0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
177 tayangan11 halaman

Css - Menopause Dan Permasalahannya

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 11

REFERAT

MENOPAUSE DAN PERMASALAHANNYA

Disusun oleh:

CHIORIN ADEELA
12100114048

Preseptor:
dr. H. Rizki Safaat Nurahim., Sp.OG,M.Kes

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSU DR. SLAMET GARUT
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menopause merupakan kejadian yang normal pada seorang wanita dan setiap wanita
pasti akan mengalami masa menopause. Seiring dengan bertambahnya usia, semua fungsi
organ tubuh mulai menunjukkan perubahan - perubahan yang signifikan. Salah satunya
adalah menurunnya fungsi reproduksi yaitu ovarium.
Menopause terjadi diakibatkan oleh perubahan hormonal (estrogen dan progesteron)
dalam tubuh. Secara klinis menopause didiagnosa setelah 12 bulan berturut-turut terjadi
amenorae, dihitung sejak menstruasi terakhir. Menurut Shifren (2006) menopause bisanya
terjadi pada usia rata - rata 51 tahun. Sebanyak 75 % wanita perimenopause mengalami
gejala vasomotor. Gejala ini dapat menetap selama 1-2 tahun setelah menopause tetapi
dapat berlanjut hingga 10 tahun pasca menopause.1
Di Indonesia dikatakan tahun 2000 perempuan yang berusia 50 tahun telah
memasuki menopause sebanyak 15,5 juta, diperkirakan pada tahun 2020 perempuan yang
berusia lebih dari 50 tahun telah memasuki menopause sebanyak 30,3 juta jiwa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), pada tahun
1990, total populasi wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia mencapai 476
juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 1,2 milyar orang.1
Pada saat menopause wanita sering timbul keluhan-keluhan. Perubahan fisik yang
terasa dan menimbulkan rasa tidak nyaman adalah adanya semburan panas (hot flushes)
dari dada keatas yang sering diikuti oleh keringat banyak. Semburan panas ini bisa
berlangsung selama beberapa detik sampai 1 jam. Ini merupakan gejala yang paling
sering dijumpai. Perubahan dan keluhan lain yang dirasakan lagi seperti depresi, lekas
marah, gelisah, libido menurun, keropos tulang, nyeri tulang belakang, kenaikan
kolesterol darah hingga pengerasan pembuluh darah, juga berat badan sedikit meningkat
karena terjadi adipositas atau penimbunan lemak.1
Persiapan menghadapi menopause sudah dilakukan sejak memasuki usia 30 tahun,
akrena memasuki usia 40 tahun terjadi penurunan hormon estrogen secara normal.
Persiapan menghadapi menopause dapat berupa olahraga teratur, rajin mengkonsumsi
suplemen kalsium, minum susu atau makanan berkalsium tinggi, membiarkan kulit
tangan dan kaki terkena sinar matahari pagi setidaknya setengah jam setiap hari, dan
banyak melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki dan lari pagi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause
2.1.1. Definisi Menopause
Menopause adalah masa terjadinya penghentian menstruasi permanen setelah
hilangnya aktivitas ovarium terjadi rata-rata pada usia kurang lebih 51 tahun.2
Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >40 mIU/ml
dan kadar estradiol < 20 pg/ml, maka wanita tersebut dapat dikatakan telah mengalami
menopause.2

2.1.2. Patofisiologi
Pada wanita menopause hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan menurunkan
kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormon - hormon hipofisis untuk
menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita mempunyai kurang lebih 750.000
folikel primordial. Dengan meningkatnya usia, jumlah folikel tersebut akan semakin
berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata jumlah folikel primordial menurun sampai
beberapa ribu buah, yang disebabkan oleh adanya proses ovulasi pada setiap siklus juga
karena adanya apoptosis yaitu proses folikel primordial yang mati dan terhenti
pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus-menerus selama kehidupan seorang wanita,
hingga pada usia sekitar 50 tahun fungsi ovarium menjadi sangat menurun. Apabila
jumlah folikel mencapai jumlah yang kritis, maka akan terjadi gangguan sistem
pengaturan hormon yang terjadinya insufisiensi korpus luteum, siklus haid anovulatorik
dan pada akhirnya terjadi oligomenore.3

