Pewarisan Sitoplasmik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

CYTOPLASMIC INHERITANCE

DISUSUN OLEH :
RISKY NURHIKMAYANI H41112311
SANTI SANGAJI H41112323
NURUL ELFIANI PAWELI H41112304
NURFAIDAH H41112302
NUR RAHMAH H41112294

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Yang Mahaesa atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Cytoplasmic Inheritance (Pewarisan Sitoplasmik)”.
Makalah ini menjelaskan tentang pengertian pewarisan sitoplasmik,
kriteria pewarisan sitoplasmik, mendelian inheritance, nonmendelian inheritance,
organel sel yang ber[eran dalam pewarisan sitoplasmik, dan proses pewarisan
sitoplasmik.
Perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih kepada : Ibu Dosen
mata kuliah Sitogenetika atas tugas yang diberikan sehingga menambah wawasan
kami tentang pewarisan sifat, bahwa pewarisan sifat tidak hanya diturunkan
melalui gen tetapi dapat pula melalui sitoplasma.
Kami menydari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu dari lubuk hati kami yang paling
dalam memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dan mendorong
membuka cakrawala pemahaman tentang sitogenetika dab pewarisan sifat.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan selalu menginspirasi
kita untuk mendalami sitogenetika.

Makassar, 18 Februari 2014

Penulis

1
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 0

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ............................................................................................... 3

I.1 Latar Belakang............................................................................................ 3

I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

I.3 Tujuan ......................................................................................................... 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ................................................................................................. 5

A. Kriteria Pewarisan Sitoplasmik................................................................... 5

B. Organel Sitoplasmik yang Berperan dalam Pewarisan Sitoplasmik ........... 7

C. Proses Pewarisan Sitoplasmik ..................................................................... 9

BAB III ................................................................................................................. 21

PENUTUP ......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada konsep Mendelian, suatu gen digambarkan sebagai unit penurunan

sifat yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi karakter fenotipik.

Morgan dan koleganya menempatkan gen-gen seperti itu pada lokus-lokus

tertentu di dalam kromosom dan bahwa ahli-ahli genetik menggunakan lokus

sebagai nama lain untuk gen. Kemudian para ahli lainnya melihat suatu gen

sebagai daerah urutan nukleotida spesifik di sepanjang molekul DNA. Akhirnya

para ahli menggunakan defenisi fungsional dari gen sebagai urutan DNA yang

mengkode rantai polipeptida tertentu (Alim, 2013).

Dalam kondisi normal, fenotip progeni tergantung pada gen yang ada

dalam nukleus dan disebut sebagai Warisan Cromosomal, di mana rana

merupakan hubungan sederhana antara gen yang terletak pada kromosom dan

fenotipe yang diamati pada progeninya. Gamet jantan dan gamet betina sama-

sama berkontribusi pada fenotip progeni dan tidak ada perbedaan dengan fenotip

dengan persilangan retciprocal. Dalam beberapa kasus luar biasa, fenotipe tidak

bergantung pada gen nuklir dan dikendalikan oleh kandungan genetik yang ada di

sitoplasma. Kontrol fenotip progeni oleh komponen nukleus yang hadir dalam

sitoplasma disebut pewarisan ekstrasromosom atau pewarisan organel atau

warisan sitoplasma.

Pada makhluk hidup eukariotik, kromosom dapat dijumpai pada inti sel

(nukleus), mitokondria, dan klorofil (Alim, 2013). Adanya materi genetik yang

3
mewarisi sifat dari suatu organisme ke keturunannya di mitokondria dan kloroplas

yang merupakan organel sitoplasmik menunjukkan bahwa pewarisan sifat tidak

hanya melalui gen-gen pada kromosom yang terdapat dalam nukleus, tetapi juga

dapat melalui organel sitoplasmik. Pewarisan tersebut dinamakan pewarisan

sitoplasmik. Pentingnya memahami materi ini melatarbelakangi pembuatan

makalah ini.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apa saja kriteria pewarisan sitoplasmik?

2. Apa saja organel yang berperan dalam pewarisan sitoplasmik?

3. Bagaimana proses pewarisan sitoplasmik.

I.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Mengetahui kriteria pewarisan sitoplasmik.

2. Mengetahui organel sitoplasmik yang berperan dalam pewarisan sitoplasmik.

3. Mengetahui proses pewarisan sitoplasmik

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kriteria Pewarisan Sitoplasmik

Warisan sebagian besar karakter dalam organisme eukariotik menunjukkan

fitur karakteristik berikut.

