0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
967 tayangan21 halaman

Ketombe Fix Linda

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH SWAMEDIKASI KETOMBE

Kelas Selasa Siang

Kelompok 4

ULFAISYAH (15020140008)
MUTHIA ANDINDA KHAIR (15020140028)
NUR ANNISA MUTHIA MUIS (15020140034)
NELMAYANA (15020140046)
NURLINDA PRATIWI (15020140059)
ABDUL KHAIR (15020140093)
KARISNAWATI (15020140104)
HILDA HASRANG (15020140077)
SALMAH LATUCONSINA (15020140181)
MUSDALIFAH (15020140191)
ANGGI SYAH PRATIWI (15020140200)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena nikmat yang diberikan berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Swamedikasi
Ketombe.
Penulis berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah di cerna sesuai kebutuhannya.
Makalah ini juga diharapkan bisa memberikan informasi tentang salah satu
praktikum Farmaseutik Lanjutan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah dengan baik. Kepada semua teman-teman, penulis ucapkan terima
kasih atas informasi dan kerjasama dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
segi bahasa dan penyusunan. Penulis meminta maaf karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang
sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam sebuah
makalah.
Makassar, 10 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi & Patofisiologi Ketombe

2.2 Klasifikasi Ketombe

2.3 Sasaran Terapi

2.4 Strategi Terapi

2.5 Alogaritma

2.6 Kasus Ketombe

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit
kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya
dapat mengurangi penampilan atau daya tarik dan membuat seseorang
tidak percaya diri akibat kotornya rambut apabila disertai rasa gatal yang
mengganggu.
Salah satu masalah pada kulit kepala seperti ketombe terjadi hampir
pada separuh penduduk di usia pubertas tanpa memandang jenis kelamin
dan sosial budayanya. Tidak ada penduduk di setiap wilayah geografis
yang bebas tanpa dipengaruhi oleh ketombe dalam kehidupan mereka.
Setidaknya ada 60% dari total populasi penduduk Amerika dan
Eropa mengalami masalah ketombe. Ketombe merupakan suatu kondisi
kelainan pada kulit yang sangat umum terjadi, sehingga dikatakan bahwa
semua orang pernah mengalaminya, terutama di daerah tropis dan
bertemperatur tinggi seperti Indonesia.
Pityriasis capitis atau yang biasa disebut ketombe adalah
pengelupasan kulit mati yang berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit yang
mati dan terkelupas merupakan kejadian alami yang normal apabila
pengelupasan itu jumlahnya sedikit. Namun pada beberapa orang
mengalami secara terus menerus dalam jumlah yang besar diikiuti dengan
kemerahan dan iritasi.
Beberapa penyebab timbulnya ketombe adalah kulit kering, iritasi
kulit, kepala berminyak (seborrheic dermatitis), jarang keramas, psoriasis,
eksim, sensitifitas terhadap produk perawatan rambut dan jamur. Jamur
yang dapat menyebabkan ketombe adalah Staphylococcus epidermis,
Candida albicans, Microsporum gypseum, dan Pityrosporum ovale.
Ketombe membuat penderitanya merasa sangat terganggu. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah timbulnya ketombe.
Upaya pencegahan yang dilakukan seperti keramas menggunakan sampo
yang lembut untuk mengurangi kadar minyak berlebih. Namun ketika
penggunaan sampo biasa tidak dapat mengatasi masalah ketombe maka
perlu penggunaan sampo anti ketomebe yang mengandung bahan-bahan
seperti zink, asam salisilat, selenium sulfida dan ketokonazol.
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dan patofisiologi ketombe ?
2. Untuk mengetahui klasifikasi ketombe ?
3. Untuk mengetahui sasaran terapi dalam pengobatan ketombe ?
4. Untuk mengetahui strategi terapi dalam pengobatan ketombe ?
5. Untuk mengetahui algoritma dalam pengobatan ketombe ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENYAKIT & PATOFISIOLOGI


