Laporan Propeller
Laporan Propeller
Laporan Propeller
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tentang Tugas Gambar
Propeller ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak Ir. M. Muhadi Eko P M.MT dan Bapak Pratomo selaku Dosen mata kuliah
Tugas Gambar Propeller di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat menyelesaikan mata kuliah Tugas Gambar
Propeller. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI
1. Tahanan Kapal
Sudah menjadi tugas dari Naval Enginering kapal untuk merancang kapal
yang bentuk lambungnya mempunyai tahanan yang rendah bila kapal tersebut bergerak
di air. Sistem propulsi yang terdiri dari pendorong (propulser), mesin penggerak dan
badan kapal, harus dirancang yang paling efisien yaitu dengan jumlah energi yang
diperlukan untuk propulsi kapal harus sekecil mungkin. Propulsor pada umumnya
adalah baling – baling serta mesin penggeraknya bisa berupa ketel uap, turbin, diesel,
dan tenaga nuklir.
Dalam merencanakan suatu kapal, terlebih dahulu harus diketahui besar
ukuran utama kapal dan juga harus ditentukan dari gemuk dan kurusnya kapal yang
disebut “Coefisient Block“. Dalam hal ini tidak semua kemungkinan – kemungkinan
akan baik dan memuaskan, karena faktor umum yang memegang peranan penting
adalah tahanan yang dialami oleh kapal pada waktu bergerak. Suatu kapal dengan
tahanan kecil merupakan menjadi suatu tujuan perencanaan kapal sebab akan berkait
pada pemakaian bahan bakar, sehingga berat mesin kapal atau penggerak kapal menjadi
ringan akan berpengaruh pada daya muat kapal.
Dilihat dari segi macamnya tahanan yang akan dialami kapal yang disebabkan
oleh tempa bergeraknya dapat dibagi :
a. Kapal yang bergerak di permukaan air
Ada bagian badan kapal yang tercelub dalam air dan ada yang diatas permukaan air,
sebagian kapal – kapal yang baik adalah yang berukuran kecil, sedang maupun besar
yang termasuk jenis kapal biasa
b. Kapal yang bergerak di seluruh permukaan air
Dimana tahanan yang bekerja adalah tahanan yang disebabkan oleh air, misalnya
kapal selam.
c. Kapal yang bergerak di atas permukaan air
Dimana tahanan yang bekerja adalah tahanan udara sedangkan tahanan yang
disebabkan oleh air adalah kecil, misalnya speedboat, hidrofoil, jetfoil, hovercraft,
dan lain – lain.
4
Macam – macam tahanan yang terjadi pada waktu kapal melakukan gerakan
beraturan adalah sesuai dengan skema di bawah ini :
Tahanan Total
Tahanan gelombang timbul karena gerakan kapal dan permukaan dari daerah.
Tahanan total Rt = Rf + Rvis + Rw dimana Rf dan Re berhubungan dengan kekentalan
cairan (Rvis), sehingga :
Rf + Re = Rvis, yang disebut tahanan kekentalan.
Pada gerakan kapal dalam gerakan yang tetap dalam cairan atau udara
misalnya kapal selam, maka tahanan yang berpengaruh disebabkan oleh kekentalan.
