Laporan Pembuatan Preparat Pediculus Humanus Capitis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui bentuk kesuluruhan morfologi kutu
b. Untuk

mengetahui

bagaimana

cara/teknik

pembuatan

preparat dengan whole mount


1.2 Dasar teori
Menurut Gunarso (1989)., penyiapan spesimen secara umum dilakukan
dengan 4 cara, yaitu:
a. Penyiapan spesimen secara keseluruhan (whole mount);
b. Penyiapan spesimen dengan metode penyayatan (sectioning methods);
c. Penyiapan spesimen dengan metode remasan (teasing/squashing methods);
d. Penyiapan spesimen dengan metode ulasan (smear methods).
Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan
diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi, pada
metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel,
jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole
mount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih
hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap
morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk
pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan
reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena
metode ini menggunakan semua bagian spesies sebagai preparat. Tentu saja
organisme yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada
object glass. Metode whole mount ini mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing (Johansen, 1940).
Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian spesimen
dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini
hanya bisa dilakukan pada spesimen dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa
spesimen yang besar (Gunarso, 1989).
Pediculus humanus capitis dari genus Pediculus, famili Pediculidae,
subordo Anoplura, kelas insekta dan filum arthropoda. Bentuk Pediculus humanus
capitis lonjong, pipih dorsoventral, berukuran 1,0 1,5 mm, berwarna putih
1

kelabu. Kepala Pediculus humanus capitis berbentuk segitiga yang mempunyai


sepasang mata sederhana di sebelah lateral, sepasang antena pendek yang terdiri
dari 5 ruas dan mulut berbentuk tusuk hisap yang disebut probosis. Toraks
tersusun dari kitin yang tiap ruasnya telah bersatu mempunyai sepasang kaki kuat
yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit menyerupai kait yang
berhadapan dengan tonjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut atau bulu.
Dan abdomen yang terdiri dari 9 ruas, pada ruas terakhir pada betina mempunyai
lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan dua tonjolan genital di bagian lateral
yang memegang rambut selama meletakkan telur (Brown, 1982).
Arthropoda memiliki dinding tubuh yang disebut eksoskeleton (kerangka
luar), eksoskeleton tersusun atas tiga lapisan meliputi lapisan pelindung yang
waterproof, epikutikula tempat disintesisnya protein dan prokutikula yang
merupakan tempat disintesisnya kitin (Mahagiani, 2008).
Pediculus humanus capitis dari filum arthropoda yaitu mempunyai
kerangka luar (eksoskeleton), eksoskeleton adalah deposit pembungkus yang
keras pada permukaan tubuh seekor hewan. Pada arthropoda eksoskeletonnya
adalah kutikula, merupakan pembungkus tak hidup yang disekresikan oleh sel-sel
epidermis. Eksoskeletonnya memliki sendi. Kutikula disusun oleh kitin. Kutikula
dikeraskan oleh senyawa organik yang mengikat silang protein eksoskeleton agar
dapat memberi perlindungan. Eksoskeleton pada arthropoda secara periodik
dilepaskan (ganti kulit) dan digantikan dengan pembungkus yang lebih besar
sesuai pertumbuhan hewan tersebut (Saefudin, 2012).
Telah diketahui sebelumnya bahwa 80% komponen eksoskeleton
arthropoda tersusun atas senyawa kitin. Kitin merupakan komponen kedua
terbesar di bumi setelah selulosa. Kitin (poli-N-asetil-glukosamin) adalah
senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Kitin biasanya banyak
ditemukan dalam keadaan bergabung dengan protein, mineral dan berbagai
macam pigmen. Kitin bersifat tidak larut dalam air atau pelarut organik biasa
(Damanik, 2011).
Degradasi kitin dapat secara biologis yaitu didegradasi oleh serangganya
sendiri dengan pergantian kulit atau molting, dapat juga secara fermentasi dengan

bantuan mikroba penghasil enzim kitinolitik yang dapat mendegradasi kitin dan
dengan cara deproteinisasi, menggunakan berbagai pereaksi seperti Na2CO3,
NaHCO3, KOH, Na2SO4, Na2S, Na3PO4 dan NaOH yang lebih banyak digunakan.
Perlakuan dengan larutan basa kuat dengan berbagai variasi waktu perendaman.
Jika kitin dibiarkan lama di dalam pelarut alkali, kitin hanya sebagian yang
mengambang dan tidak larut (Noviary, 2011).
Pertumbuhan arthropoda dipengaruhi hormon juvenile yang dikeluarkan
oleh kelenjar korpora alata. Kadar hormon juvenile paling tinggi pada nimfa,
selanjutnya akan berkurang sesuai dengan bertambahnya umur. Berkurangnya
hormon juvenile merupakan petanda bagi kelenjar protorak untuk mengeluarkan
hormon ekdison yang berfungsi untuk merangsang pengelupasan kulit atau
eksoskeleton. (Djakaria, 2008).

BAB II
METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat
Gelas petridish
Kaca benda
Kaca penutup
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia
Spirtus
Penjepit
Jarum pentul
Mikroskop cahaya

Jumlah
1 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah

Bahan
Jumlah
Insekta (kutu busuk)
1 ekor
2.2 Cara
Insekta(kutu manusia)
1 ekor
Kerja
Alkohol 75%
2-3 tetes
KOHcimex
cair/padat
tetes mendidih
Memanaskan
dalam KOH 10%2-3
sampai
Alkohol 95%
2-3 tetes
Alkohol 100%
2-3 tetes
Xylol
2-3 tetes
Merendam cimex dalam petridish
Entelan
2-3 tetes
KOH 10%
Secukupnya
Meletakkan cimex di atas kaca objek
Menetesi cimex dengan alkohol 75%

Mengeluarkan organ dalam cimex dengan cara memijat


Menetesi cimex dengan alkohol 95%
Mendiamkan selama 10 menit
Menetesi cimex dengan alkohol absolut
Mendiamkan elama dua menit

Menetesi cimex dengan xylol


Mendiamkan selama 2 menit

Menetesi dengan entelan


Menutup cimex dengan kaca penutup
Mengamati di bawah mikroskop

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
No

Gambar Tangan

Foto

Literatur

(Sumber: Dokumen
pribadi, 2016)

(Sumber: Fiany, 2014)

Keterangan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Antena
Kuku tarsus
Mata
Forns
Tibia
Torax
Spirakle
Segmen Abdomen
Lempeng pleural dengan spirakle abdomen

3.2 Pembahasan
Pada praktikum mikroteknik ini dilakukan pembuatan sediaan permanen
Pediculus humanus capitis menggunakan metode whole mount. Dalam
pembuatan metode ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan
organisme secara utuh. Melalui metode ini diupayakan agar mendapat bentuk

aslinya dengan mempertahankan strukturnya. Gambar yang dihasilkan oleh


sediaan whole mount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme
tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas
terhadap morfologi secara umum saja.
Langkah pertama dalam pembuatan sediaan Pediculus humanus capitis ini
ialah memanaskan kutu di dalam KOH 10% hingga mendidih. Fungsi larutan
KOH 10% yang digunakan adalah untuk melarutkan atau
melepaskan pigmen dalam tubuh spesimen tersebut sehingga
dapat lebih mudah diamati bagian-bagian dalamnya,
Selanjutnya, spesimen yang telah dipanaskan dietakkan di
atas petridish yang telah diisi aquades. Perendaman di dalam
aquades berfugsi sebagai desinfektan bagi spesimen. Spesimen
kemudian diletakkan di atas kaca objek, dan ditetesi oleh
alkohol 70% yang berfungsi sebagai pembersih. Setelah itu,
organ dalam Pediculus humanus capitis ini dikeluarkan dengan
cara ditekan agar morfologi luar spesimen dapat terlihat secara
sempurna.

Proses

penekanan

spesimen

dilakukan

dengan

sangat hati-hati karena spesimen berukuran sangat kecil dan


mudah rusak.
Setelah cairan dan organ dalam spesimen dikeluarkan,
spesimen ditetesi oleh alkohol 95% dan didiamkan selama 10
menit. Kemudian, spesimen ditetesi oleh alkohol absolut dan
didiamkan selama 2 menit. Fungsi penetesan alkohol 95% ialah
untk membersihkan dan mengawetkan spesimen. Sedangkan
fungsi penetesan alkohol absolut ialah sebagai pembersih
preparat dan penetral.
Spesimen kemudian ditetesi oleh xylol dan didiamkan
selama 2 menit untuk menghilangkan zat-zat yang teringgal
pada Pediculus humanus capitis. Terakhir, spesimen ditetesi oleh
entelan sebelum ditutup oleh kaca penutup. Proses peletakkan
6

kaca penutup harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak


terdapat gelembung yang menutupi spesimen. Setelah ditutupi
dengan

kaca

penutup,

spesimen

siap

diamati

di

bawah

mikroskop.

