0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
197 tayangan6 halaman

Spo Surveilans Iadp

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 6

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

ALIRAN DARAH PRIMER

RS MUHAMMADIYAH No Dokumen : No Revisi : Halaman :


BANDUNG SP.15.1108.355 1 1/6
Tanggal Terbit : Ditetapkan
12.11.2015 Direksi RS Muhammadiyah Bandung,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Hj Tety H Rahim,Sp.THT-KL,M.Kes,MH.Kes
Direktur
Pengertian Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah infeksi akibat
pengggunaan intra vaskuler yang ditandai dengan ditemukannya
organisme dari hasil kullutr darah semi/kualitatif dengan tanda
klinis yang jelas serta tidak disertai infeksi yang lain (tanpa ada
organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.
Pencegahan IADP adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya
IADP akibat penggunaan alat intra vaskuler.
Dokter atau perawat terlatih adalah dokter atau perawat yang telah
mendapatkan pelatihan mengenai: indikasi pemakaian alat/set
intravasculer, prosedur pemasangan intra vena, pemeliharaan kateter
intravena dan Pencegahan infeksi aliran darah sehubungan dengan
pemasangan kateter vena.
Ruang lingkup prosedur ini adalah mulai dari pelaksanaan hand
hygiene 5 saat melakukan hand hygiene sampai dengan pemberian
antibiotik profilaksis.
Tujuan 1. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah pencegahan dan
pengendalian IADP.
2. Terkendalinya angka IADP sesuai standra indikator rumah sakit.
3. Tercapainya patient safety.
Kebijakan Integrasi program pencegahan dan pengendalian infeksi dengan
perbaikan mutu dan keselamatan dalam rangka menurunkan risiko
infeksi pada pasien, staf, dan lain-lain harus dilaksanakan:
1. Secara proaktif mengidentifikasi dan menulusuri risiko infeksi,
angka infeksi, dan tren infeksi yang terkait dengan pelayanan
kesehatan dengan melakukan Surveilans Health Care
Associated Infection (HAIs) di seluruh ruang inap terhadap
risiko infeksi saluran kemih (ISK), Infeksi Aliran Darah Primer
(IADP), Infeksi Daerah Operasi (IDO), Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) Phlebitis.
2. Penggunaan informasi pengukuran yang terkait dengan masalah
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
ALIRAN DARAH PRIMER

RS MUHAMMADIYAH No Dokumen : No Revisi : Halaman :


BANDUNG SP.15.1108.355 1 2/6
infeksi secara epidemiologi bagi rumah sakit.
3. Berdasarkan kritetria risiko, tingkat risiko, dan tren risiko dalam
merancang dan memodifikasi penurunan infeksi.
4. Dengan membandingkan angka infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan dengan rumah sakit lain sebagai database komparatif.
5. Hasil pengukuran diinformasi ke Direksi, Staf, dan dinas
Kesehatan Kota Bandung.
Peraturan Direktur (SK No.443/KEP/II.6.AU/D/2015 tentang
Kebijakan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi RS
Muhammadiyah Bandung)
Prosedur 1. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP oleh dokter
atau perawat terlatih dengan melakukan hand hygiene sesuai 5
saat melakukan hand hygiene oleh semua orang di area
perawatan pasien:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik
c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak lingkungan pasien
2. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
melakukan preparasi kulit sebelum melakukan insersi oleh
dokter atau perawat terlatih meliputi:
a. Preparasi kulit daerah insersi dengan antiseptik
chlorhexidine 2% atau 70% isopropy alkohol.
b. Bila dipakai povidon iodine untuk membersihkan kulit maka
harus dilakukan preparasi dengan alkohol dahulu kemudian
diikuti providon iodine.
c. Tidak dibenarkan menggunakan salep antibiotik pada daerah
insersi.
d. Biarkan antiseptik mengering sebelum diinsersi lebih kurang
2 menit.
e. Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik.
3. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
penggunaan alat pelindung diri maksimal oleh dokter atau
perawat terlatih
a. Gunakan sarung tangan bersih pada pemasangan kateter
vena perifer.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
ALIRAN DARAH PRIMER

