi. Ketika
itulah kemungkinan kembalinya pembukan ke bentuknya yang
asli (Jakata Charter) diperdebatkan. Begitu halnya ketika Presiden
Sukarno mengeluarkan dekrit Juli 1959 untuk kembali ke UUD
1945, demikian pula halnya ketika Orde Baru berdiri dan tidak
berbeda halnya ketika era Reformasi bermula.
Jika diliha dari para pemimpin yang terlibat dalam proses
perumusan landasan filosofis kenegaran ini maka tidaklah berlebihlebihan kalau dikatakan bahwa salah seorang yang memainkan
20
52
berjasa. Dalam situasi yang sulit, antara melepas tujuh kata atau
mempertahankan keutuhan NKRI, beliau berbesarhati untuk
menjaga NKRI. Saya kira ini jasa yang luar biasa dan saya kira bisa
disejajarkan dengan proklamator. Proklamator peristiwa besar, dan
proklamator selanjutnya mempertahankan keutuhan NKRI,
betapapun harus memberikan pengorbanan yang luar biasa.
Memang, dalam konteks Indonesia, kader-kader Islam telah
memberikan kontribusi yang riil. Almarhum Pak Nasir misalnya,
memberikan kontribusi yang riil dalam usulan mosi integrasi.
Saya ingat, desertasi Pak Nasirudin Samsudin, sebetulnya
integrasi Indonesia menurutnya baru teoritis. Tapi Pak Nasir
kemudian lebih mengaplikasikan yang teoritis itu menjadi
kedaulatan NKRI.
Kemudian tahun yang lalu, anak-anak muda NU menulis
biografi KH. Wahid Hasyim, dia tulis, dan saya baca di harian
Republika, yang mencoret 7 kata itu katanya bukan Ki Bagus, tapi
KH. Wahid Hasyim. Saya kira mudah-mudahan pada seminar sore
hari dapat penjelasan. Tapi sebagai warga Muhammadiyah saya
percaya bahwa itu karya Ki Bagus. Yang terakhir saya mencatat
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sumbangan yang sangat besar
dari Ki Bagus Hadikusumo. Bukan bagi umat Islam saja, tapi juga
bagi bangsa Indonesia.
Saya tidak mau panjang-panjang. Marilah kita buka seminar
ini, karena waktunya tidak panjang. Dengan membaca
bismillahirrahmanirrahim, Seminar Kenegarawanan Ki Bagus
Hadikusumo resmi dibuka. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
Wabillahittaufiq walhidayah
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
49
SAMBUTAN PP MUHAMMADIYAH
Dr. Abdul Fatah Wibisono
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang saya hormati, wakil keluarga besar Ki Bagus Hadikusumo,
Rektor UHAMKA beserta civitas akademika UHAMKA yang
saya hormati,
Para narasumber yang sore hari ini hadir,
Bapak dan ibu peserta seminar yang dirahmati Allah,
Ketika panitia selesai rapat dan sepakat untuk mengusulkan
pemberian gelar pahlawan kepada Ki Bagus Hadikusumo, saya
telepon salah seorang putra Ki Bagus. Kata beliau malah katanya
harus dipikir-pikir lagi. Karena kalau Ki Bagus masih hidup pasti
tak mau diusulkan menjadi pahlawan. Saya bilang, kalau masih hidup
justru tak bisa diusulkan.
Hemat saya, Ki Bagus tercatat di Muhammadiyah sebagai
pelestari kultur ikhlas yang tumbuh sejak zaman Kiai Dahlan,
dengan ungkapan Ki Bagus yang sangat terkenal; Kerja di
Muhammadiyah itu kalau gak ikhlas tidak dapat apa-apa. Honor
tidak seberapa, tapi insya Allah kalau ikhlas, bahkan dapat dua kali
lipat; ajrun dan ujrotun (dapat pahala dan dapat honor), itu kata Ki
Bagus. Beliau adalah figur yang mencerminkan keikhlasan.
Catatan yang kedua dalam konteks Muhammadiyah Ki Bagus
adalah perumus Ideologi Muhammadiyah. Pemikiran-pemikiran
K.H. Ahmad Dahlan oleh Ki Bagus dirumuskan dan ditulis dalam
Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Kemudian putra
beliau, Pak Jarnawi Hadikusumo meneruskan dan memberikan
kenang-kenangan yang kita nyanyikan bersama; Mars
Muhammadiyah.
Catatan yang akan menjadi diskusi kita pada sore hari ini adalah
kenegarawanan beliau. Kita tahu dalam catatan sejarah beliau sangat
48
26
47
27
32
Sambutan
Dr. AM. Fatwa
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hamdan wa syukron lillah, wa sholatu wassalamu ala rasulillah, wa alaalihi
wa sohbihi waman walah.
Yang terhormat Pimpinan Pusat sekaligus Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah,
Yang terhomat Rektor serta civitas akademika UHAMKA,
Yang terhormat para narasumber pada seminar yang akan
memberikan pencerahan pada kita, para profesor yang sudah
disebutkan namanya tadi,
Yang terhormat wakil keluarga besar Ki Bagus Hadikusumo.