Untuk itu sebagian kapal yang berada di permukaan air perlu memperhitungkan juga
adanya tahanan udara dimana tahanan ibisa terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Tahanan gesek
2. Tahanan bentuk
5
BAB II
PERHITUNGAN DAYA MOTOR INDUK
6
3. Menghitung luas Permukaan Basah ( S )
S = 1.025 x Lpp x (Cb.B + 1.7 T) … (harvald 5.5.31, tahanan dan propulsi kapal, hal 133)
= 1.025 x 98 (0.68 x 11.5 + 1.7 x 6.5)
= 2202,868 m2
i. Bos Baling-baling
untuk kapal penuh Cr dinaikkan sebesar 3-5%, diambil 5% (tentukan persentasenya),
sehingga :
Cr = (1+4%) x 0.001069 = 0.001112
Tahanan Tambahan
Displacement pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD
hal. 132 yaitu :
A B
∆ Ca
1 1000 0.0006
2 6930,560
3 10000 0.0004
untuk dapat menentukan besarnya Ca, maka perlu adanya interpolasi sabagai berikut :
( A A1 ) x( B3 B1 )
( B1 x 2
( A3 A1 )
Ca = 0.0006
Tahanan Udara
Karena data mengenai angin dalam perancangan kapal tidak diketahui maka
disarankan untuk mengoreksi koefisien tahanan udara (TAHANAN DAN PROPULSI
KAPAL SV. AA HARVALD 5.5.26 hal 132)
8
Caa = 0.00007
Tahanan Kemudi
Berdasarkan TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD 5.5.27 hal. 132
koreksi untuk tahanan kemudi sekitar :
Cas = 0.00004
Wake friction atau arus ikut merupakan perbandingan antara kecepatan kapal dengan
kecepatan air yang menuju ke propeller. Dengan menggunakan rumus yang diberikan
oleh Taylor ,maka didapat : (Resistance,Propulsion and Steering of Ships, Van
Lammeren, hal 178 )
9
4. Menghitung Thrust Deduction Factor (T)
Nilai t dapat dicari dari nilai w yang telah diketahui yaitu
t=kxw nilai k antara 0.7 – 0.9 diambil k = 0.8
= 0.8 x 0.29 (Edward V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Pers 47 Hal 159)
= 0.232
5. Menghitung Speed Of Advance (Va)
Va = ( 1- w ) x Vs
= ( 1 – 0.29 ) x 6.43 m/s
= 4.565 m/s
10
Daya motor penggerak kapal (BHPscr) adalah daya rem atau daya yang diterima oleh
poros transmisi sistem penggerak kapal (SHP) yang beroperasi secara kontiyu untuk
menggerakkan kapal dengan kecepatan Vs. Jika besar efisien mekanis yang bekerja
pada susunan gearbox yang berfungsi untuk me-reduce dan me-reserve putaran motor
penggerak adalah ηG = 98% = 0,98
BHPscr = SHP/ηG
= 1937.248 / 0.98
= 1976.784 kW
b. BHPmcr
Daya output dari motor penggerak pada kondisi Countinous Service Reting (CSR)
dengan daya motor pada kondisi 80-85% Maximum Continous Rating (MCR). Artinya
daya yang dibutuhkan kapal agar mampu beroperasi dengan kecepatan Vs cukup
diatasi dengan 80-85% daya motor yang pada kisaran 100% putaran motor. Daya
BHPscr diambil 85% = 0.85
BHPmcr= BHPscr / 0.85
= 1062.91 / 0.85
= 2325.628 kW 3118.714 HP
B. Metode Watson
1. Menghitung Daya EHP
P = 5,0 x ∆2/3 x V3.(33 – 0,017L)
15000 – 110 x n x √L
Dimana :
P = daya efektif kapal (EHP) dalam kW (1 HP = 0,746 kW)
∆ = displacement kapal (ton)
V = kecepatan dinas kapal (m/s)
L = panjang kapal (m)
N = laju kisaran
11