1. Kontribusi oleh orang tua laki-laki dan perempuan adalah sama sehingga

hasil dari persilangan timbal balik adalah identik.

2. Segregasi menghasilkan rasio 3: 1 karakteristik dalam generasi F 2 dari

persilangan monohibrid dan umpan silang dihibridikal 9: 3: 3: 1in.

Fitur pewarisan ini pertama kali ditunjukkan oleh Mendel: akibatnya, pola

pewarisan seperti itu disebut sebagai pewarisan Mendel. Secara universal

diterima bahwa gen yang menunjukkan pewarisan Mendel terletak di

kromosom inti eukariotik. Oleh karena itu pola pewarisan Mendelian

dianggap sebagai bukti yang cukup untuk sebuah gen yang terletak di

kromosom, gen tersebut disebut sebagai gen nuklir atau lebih umum hanya

sebagai gen.

Tetapi beberapa karakter dalam beberapa organisme tidak menunjukkan

pewarisan Mendel atau mereka menunjukkan pola pewarisan non Mendel.

Dalam kasus seperti itu, fitur karakteristik berikut ini diamati.

1. Ada perbedaan yang konsisten antara hasil dari persilangan timbal balik;

umumnya hanya sifat dari orang tua perempuan yang ditularkan.

2. Dalam banyak kasus, tidak ada pemisahan dalam F2 dan generasi

selanjutnya.

5
Karakter yang menunjukkan warisan non Mendel dapat dikelompokkan

dalam tiga kategori besar:

(1) yang terkait dengan struktur dan pola seluler,

(2) yang dihasilkan oleh parasit intraseluler, simbion dan virus

(3) yang terkait dengan DNA yang mengandung organ sel yaitu, mitokondria

dan kloroplas.

Selain kasus-kasus warisan non Mendel, beberapa karakter dalam beberapa

organisme menunjukkan pola pewarisan Mendel, tetapi perkembangan

karakter-karakter ini pada individu sangat dipengaruhi oleh genotipe induk

keibuan dari individu yang bersangkutan; kasus seperti itu diklasifikasikan

sebagai efek ibu.

Pewarisan sitoplasmik diatur oleh materi genetik yang terdapat di dalam

organel-organel seperti mitokondria, kloroplas (pada tumbuhan), dan beberapa

komponen sitoplasmik lainnya. (Pewarisan ekstranukleus, atau dikenal pula

sebagai pewarisan sitoplasmik, ini tidak mengikuti pola Mendel). Ada beberapa

kriteria pewarisan sitoplasmik (Gardner, 1991) yaitu :

1. Hasil persilangan antara betina A dan jantan B tidak sama dengan hasil

persilangan antara betina B dan jantan A (Perbedaan hasil perkawinan

resiprok merupakan penyimpangan dari pola Mendel). Jika dalam hal ini

pengaruh rangkai kelamin dikesampingkan, maka perbedaan hasil

perkawinan resiprok tersebut menunjukkan bahwa salah satu tetua

(biasanya betina) memberikan pengaruh lebih besar daripada pengaruh

tetua lainnya dalam pewarisan suatu sifat tertentu.

6
2. Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan organel sitoplasmik

dalam jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan. Organel dan

simbion di dalam sitoplasma dimungkinkan untuk diisolasi dan dianalisis

untuk mendukung pembuktian tentang adanya transmisi maternal dalam

pewarisan sifat. Jika materi sitoplasmik terbukti berkaitan dengan

pewarisan sifat tertentu, maka dapat dipastikan bahwa pewarisan sifat

tersebut merupakan pewarisan sitoplasmik.

3. Gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama lain

yang tertentu pula sehingga dapat membentuk kelompok berangkai. Oleh

karena itu, jika ada suatu materi penentu sifat tidak dapat dipetakan ke

dalam kelompok-kelompok berangkai yang ada, sangat dimungkinkan

bahwa materi genetik tersebut terdapat di dalam sitoplasma.

4. Tidak adanya nisbah segregasi Mendel menunjukkan bahwa pewarisan

sifat tidak diatur oleh gen-gen kromosomal tetapi oleh materi sitoplasmik.

5. Substitusi nukleus dapat memperjelas pengaruh relatif nukleus dan

sitoplasma. Jika pewarisan suatu sifat berlangsung tanpa adanya pewarisan

gen-gen kromosom, maka pewarisan tersebut terjadi karena pengaruh

materi sitoplasmik.