2.1.3. Perubahan Metabolisme Hormonal pada Menopause


Estrogen merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh ovarium. Estrogen
berperan dalam tumbuh kembang jaringan yang berasal dari saluran Muller, berperan
dalam diferensiasi seks serta perkembangan seks sekunder, perkembangan payudara,
berperan terhadap hormon FSH dan LH, berperan dalam pertumbuhan folikel dan
ovarium, berperan dalam penutupan lempeng epifisis dan pertumbuhan tulang,
menurunkan plasma kolesterol, menghambat aterogenesis, menambah sekresi kelenjar
sebasea, serta menyebabkan retensi air dan garam.4
Pada wanita dengan siklus haid normal, estrogen terbesar adalah estradiol yang
berasal dari ovarium. Disamping estradiol terdapat pula estron yang berasal dari konversi
androstenedion di jaringan perifer. Selama siklus haid pada masa reproduksi, kadar
estradiol berkisar antara 40-80 pg/ml, pada pertengahan fase folikuler berkisar antara 60-
100 pg/ml, pada akhir fase folikuler berkisar antara 100-400 pg/ml dan pada fase luteal
berkisar antara 100-200 pg/ml. Kadar rata-rata estradiol selama siklus haid normal adalah
80 pg/ml sedangkankadar estron berkisar antara 40-400 pg/ml. Memasuki masa
perimenopause aktivitas folikel dalam ovarium mulai berkurang. Ketika ovarium tidak
menghasilkan ovum dan berhenti memproduksi estradiol, kelenjar hipofise berusaha
merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen, sehingga terjadi peningkatan
produksi FSH. Terdapat peningkatan 10-20 kali lipat pada kadar FSH dan 3 kali lipat
pada kadar LH, yang mencapai kadar maksimal 1-3 tahun setelah menopause. 3
Peningkatan kadar FSH dan LH saat ini dalam kehidupan adalah bukti dari terjadinya
kegagalan ovarium. Meskipun perubahan ini mulai terjadi 3 tahun sebelum menopause,
penurunan produksi estrogen oleh ovarium baru tampak sekitar 6 bulan sebelum
menopause. Pada pasca menopause kadar LH dan FSH meningkat, FSH biasanya akan
lebih tinggi dari LH sehingga rasio FSH/LH menjadi lebih besar dari satu. Hal ini
disebabkan oleh hilangnya mekanisme umpan balik negatif dari steroid ovarium dan
inhibin terhadap pelepasan gonadotropin. Diagnosis menopause dapat ditegakkan bila
kadar FSH lebih dari 40 mIU/ml.3

2.1.4. Perubahan Siklus Haid


Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari pola
haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami perubahan dalam siklus
haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita
dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan
mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase folikel.
Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari
dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat.5
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau
sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur
Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan.
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh siklus
anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan mengalami
spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus haid yang
pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut
selalu berdarah.5
Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid.
Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron.
Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan
perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita perimenopause dan
postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa lebih
kurang 90% wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-
12% dari wanita premenopause yang mengalami amenore mendadak.5

