Laporan Resmi FTSS
Laporan Resmi FTSS
Laporan Resmi FTSS
“LARUTAN MATA”
Kelompok :7
Nama Kelompok : Indah Septi Wardani (22174977A)
Mellinia Yunari A (23175049A)
Dannys Hartono (23175096A)
Riesky Maulida (23175141A)
Pudyastuti (2317A)
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
I. Tujuan
Mahasiswa mampu menyususn komponen formula untuk sediaan larutan mata
meliputi sediaan tetes mata dan boorwates secara steril./
II. Dasar Teori
Sediaan obat mata biasanya dipakai untuk menghasilkan efek setempat pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Bentuk sediaan obat
mata selain larutan dapat berupa suspensi atau salep (Hoover, 1975). Namun dari
beberapa penelitian terbaru telah banyak dikembangkan sediaan gel mata, yaitu
sediaan gel mata yang banyak memberikan berbagai keuntungan dibandingkan
sediaan salep mata diantaranya dapat meningkatkan permeabilitas kornea dan dapat
memperpanjang waktu kontak dengan mata, konsentrasi obat yang optimal di reseptor
sehingga bisa didapatkan bioavailabilitas yang baik. Karena sediaan mata
konvensional biasanya memiliki bioavailabilitas yang rendah (Nayak et al., 2012).
Sediaan
Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam :
1. Obat cuci mata (collyria)
2. Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3. Salep mata
Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai :
1. Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada
selaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan
sebagainya.
2. Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia),
misalnya seng sulfat.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya,
pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose
darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada
pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999)
Tetes mata dan larutan cuci mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense
yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar
kelopak mata dan bola mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1. Steril
2. Sedapat mungkin isohidris
3. Sedapat mungkin isotonis
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan
menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan
penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang
dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut yang sering digunakan adalah :
1. Larutan 2% Asam Borat (pH = 5)
2. Larutan Boraks – Asam Borat (pH = 6,5)
3. Larutan basa lemah Boraks – Asam Borat (pH = 8)
4. Aquadestillata
5. Larutan NaCl 0,9% (Widjajanti, 1989).
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya,
pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose
darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada
pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999).
Penimbangan
Penimbangan dilebihkan 10% dan untuk membuat isotonis dengan penambahan NaCl
100 ml + (10/100 x 100 ml) = 100 ml + 10 ml = 110 ml
Perhitungan NaCl yang ditambahkan:
Ptb ZnSO₄ : 0,351 C1 :0,1
Ptb Asam Borat : 0,288 C2 :0,5
Ptb NaCl : 0,576 C3 :?
V. Cara Kerja
A. TETES MATA :
1. Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan.
2. Mensterilkan semua peralatan (untuk larutan dalam air tutup flakon tidak
perlu didinginkan dulu dan untuk larutan dalam minyak tutup flakon harus
dikeringkan terlebih dahulu).
3. Menara kaca arloji, menimbang Atropin sulfat, masukkan dalam beaker
glass, tambahkan sebagian aquades steril. Tutup beaker glass dengan kaca
arloji dan digoyangkan hingga larut.
4. Timbang NaH2PO4.2H2O, masukkan dalam beaker glass, tutup dan larutkan.
5. Timbang Na2HPO4.2H2O, masukkan dalam beaker glass, tutup dan larutkan.
6. Tambahkan NaCl, masukkan dalam beaker glass, tutup dan larutkan.
7. Setelah semua larut, masukkan dalam gelas ukur dan tambahkan aquadest
steril ad 12 ml, lalu dikembalikan dalam beaker glass dan ditutup. Saring
dengan kertas saring steril ke dalam gelas ukur. Saringan pertama disisihkan
(0,5ml), saringan kedua ditampung ke dalam flakon yang sudah dikalibrasi
dan steril.
8. Mensterilkan obat dalam flakon beserta penetesnya di otoklaf
B. OBAT CUCI MATA :
1. Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan.
2. Mensterilkan botol kaca dan tutup botol.
3. Menimbang semua bahan. Larutkan asam borat dengan aquadest steril hangat
dalam erlenmeyer.
4. Setelah dingin tambahkan ZnZO4 larutkan.
5. Tambahkan NaCl aduk sampai larut dan homogen. Tambahkan aquadest steril
ad 110 ml.
6. Saring dengan kertas saring steril. Saringan pertama disisihkan (0,5ml),
saringan kedua ditampung kedalam botol yang sudah dikalibrasi dan steril.
7. Botol ditutup dan disterilkan di otoklaf pada t 1210 C selama 15 menit.
C. UJI STERILITAS :
a. Pembuatan medium steril
1. Timbang 5,95g serbuk thioglicolate medium USP, kemudian larutkan
dalam 200ml akuades mendidih, aduk hingga larutdan homogen.
2. masukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi (masing-masing tabung berisi
kurang lebih 2 ml media), klemudian tabung reaksi ditutup dengan
disumbat menggunakan kapas.
3. sterilisasi dengan autoclave 121oC selama 15 menit.
b. Pengambilan Sampel sediaan untuk uji sterilitas
1. preparasi uji sterilitas dilakukan dalam ruang steril (dibawah laminar air
flow yang telah disediakan, kalau tidak ada di entkas yang sudah
dibersihkan dengan alkohol 70% dan diuapi dengan formalin).
2. siapkan 4 tabung reaksi yang berisi medium thioglicolate yang sudah
disterilkan, lalu beri label 1-4.