B. Organel Sitoplasmik yang Berperan dalam Pewarisan Sitoplasmik

Bukti untuk warisan sitoplasma pertama kali disajikan oleh Correns

di Mirabilis jalapa dan oleh Baur dalam zonale Pelargonium pada tahun

1908. Dalam kasus warisan sitoplasma umumnya karakter hanya salah satu

dari dua orang tua (biasanya induk betina) ditransmisikan ke progeni.

7
Sebagai hasilnya, persilangan timbal balik menunjukkan perbedaan yang

konsisten untuk karakter seperti itu dan ada kurangnya pemisahan dalam

F2 dan generasi selanjutnya. Warisan seperti ini juga disebut sebagai

warisan nuklir ekstra, warisan ekstrachromosomal dan pewarisan maternal.

Gen yang mengatur sifat-sifat yang menunjukkan warisan sitoplasma

terletak di luar nukleus dan di sitoplasma; maka mereka disebut sebagai gen

plasma, gen sitoplasma, sitogen, gen ekstranuklear atau gen kromosom

ekstra.

Di dalam sitoplasma terdapat organel-organel seperti mitokondria dan

kloroplas, yang memiliki molekul DNA dan dapat melakukan replikasi subseluler

sendiri.disebut juga organel otonom. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

bahwa mitokondria dan kloroplas pada awalnya masing-masing merupakan

bakteri dan alga yang hidup bebas. Dalam kurun waktu yang sangat panjang

bersimbiosis turun-temurun dengan sel inang eukariotnya dan berkembang

menjadi organel yang menetap di dalam sel (Gardner, 1991).

Pada awal 1960-an, DNA ditemukan dalam

organel sel tertentu yaitu.,

- Chloroplasts

- Mitokondria

DNA ini adalah dasar dari warisan sitoplasma.

Telah ditunjukkan bahwa organel ini memiliki

sistem sintesis proteinnya sendiri.

DNA sitoplasma telah ditemukan untuk hadir dalam organel sel seperti, kloroplas,

mitokondria dan mitokondria seperti kinetoplas dari beberapa parasit protozoa.

8
DNA organellar terdeteksi melalui berbagai teknik seperti pewarnaan Feulgen,

autoradiografi, mikroskopi elektron, sentrifugasi isonia cesium klorida. Organel

DNA biasanya melingkar dan berbeda dari DNA inti dalam beberapa aspek.

C. Proses Pewarisan Sitoplasmik

Kloroplas sebagai organel fotosintesis pada tumbuhan dan beberapa

mikroorganisme membawa sejumlah materi genetik yang diperlukan bagi struktur

dan fungsinya dalam melaksanakan proses fotosintesis. Klorofil dan kelengkapan

untuk sintesisnya telah dirakit ketika kloroplas masih dalam bentuk alga yang

hidup bebas (Gardner, 1991).

Pada tahun 1951, menggunakan metode sitokimia, Chiba adalah yang

pertama menunjukkan adanya asam nukleat dalam kloroplas. Pada tahun 1962,

Ris dan Plaul menunjukkan bahwa kloroplas Chlamydomonas memiliki partikel

berdiameter 150-200A yang menyerupai ribosom.

Mereka juga menunjukkan keberadaan DNA dalam bentuk fibril dengan

ketebalan 25-30A º yang menghilang setelah pengobatan dengan DNAase. DNA

plastid telanjang dan melingkar. Pada tumbuhan tingkat tinggi, panjangnya

bervariasi dari 39 µm (kacang manis) hingga 45 µm (kacang) dan alga dari 40 µm

9
(Euglena) hingga 62 µm (Chlamydomonas reinhardtii). Jumlah molekul cpDNA

per kloroplas bervariasi dalam organisme yang berbeda. Kacang polong kacang

manis memiliki 34 molekul, sedangkan Chlamydomonas memiliki 70-100

molekul. Berat molekul cpDNA di Chlamydomonas adalah 13 x 10 7 dalton.

The cpDNA lumut hati (lumut) adalah 121 kb dalam ukuran, sedangkan

cpDNA tembakau memiliki 155 kb. Pada tumbuhan tingkat tinggi, densitas

buangan DNA cp diperoleh dengan sentrifugasi isonia cesium klorida sekitar

1,696 g / cm3 yang sedikit lebih tinggi daripada DNA nuklear. Namun, dalam

Euglena dan Chlamydomonas, kepadatan DNA cp lebih rendah daripada DNA

nuklear.