2.1.5. Keluhan Wanita Menopause


Menopause, terhentinya menstruasi secara permanen terjadi pada usia rata-rata 51
tahun. Meskipun terjadi peningkatan besar dalam harapan hidup perempuan, usia saat
menopause tetap sangat konstan. Seorang wanita di Amerika Serikat saat ini akan hidup
sekitar 30 tahun, atau lebih dari sepertiga hidupnya, di luar keadaan menopause. Setelah
menopause, ovarium berhenti untuk memproduksi sejumlah besar estrogen, sehingga
gejala dan penyakit yang berhubungan dengan defisiensi estrogen adalah hal yang
penting untuk kesehatan perempuan.6
Usia saat menopause tampaknya ditentukan secara genetik dan tidak dipengaruhi
oleh ras, status sosial ekonomi, usia saat menarche, atau jumlah ovulasi sebelumnya.
Faktor-faktor yang berbahaya bagi ovarium sering mengakibatkan usia dini dari
menopause, perempuan yang merokok mengalami menopause lebih awal, seperti halnya
juga pada perempuan yang terpapar kemoterapi atau radiasi panggul. Wanita yang telah
menjalani operasi pada indung telur mereka, atau pernah menjalani histerektomi,
walaupun tanpa pengangkatan indung telur mereka, mungkin juga mengalami menopause
dini. Kegagalan ovarium prematur, yang didefinisikan sebagai menopause sebelum usia
40 tahun, terjadi pada sekitar 1% dari wanita. Ini mungkin terjadi secara idiopatik atau
berhubungan dengan paparan racun, kelainan kromosom, atau gangguan autoimun.6
Meskipun menopause dikaitkan dengan perubahan hormon pada hipotalamus dan
hipofisis yang mengatur siklus menstruasi, menopause bukanlah peristiwa sentral, tetapi
kegagalan ovarium lebih utama. Pada tingkat ovarium, ada deplesi folikel ovarium,
kemungkinan besar sekunder untuk apoptosis atau kematian sel terprogram. Ovarium
tidak lagi mampu merespon hormon hipofisis, follicle-stimulating hormone (FSH), dan
luteinizing hormone (LH), dan produksi dari estrogen dan progesteron terhenti.6
Beberapa sistem penilaian telah dikembangkan untuk menggambarkan banyak
perubahan yang mencakup transisi dari kehidupan reproduksi postmenopause. Tahun-
tahun reproduksi akhir ditandai dengan siklus menstruasi biasa yang terkait dengan
peningkatan FSH. Masa transisi menopause ditandai dengan peningkatan kadar FSH yang
terkait dengan siklus menstruasi yang memanjang, sedangkan periode pascamenopause
ditandai dengan amenore. Masa transisi menopause dimulai dengan siklus menstruasi
yang memanjang diikuti oleh meningkatnya kadar FSH dan berakhir dengan periode
menstruasi terakhir. Menopause didefinisikan sebagai waktu periode menstruasi terakhir
diikuti dengan 12 bulan amenore. Postmenopause menggambarkan periode setelah
menstruasi terakhir.6
Patofisiologi menopause mungkin paling dipahami dengan mempertimbangkan
bahwa ovarium merupakan satu-satunya sumber oosit, sumber utama dari estrogen dan
progesteron, dan sumber utama dari androgen. Infertilitas disebabkan oleh terjadinya
deplesi dari oosit. Penghentian produksi progesteron oleh ovarium tampaknya tidak
memiliki dampak klinis kecuali untuk peningkatan resiko terjdinya proliferasi
endometrium, hiperplasia, dan kanker yang terkait dengan produksi.6
Keluhan utama pada wanita menopause terutama terkait dengan terjadinya defisiensi
estrogen. Mempelajari efek defisiensi estrogen dan penggantian pada wanita muda
dengan kegagalan ovarium atau obat yang menekan sintesis estrogen (seperti
gonadotropin-releasing hormone antagonis) membantu untuk membedakan antara efek
penuaan dan defisiensi estrogen.6

2.1.6. Diagnosis
Diagnosis menopause ditegakkan dengan :
- Tidak haid selama > 12 bulan berturut - turut pada usia 40 - 50 tahun dan atau
- Kadar FSH >40 mIU/ml dan E2 <20pg/ml (2x pemeriksaan).2

2.1.7. Gangguan Kesehatan Pada Menopause


Masalah kesehatan utama wanita menopause termasuk gejala vasomotor, atrofi
urogenital, osteoporosis, penyakit jantung, kanker, penurunan kognitif, dan masalah
seksual.6,7
2.1.7.1. Gejala Vasomotor
Gejala vasomotor mempengaruhi sampai 75% wanita perimenopause. Gejala
dapat terjadi untuk 1 sampai 2 tahun setelahmenopause pada sebagian besar wanita,
namun dapat terus sampai 10 tahun atau lebih wanita lainnya. Hot flashes adalah
alasan utama mengapa perempuan mencari perawatan saat menopause dan
permintaan akan pengobatan terapi hormonal. Hot flashes tidak hanya mengganggu
perempuan di tempat kerja dan mengganggu kegiatan sehari-hari tetapi juga
mengganggu tidur. Banyak wanita yang melaporkan kesulitan berkonsentrasi dan
terjadinya ketidakstabilan emosional selama masa transisi menopause. Insiden
penyakit tiroid meningkat seiring dengan pertmbahan usia wanita, sehingga
pemeriksaan fungsi tiroid harusdilakukan jika dijumpai gejala vasomotor yang khas
atau resisten terhadap terapi yang diberikan.6
Mekanisme fisiologis yang mendasari terjadinya hot flashes masih belum
sepenuhnya dipahami. Sebuah peristiwa sentral, mungkin dimulai di hipotalamus,
mendorong peningkatan suhu inti tubuh, tingkat metabolisme, dan suhu kulit. Hal ini
mengakibatkan reaksi ini dalam terjadinya vasodilatasi perifer dan berkeringat pada
beberapa wanita. Peristiwa sentral mungkin dipicu oleh noradrenergik,
serotoninergic, atau aktivasi dopaminergik. Meskipun lonjakan LH sering terjadi
pada saat hot flashes, itu bukan penyebab, karena gejala vasomotor juga terjadi pada
wanita dengan kelenjar hipofisis yang telah diangkat. Seperti apa peran dari estrogen
dalam terjadinya hal ini masih belum diketahui secara pasti. Gejala vasomotor adalah
konsekuensi dari penurunan kadar hormon estrogen.6
Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa panas, berkeringat dan
kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka, leher dan dada. ansietas juga sering
menyertai hot flashes. Tanda-tanda obyektif dari vasodilatasi cutaneous seperti
flusing dan berkeringat diamati, yang diikuti oleh penurunan suhu inti tubuh, yang
menyebabkan beberapa wanita akan merasa dingin setelah setelah terjadinya
semburan panas.6
Gejala secara lainnya meliputi palpitasi, gelisah, mudah marah, dan keringat
malam. Hot flashes dapat terjadi selama beberapa detik, dan dapat juga terjadi
sampai beberapa jam.6