A. Definisi Ketombe
Ketombe adalah pengelupasan kulit kepala dalam jumlah kecil
dari kulit kepala yang kelihatan normal. Banyak terjadi dan tidak
berbahaya. Ketombe bukan disebabkan oleh kulit kepala yang kotor,
namun apabila kulit kepala jarang dicuci akan menambah
penumpukan kulit kepala yang terkelupas. Ketombe bukan
disebabkan oleh pemakaian jenis shampo yang salah ataupun
karena stres (tekanan batin). Ketombe kadang menyebabkan rambut
rontok. Keadaan lain yang menyebabkan pengelupasan kulit kepala
adalah eksema, psoriasis dan infeksi jamur yang biasanya tidak
disebut sebagai ketombe (Depkes,2006).
Ketombe adalah sel kulit yang terdapat di kepala mengelupas
secara berlebihan saat proses keratinisasi belum sempurna.
Penyebab munculnya ketombe adalah terdapat jamur Malassezia
restricta dan M. globosa. Malassezia (sebelumnya merupakan
Pityrosporum) adalah ragi penyebab infeksi kulit dan kulit kepala
sehingga menyebabkan gatal. Pada kondisi hangat dan lembab serta
kepadatan penduduk yang berlebihan dan kebersihan diri yang buruk
sangat ideal untuk pertumbuhan Malassezia. Ketombe terjadi secara
eksklusif pada kulit kepala dengan tingkat sebum yang tinggi (Potluri
, et al., 2013).
Ketombe terbatas pada kulit kepala, dan melibatkan gatal,
mengelupas kulit. Pengelupasan ketombe biasanya putih sampai
kekuningan, dan mungkinmenjadi berminyak atau kering (J luis,
2015).
B. Patofisiologi Ketombe (Depkes,2006 dan J luis, 2015)

1) Ketombe disebabkan oleh dermatitis seboroikyang meningkat

sehingga terbentuk sisik atau ketombe.

2) Faktor genetik yang memilikilemak kulit berlebihan.

3) peradangan ringan pada kulit kepala yang menyebabkan

pengelupasan lapisan kulit digabung dengan gangguan kelenjar

sebaseus (minyak) baik karena produksi minyak yang berlebihan

atau malah terlalu sedikit.

4) Adanya infeksi jamur, Beberapa bentuk bukti menunjukkan peran

infeksi jamur genus Malassezia pada ketombe. Malassezia adalah

jamur lipofilik yang ditemukan terutama di daerah seboroik tubuh.

Studi telah mendeteksi Malassezia di kulit kepala pasien ketombe

dan jumlah Malassezia yang lebih tinggi. Selain itu, di antara

beberapa bahan kimia yang efektif dalam merawat ketombe

seperti azoles,hydroxypyridones, allylamines, selenium dan zinc

Mekanisme aksi adalah aktivitas antijamur .

5) Aktivitas kelenjar sebaseus, Aktivitas kelenjar sebaceous

didistribusikan ke seluruh permukaan kuli tpada manusia, kecuali

di telapak tangan dan telapak kaki. Sekresi sebum tertinggi berada

dikulit kepala. Produksi Sebum ada di bawah kontrol hormonal,


dan kelenjar sebaseus diaktifkan saat lahir di bawah pengaruhnya

dari androgen ibu melalui reseptor androgen pada sebocytes.

kelenjar sebaseus diaktifkan kembali saat pubertas berada di

bawah kendali sirkulasi androgen, menyebabkan sekresi sebum

meningkat selama masa remaja, antara usia 20 dan 30 tahun dan

kemudian berkurang. Selama masa sekresi sebum aktif, Tingkat

sekresi lebih tinggi pada pria dan dalam waktu yang lebih lama

antara 30 dan 60 tahun. Pada wanita, akan mengalami penurunan

dengan cepat setelah menopause. Dengan demikian ketombe

memiliki korelasi waktu yang kuat dengan aktivitas kelenjar

sebaseus.