Perbedaan utama antara cpDNA dan DNA nuklir adalah sebagai berikut

(Kamlesh Kumar Chandel, 2013)

Sekitar 10% dari residu sitosin bermetilasi sebagai 5-methylcytosine

dalam DNA inti tumbuhan tingkat tinggi; metilasi seperti itu tidak ada

dalam cpDNA.

DNA Chloroplast bersifat melingkar sementara DNA inti bersifat linier.

Histon dan protein lainnya dikompleks dengan DNA inti tetapi tidak

dengan cpDNA.

Setelah denaturasi, cpDNA berhubungan kembali jauh lebih cepat

daripada DNA nuklear.

DNA Chloroplast berukuran lebih kecil dari DNA inti.

Replikasi DNA kloroplas disertai dengan pembentukan "loop pengalihan"

(D-loop) yang membentang di sekitar lingkaran DNA. Loop-D seperti itu tidak

10
terbentuk selama replikasi DNA nuklir. Namun, replikasi keduanya, cpDNA dan

DNA nuklir bersifat semikonservatif

Plastid adalah organel yang mereplikasi diri yang ada di sitoplasma.

mereka tidak pernah berasal dari novo. Mereka berkembang dari proplastid yang

tidak berdiferensiasi di sepanjang sejumlah jalur perkembangan. Leukoplasts

(leukos = putih) berkembang di akar dan organ penyimpanan lain dari tumbuhan

yang lebih tinggi dan dapat mengakumulasi pati (amiloplas), protein

(proteinoplasts), atau lipid (lipoplasts). Minyak yang mengandung plastida

(elaioplast) ditemukan di beberapa sel epidermis daun. Beberapa plastid

mengandung pigmen (chromoplasts) yang memberi warna pada buah dan bunga.

Plastida yang mengandung klorofil disebut kloroplas yang memberi warna hijau

pada tanaman. Kloroplas dari tanaman yang sama dapat terdiri dari dua jenis:

Mereka yang memiliki grana ditemukan di sel daun mesopil. Mereka tanpa grana

hadir dalam hubungan dengan sel bundel vaskular. Dengan tidak adanya cahaya,

klorofil tidak dapat diproduksi; kloroplas yang kurang berkembang tanpa klorofil

disebut etioplasts.

Correns pada tahun 1908 melihat adanya perbedaan hasil persilangan

resiprok pada pewarisan warna bagian vegetatif tanaman, khususnya daun, pada

beberapa tanaman tertentu seperti bunga pukul empat Mirabilis jalapa. Dia

mengamati bahwa pewarisan warna tersebut semata-mata ditentukan oleh tetua

betina dan berkaitan dengan ada tidaknya kloroplas di dalam sitoplasma (Anonim,

2014).

Suatu tanaman bunga pukul empat dapat memiliki bagian vegetatif yang

berbeda-beda warnanya, yaitu hijau, putih, dan belang-belang hjau-putih

11
(variegated). Sel-sel pada bagian yang berwarna hijau mempunyai kloroplas yang

mengandung klorofil, sedang sel-sel pada bagian yang berwarna putih tidak

mempunyai kloroplas tetapi berisi plastida yang tidak berwarna. Sementara itu,

bagian yang belang-belang terdiri atas sel-sel, baik dengan maupun tanpa

kloroplas. Ketiga macam bagian tanaman tersebut dapat menghasilkan bunga,

baik sebagai sumber polen (tetua jantan) maupun sebagai pembawa putik (tetua

betina), sehingga dimungkinkan adanya sembilan kombinasi persilangan, yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8.1 (Anonim, 2014).

Jelas dapat disimpulkan dari Tabel 8.1 bahwa fenotipe keturunan akan

selalu sama dengan fenotipe tetua betina atau terjadi pewarisan maternal. Hal ini

karena seperti telah dikatakan di atas bahwa warna hijau bergantung kepada ada

tidaknya kloroplas, sementara polen hanya sedikit sekali atau bahkan sama sekali

tidak memiliki kloropas. Dengan demikian, kontribusi kloroplas kepada zigot

12
dapat dipastikan hanya berasal dari sel kelamin betina. Model yang menjelaskan

pewarisan maternal ini (Anonim, 2014).