2.1.7.2.Atrofi Urogenital
Produksi estrogen yang sangat rendah pada usia menopause akhir, atau bertahun-
tahun setelah kastrasi, atrofi permukaan mukosa vagina akan terjadi, yang disertai
dengan vaginitis, pruritus, dispareunia, dan stenosis.6
Kehilangan estrogen menyebabkan vagina kehilangan kolagen, jaringan adiposa,
dan kemampuan untuk menahan air. Sebagaimana dinding vagina menyusut, rugae
akan merata dan menghilang. Epitel permukaan akan kehilangan lapisan luar yang
berserat dan kemudian menipis ke beberapa lapisan sel, dan berkurangnya rasio
antara selsuperfisial dan sel basal. Akibatnya, permukaan vagina rentan terhadap
perdarahan dengan trauma minimal. Sementara perubahan ini terjadi, pembuluh
darah di dinding vagina sempit dan sekresi dari kelenjar sebaceous berkurang.
Seiring waktu vagina itu sendiri berkontraksi dan kehilangan fleksibilitasnya,
sementara labia minora menjadi lebih pucat dan lebih kecil. Selain itu, pH menjadi
lebih alkali, yang membuat lingkungan vagina yang kurang ramah terhadap
lactobacilli dan lebih rentan terhadap infeksi oleh patogen urogenital dan fekal.
Organisme penyebab infeksi dapat naik ke sistem saluran kemih yang menyebabkan
uretritis, infeksi saluran kemih, dan sistitis.6

2.1.7.3. Osteoporosis
Osteoporosis, atau massa tulang yang berkurang, mempengaruhi sekitar 30 juta
wanita di Amerika Serikat, atau sekitar 55% dari wanita diatas usia 50 tahun. Faktor
risiko terhadap terjadinya osteoporosis antara lain termasuk usia, ras Asia atau
Kaukasia, riwayat keluarga, kerangka tubuh kecil, riwayat fraktur sebelumnya,
menopause dini, dan ooforektomi. sebelumnya. Faktor risiko yang lain termasuk
penurunan asupan kalsium dan vitamin D, merokok, dan gaya hidup. Kondisi medis
yang terkait dengan peningkatan risiko osteoporosis meliputi anovulasi selama masa
reproduksi (misalnya, sekunder untuk latihan berlebih atau gangguan makan),
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, penyakit ginjal kronis, dan penyakit yang
memerlukan penggunaan kortikosteroid sistemik.6
Ketika kadar estrogen menurun, remodeling tulang meningkat. Setiap unit
perbaikan dimulai oleh pelepasan osteoklas diikuti oleh pengisian osteoblast.
Estrogen memberikan sebuah penekanan tonik terhadap perbaikan dan memelihara
keseimbangan antara aktivitas osteoklastik dan osteoblastik, dengan tidak adanya
estrogen, aktivitas osteoklastik mendominasi, yang berakibat pada resorbsi tulang.
Estrogen memiliki anti-resorptive effect.6,8