RS MUHAMMADIYAH No Dokumen : No Revisi : Halaman :


BANDUNG SP.15.1108.355 1 3/6
b. Pemasangan kateter vena sentral oleh operatorr dan asisten
dengan memperhatikan:
1) Gunakan topi (non steril) untuk menutupi seluruh
rambut
2) Gunakan maskter (non steril) untuk menutupi seluruh
mulut dan hidung
3) Gunakan daun steril
4) Gunakan sarung tangan steril
5) Tutupi seluruh kepala dan badan pasien dari atas sampai
bawah dengan steril drape.
4. Pelaksanaan Pencegahan IADP dalam pemilihan daerah insersi
kateter oleh dokter atau perawat terlatih
a. Insersi kateter vena perifer
1) Dianjurkan pada orang dewasa pilih ekstrimitas atas dari
pada ekstrimitas bawah
2) Bila sudah terlanjur sesegera mungkin pindahkan insersi
kateter vena perifer ekstrimitas bawah ke ekstrimitas atas
pada pasien anak, tangan, dorsum manus atau kulit kepala
dapat digunakan sebagai pilihan lain daerah kaki, lengan
atau fossa atecubiti
b. Insersi Kateter Vena Sentral
1) Insersi dilakukan pada vena subklavia, bukan vena
jugularis atau vena femoralis (rekomendasi CDC).
2) Pada vena jugularis atau vena femoralis dalam tindakan
hemodialisis dan pheresis untuk menghindari terjadinya
stenosis di vena subclaive (rekomendasi CDC).
3) Tidak boleh mempersingkat prosedur tindakan insersi
kateter vena yang telah ditentukan.
5. Pelaksanaan pencegahan IADP dalam pemilihan daerah insersi
kateter oleh dokter atau perawat terlatih meliputi:
a. Pilih alat dengan risiko komplikasi infeksi terendah
disesuaikan dengan kondisi pasien
b. Dianjurkan penggunaan single lumen dibandingkan multiple
lumen, kecuali dibutuhkan untuk pemberian terapi.
c. Dianjurkan gunakan kateter vena sentral melalui perifer
untuk penggunaan jangka panjang.
6. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
penilaian daerah insersi dilakukan oleh seluruh dokter atau
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
ALIRAN DARAH PRIMER

RS MUHAMMADIYAH No Dokumen : No Revisi : Halaman :


BANDUNG SP.15.1108.355 1 4/6
perawat yang terlatih meliputi:
a. Lakukan penilaian daerah insersi setiap pergantian sift
perawat, observasi tanda-tanda infeksi (tendemes, redness
dan drainage pada daerah insersi ) dan pastikan balutan
dressing bersih, kering dan utuh.
b. Lakukan pemeriksaan daerah pemeriksaan daerah insersi
kateter sentral oleh dokter setiap hari.
c. Lakukan assesment pada tempat insersi dan lokasi kateter
kebutuhan untuk tetap memasang kateter dan adanya tanda
infeksi baik secara klinis maupun laboratorium
d. Pemeriksaan daerah insersi meliputi peningkatan leukosit
atau jumlah leukosit yang sangat rendah tanpa sebab yang
jelas, demam, kemerahan, bengkak, nyeri atau adanya pus
yang keluar dari tempat insersi
e. Catat tanggal dan waktu pemasangan pada lokasi balutan
serta pada catatan pasien
7. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
penggunaan pembalut insersi kateter, oleh setiap dokter atau
perawat yang terlatih
a. Sebelum memasang pembalut yakinkan bahawachlorhexidin
yang digunakan sudah kering
b. Gunakan pembalut semi permeabel yang trasnparan untuk
menutupi tempat insersi. Bila pembalut tersebut tidak ada
maka dapat dipergunakan kasa pembalut.
c. Lakukan penggantian pembalut dengan :
1) Gunakan teknik steril
2) Apabila tidak terdapat kontra indikasi dapat gunakan
chlorhexidin swab pada saat pembersihan tempat insersi
selama penggantian pembalut
d. Lakukan penggantian pembalut transparan setiap minggu
setelah pemasangan insersi kateter central atau saat
penggantian pembalut. Pembalut harus diganti lebih sering
apabila tampak kotor, longgar atau saat melakukan
pemeriksaan bila dianggap perlu. Pada anak mengganti
balutan dapat dilakukan lebih sering kurang dari seminggu.
8. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
penggantian kateter vena oleh dokter atau perawat yang
terlatih.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
ALIRAN DARAH PRIMER