5,0.(7103,024) 2 / 3 . 6,433.(33 0,017.98)
P
15000 110.5 . 98
P 1278,06 kW
1713,22 HP
2. Menghitung Wake Friction (W)
Pada perencanaan ini digunakan tipe single screw propeller sehingga nilai w
adalah
w = 0.5Cb – 0.05 ( Resistance,Propulsion and Steering of Ships, Van Lammeren, hal178 )
= 0.05 x 0.68 – 0.05
= 0.29
12
8. Menghitung Daya Pada Poros Baling-Baling (SHP)
Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami losses
sebesar 2%,sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah midship kapal
mengalami losses sebesar3%. Pada perencanaan ini kamar mesin di bagian belakang
sehingga mengalami losses atau efisiensi transmisi porosnya (ηsηb) sebesar = 98% =
0.98
SHP = DHP/ηsηb
= 2538,41/ 0.98
= 2590,21 Hp
a. BHPscr
Daya motor penggerak kapal (BHPscr) adalah daya rem atau daya yang diterima oleh
poros transmisi sistem penggerak kapal (SHP) yang beroperasi secara kontiyu untuk
menggerakkan kapal dengan kecepatan Vs. Jika besar efisien mekanis yang bekerja
pada susunan gearbox yang berfungsi untuk me-reduce dan me-reserve putaran motor
penggerak adalah ηG = 98% = 0,98
BHPscr = SHP/ηG
= 2590,21/ 0.98
= 2643,076 Hp
b. BHPmcr
Daya output dari motor penggerak pada kondisi Countinous Service Reting (CSR)
dengan daya motor pada kondisi 80-85% Maximum Continous Rating (MCR). Artinya
daya yang dibutuhkan kapal agar mampu beroperasi dengan kecepatan Vs cukup
diatasi dengan 80-85% daya motor yang pada kisaran 100% putaran motor. Daya
BHPscr diambil 85% = 0.85
BHPmcr= BHPscr /0.85
= 2633,785 / 0.85
= 3109,50 HP
= 2318,75 Kw
13
Perhitungan Admiralty (kapal pembanding)
DATA UTAMA KAPAL
Nama Kapal = KM ANDHIKA ASHURA
Tipe Kapal = Oil Tanker
Lpp = 99 m
Loa = 107.04 m
B = 18.2 m
H = 8.1 m
T = 6.61 m
DWT = 6956 ton
BHP = 3900 HP
Kecepatan Dinas = 12.5 knots = 6,43 m/s
C = 3017.90 Hp
Dari hasil perhitungan admiralty(pembanding) metode perhitungan tahanan kapal dipilih sesuai nilai
bhp yang mendekati hasil dari perhitungan admiralty(pembanding), yaitu metode Guldhammer –
Harvarld dengan BHP = 3118.714 HP
14
Pemilihan Motor Induk
MAIN ENGINE :
Merek : MAN B&W
Tipe : L27/38
Jumlah Silinder : 7
Bore : 270 mm
Stroke : 380 mm
Max Power Engine : 3190 HP / 2389 KW
Engine Speed : 800 rpm
Spesific Fuel Oil Consumption : 188 g/KW hr
Specific Lubrication Oil Cons. : 0,8 g/kW hr
Dimension
15
Perhitungan Propeller Menggunakan Bp – d Diagram dan Pemilihan Propeller
1. Advance Speed ( Va )
Va = ( 1 - w ) Vs
Dimana : w = wake fraction
= 0,5Cb – 0,05 ( Van Lameren hal.178; untuk single screw )
= ( 0,5 x 0,68 ) – 0,05
= 0,29
Vs = 12.5 knot
Va = ( 1 – 0,29 ) x 12.5
= 8,875 knot
2. Delivery Horse Power ( DHP )
Tenaga yang diberikan mesin induk kepada baling-baling melalui porosnya di tempat
dimana baling-baling dipasang.
DHP = SHP x ηsηb ηsηb = efisiensi transmisi poros untuk
= 1163.36 x 0,98 ( kamar mesin di belakang )
= 1898.503 HP
3. Putaran Propeller ( Np )
Rpm propeller dikoreksi -3%, karenaadanya wake, thrust deduction.