2.1.7.4. Penyakit Kardiovaskular


Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita,
terhitung sekitar 45% dari angka mortalitas. Faktor risiko Nonmodifiable termasuk
usia dan riwayat keluarga. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk merokok,
obesitas, dan gaya hidup. Kondisi medis yang terkait dengan peningkatan risiko
penyakit jantung termasuk diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.6
Di masa lalu, pencegahan penyakit jantung dianggap merupakan manfaat dari
terapi hormon. Studi epidemiologi melaporkan penurunan sekitar 50% pada penyakit
jantung pada wanita yang menggunakan terapi hormon. Kelainan kardiovaskular
menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada wanita menopause. Penyebab
lain berturut-turut adalah patah tulang, kanker payudara dan kanker endometrium.6
Pada tahun 2000, 38% wanita di Amerika Serikat berumur 45 tahun atau lebih,
pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat menjadi 45%. Satu dari sembilan
wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit kardiovaskular dan
setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3. Kira-kira 40% penyakit
koroner pada wanita berakibat fatal dan 67% dari semua kematian mendadak yang
terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit jantung koroner. Mereka
kehilangan daya tahan terhadap penyakit jantung koroner akibat berkembangnya
menopause, dan meningkatnya insiden penyakit ini bukan karena perubahan gaya
hidup atau faktor risiko tetapi karena perubahan lipoprotein yang terjadi pada
menopause.6
Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk terjadinya
penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mg/dL risiko akan
menurun sampai 50%. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko penting untuk
penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit jantung jika kadar
trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah. Banyak bukti yang mengatakan
bahwa pengaruh kardioprotektif dari terapi pengganti estrogen adalah pada kadar
lipid serum.6

2.1.7.5. Gangguan Fungsi Seksual


Banyak wanita mengalami disfungsi seksual , meskipun insidensi dan etiologi
yang tepat masih belum diketahui. Disfungsi seksual mungkin melibatkan penurunan
minat atau keinginan untuk memulai aktivitas seksual, serta penurunan gairah atau
kemampuan untuk mencapai orgasme selama hubungan seksual . Etiologi disfungsi
seksual disebabkan oleh banyak faktor, termasuk masalah psikologis seperti depresi
atau gangguan kecemasan, konflik dalam hubungan, masalah yang berkaitan dengan
penyimpangan seksual, penggunaan obat, atau masalah fisik yang membuat aktivitas
seksual menjadi tidak nyaman, seperti endometriosis atau atrofi vaginitis.
Menganalisis data dari Badan Kesehatan Nasional dan Survei Kehidupan Sosial ,
sampel probabilitas perilaku seksual yang dilakukan pada tahun 1992 dengan
kelompok orang dewasa , prevalensi disfungsi seksual di Amerika Serikat
diperkirakan setinggi 43 % pada wanita dan 31 % di laki-laki . Meskipun beberapa
studi menggambarkan penurunan tingkat keinginan dan aktivitas pada wanita yang
lebih tua, masalah seksual yang umum dan tidak secara khusus merupakan masalah
pada masa menopause.6
Disfungsi seksual wanita setelah menopause adalah masalah yang kompleks
dengan berbagai etiologi. Evaluasi seksama dari segi fisiologis, psikologis, gaya
hidup, dan hubungan variabel diperlukan untuk mengoptimalkan terapi. Pengobatan
kecemasan dan depresi, penyesuaian obat antidepresan, dan konseling hubungan
dapat meningkatkan fungsi seksual. Latihan khusus sering dilakukan di bawah
bimbingan seorang terapi seks, membantu banyak perempuan dan pasangan dengan
disfungsi seksual. Pengobatan khusus atrofi genitourinari dengan terapi estrogen
vagina sistemik atau lokal atau pelumas vagina efektif mengurangi dispareunia dan
dapat meningkatkan gairah seksual.6

2.1.7.6. Gangguan Psikologis


Dalam penelitian SWAN Amerika, prevalensi perubahan mood meningkat dari
premenopause ke perimenopause awal, dari sekitar 10 % menjadi sekitar 16,5 %,
Ada tiga kemungkinan:
1. Penurunan estrogen saat menopause mempengaruhi neurotransmitter yang
mengatur mood,
2. Mood dipengaruhi oleh gejala vasomotor,
3. Mood dipengaruhi oleh perubahan hidup yang umumnya lazim disekitar masa
menopause. Beberapa dapat berpendapat bahwa perubahan mood ini dalam
menanggapi fluktuasi hormonal terjadi selama tahun-tahun perimenopause.5