2.2 KLASIFIKASI PENYAKIT


1) Ketombe Kering (Pityriasis Capitis Simples), dapat dilihat dengan
tanda yaitu adanya sisik-sisik yang berwarna putih, mengkilap serta
kering pada kulit kepala. Akibat dari ketombe kering ini adalah sangat
gatal, rambut rontok karena terganggu pertumbuhannya;
2) Ketombe Basah (Pityriasis Steatoides), tanda tanda dari ketombe
basah ini adalah berupa sisik-sisik berwarna seperti juga ketombe
kering, tapi bukan kering melainkan basah, ciri-ciri yang lain sama
seperti ketombe kering dan akibat yang ditimbulkannya tetapi kadang
kadang ketombe basah ini agak berbau dibandingkan ketombe kering.
Disamping itu lebih susah dalam penataan rambut, karena kondisi
rambut terlalu basah (Rostamailis, 2005:184)
2.3 SASARAN TERAPI
Sasaran terapi yang diambil yaitu pengobatan pada mikroba flora
normal kulit kepala yang menyebabkan ketombe.
2.4 STRATEGI TERAPI
A. NON FARMAKOLOGI
1. Melakukan massase pada kulit kepala saat keramas.
2. Memberikan diet rendah lemak.
3. Memberikan health education (menjaga kebersihan kepala).
B. FARMAKOLOGI
Obat Tradisional
Masyarakat telah melakukan berbagai penanganan
tradisional untuk mengatasi ketombe, salah satunya adalah
dengan memanfaatkan bahan-bahan herbal. Tanaman-tanaman
yang sering digunakan adalah: (E.Learning Penanganan Masalah
Sistem Integumen (Kulit, Rambut, Kuku)
1. Nanas
Nanas (Ananas comosus) memiliki kandungan air 90%
dan kaya akan Kalium, Kalsium, Iodium, Sulfur, dan Khlor.
Selain itu juga kaya Asam, Biotin, Vitamin B12, Vitamin Eserta
Enzim Bromelin. Bromelin pada buah nanas adalah enzim
proteolitik yang ditemukan pada bagian batang ,buah, dan kulit
nanas (Ananas comosus). Beberapa kegunaan dari enzim ini
adalah mengurangi pembengkakan karena luka atau operasi.
Enzim ini terus bekerja sampai jaringan kulit yang sehat
menampakkan diri. Enzim ini juga memiliki fungsi untuk
mengangkat jaringan kulit yang mati terutama pada kulit
kepala penyebab ketombe (Bagus Gunawan Usyan 2014).
Buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) adalah tanaman
obat tradisional yang mempunyai efek anti inflamasi, anti
oksidan, anti cancer, anti bakteri dan anti fungi. (E.Learning
Penanganan Masalah Sistem Integumen (Kulit, Rambut,
Kuku)
Zat-zat kimia yang terkandung di dalam nanas antara lain
adalah vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, besi,
natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, enzim bromelain, saponin,
flavonoid, polifenol. (E.Learning Penanganan Masalah Sistem
Integumen (Kulit, Rambut, Kuku). Kandungan zat kimia yang
berefek anti fungi :
a) Saponin : Menunjukkan efek anti fungi, anti bakteri, anti
inflamasi, dan mempunyai efek sitotoksik.12
b) Flavonoid : Mempunyai efek anti inflamasi, anti bakteri, anti
fungi, anti viral, anti cancer dan anti oksidan.13
c) Polifenol : Mempunyai efek anti inflamasi, anti fungi, anti
bakteri, anti cancer dan anti oksidan.
2. Lemon
Penatalaksanaan ketombe di masyarakat tidak hanya
dilakukan secara medis, tetapi juga dapat menggunakan cara
alami, salah satunya adalah dengan menggunakan air perasan
jeruk lemon. Air perasan jeruk lemon sering dipakai masyarakat
untuk mengobati ketombe karena diyakini berkhasiat, bahannya
mudah didapat, serta mengandung bahan alami. Martos dkk.
telah meneliti bahwa kandungan d-limonene dalam jeruk lemon
memiliki efek antijamur. Sebelumnya peneliti telah melakukan uji
pendahuluan dan didapatkan kadar hambat minimum (KHM) air
perasan jeruk lemon terhadap Malassezia sp. Secara invitro
adalah pada konsentrasi 25% (E.Learning Penanganan Masalah
Sistem Integumen (Kulit, Rambut, Kuku)
Lemon merupakan buah yang sering digunakan masyarakat
sebagai penyedap dalam masakan atau untuk menghilangkan
bau amis. Lemon dapat berpotensi secara biologis sebagai
antibakteri, antidiabetes, antikanker, dan antiviral Flavanoid di
dalam buah lemon membantu mencegah serangan dari patogen
termasuk bakteri, jamur, dan virus. Selain itu kandungan minyak
atsiri, alkaloid, serta sesquiterpen dan senyawa terpen lain dapat
berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur. Pada penelitian lain
menunjukkan bahwa secaramikrobiologi jeruk lemon efektif untuk
menghambat pertumbuhan jamur sebagai penyebab
ketombe(hindi,2013.)
3. Seledri
Selain pengobatan secara medis, pengobatan tradisional
untuk menghilangkan ketombe juga dapat ditemukan di
masyarakat. Salah satunya dengan cara menggunakan seledri
untuk menghilangkan ketombe. Dalam hal ini efek antimikroba
atau antijamur tanaman ini diduga memiliki peranan penting.
(E.Learning Penanganan Masalah Sistem Integumen (Kulit,
Rambut, Kuku)
4. Jeruk nipis
Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang
bemanfaat, seperti asam sitrat, asam amino, minyak atsiri,
damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang vitamin B1 dan C.2 Kandungan Gizi dalam 100gram
buah jeruk nipis mengandung vitamin C sebesar 27 miligram,
kalsium 40 miligram, fosfor 22 miligram, hidrat arang 12,4 gram,
vitamin B1 0,04 miligram, zat besi 0,6 miligram, lemak 0,1 gram,
kalori 37 gram, protein 0,8 gram dan mengandung air 86 gram
(Lusi, 2013).
Minyak atsiri yang terkandung dalam jeruk nipis
mempunyai fungsi sebagai antibakteri, yang salah satu
kandungan minyak atrisi yang mempunyai peran paling penting
dalam meghambat pertumbuhan bakteri ialah flavonoid
(Sudirman,2014)
Perasan jeruk nipis segar mengandung asam sitrat
6,15%, asam laktat 0,09%, serta sejumlah kecil asam tartarat
(Nour et al, 2010). Aktivitas antibakteri dari buah jeruk nipis
disebabkan oleh kandungan sejumlah asam organik seperti asam
sitrat yang merupakan komponen utama, kemudian asam malat,
asam laktat dan asam tartarat. Penghambatan sebagai
antibakteri dari asam organik karena penurunan pH dibawah
kisaran pertumbuhan mikroorganisme dan penghambatan
metabolisme oleh molekul asam yang terkondisosiasi (Lusi,
2013).
Senyawa aktif yang terdapat di dalam jeruk nipis adalah
hesperidin. Hesperidin bermanfaat sebagai bahan antiin lamasi,
yakni mengurangi pembengkakan, menghambat proliferasi sel
kanker, dan menunda tumorigenesis. Air jeruk nipis digunakan
sebagai pengobatan tradisional karena dapat digunakan sebagai
obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegal linu. Selain itu,
jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat disentri, sembelit,
ambeien, haid tidak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing/vertigo,
suara serak karena batuk, menambah nafsu makan, mencegah
rambut rontok, ketombe, lu/demam, mimisan, penyakit anyang-
anyangen, bau badan, dan radang hidung (Tim Penyusun, 2012:
341).
5. Daun sirih
Seiring berkembangnya pengobatan di Indonesia selain
pengobatan secara medis, pengobatan tradisional untuk
menghilangkan ketombe juga dapat diketemukan di kalangan
masyarakat. Piper betle L, merupakan salah satu tanaman obat
yang banyak tumbuh di Indonesia dan dikenal dengan nama sirih.
Minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih terkandung senyawa
fenol alam yang mempunyai daya antiseptik yang sangat kuat
(bakterisid dan fungisid) tetapi tidak sporosid (Soemiati dan Elya,
2002).
6. Pisang
Perawatan kecantikan secara tradisional dengan bahan yang
mudah didapat yaitu buah Pisang (Musa paradisiaca L.) yang
memiliki kandungan vitamin, mineral, dan elektrolit pada bagian
buahnya (Wardhany, 2014: 54). Terutama vitamin c yang
terkandung pada minyak buah Pisang (Musa paradisiaca L.)
untuk membantu mengurangi ketombe pada kulit kepala .Tumbuh
baik di daerah beriklim tropis dan di kondisi tanah manapun dan
sangat kaya senyawa yang disebut fruktooligo-sakarida
(Wardhany, 2014)
Komponen aktif yang terdapat pada minyak essensial
memiliki berbagai kemampuan sepertiinflamasi dan
antiseptik/antibakteri. Minyak essensial merupakan preparat
antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap bakteri, virus, dan
jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti
(Yuliani, 2012).
7. Pandan Wangi
Salah satu tumbuhan yang diketahui memiliki khasiat sebagai
antimikroba adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.). Sejak dahulu tumbuhan ini digunakan sebagai obat
tradisional, yaitu sebagai obat ketombe, obat lemah syaraf
(neurasthenia), tidak nafsu makan, rematik, pegal linu, sakit
disertai gelisah, rambut rontok, serta sebagai penghitam rambut.
Selain itu, tumbuhan ini digunakan sebagaiantidiabetik,
antioksidan, analgetik (obat sakit gigi), antibakteri, pewangi dan
pewarna mkanan. Senyawa yang diketahui terkandung dalam
pandan wangi adalah senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, minyak atsiri, terpenoid, dan steroid (Aini A, 2014)
Secara tradisional pandan wangi digunakan dengan cara
diminum hasil perasan air daunnya yang segar yang telah
direbus atau diseduh atau ditumbuk. Untuk pemakaian luar, daun
pandan wangi dicuci bersih dan digiling halus, kemudian
diturapkan pada luka atau kulit kepala yang berketombe (Aini A,
2014)
Obat Sintesis
1. Sampo yang mengandung obat anti Malassezia misalanya

selenium sulfida, zinc pyrithione, ketokonazol dan berbagai

sampo yang mengandung ter dan solusio terbinafine 1%,

dan sulfur ( Sri Linuwih, 2016 : 233)

2. Pengobatan dapat dilakukan dengan piroctone olamin (

octopirox). ( Tjay, 2007 : 100)

3. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan

povidone iodine 4% ( Depkes, 2006)

4. Pegobatan dapat digunakan dengan menggunakan salep

resorsinol 1-2% ( Depkes, 2006)

5. Pengobatan dapat dilakukan dengan cream miconazole,

dan ciclopirox olamin ( Jurnal J Clin Investigat Dermatol :

Seborrheic Dermatitis and Dandruff)

6. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan pemberian obat

kortikosteroid seperti Hydrocortisone 1%, Betamethasone

dipropionat 0,05%, Fluconazole, Pimecrolimus 1%,

Tacrolimus 0,1%, Lithium gluconate 8%, metronidazole

0,75% gel.( Jurnal J Clin Investigat Dermatol : Seborrheic

Dermatitis and Dandruff)

7. Untuk pengobatan sistemik dapat diberikan obat Itraconazol

oral 200 mg dan Terbinafine oral 250 mg. ( Jurnal J Clin

Investigat Dermatol : Seborrheic Dermatitis and Dandruff)


8. Pada kasus hebat dianjurkan menggunakan gel

ketokonazole 2%. ( Tjay: 2002)


2.5 ALGORITMA
Apakah sisik tersebut agak berbau dan rasa gatal yang
Apakah pada kulit kepala pasien tidak tertahankan sehingga timbul nyeri atau luka?
terdapat serpihan/sisik putih dan
terasa gatal? Ya

Ya Pasien mungkin mengalami


ketombe basah
Apakah sisik tersebut mengkilap
serta kering? Tidak
Lakukan pemeriksaan lebih lanjut
ke dokter
Ya Tidak
Lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pasien mungkin mengalami ketombe Gejala diatas mungkin disebabkan
basah oleh penyakit lain.

Terapi non Terapi Farmakologi


farmakologi

1. Lakukan
pemijatan
Menggunakan obat Menggunakan bahan sintesis (shampo)
pada kulit
tradisional dari: yang mengandung:
kepala saat
keramas. 1. Nanas 1. Selenium sulfid/Zinc pirithone.
2. Diet rendah 2. Lemon 2. Povidon iodine 4%.
lemak. 3. Seledri 3. Sulfur.
3. Edukasi 4. Jeruk nipis
kesehatan 5. Daun sirih
kepala
(menjaga
kebersihan
kepala).
Inklusi dan ekslusi

Inklusi (Depkes,2006)

Obat Yang Dapat Digunakan:

1. Shampo yang mengandung Selenium sulfid/Zinc pirithone

2. Shampo yang mengandung Mundidone (Povidone iodine 4 %)

Kegunaan Anti ketombe, perawatan rambut dan kulit kepala,

mencegah infeksi kulit kepala.

Cara pemakaian:

Untuk ketombe berlebihan, gunakan 2 kali seminggu sampai

ketombe hilang

Untuk mencegah ketombe, gunakan 1 x seminggu secara rutin

Peringatan Hentikan pengobatan jika timbul iritasi lokal. Hanya

untuk pemakaian luar

3. Shampo yang mengandung Sulfur Kegunaan Untuk

menghilangkan ketombe

Cara pemakaian :

Basahi rambut, oleskan shampo secukupnya. Gosok-gosokan

hingga berbusa. Pijatlah kulit kepala selama 1-2 menit, kemudian

bilaslah dengan air sampai bersih.

Eklusi

1. Piroctone olamin (octopirox) (tjay,2007 :100)

2. Povidone iodine 4% (Depkes,2006)

3. Salep resorsinol 1-2% (Depkes,2006)


4. Cream miconazole dan ciclopirox olamin (J luis, 2015).

5. Pemberian kortikosreroid seperti Hydrocortisone 1%,

betamethasone dipropionat0,05%, Fluconazole, pimecrolimus

1%, Tacrolimus 0,1%, lithium gluconate 8%, metronidazole

0,75% gel (J luis, 2015).

6. Untuk pengobatan sistemik obat itraconazol oral 200 mg dan

terbinafine oral 250 mg (J luis, 2015).

2.6 KASUS

Linda Sungkar berusia 21 tahun belakangan ini mengalami

gangguan kulit di kepalanya mengingat hal tersebut pernah dialami

temannya da melakukan swamedikasi sendiri sehingga Linda

Sungkar pun bergegas melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi)

dengan jeruk nipis lalu mengolesnya di bagian kulit kepala berselang

beberapa hari gatal di bagian kulit kepalanya berangsur membaik

tetapi tak lama kemudian gatal dikepalanya kembali lagi dan semakin

bertambah hingga tak dapat ditahan lagi oleh Linda Sungkar. Melihat

hal tersebut ibu Linda prihatin melihat kondisi anaknya dan

memutuskan untuk membawa ke apotek. Sesaimpainya di apotek ia

menyampaikan keluhan yang dirasakan. Setelah itu sang apoteker

mengambilkan obat yang sesuai untuk keluhan yang di derita pasien

dan memberikan edukasi kepada sang pasien.


DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM,. 2006. Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas
terbatas. departemen kesehatan : Jakarta

Efransyah. 2012. Manfaat dan Khasiat Minyak Atsiri. Diakses melalui


situs http://blogspot.pengetahuanumum.com pada tanggal 13
Desember 2012.

Hindi NKK, Chabuck ZAG. Antimicrobial activity of different aqueous


lemon extracts. Journal of Applied Pharmaceutical Science.
2013; 3(6):074-078.

Husnia Wardhany, Ketty. 2014. Khasiat Ajaib Pisang. Yogyakarta :Rapha


Publishing.

Ideawati, Zahira. Bariqina, Endang. 2001. Perawatan dan Penataan


Rambut. Adicita

Luis J., Borda., Tongyu C. Wikramanayake. 2015. Seborrheic Dermatitis


and Dandruff: A Comprehensive Review. Department of
Dermatology and Cutaneous Surgery, University of Miami
Miller School of Medicine.

Lismawati, Rostamailis, yuliana. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Sari


Seledri (Apium Graveolens) Terhadap penyembuhan Ketombe
Kering (Pityriasis Capitis). D4 Pendidikan Tata Rias dan
Kecantikan. Universitas Negeri Padang

Lusi, I. N. Pemanfaatan Kandungan. Air Jeruk Nipis (The Utilization of


Content Water Lime). Jurnal UNEJ 2013 : I (1) : h. 1-4.

Nitihapsari. Yulieta 2010. Efektivitas Ekstrak Seledri (Apium Graveolens)


50% Dibandingkan Ketokonazol 2% Terhadap Pertumbuhan
Malassezia Sp. Pada Ketombe Galuh Yulieta. Artikel Ilmiah
yang diterbitkan. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Potluri, et al. 2013. Formulation and Evaluation of Herbal Anti-Dandruff


Shampoo. Indian Journal of Research in Pharmacy and
Biotechnology.

Rahmadani., Hayatunnufus2., Yuliana2. 2012. Pengaruh pemanfaatan


jeruk nipis terhadap penyembuhan ketombe kering di kulit
kepala. Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

Rostamailis. 2005. Perawatan Badan, Kulit dan Rambut. Jakarta; Rineka


Cipta.
Soemiati, dan Elya, 2002, Uji Pendahuluan Efek Kombinasi Antijamur
Infus Daun Sirih (Piper betle L), Kulit Buah Delima (Punica
granatum L), dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)
terhadap Jamur Candida albicans, Hal 1, Fakultas MIPA
Universitas Indonesia, [Jurnal], repository.ui.ac.id/, diunduh pada
tanggal 13 Mei 2014.

Sri, Liniwuh, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.

Sudirman, A. T. Uji Efektivitas Daun Salam (Eugenia polyantha) terhadap


Pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro. [skripsi].
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hassanudin. Makassar :
2014.

Tim Penyusun. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat: Bukti Ilmiah & Cara
Racik (Vol. 10). Depok: PT. Trubus Swadaya.

Tjay, Hoan., Tan. 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. PT Elex Media


Komputindo. Jakarta.

Tjay, Hoan., Tan. 2002. Obat-Obat Penting Edisi VI. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.

Yuliani, Sri. 2012. Paduan Lengkap Minyak Asiri. Jakarta : Penebar


swadaya

Anda mungkin juga menyukai