Nm = 100% - 3% = 97% Np ( untuk single screw )
Dimana : Nm = putaran model
Np = putaran propeller
4. Konstanta Kecepatan (δp)
Koreksi harga konstanta kecepatan di kapal( δp ) : - 4%
(δp) = 100% - 4% = 96%
5. Diameter Propeller
pxVa
Dp = ( feet )
Np
Dmaksimum = 0,7 x T = 0,7 x 6,5 = 4,55 m
Dminimum = 0,6 x T = 0,7 x 6,5 = 3,9 m
6. Diagram Bp – d
Faktorbeban( load factor ) Bp :
16
NmxSHP 0,5
Bp = Nm = putaran propeler ( 120 – 200 )
Va 2,5
Nmx(1898,503) 0,5
=
(8,875) 2,5
= 0,153478 x Nm
Bp - Diagram SCREW
SERIES B. 4.55
No N 97% Bp ηp H0/D δ D(Ft) D(m) Ket Fp'
1 90 87.30 18.96 o.64 0.73 190 19.316 5.887 - 13.466
2 100 97.00 21.07 0.63 0.71 180 16.469 5.020 - 9.839
3 110 106.70 23.18 0.62 0.69 193 16.053 4.893 - 9.396
4 120 116.40 25.28 0.61 0.67 215 16.393 4.997 - 9.847
5 130 126.10 27.39 0.605 0.65 220 15.484 4.719 + 8.829
6 140 135.80 29.50 0.6 0.64 230 15.031 4.582 + 8.342
7 150 145.50 31.60 0.59 0.63 235 14.334 4.369 + 7.605
Keterangan :
Nm = 97% Np ( putaran model )
Bp = 0.217 x Nm ( diagram Bp )
δp = 96% δ
pxVa
Dp = ` ( feet ) ( diameter propeller )
Np
Dari pembacaan diagram Bp – d ,agar diperoleh diameter propeller yang optimum, efisiensi
yang tinggi dan putaran yang rendah maka diperoleh ukuran propeller :
Type : B 4.40
Np : 140 Rpm
ηp : 0,6
Dp : 4,283 m
Ho/D : 0,69
17
Pengecekan Kavitasi
A. Perhitungan Tekanan
• intake velocity(Vc)
Vc = (1-w)x Vs
= 13 m/s
ve = 4,565 m/s
{=Va} speed of advance in (m/s)
V2 = 21,302 m/s
= ve2 + u2
= 4,5652 + 21.3022
18
ζ = 474.619
= (1025 kg/m3) / (9.81 m/s2)
104,485 kg.s2.m-4
Maka angka
kavitasi Burril:
= 2.07706
σo = 2,07706 {lihat van Lammeren Fig. 123b; grafik untuk merchant prop}
19501.0062
𝐹𝑝𝑚𝑖𝑛 =
0.5 𝑥104,485 𝑥 474,61 𝑥 0.188
= 4.183
= 5.235
Jadi, Propeller B4.40 dengan diameter 4.282 m lolos uji kavitasi dengan nilai
19
BAB III
PENGGAMBARAN PROPELLER
Pembuatan propeller ini berdasarkan buku Van Lameeren dengan rincian sebagai berikut :
B. Tabel ketebalan daun {fungsi(D)} & jarak ordinat maksimum dari LE {fungsi(panjang
potongan)}
Tebal elemen daun MAX. Pada sumbu poros baling - baling
t max =0,045 x D = 0,045 x 4283 mm = 192.72 mm
Tebal daun maksimum Jarak ordinat tebal maksimum dari Leading Edge
r/R tmax % thd. jarak
%D panjang total (Lt) (mm)
(mm) Panjang(%Lt) (mm)
0.2 3.66 156.75 602.456 35 210.86
0.3 3.24 138.76 680.693 35 238.24
0.4 2.82 120.77 741.350 35 259.47
0.5 2.4 102.78 779.043 35.5 276.56
0.6 1.98 84.80 791.871 38.9 308.04
0.7 1.56 66.81 776.667 44.3 344.06