Dalam contoh ini, pewarisan maternal terjadi karena kloroplas dilepaskan hanya

melalui sitoplasma sel telur. Serbuk sari tidak mengirimkan kloroplas ke

keturunannya. Fenotip daun dapat dijelaskan oleh jenis kloroplas yang ditemukan

di sel daun.

Fenotipe hijau adalah tipe liar: Karena kloroplas normal yang dapat membuat

pigmen hijau

Fenotip putih adalah mutan: Karena mutasi yang mencegah sintesis pigmen hijau

Sel dapat mengandung kedua jenis kloroplas: Sebuah kondisi yang disebut

heteroplasmi. Dalam hal ini, daun akan berwarna hijau.

Memberikan penjelasan seluler untuk fenotipe beraneka ragam di Mirabilis jalapa

Mitokondria, yang dijumpai pada semua jenis organisme eukariot, diduga

membawa hingga lebih kurang 50 gen di dalam molekul DNA-nya. Gen-gen ini di

antaranya bertanggung jawab atas struktur mitokondria itu sendiri dan juga

13
pengaturan berbagai bentuk metabolisme energi. Enzim-enzim untuk respirasi sel

dan produksi energi terdapat di mitokondria dan juga bahan makanan akan

dioksidasi di dalam organel ini untuk menghasilkan senyawa adenosin trifosfat

(ATP) (Gardner, 1991).

Pada tahun 1962, Nass dan Nass menemukan DNA mitokondria dari

jaringan cewek embrio. Mereka mengamati filamen seperti komponen DNA dari

bakteri tertentu di daerah kepadatan elektron yang lebih rendah dari matriks. DNA

Mitokondria (mtDNA).

The mtDNA umumnya melingkar, kecuali dalam beberapa kasus,

misalnya, Paramecium aurelia, dan Tetrahymena pyriformis dll. Dimana itu

linear. The mtDNA hewan lebih kecil (umumnya sekitar 5 jum, memiliki 16kb)

daripada tanaman (8-30 μm pada jamur dan 30-150 μm di tanaman yang lebih

tinggi) dan protozoa (10-15 µm). Pada kebanyakan organisme, mtDNA lebih kecil

dari cpDNA. Karena komposisi dasar mtDNA yang unik, kepadatan apung

berbeda dari DNA inti. Pada tumbuhan dan burung yang lebih tinggi, nilai

densitas mtDNA jauh lebih tinggi daripada DNA inti, sedangkan pada jamur (ragi,

Neurospora, cetakan lendir) nilai densitas untuk mtDNA lebih rendah daripada

DNA inti. DNA Mitokondria (mtDNA).

Pada kebanyakan organisme, mtDNA lebih kecil dari cpDNA. Karena

komposisi dasar mtDNA yang unik, kepadatan apung berbeda dari DNA inti.

Pada tumbuhan dan burung yang lebih tinggi, nilai densitas mtDNA jauh lebih

tinggi daripada DNA inti, sedangkan pada jamur (ragi, Neurospora, cetakan

lendir) nilai densitas untuk mtDNA lebih rendah daripada DNA inti. Setelah

14
denalurasi, mlDNA dapat dipisahkan menjadi untaian "berat" dan "ringan" dengan

sentrifugasi densitas caesium klorida.

Perbedaan utama antara mtDNA dan busur DNA inti sebagai berikut

Dengan sedikit pengecualian, mtDNA bersifat melingkar, sementara DNA

inti bersifat linier.

DNA mitokondria tidak dikelompokan dengan histone, sedangkan DNA

inti membentuk nukleosom tipik dan serat kromatin karena hubungannya dengan

histone.

Setelah denaturasi, mtDNA kembali berhubungan lebih cepat daripada

DNA inti.

Kepadatan mtDNA berbeda dari DNA nuklir. Lebih besar untuk mtDNA

daripada DNA nuklir pada tumbuhan dan hewan yang lebih tinggi, tetapi lebih

rendah untuk mtDNA Chlamydomonas, ragi dan Neurospora dll.

Replikasi mtDNA terjadi melalui pembentukan D-loop (loop

displacement), sementara tidak ada pembentukan D-loop dalam kasus DNA

nuklir.

Contoh pewarisan maternal melalui mitokondria yang diteliti oleh M.B.

Mitchell dan H.K. Mitchell, misalnya ditemukan pada sifat poky Neurospora.

Poky adalah sifat pertumbuhan lambat yang ditemukan pada jamur oncom.

