Css - Menopause Dan Permasalahannya
Css - Menopause Dan Permasalahannya
Css - Menopause Dan Permasalahannya
Disusun oleh:
CHIORIN ADEELA
12100114048
Preseptor:
dr. H. Rizki Safaat Nurahim., Sp.OG,M.Kes
Menopause merupakan kejadian yang normal pada seorang wanita dan setiap wanita
pasti akan mengalami masa menopause. Seiring dengan bertambahnya usia, semua fungsi
organ tubuh mulai menunjukkan perubahan - perubahan yang signifikan. Salah satunya
adalah menurunnya fungsi reproduksi yaitu ovarium.
Menopause terjadi diakibatkan oleh perubahan hormonal (estrogen dan progesteron)
dalam tubuh. Secara klinis menopause didiagnosa setelah 12 bulan berturut-turut terjadi
amenorae, dihitung sejak menstruasi terakhir. Menurut Shifren (2006) menopause bisanya
terjadi pada usia rata - rata 51 tahun. Sebanyak 75 % wanita perimenopause mengalami
gejala vasomotor. Gejala ini dapat menetap selama 1-2 tahun setelah menopause tetapi
dapat berlanjut hingga 10 tahun pasca menopause.1
Di Indonesia dikatakan tahun 2000 perempuan yang berusia 50 tahun telah
memasuki menopause sebanyak 15,5 juta, diperkirakan pada tahun 2020 perempuan yang
berusia lebih dari 50 tahun telah memasuki menopause sebanyak 30,3 juta jiwa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), pada tahun
1990, total populasi wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia mencapai 476
juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 1,2 milyar orang.1
Pada saat menopause wanita sering timbul keluhan-keluhan. Perubahan fisik yang
terasa dan menimbulkan rasa tidak nyaman adalah adanya semburan panas (hot flushes)
dari dada keatas yang sering diikuti oleh keringat banyak. Semburan panas ini bisa
berlangsung selama beberapa detik sampai 1 jam. Ini merupakan gejala yang paling
sering dijumpai. Perubahan dan keluhan lain yang dirasakan lagi seperti depresi, lekas
marah, gelisah, libido menurun, keropos tulang, nyeri tulang belakang, kenaikan
kolesterol darah hingga pengerasan pembuluh darah, juga berat badan sedikit meningkat
karena terjadi adipositas atau penimbunan lemak.1
Persiapan menghadapi menopause sudah dilakukan sejak memasuki usia 30 tahun,
akrena memasuki usia 40 tahun terjadi penurunan hormon estrogen secara normal.
Persiapan menghadapi menopause dapat berupa olahraga teratur, rajin mengkonsumsi
suplemen kalsium, minum susu atau makanan berkalsium tinggi, membiarkan kulit
tangan dan kaki terkena sinar matahari pagi setidaknya setengah jam setiap hari, dan
banyak melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki dan lari pagi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menopause
2.1.1. Definisi Menopause
Menopause adalah masa terjadinya penghentian menstruasi permanen setelah
hilangnya aktivitas ovarium terjadi rata-rata pada usia kurang lebih 51 tahun.2
Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >40 mIU/ml
dan kadar estradiol < 20 pg/ml, maka wanita tersebut dapat dikatakan telah mengalami
menopause.2
2.1.2. Patofisiologi
Pada wanita menopause hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan menurunkan
kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormon - hormon hipofisis untuk
menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita mempunyai kurang lebih 750.000
folikel primordial. Dengan meningkatnya usia, jumlah folikel tersebut akan semakin
berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata jumlah folikel primordial menurun sampai
beberapa ribu buah, yang disebabkan oleh adanya proses ovulasi pada setiap siklus juga
karena adanya apoptosis yaitu proses folikel primordial yang mati dan terhenti
pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus-menerus selama kehidupan seorang wanita,
hingga pada usia sekitar 50 tahun fungsi ovarium menjadi sangat menurun. Apabila
jumlah folikel mencapai jumlah yang kritis, maka akan terjadi gangguan sistem
pengaturan hormon yang terjadinya insufisiensi korpus luteum, siklus haid anovulatorik
dan pada akhirnya terjadi oligomenore.3
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis menopause ditegakkan dengan :
- Tidak haid selama > 12 bulan berturut - turut pada usia 40 - 50 tahun dan atau
- Kadar FSH >40 mIU/ml dan E2 <20pg/ml (2x pemeriksaan).2
2.1.7.2.Atrofi Urogenital
Produksi estrogen yang sangat rendah pada usia menopause akhir, atau bertahun-
tahun setelah kastrasi, atrofi permukaan mukosa vagina akan terjadi, yang disertai
dengan vaginitis, pruritus, dispareunia, dan stenosis.6
Kehilangan estrogen menyebabkan vagina kehilangan kolagen, jaringan adiposa,
dan kemampuan untuk menahan air. Sebagaimana dinding vagina menyusut, rugae
akan merata dan menghilang. Epitel permukaan akan kehilangan lapisan luar yang
berserat dan kemudian menipis ke beberapa lapisan sel, dan berkurangnya rasio
antara selsuperfisial dan sel basal. Akibatnya, permukaan vagina rentan terhadap
perdarahan dengan trauma minimal. Sementara perubahan ini terjadi, pembuluh
darah di dinding vagina sempit dan sekresi dari kelenjar sebaceous berkurang.
