Evolusi Gymnosperm
Evolusi Gymnosperm
Evolusi Gymnosperm
“Evolusi Gymnospermae”
DOSEN PEMBIMBING
Purity Sabila Ajiningrum S.Si.,M.Si
DISUSUN OLEH
1. Shokimun Mega Samudera (162500008)
2. Much. Alif Fikri Haidar (162500027)
3. Putra Bagus Setiawan (162500029)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Makalah Evolusi “Evolusi Gymnosperm” ini akhirnya selesai. Tugas ini
kami buat untuk memenuhi tugas Evolusi Semester Genap tahun ajaran 2017/2018.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, semoga Makalah Evolusi ini dapat
bermanfaat dan berguna terutama bagi para mahasiswa/i Amin.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses terjadinya evolusi tumbuhan biji
Gymnospermae.
b. Untuk mengetahui keuntungan evolusi biji.
Lumut dan briofit-briofit yang lain memiliki siklus hidup yang didominasi
oleh gametofit, sementara pakis dan tumbuhan vascular tak berbiji lainnya
memiliki siklus hidup yang didominasi oleh sporofit. Kecenderungan evolusioner
dari reduksi gametofit terus berlanjut pada garis keturunan tumbuhan vascular
yang menghasilkan tumbuhan berbiji. Sementara gametofit tumbuhan vascular tak
berbiji dapat dilihat oleh mata telanjang, gametofit tumbuhan berbiji sebagian
besar berukuran mikroskopik.
2.3 Heterosporit
Jika sperma memfertilisasi sel telur dari tumbuhan berbiji, zigot tumbuh
menjadi embrio sporofit. Keseluruhan ovul berkembang menjadi biji, embrio
bersama dengan persediaan makanannya, di kemas di dalam selaput pelindung yang
berasal dari integument. Hingga permunculan biji, spora adalah satu-satunya tahap
pelindungdalam siklus hidup tumbuhan. Spora lumut, misalnyadapat sintas bahkan
jika lingkungan setempat menjadi terlalu dingin, terlalu panas, atau terlalu kering,
bahkan bagi kehidupan lumut itu sendiri. Ukurannya yang mungil memungkinkan
spora lumut untuk tersebar dalam kondisi dorman ke daerah yang baru, tempat
Walaupun lumut dan tumbuhan tak berbiji lainnya terus sukses hingga saat
ini, biji merepresentasikan inovasi evolusioner penting yang berkontribusi dalam
membuka cara-cara baru bagi kehidupan tumbuhan berbiji. Keunggulan biji
dibandingkan dengan spora adalah biji memiliki lapisan jaringan multiseluler
sedangkan spora memiliki sel tunggal, serta selaput biji memperikan perlindungan
ekstra bagi embrio. Tidak seperti spora, biji juga memiliki persediaan cadangan
makanan. Ini memungkinkan biji tetap dorman selama berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun setelah dilepaskan dari tumbuhan induk. Dalam kondisi-
kondisi yang menguntungkan, biji kemudian bergerminasi, dengan cadangan
makanannya sebagai pendukung pertumbuhan yang sangat penting ketika embrio
sporofit muncul sebagai semaian. Bebrapa biji mendarat cukup dekat dengan
tumbuhan sporofit induknya, biji yang lain dibawa jauh sekali oleh angin atau
hewan.
Bukti fosil mengungkapkan bahwa pada periode devon akhir ( sekitar 380
juta tahun lalu), beberapa tumbuhan mulai memperoleh adaptasi-adaptasi yang khas
bagi tumbuhan berbiji. Misalnya, Archaeopteris merupakan pohon heterospor yang
memiliki batang berkayu. Akan tetapi pohon ini tidak menghasilkan biji. Spesies
tumbuhan vaskulartak berbiji transisional semacam itu terkadang disebut
progimnosperma.
Para ahli geologi menganggap akhir periode perm sekitar 251 jut tahun lalu,
sebagai perbatasan antara era paleozoikum (kehidupan tua) dan mesozoikum
(kehidupan menengah). Kehidupan sangat berubah seiring dengan gimnosperma
yang mendominasi ekosistem terrestrial di sepanjang Mesozoikum, berperan
sebagai persediaan makanan bagi dinosaurus herbifora raksasa. Masa Mesozoikum
berakhir dengan kepunahan massal hampir semua dinosaurus dan banyak kelompok
Daun mempunyai bentuk yang bermacam – macam, kaku, dan selalu hijau
dengan di dalamnya berkas – berkas pengangkutan yang tidak bercabang atau
bercabang menggarpu. Bunga menurut pengertian sehari – hari belum ada, kadang
– kadang makrosporofil dan mikrosporofil masih terkumpul dalam jumlah yang
tidak terbatas pada suatu sumbu yang panjang. Hiasan bunga tidak ada atau
tereduksi. Gametofit telah mengalami reduksi, tetapi belum begitu jauh seperti pada
Angiospermae. Gymnospermae dibagi dalam sejumlah kelas yang sebagian telah
punah.