Menurut Brown (1982)., klasifikasi Pediculus humanus


capitis adalah:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Ordo

: Phthiraptera

Kelas

: Insecta

Famili

: Pediculidae

Genus

: Pediculus

Spesies

: Pediculus humanus capitis

Berdasarkan hasil pengamatan, Pediculus humanus capitis


ini memiliki tubuh yang pipih dan lonjong serta berwarna kelabu.
Hal

ini

sesuai

dengan

pendapat

Brown

(1982).,

yang

menyatakan bahwa Bentuk Pediculus humanus capitis lonjong,


pipih dorsoventral, berukuran 1,0 1,5 mm, berwarna putih
kelabu. Kepala Pediculus humanus capitis berbentuk segitiga
yang mempunyai sepasang mata sederhana di sebelah lateral,
sepasang antena pendek yang terdiri dari 5 ruas dan mulut
berbentuk tusuk hisap yang disebut proboscis .Memiliki 3
pasang kaki yang masing-masing terletak pada ruas toraks yang
berbeda. Masing-masing kaki memiliki semcam cakar yang
berbentuk kait, berfungsi untuk berpegangan erat pada rambut.
Namun, dari hasil pengamatan, salah satu kaki tidak memiliki

kait. Pada bagian abdomen, terdapat 9 ruas dan ukurannya


membesar pada bagian tengah, dan mengerucut pada bagian
belakang.
Pediculus

humanus

capitis

dari

filum

arthropoda

ini

mempunyai kerangka luar (eksoskeleton), eksoskeleton adalah


deposit pembungkus yang keras pada permukaan tubuh seekor
hewan.

Pada

arthropoda

eksoskeletonnya

adalah

kutikula,

merupakan pembungkus tak hidup yang disekresikan oleh selsel epidermis. Eksoskeletonnya memliki sendi. Kutikula disusun
oleh kitin. Kutikula dikeraskan oleh senyawa organik yang
mengikat silang protein eksoskeleton agar dapat memberi
perlindungan. Eksoskeleton pada arthropoda secara periodik
dilepaskan (ganti kulit) dan digantikan dengan pembungkus
yang lebih besar sesuai pertumbuhan hewan tersebut (Saefudin,
2012).
Faktor kesalahan dalam pembuatan sediaan permanen ini adalah salah saat
pengambilan sampel dalam pembuatan sediaan utuh Pediculus humanus capitis,
pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil Pediculus humanus
capitis dari rambut langsung menggunakan tangan, sehingga tubuh Pediculus
humanus capitis akan rusak karena jepitan jari. Selain itu, faktor ketidak hatihatian praktikan saat mengatur posisi spesimen di atas kaca objek juga
berpengaruh terhadap keutuhan tubuh spesimen.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan

praktikum

yang

telah

dilakukan,

dapat

disimpulkan bahwa:
1. Pediculus humanus capitis berbentuk lonjong pipih dan
memiliki tiga bagian utama yaitu caput, torax, dan abdomen.
Caput

berbentuk

segitiga

dengan

sepasang

mata

dan

sepasang antenna. Toraks memiliki tiga ruas dan pada


masing-masing rusa terdapat sepasang kaki yang memiliki
kait. Abdomen memiliki sembilan ruas yang melebar di
bagian tengah dan mengerucut di bagian belakang.
2. Pembuatan preparat whole mount dilakukan
mengawetkan
Pembuatan

seluruh

preparat

bagian
whole

spesimen

mount

dengan

seara

dilakukan

utuh.

terhadap

spesimen dengan ukuran kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Aryadi. 2011. Studi Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang (Penaeus
monodon). Medan: USU.
Djakaria, Sungkar. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta:
EGC.
Djuhanda, Tatang. 1980. Kehidupan dalam Setetes Air. Bandung: ITB.
Fiany, Siska. 2014. Kutu kepala/head Lice/ Pediculus humanus Capitis available at
http://fianykasisie.wordpress.com/ diakses pada [18-04-2016] pukul [03:11
WIB].
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor: DEPDIKBUD IPB.
Brown, Harold W. 1982. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: Gramedia.
Johansen, D. A. 1940. Plant Microtechnique First Edition. New York McGraw-Hill.

Mahagiani, I. 2008. Isolasi Enzim Kitinase dari Bakteri Perakaran Tanaman Cabai
dan Aplikasinya pada Kutu Kebul. Bogor: IPB.
Noviary, Harry. 2011. Studi Karakterisasi Pembuatan Kitin dan Kitosan dari
Cangkang Belangkas (Tachypleus gigas) untuk Penentuan Berat Molekul.
Medan: USU.
Saefudin. 2012. Rangka Manusia dan Hewan. Bandung: UPI.

10

Anda mungkin juga menyukai