0.8 1.14 48.82 712.684 47.9 341.38
0.9 0.72 30.84 572.919 50 286.46
20
C. Tabel distribusi pitch
D = 4283 mm
H0/D = 0,69
H0 = 0.69 x D = 2955.1
H0/2π = 470,55
pitch distribution
r/R H/2π
%H mm
0.2 82.2 2429.1 386.79
0.3 88.7 2621.1 417.38
0.4 95 2807.3 447.02
0.5 99.2 2931.4 466.79
0.6 100 2955.1 470.55
0.7 100 2955.1 470.55
0.8 100 2955.1 470.55
0.9 100 2955.1 470.55
D. Jari – jari hidung element daun propeller terhadap diameter propeller (radius of
nose)/Radius dari hidung {fungsi(D)} :
21
E. Tabel Ordinat Dari Profil Bentuk Erofoil Irisan Daun Propeler
Jarak ordinat face terhadap prosentase tabel maximum
a. Untuk Ordinat Trailing Edge dari Face :
Ordinat Trailing Edge dari Fase
r/R t.max 20% 40% 60% 80% 100%
%t mm %t mm %t mm %t mm %t mm
0.2 156.75 1.55 2.42 5.45 8.543 10.9 17.09 18.2 28.53 30 47.024
0.3 138.76 - - 1.7 2.359 5.8 8.048 12.2 16.93 25.35 35.176
0.4 120.77 - - - - 1.5 1.812 6.2 7.488 17.85 21.558
0.5 102.78 - - - - - - 1.75 1.799 8.95 9.1992
0.6 84.80 - - - - - - - - - -
0.7 66.81 - - - - - - - - - -
22
Jarak ordinat back terhadap prosentase tebal maximum :
a. Untuk Ordinat Trailing Edge dari Back
Ordinat Trailing Edge dari Back
20% 40% 60% 80%
r/R t.max
%t mm %t mm %t mm %t mm
0.2 156.75 96.45 151.18 86.9 136.21 72.65 113.9 53.35 83.62
0.3 138.76 96.8 134.32 86.8 120.44 71.6 99.35 50.95 70.7
0.4 120.77 97 117.15 86.55 104.53 70.25 84.84 47.7 57.61
0.5 102.78 96.95 99.65 86.1 88.50 68.4 70.3 43.4 44.61
0.6 84.80 96.8 82.08 85.4 72.42 67.15 56.94 40.2 34.09
0.7 66.81 96.65 64.57 84.9 56.72 66.9 44.7 39.4 26.32
0.8 48.82 96.7 47.21 85.3 41.65 67.8 33.1 40.95 19.99
0.9 30.84 97 29.91 87 26.83 70 21.58 45.15 13.92
23
BAB IV
Diambil fc = 1
2. Momen puntir ( T )
T = 9,74 . 10^5 . ( Pd / N )
Dimana :
N = 140 Rpm ( Putaran propeller )
T = 9,74 . 10^5 . ( Pd / N )
= 9,74 . 10^5 . (1937,248/ 140 )
= 13293347.46 kg mm
sehingga :
τa = σ / ( Sf₁ . Sf₂ )
= 58 / ( 6 . 2 )
24
= 4.83 kg/mm²
4. Diameter poros ( Ds )
Ds = [ (5,1/τₐ) .Kt .Cb .T ]^⅓
dimana :
τa = 4.83 kg/mm²
Kt = 1.5 ( faktor koreksi tegangan / momen puntir )
Cb = 2 ( faktor koreksi beban lentur / bending momen )
T = 13293347.46 ( momen puntir )
τ < τa
Syarat :
τ= ( 5,1 . T ) / Ds
= ( 5,1 . 13293347.46 ) / 347.883
= 194881,401
= 1,9488 syarat terpenuhi
25
Dimana :
Ds' = Diameter poros perhitungan
di = Diameter of shaft bore, jika bore pada poros ≤ 0,4 Ds
maka persamaan berikut dapat digunakan : 1 - (di/da)^4 = 1
Pw (Shp) = 1937,248 Kw