Penelitian menunjukkan sifat poky memiliki hubungan dengan kecacatan fungsi

mitokondria karena hilangnya beberapa sitokrom penting. Anakan yang berasal

dari induk betina yang bersifat poky, memiliki fenotip semua poky, sedangkan

anakan yang berasal dari induk betina non poky, meskipun induk jantannya adalah

poky, menunjukkan koloni yang normal. Heterokarion (hifa yang mengandung

15
campuran kromosom poky dan normal) pada awalnya menunjukkan rata-rata

pertumbuhan yang normal, namun secara progresif rata-rata pertumbuhannya

mengalami kemunduran (Aurora, 2011).

Penjelasan yang ada saat ini adalah bahwa ekspresi mitokondria poky

menyebabkan gangguan atau tekanan terhadap ekspresi mitokondria normal

karena bereplikasi lebih cepat daripada mitokondria normal dan berakibat pada

penurunan kecepatan pertumbuhan secara progresif karena kurangnya suplai

energi (Aurora, 2011).

Contoh lain pewarisan mitokondria yaitu pada suatu penelitian

menggunakan khamir Saccharomyces cerevisae. Boris Ephrusi menemukan

sejumlah koloni berukuran sangat kecil yang kadang-kadang terlihat ketika sel

ditumbuhkan pada medium padat. Koloni-koloni ini dinamakan mutan petit (petite

mutant). Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa sel-sel pada koloni

tersebut berukuran normal. Namun, hasil studi fisiologi menunjukkan bahwa sel-

sel tersebut mengalami petumbuhan yang sangat lambat karena adanya kelainan

dalam metabolisme senyawa karbon. Mutan petit melakukan metabolisme karbon

16
bukan dengan respirasi menggunakan oksigen, melainkan melalui fermentasi

glukosa secara anaerob yang jelas jauh kurang efisien bila dibandingkan dengan

respirasi aerob (Aurora, 2011).

Gambar 1. Perilaku dua macam petit saat persilangan

Sumber : http://erickbio.wordpress.com

Tipe pertama memperlihatkan segregasi Mendel seperti biasanya sehingga

dinamakan petit segregasional. Persilangan dengan tipe liarnya menghasilkan

zigot diploid yang normal. Jika zigot ini mengalami pembelahan meiosis, akan

diperoleh empat askopora haploid dengan nisbah fenotipe 2 normal : 2 petit. Hal

ini menunjukkan bahwa petit segregasional ditimbulkan oleh mutasi di dalam

nukleus. Selain itu, oleh karena zigot diploid mempunyai fenotipe normal, maka

dapat dipastikan bahwa alel yang mengatur mutan petit merupakan alel resesif

(Aurora, 2011).

Tipe ke dua, yang disebut petit netral, berbeda dengan tipe pertama jika

dilihat dari keempat askopora hasil pembelahan meiosis zigot diploid. Keempat

17
askospora ini semuanya normal. Hasil yang sama akan diperoleh apabila zigot

diploid disilang balik dengan tetua petitnya. Jadi, fenotipe keturunan hanya

ditentukan oleh tetua normalnya. Dengan perkataan lain, pewarisan sifatnya

merupakan pewarisan uniparental. Berlangsungnya pewarisan uniparental tersebut

disebabkan oleh hilangnya sebagian besar atau seluruh materi genetik di dalam

mitokondria yang menyandi sintesis enzim respirasi oksidatif pada kebanyakan

petit netral. Ketika sel petit netral bertemu dengan sel tipe liar, sitoplasma sel tipe

liar akan menjadi sumber materi genetik mitokhodria bagi spora-spora hasil

persilangan petit dengan tipe liar sehingga semuanya akan mempunyai fenotipe

normal (Aurora, 2011).

Gambar 2. Pewarisan mutasi petit pada persilangan dengan tipe liarnya (lingkaran

kecil menggambarkan sel petit ; nukleus bergaris mendatar membawa alel untuk

pembentukan petit)

Sumber : http://anugrahjuni.wordpress.com

Tipe ke tiga disebut petit supresif, yang hingga kini belum dapat dijelaskan

dengan baik. Pada persilangannya dengan tipe liar dihasilkan zigot diploid dengan

18
fenotipe petit. Selanjutnya, hasil meiosis zigot petit ini adalah empat askospora

yang semuanya mempunyai fenotipe petit. Dengan demikian, seperti halnya pada

tipe petit netral, pewarisan uniparental juga terjadi pada tipe petit supresif.