Seiring waktu vagina itu sendiri berkontraksi dan kehilangan fleksibilitasnya,
sementara labia minora menjadi lebih pucat dan lebih kecil. Selain itu, pH menjadi
lebih alkali, yang membuat lingkungan vagina yang kurang ramah terhadap
lactobacilli dan lebih rentan terhadap infeksi oleh patogen urogenital dan fekal.
Organisme penyebab infeksi dapat naik ke sistem saluran kemih yang menyebabkan
uretritis, infeksi saluran kemih, dan sistitis.6
2.1.7.3. Osteoporosis
Osteoporosis, atau massa tulang yang berkurang, mempengaruhi sekitar 30 juta
wanita di Amerika Serikat, atau sekitar 55% dari wanita diatas usia 50 tahun. Faktor
risiko terhadap terjadinya osteoporosis antara lain termasuk usia, ras Asia atau
Kaukasia, riwayat keluarga, kerangka tubuh kecil, riwayat fraktur sebelumnya,
menopause dini, dan ooforektomi. sebelumnya. Faktor risiko yang lain termasuk
penurunan asupan kalsium dan vitamin D, merokok, dan gaya hidup. Kondisi medis
yang terkait dengan peningkatan risiko osteoporosis meliputi anovulasi selama masa
reproduksi (misalnya, sekunder untuk latihan berlebih atau gangguan makan),
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, penyakit ginjal kronis, dan penyakit yang
memerlukan penggunaan kortikosteroid sistemik.6
Ketika kadar estrogen menurun, remodeling tulang meningkat. Setiap unit
perbaikan dimulai oleh pelepasan osteoklas diikuti oleh pengisian osteoblast.
Estrogen memberikan sebuah penekanan tonik terhadap perbaikan dan memelihara
keseimbangan antara aktivitas osteoklastik dan osteoblastik, dengan tidak adanya
estrogen, aktivitas osteoklastik mendominasi, yang berakibat pada resorbsi tulang.
Estrogen memiliki anti-resorptive effect.6,8
1. Estrogen hanya digunakan bila ada indikasi, dengan dosis rendah dan dalam waktu
sesingkat mungkin sesuai dengan keluhan
2. Estrogen dapat digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan vasomotor
atrofi genital, osteoporosis serta penyakit jantung aterosklerosis
3. Bila uterus utuh sebaiknya estrogen dikombinasikan dengan progestin pada akhir
siklus (7-10 hari)
4. Preparat estrogen topikal baik untuk kasus atrofi vulvavagina
5. Bila timbul perdarahan pervaginam, harus diperiksa dengan teliti
6. Setiap tahun pasien yang diobati dengan preparat estrogen harus diperiksa keadaan
panggul, mamae, TD, dan pemeriksaan sitologi
7. Terapi estrogen tidak boleh diberikan pada wanita dengan estrogen dependent
tumor
8. Sebelum terapi hormonal pengganti dilaksanakan, pasien harus diberikan
penerangan mengenai keuntungan dan kerugiannya
2.1.8.2.2. Kontraindikasi
1. Kanker endometrium
2. Kanker payudara
3. Gangguan fungsi hati berat
4. Perdarahan pervaginam yang sebabnya tidak jelas
5. Tromboemboli
6. Penyakit arteri coronaria, angina, infark
7. Meningioma
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghani, L. Seluk Beluk Menopause. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.2000;4 :193-5
2. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. 2015..
3. Amran R. Penanda CTX dan N-MID Osteocalcin pada Perempuan Peri/Post
Menopause. Unsri Press. 2011
4. Wirakusumah F, Mose J. Hormon Fisiologi Alat Reproduksi. Obstetri Fisiologi.
Jakarta : EGC; 2009
5. Nasution, H.H.D. Perbandingan Keluhan Pada Paramedis Masa Perimenopause dan
Pascamenopause dengan Menggunakan Menopause Rating Scale di RSUP Haji Adam
Malik Medan dan RS Jejaring FK USU. 2013. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39231/4/Chapter%20II.pdf.
6. Berek J. Menopause: Gynecology. 16th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Publishers; 2007.
7. Pitkin J, Peattie A. Menopause: Physiological Changes. Obstetrics and Gynecology
An Illustrated Colour Text. Elsevier Science Limited. 2003.
8. Hart D, Norman J. The Menopause: Gynecology Illustrated. 5 th edition. Harcourt
Publishers Limited; 2000