N = 140 Rpm ( Putaran propeller)
Rm = Kuat tarik material propeller (400 - 600 N/mm² )
= 580
Cw = 560 / ( Rm + 160 )
= 560 / ( 580 + 160 )
= 0.757
( Faktor tipe instalasi penggerak utama untuk
F = 100 propeller )(shaft)
( tipe poros pada stern tube
k = 1.15 dengan Pelumasan air )
Sehingga :
Ds ≥ F x K3 ((SHP x Cw)/(N x (1 - (di/da)^4))^(1/3)
Ds ≥ 100 . 1,15 ((1937,248. 0,757 ) / ( 140 . ( 1 )^4 ))^(1/3)
Ds ≥ 250.44 mm
Ds ≥ Ds'
347.88 ≥ 250.44
tb/ tr = 0.75
tb = 0,75 x tr
= 0,75 x 192.735
= 144,551 mm
rf/ tr = 0.75
rf = 0,75 x tr
= 0,75 x 192.735
= 144.55125 mm
rb/ tr = 1
rb = 1 x tr
= 1 x 192.735
= 192,735 mm
27
Dba 643,7
Dbf 751,02
Db 715,261
Lb 695,77
LD
tR 192,735
tB 144,551
rF 144,551
rB 192,735
Ds 347,88
H 166,984
D0 417,460
d 208,730
di 166,.984
lb 695,77
2. Kemiringa konis
Biro klasifikasi indonesia menyarankan harga keiringan konis berkisar antara 1/10
sampai 1/15.
28
Diambil sebesar : 1 / 15. = 0.066667
1/15 = X / Lb
X = 1/15 x Lb
= 1/15 x 695,77
= 46.384 mm
( BKI, Volume 3, 2006 )
2. Diameter inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir > 3 mm maka dimeter inti adalah :
di = 0,8 x D
= 0,8 x 208,73
= 166.984 mm
dimana :
Mt = momen torsi (Kg. m)
Dhp = 1898 HP ( delivery horse power)
( putaran poros atau putaran
N = 140 rpm Propeller )
Sehingga :
Mt = ( DHP . 75 . 60 ) / ( 2 . π . N )
= ( 1898 x 75 x 60 ) / ( 2 x 3,14 x 140 )
= 9717.089 Kg m
2. Dimensi pasak
Parameter yang digunakan adalah sbb :
dimana :
b. Lebar pasak ( B )
B = ( 25% s/d 30% ) . Ds diambil : 30%
30
= 30% x 347,88
= 104.37 mm
c. Tebal pasak ( t )
t = 1/6 . Ds
= 1/6 x 347,88
= 57.98 mm
e. Gaya sentrifugal ( F )
Bila pada momen rencana T ditekan pada suatu diameter poros ( Ds ), maka gaya
sentrifugal ( F ) yang terjadi pada permukaan poros adalah
T = 1,71 . 10^7
F = T / ( 0,5 . Ds )
= 1,71 x 10^7 / ( 0,5 x 347,88)
= 98309 N
Sehingga :
(τka)
= 58 / ( 6 . 1 )
= 9.67 Kg / mm²
31
Syarat
: τk < τka
1,81 < 9.67
Karena τk < τka maka pasak dengan diameter tersebut memenuhi
persyaratan bahan.
= 4 . Jarak gading
= 4 . 600
= 2400 mm
2 Perencanaan bantalan
a. Bahan bantalan yang digunakan adalah : lignum vitae
d. Tebal bantalan
32
Menurut BKI 1988 tebal bantalan efektif adalah sebagai berikut :
B= ( Ds / 30 ) . 3,175
= ( 347,88 / 30 ) . 3,175
= 36.81769643 mm diambil = 38 mm
I max = K1 . Ds dimana =
= 450 . 347,88 K1 = 450
= 8393.2 mm
g linier
= (0.03 x Ds) + 7.5
= 17.93651237
b = 1,6 . T
= 1,6 x 36,444
= 58.31069966 mm
33