3. Penjelasan tabung reaksi :
a. Tabung 1 : kontrol sterilitas (thioglycolate)
b. Tabung 2 : kontrol sterilitas ruangan (entkas), tabung dibuka selama
proses persiapan sampel uji sterilitas, setelah selesai maka tabung
bditutup kembali.
c. Tabung 3 : kontrol sterilitas sampel tetes mata atropin sulfat
d. Tabung 4 : kontrol sterilitas sampel larutan pencuci mata ZnSO4
4. Inkubasi dan catat hasil uji sterilitasnya sampai dengan 7 hari.
VII. Pembahasan
Pada praktikum ini membuat sediaan tetes mata dan larutan cuci mata yang
bertujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasi sediaan tetes
mata dan boorwater. Suatu sediaan larutan mata harus pirogen dan steril karena mata
merupakan organ yang sangat sensitive, jika suatu sediaan obat tidak steril dan
mengandung pirogen maka akan menyebabkan rasa sakit dan membuat sakit pada
tubuh (bukannya menyembuhkan malah menambah rasa sakit).
Pada praktikum kali ini membuat obat tetes mata dan larutan cuci mata yang
dibuat dengan menggunakan pelarut air. Pembawa air yang digunakan adalah a.p.i
(aqua pro injeksi). Pada formulasinya ditambahakan zat tambahan Natrium Cloridum
(NaCl), karena jika tidak ditambahkan NaCl obat tetes mata dan larutan tetes mata
tidak memenuhi syarat yaitu hipotonis. Jika larutan obat tetes mata dalam keadaan
hipotonis dimasuukkan ke tubuh manusia akan berbahaya karena menyebabkan
pecahnya pembuluh darah. Semua alat-alat harus disterilisasikan agar mendapatkan
larutan yang steril, bebas partikel asing dan mikroorganisme. Agar obat tetes mata dan
cuci mata nyaman dan tidak pedih dimata saat digunakan maka harus dibuat isotonis
dengan penambahan NaCl.
Dalam pembuatan obat tetes dan larutan cuci mata ini terlebih dahulu alat-alat
yang akan digunakan disterilkan terkecuali bahan karena dalam hal ini tidak tahan
pemanasan dan zat aktif bisa di anggap (dispensasi) steril. Pada pembuatan obat tetes
mata dan larutan cuci mata dengan metode sterilisasi aseptis kemungkinan sediaan
terkontaminasi dengan mokroorganisme harus diperkecil untuk menjaga agar sediaan
yang dihasilkan nantinya tetap dalam keadaan steril. Semua larutan untuk mata harus
dibuat steril dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk
menjamin sterilitas selama pemakaian.
Dari hasil Uji sterilitas yang dilakukan kelompok kami, maka didapatkan hasil
bahwa pada media thioglycolate yang sudah diinkubasi selama 7 hari yang dengan
empat tabung dengan masing-masing tabung reaksi memiliki fungsi dan ketentuan
masing-masing. Pada tabung reaksi 1 sebagai kontrol mengalami kekeruhan (+),
tabung breaksi 2 sebagai media yang dibuka selama proses penanaman sampel pada
media lainnya mengalami kekeruhan (+), tabung reaksi 3 sebagai media tempat
sampel larutan tetes mata yang ditanam untuk melihat kesterilannya dan tabung reaksi
3 ini mengalai sedikit keruh (+) dan ada lapisan putih pada bagian atas media yang
di dalam tabung, dan tabung reaksi 4 sebagai media tempat sampel larutan cuci mata
yang ditanam untuk melihat kesterilannya dan tabung reaksi 4 ini tidak mengalami
perubahan atau medianya masih jernih (-).
Dari data yang didapatkan bahwa tabung reaksi 4 tidak ada kontaminasi atau
masih jernih (-). Hal ini disebabkan karena pada formula larutan cuci mata terdapat
Zink Sulfat (ZnSO4) yang dapat berguna atau berfungsi sebagai antimikroba sehingga
pada larutan cuci mata tidak terlihat atau tidak terjadi pertumbuhan mikroba atau
mikroorganisme didalamnya. Karena pada konsentrasi 0,01% pun dapat membunuh
bakteri atau mikroba yang ada.
Penambahan suatu zat Zink dalam bentuk Zink Sulfat (ZnSO4) ternyata
mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme penghambatannya pun masih
belum diketahui dengan pasti tetapi ada beberapa pendapat, yaitu :
1. Mengubah permeabilitas membran sel
2. Merusak langsung membran sel bakteri
3. Memperpanjang lag phase
Zink Sulfat (ZnSO4) dapat memberikan efek pada membran sel bakteri jika dalam
bentuk ion. ZnSO4 dapat terurai menjadi ion jika lingkungannya mendukung, yaitu
salah satunya dengan pH fisiologi sehingg pada akhirnya memungkinkan terjadinya
interaksi seluler dengan bakteri.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan data atau hasil pengamatan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sediaan tetes mata tidak steril dan sediaan larutan cuci mata tetap steril. Sediaan tetes
mata tidak steril mungkin saja bisa dikarenakan atau disebabkan oleh kesalahan pada
saat pembuatan sediaan, media dan proses sterilisasi alat dan praktikum. Sedangkan
pada larutan cuci mata masih steril hal itu disebabkan atau dikarenakan adanya ZnSO4
sebagai antibakteri atau antimikroba yang dapat menghambat ataupun membunuh
bakteri yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam
Keperawatan. Amara Books. Jakarta
Istadi, didit et all. 2011. Daya hambat zink sulfat terhadap bakteri. Ilmu bedah FKG UGM.
Vol. 2 No. 3 : 159-163
Nayak, NS, BS Shogali, RS Thakur. 2012. Formulation and evaluation of pH triggered in situ
opthalmic gel of moxifloxacin hydrochloride. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. 4(2): 452-459.
LAMPIRAN