Alhamdulillah, tiga orang keluarga Ki Bagus, yang semua tokoh
terkemuka dimasyarakat telah hadir di sini. Dan para peserta seminar, hadirin, yang berbahagia.
Pertama, dan terutama sekali kita menyampaikan rasa syukur
yang tak terhingga ke hadirat Ilahi Rabbi, berkat rahmat dan hidayahNya kita hadir dan berpartisipasi dalam seminar tentang
kenegarawanan Ki Bagus Hadikusumo yang sangat penting ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para
sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia menegakkan panjipanji tauhid hingga akhir zaman kelak.
Hadirin yang berbahagia,
Sejarah, kata kalangan pakar, hanyalah bagian dari masa lampau
manusia yang dapat disusun kembali secara berarti, berdasarkan
rekaman-rekaman yang ada, dan berdasarkan kesimpulankesimpulan lingkungan yang ada. Di sinilah terlihat kesulitan menulis
sejarah. Jarang sekali sejarawan yang mampu mengisahkan tentang
masa lampau, sebagaimana sungguh sungguh terjadi. Kesulitan
39
Jadi, banyak hal-hal yang bisa saya petik di situ, terutama sifat
istiqamah beliau. Terakhir, yang saya ingat ketika baca buku, Ki
Bagus tidak mau masuk ke ruangan seperti ini, karena jaman
dulu kalau ada pertemuan itu dipisahkan antara laki-laki dan
perempuan. Itu juga salah satunya juga karena hal itu kata beliau
sudah jadi keputusan rapat. Kalau mau dirubah katanya ya harus
rapat lagi.
Jadi itu yang bisa saya sampaikan. Saya mewakili keluarga,
mengucapkan terimakasih pada panitia, dalam usaha untuk
mengajukan Ki Bagus sebagai pahlawan nasional. Mohon maaf,
kalau saya pribadi, padahal gelar pahlawan itu harusnya dari
pemerintah, bukan diminta. Artinya, Kementerian Sosial harus aktif,
sehingga seseorang itu layak disebut pahlawan. Namun apapun,
atas usaha ini kami berterima kasih. Mudah-mudahan nantinya
misteri pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta dapat terkuak.
Billahittaufiq walhidayah
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
38
35
Dari ibu kedua itu ada anak yang lahir namanya Muhammad
Zuhri, anaknya ini nakal, tapi juga pemberani. Urat takutnya itu
mungkin sudah putus, sehingga pada waktu masih SMP, Pak Zuhri
ini meninggal ditembak Belanda di Sonosewu, sebelah barat kota
Jogja, pada waktu kelas 2. Kemudian, menurut cerita, Ki Bagus itu
orangnya sangat konsisten. Ketika ada masalah misalnya dan sudah
ada keputusan rapat, maka beliau pegang teguh keputusan itu. Beliau
tak mau mengubahnya kecuali melalui rapat lagi.
Makanya, kenapa pada waktu tujuh kata dalam Piagam Madinah
diusulkan kepadanya untuk dicoret, beliau keberatan. Ini sudah
diputuskan dalam rapat, katanya. Padahal sebelumnya, kalau saya
baca di risalah, Ki Bagus juga sebenarnya mempertanyakan tujuh
kata itu. Apa maksudnya? Ki Bagus maunya berdasarkan Islam.
Bahkan mengamini kata-katanya Pak Muzakir. Maka kalau tidak
mau Islam semua hal-hal yang berbau Islam dicoret saja. Tapi tetap
dikatakan ini sudah konsensus.
Saya baca di buku, sampai empat kali Ki Bagus menanyakan
tentang 7 kata itu yang akhirnya dipegang jadi keputusan. Kemudian
pada tanggal 18, ketika mau sidang BPUPKI, ada berita yang katanya
ada pihak yang tak setuju dengan tujuh kata itu dan menyatakan
ingin memisahkan diri dari NKRI. Akhirnya Ki Bagus berhasil
diyakinkan oleh Pak Kasman.
Nah, kemudian cerita yang saya baca dari sumber, pada waktu
di Tokyo, bertiga dengan Bung Hatta, waktu itu disuguhi minuman
shake, yang mengandung alkohol. Nah, di situlah kelihatan sikap
Ki Bagus bagaimana ia menghargai orang lain. Ki Bagus tidak
menolak, tapi pura-pura gelasnya kesenggol dan tumpah.
Kemudian, Ki Bagus juga orangnya sangat sederhana. Di buku
Pak Siswanto Pak Sudirman mengagumi Ki Bagus karena
kesederhanaannya. Ki Bagus itu ke mana-mana pakai sarung. Setelah
proklamasi, Bung Hatta menegur, Ki Bagus, sekarang sudah
merdeka, kok masih pakai sarung? Ki Bagus menjawab,La iya to,
Mas. Dulu, sebelum kemerdekaan yang pake pakaian yang anehaneh kan penjajah. Lha saya ini ya tetep konsisten pakai sarung.
37