Paku biji adalah tumbuhan fosil yang telah hidup dalam zaman Devon,
mencapai puncak perkembanagan dalam zaman Karbon dan Perm serta telah punah
dalam zaman Mesozoikum. Daunnya menyerupai daun tumbuhan paku.
Sporofilnya menyerupai daun biasa tetapi belum terkumpul menjadi bunga.
Batangnya kecil seperti liana atau tumbuh tegak mempunyai xilem yang eksark atau
endark dengan pertumbuhan menebal. Kayu sekunder mempunyai trakeida dengan
Kelas ini hanya terdiri atas satu bangsa yaitu Cycadales dengan satu suku
Cycadaceae. Kelompok tumbuhan ini telah mulai muncul menjelang akhir zaman
Palaeozoikum. Habitusnya menyerupai palama, berkayu, tidak atau sedkit sekali
bercabang, teras besar, korteks tebal. Daun tersusun dalam rozet batang, berbagi
menyirip atau menyirip, yang masih muda tergulung seperti daun paku.
Kelas ini telah punah. Dari sisa – sisa yang ditemukan dijadikan satu suku yaitu :
Bakal biji terpisah- pisah, tiap bakal biji terdapat pada suatu tangkai yang
menyerupai daun, masing – masing mempunyai satu integumen dan ruang serbuk
sari yang panjang. Biji pipih, kadang – kadang bersayap dan terdapat pada tangkai
yang panjang.
- Cordaites laevis
- Cordaianthus pseudofluitans
Kelas ini telah tersebar luas di zaman Mesozoikum dan Tersier, berupa
pohon- pohonan yang mempunyai tunas panjang dan pendek dengan daun- daun
yang bertangkai panjang berbentuk pasak atau kipas, dengan tulang- tulanh yang
bercabang – cabang, yang meranggas dalam musim gugur.
Kelas ini meliputi semak – semak, perdu, atau pohon – pohon dengan tajuk
yang kebanyakan berbentuk kerucut (conus = kerucut ; ferein = mendukung). Daun
tumbuhan kelas ini banayak yang berbentuk jarum. Kelas ini terbagi dalam
beberapa bangsa, yaitu :
a. Bangsa Taxales
Bangsa ini terdiri atas pohom –pohon atau semak –semak. Daun duduknya
tersebar, berbentuk lanset. Strobilus berumah dua, yang janatan terpisah –
pisah atau merupakan bulir dalam ketiak – ketiak daun, dengan
mikrosporofil yang berbentuk perisai atau sisik. Bakal biji berpasangan di
atas sisik- sisik biji atau pada ujungnya (terminal). Contoh : Cephalotaxus
fartanei
b. Bangsa Araucariales
Suku Araucariaceae. Pohon – pohon dnegan daun tersebar, berbentuk jarum
atau lebar dengan saluran – saluran resin di dalamnya. Tumbuh –tumbuhan
ini berumah dua. Strobilus jantan besar, di ketiak atau di ujung cabang –
cabang yang pendek dengan mikrosporofil yangbertangkai dan berbentuk
sisik. Suku ini terbagi menjadi dua marga :
- Acauracia,misalnya A. Cunninghamii
- Agathis, misalnya Agathis alba
c. Bangsa Podocarpales
Suku Podocarpaceae. Perdu atau pohon dengan daun berbentuk sisik, jarum,
garis, atau lanset dan kadang juga bulat telur. Tumbuh –tumbuhan in
berumah dua. Strobilus jantan terminal atau di ketiak, kebanyakan agak
3.1 Kesimpulan
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta
tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Gymnospermae berasal dari
Progymnospermae melalui proses evolusi biji. Sebagai contoh Progymnospermae
adalah tipe Aneurophyton dan tipe Archaeopteris. Gymnospermae yang masih ada
menyediakan bukti transisi evolusioner menuju sperma nonmotil. Sperma dari
beberapa spesies gymnospermae mempertahankan kondisi berflagela purba, namun
flagella telah hilang pada sperma kebanyakan gymnospermae dan semua
angiosperma.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Erlangga: Jakarta.
Cleal C.J dan Thomas, B.A. 2009. Introduction to Plant Fossils. Cambridge
University Press. United Kingdom.
Pojeta, J dan Springer. 2001. Evolution and the Fossil Record. The Paleontological
Society. American Geological Institute Alexandria, Virginia.
Rhawn, Joseph. 2009. The Evolution Of Life From Other Planets The First
Earthlings, ExtraTerrestrial Horizontal Gene Transfer, Interplanetary Genetic
Messengers and the Genetics of Eukaryogenesis and Mitochondria
Metamorphosis. Journal of Cosmology Vol 1:100-150.
Saylo, Monalie C., Cheryl C. Escoton, and Micah M. Saylo. 2011. Punctuated
Equilibrium vs. Phyletic Gradualism. International Journal of Bio Science
and Bio Technology Vol. 3 No.3.
Stokstad, E. 2002. Fossil Plant Hints How First Flower Bloomed. Science 296:821.