Bedanya, pada petit supresif alel penyebab petit bertindak sebagai penghambat

(supresor) dominan terhadap aktivitas mitokondria tipe liar. Petit supresif juga

mengalami kerusakan pada materi genetik mitokondrianya tetapi kerusakannya

tidak separah pada petit netral (Aurora, 2011).

Mitokondria dan kloroplas tidak dirakit oleh sel tetapi timbul oleh pembagian

organel-organel yang ada oleh bakteri sederhana yang mirip fisi. Mereka memiliki

DNA, RNA, dan ribosom mereka sendiri. Urutan DNA dari gen-gen organel

menyerupai urutan bakterial. Pembagian organel terjadi sepanjang siklus sel tidak

hanya pada fase S. Organel dikelilingi oleh membran ganda. Membran bagian

dalam berbeda dari membran lain di dalam sel. Beberapa contoh bakteri dan

ganggang yang dapat membangun hubungan simbiotik dengan sel eukariotik.

Faktor sitoplasma yang diturunkan secara maternal:

Menghasilkan pola pewarisan secara ketat tergantung pada genotipe ibu, yang

dikenal sebagai efek keibuan.

Fenotip tidak tergantung pada genotipe individu atau genotipe ayah.

Contoh melingkar di siput tirus Limneaperegra. Arah coiling shell dikendalikan

oleh gen tunggal. Fenotipe seseorang ditentukan oleh genotipe induknya. Coiling

kanan (dekstran) (D) dominan ke kiri (sinistral) melingkar (d).

19
Genotip seorang ibu menentukan struktur telur yang ia hasilkan. Faktor

sitoplasma ada di dalam telur. Kontrol tahap awal perkembangan.

20
BAB III
PENUTUP

Adapun kesimpulan dari pembahasan sebelumnya

1. Kriteria pewarisan sitoplasmik yaitu (a) hasil persilangan antara betina A

dan jantan B tidak sama dengan hasil persilangan antara betina B dan

jantan A (b) Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan

organel sitoplasmik dalam jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan

(c) gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama

lain yang tertentu pula sehingga dapat membentuk kelompok berangkai (d)

Tidak adanya nisbah segregasi (e) Substitusi nukleus dapat memperjelas

pengaruh relatif nukleus dan sitoplasma.

2. Pewarisan sitoplasmik terjadi pada organel mitokondria dan kloroplas,

sebab DNA sitoplasma dapat ditemukan pada kedua organel tersebut.

3. Pewarisan sitoplasmik terjadi melalui pewarisan yang tidak berdasarkan

hukum mendelian dimana sifat diturunkan dominan berasal dari induk

sehingga dapat dikatakan sebagai ‘maternal inheritance’ disebabkan oleh

jumlah sitoplasma di sumbangkan yang berasal dari sel telur lebih banyak

dari pada paternal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Tanri, 2013. Gen, DNA, dan Kromosom. http://www.biologi-sel.com,


diakses pada tanggal 17 Februari 2014, pukul 13.00 WITA.

Anonim a, 2014. Materi Genetik di Dalam Kloroplas.


http://pagebio.blogspot.com, diakses pada tanggal 17 Februari 2014,
pukul 13.00 WITA.

Anonim b. 2007. Cytoplasmic Inheritance. http://tnau.ac.in/eagri/eagri50


/GBPR111/lec07.pdf. diakses pada tanggal 17 Februari 2014, pukul
20.07 WITA.

Aurora, J., 2011. Pewarisan Mitokondria. http://erickbio.wordpress.com, diakses


pada tanggal 17 Februari 2014, pukul 13.10 WITA.

Chandel, Kamlesh Kumar. 2013. Extrachromosomal Inheritance.


http://www.authorstream.com/Presentation/kkcr-1623450-extrachromo
somal-inheritance-non-mendelian/. diakses pada tanggal 17 Februari
2014, pukul 20.10 WITA.

Gardner, Eldon John, 1991. Principles of GENETICS. Canada: John Wiley &
Sons Inc.

Kala, Chandra. 2012. Extrachromosomal Inheritance-Cytoplasmic Influenced on


Phenotype. http://www.authorstream.com/Presentation/kkcr-1623450-
extrachromosomal-inheritance-non-mendelian/. diakses pada tanggal
17 Februari 2014, pukul 20.05 WITA.

22

Anda mungkin juga menyukai