2.1.8. Pengelolaan Menopause


2.1.8.1. Prinsip pengelolaan menopause2

1. Estrogen hanya digunakan bila ada indikasi, dengan dosis rendah dan dalam waktu
sesingkat mungkin sesuai dengan keluhan
2. Estrogen dapat digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan vasomotor
atrofi genital, osteoporosis serta penyakit jantung aterosklerosis
3. Bila uterus utuh sebaiknya estrogen dikombinasikan dengan progestin pada akhir
siklus (7-10 hari)
4. Preparat estrogen topikal baik untuk kasus atrofi vulvavagina
5. Bila timbul perdarahan pervaginam, harus diperiksa dengan teliti
6. Setiap tahun pasien yang diobati dengan preparat estrogen harus diperiksa keadaan
panggul, mamae, TD, dan pemeriksaan sitologi
7. Terapi estrogen tidak boleh diberikan pada wanita dengan estrogen dependent
tumor
8. Sebelum terapi hormonal pengganti dilaksanakan, pasien harus diberikan
penerangan mengenai keuntungan dan kerugiannya

2.1.8.2. Pemberian Hormon Pengganti2


2.1.8.2.1. Indikasi
1. Wanita dengan pengangkatan kedua indung telur pada usia reproduksi
2. Wanita dengan risiko osteoporosis & penyakit kardiovaskuler
3. Wanita yang mendapat gejala sindroma menopause yang mengganggu kehidupan
sehari-hari

2.1.8.2.2. Kontraindikasi
1. Kanker endometrium
2. Kanker payudara
3. Gangguan fungsi hati berat
4. Perdarahan pervaginam yang sebabnya tidak jelas
5. Tromboemboli
6. Penyakit arteri coronaria, angina, infark
7. Meningioma

2.1.8.3. Terapi Hormon Pengganti

No Regimen Estrogen Progesteron Catatan


I Estrogen saja Kontinyu Tidak perlu Tanpa rahim
II Kombinasi Estrogen dan Progesteron ( untuk perempuan yang
memiliki rahim)
a Kombinasi Kontinyu Sekuensial (10- Perdarahan
Sekuensial 14 hari per lucut
siklus)
b Estrogen Kontinyu Kontinyu Tidak haid atau
Progesteron perdarahan
Kontinyu bercak
Tabel I. Terapi Hormon Pengganti2

Jenis Cara (Kontinyu) Dosis (per hari)


Estrogen konjugasi 17 Oral 0,3 - 0,625 mg
estradiol Oral 1-2 mg
Transdermal 50 - 100 mg
Subkutan 25 mg
Estradiol valerat Oral 1-2 mg
Estradiol (estron sulfat Oral 0,625 - 1,25 mg
piperasin)
Tabel II. Jenis dan Dosis Estrogen yang dianjurkan2

Jenis Terapi Sekuensial (per hari) Terapi Kontinyu (per hari)


Progesteron 300 mg 100 mg
Medroksi Progesteron 10 mg 2,5 - 5 mg
Asetat (MPA)
Siprosteron Asetat 1 mg 1 mg
Didrogesteron 10-20 mg 10 mg
Tabel III. Jenis dan Dosis Progesteron yang dianjurkan2

Jenis Cara Dosis (per hari)


Tibolon Oral 2,5 mg
Tabel IV. Jenis Sediaan yang Sekaligus Bersifat Estrogen, Progesteron dan Androgen2

DAFTAR PUSTAKA
1. Ghani, L. Seluk Beluk Menopause. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.2000;4 :193-5
2. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. 2015..
3. Amran R. Penanda CTX dan N-MID Osteocalcin pada Perempuan Peri/Post
Menopause. Unsri Press. 2011
4. Wirakusumah F, Mose J. Hormon Fisiologi Alat Reproduksi. Obstetri Fisiologi.
Jakarta : EGC; 2009
5. Nasution, H.H.D. Perbandingan Keluhan Pada Paramedis Masa Perimenopause dan
Pascamenopause dengan Menggunakan Menopause Rating Scale di RSUP Haji Adam
Malik Medan dan RS Jejaring FK USU. 2013. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39231/4/Chapter%20II.pdf.
6. Berek J. Menopause: Gynecology. 16th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Publishers; 2007.
7. Pitkin J, Peattie A. Menopause: Physiological Changes. Obstetrics and Gynecology
An Illustrated Colour Text. Elsevier Science Limited. 2003.
8. Hart D, Norman J. The Menopause: Gynecology Illustrated. 5 th edition. Harcourt
Publishers Limited; 2000

Anda mungkin juga menyukai