RS MUHAMMADIYAH No Dokumen : No Revisi : Halaman :


BANDUNG SP.15.1108.355 1 5/6
a. Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter vena di lokasi
yang dapat dilihat dengan jelas
b. Alat/set kateter vena terdiri atas seluruh bagian mulai dari
ujung selang yang masuk ke kontainer cairan infus sampai
ke konektor
c. Ganti selang penghubung tersebut bila alat intra vena diganti
d. Ganti selang kateter vena dengan interval tidak kurang dari
72 jam pada orang dewasa, kecuali ada indikasi klinis
e. Pada anak kateter vena tidak diganti sampai terapi intra vena
selesai kecuali terjadi komplikasi (phlebitis, inflamasi)
f. Frekuensi untuk mengubah lokasi kateter pada insersi
kateter sentral ditetapkan oleh dokter
g. Pada kondisi kegawatan dimana tindakan aseptik tidak dapat
dilakukan selama insersi kateter sentral maka harus diubah
lokasinya secepat mungkin dalam waktu kurang dari 24 jam.
Perkecualian tersebut harus dicatat penyebabnya.
h. Kultur dan sensitivitas pada ujung kateter hanya dilakukan
atas perintah dokter dan dilakukan oleh petugas yang sudah
terlatih
i. Penggantian kateter sentral dilakukan pada tempat yang
berbeda bila terjadi infeksi akibat pemakaian kateter tersebut
j. Ganti selang yang dipakai untuk memasukan darah,
komponen darah atau emulsi lemak dalam 24 jam dari awal
pemasangan infuse.
9. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
penggunaan cairan pararenteral oleh seluruh perawat atau
dokter yang terlatih
a. Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol
cairan parenteral yang mengandung lemak
b. Bila hanya emulsi lemak yang diberikan selesaikan infus
dalam 12 jam setelah botol emulsi mulai digunakan
10. Pelaksanaan PPI IADP dalam pemberian injeksi melalui port
injeksi intra vena oleh dokter atau yang terlatih
a. Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70%
b. Campurkan seluruh cairan parerentral di depo farmasi dalam
laminar flow hood dengan tehnik steril
11. Pelaksanaan Pencegahan IADP dalam penggunaan vial multi
dosis oleh dokter atau perawat yang terlatih
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
ALIRAN DARAH PRIMER

RS MUHAMMADIYAH No Dokumen : No Revisi : Halaman :


BANDUNG SP.15.1108.355 1 6/6
a. Simpan vial multi dosis yang sudah di buka dalam kulkas
bila direkomendasikan dari pabrik beri tanggal buka, nama
pasen dan tanggal lahir pasien
b. Tutup karet penutup dengan kertas parafilm, bersihkan karet
penutup vial multi dosis dengan alkohol sebelum
menusukan alat ke vial
c. Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil cairan dai
vial multidosis dan hindari kontaminasi alat sebelum
menembus karet vial.
d. Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila dicurigai atau
terlihat adanya kontaminasi atau bila telah mencapai tanggal
kadaluarsa.
12. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam
pemberian antibioktik profilaksis oleh dokter yang terlatih.
Jangan memberikan antimikroba sebagai prosedur rutin
sebelum pemasangan atau selam pemakaian alat intra vena
untuk mencegah kolonisasi atau infeksi bakteriemia.
Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat
2. Unit Rawat Jalan
3. Unit Rawat Inap
4. ICU
5. Unit Kamar Bedah
6. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
7. Komite Keperawatan
8. Bidang Pelayanan Medis
9. Bidang Pelayanan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai