Produksi Kitosan Secara Enzimatik Oleh Bacillus Sampah Perikanan Enzymatic Chitosan Production by New Isolated Bacillus From Fisheries Waste
Produksi Kitosan Secara Enzimatik Oleh Bacillus Sampah Perikanan Enzymatic Chitosan Production by New Isolated Bacillus From Fisheries Waste
Produksi Kitosan Secara Enzimatik Oleh Bacillus Sampah Perikanan Enzymatic Chitosan Production by New Isolated Bacillus From Fisheries Waste
Abstract: The ability of Bacillus sp. has been developed by isolation bacteria from fisheries waste to synthesis chitin
deaetylase. This microorganism secretes extracellular chitin deacetylase and does not involve cell lysis. Chitin
deacetylase has roles as bioconversion which converts chitin to chitosan with deacetylation N-
acetylglucosamine residue in chitin. The bioconversion process of chitin into chitosan in this study is occured
by Bacillus sp. B3, Bacillus sp. B5, Bacillus sp. B6, and Bacillus sp. B12 through deacetylation enzymatic
which is isolated from fisheries waste. The protein component of crude enzyme was measured using Bradford
methods with BSA (Bovine Serum Albumin) as standard. The enzyme was purified by ammonium sulfate
precipitation. Chitin deacetylase was characterized by measuring isoelectric point, enzyme activity, and protein
component. While the fungtional groups of chitosan had characterized by FTIR and measured degree of
deacetylation chitosan. The highest enzyme activity was achieved by Bacillus sp. B12 through ammonium
sulphate purification at 75-90% fraction is 345.21U/ml with protein content is 0.0512 mg/ml. Chitin deacetylase
from fourth Bacillus sp. has an isoelectric point at pH 5. The highest degree of deacetylation chitosan is 67%
and the termination of acetyl groups had confirmed by IR spectra.
Keywords: Bacillus sp., chitin deacetylation, chitosan, enzymatically deacetylation, shrimp waste.
adanya peningkatan nilai ekonomi limbah kulit udang tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Selanjutnya media
melalui kitin deasetilase. dituang pada cawan Petri steril dan dibiarkan
Produksi kitosan menggunakan kulit udang dengan memadat. Cawan Petri diwrap dan disimpan dalam
kitin deasetilase yang diproduksi dari sampah lemari pendingin sebagai stock media (Thiel, 1999).
perikanan sebagai biokatalis akan lebih baik secara Media Nutrient Broth (NB) digunakan sebagai
ekonomi dan belum banyak dilakukan, karena tidak media peremajaan isolat Bacillus sp.. Sebanyak 13
membutuhkan energi yang besar dalam proses gram serbuk NB dilarutkan dalam 1 liter akuades,
reaksinya. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipanaskan pada suhu 100 °C sambil diaduk dengan
dilakukan perbandingan produksi kitosan dari empat menggunakan magnetic stirrer. Selanjutnya media
jenis kitin deasetilase hasil isolat sampah perikanan NB dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditutup dengan
dengan kulit udang sebagai sumber kitin. sumbat dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu
121°C dengan tekanan 1,5 atm selama 15 menit
2. METODOLOGI (Thiel, 1999).
ruang selama 24 jam hingga tumbuh koloni bakteri. supernatan II sambil diaduk. Setelah (NH4)2SO4 larut
Selanjutnya isolat disimpan di lemari pendingin sempurna kemudian dibiarkan selama 1 jam.
sebagai stock culture. Isolat yang telah berumur 24 Selanjutnya endapan enzim disentrifugasi dengan
jam diremajakan pada Erlenmeyer yang berisi 50 ml kecepatan 3000 rpm, pada suhu 4ºC selama 30 menit
medium NB sebanyak tiga ose dan diinkubasi pada sehingga dihasilkan supernatan III dan endapan III.
suhu optimum 50°C selama 24 jam. d. Pengendapan 60-75 %
Sebanyak 10 ml Kultur Bacillus sp. yang telah Sebanyak 2,06 gram (NH4)2SO4 ditambahkan sedikit
diinkubasi pada media NB diinokulasikan pada 90 ml demi sedikit ke dalam gelas Beaker 50 ml yang berisi
media aklimatisasi dan diinkubasi pada suhu optimum supernatan III sambil diaduk. Setelah (NH4)2SO4 larut
50°C selama 24 jam. Selanjutnya, sebanyak 10 ml sempurna kemudian dibiarkan selama 1 jam.
inokulum yang telah teraklimatisasi pada media Selanjutnya endapan enzim disentrifugasi dengan
aklimatisasi diinokulasikan ke dalam 90 ml media kecepatan 3000 rpm, pada suhu 4ºC selama 30 menit
starter dan diinkubasi pada suhu optimum 50°C sehingga dihasilkan supernatan IV dan endapan IV.
selama 24 jam. Media starter memiliki komposisi e. Pengendapan 75-90 %
yang sama dengan media fermentasi. Selanjutnya, Sebanyak 2,15 gram (NH4)2SO4 ditambahkan sedikit
sebanyak 10 ml inokulum starter diinokulasikan ke demi sedikit ke dalam gelas Beaker 50 ml yang berisi
dalam 100 ml media fermentasi dan diinkubasi pada supernatan IV sambil diaduk. Setelah (NH4)2SO4 larut
suhu optimum 50°C hingga mencapai awal fase sempurna kemudian dibiarkan selama 1 jam.
eksponensial sesuai kurva pertumbuhan Bacillus sp. Selanjutnya endapan enzim disentrifugasi dengan
pada penelitian sebelumnya (Atmaja et al., 2015). kecepatan 3000 rpm, pada suhu 4ºC selama 30 menit
sehingga dihasilkan supernatan V dan endapan V
2.2.3 Produksi Kitin Deasetilase (Ariningsih, 2003).
Kitin deasetilase diperoleh dengan cara fermentasi Supernatan yang dihasilkan selama presipitasi
cair oleh masing-masing isolat Bacillus sp. yang telah enzim digunakan untuk fraksi selanjutnya, sedangkan
teraklimatisasi pada media fermentasi. Ekstrak kasar natan yang dihasilkan di setiap fraksi dibagi menjadi
enzim (filtrat kultur) diperoleh dengan metode dua bagian untuk pengujian aktivitas enzim dan
sentrifugasi inokulum yang telah diinkubasi pada kandungan kadar protein.
media fermentasi dengan kecepatan 8000 rpm selama
15 menit pada suhu 4 °C (Ariningsih, 2003). 2.2.5 Karakterisasi Protein Kitin
Selanjutnya diambil bagian supernatan yang Deasetilase
dihasilkan dan dilakukan purifikasi, pengukuran 2.2.5.1 Uji Aktivitas Kitin Deasetilase
kandungan protein, dan pengujian aktivitas enzimnya. Pengujian aktivitas kitin deasetilase dilakukan dengan
menggunakan metode Tokuyasu et al., (1999) yang
2.2.4 Purifkasi Kitin Deasetilase telah dimodifikasi. Larutan digesti yang terdiri dari 0,1
Purifikasi kitin deasetilase dilakukan melalui metode ml ekstrak kasar enzim, 10 mg bubuk kitin, dan 1 ml
presipitasi protein yang terlarut pada supernatan buffer diinkubasi pada suhu optimum 50 °C (Atmaja
dengan menggunakan ammonium sulfat, sehingga et al., 2015) selama 20 menit. Selanjutnya aktivitas
senyawa protein dan nonprotein dapat terpisah (Sakai enzim diterminasi dengan penambahan asam asetat 33
et al., 1998). Purifikasi ekstrak kasar enzim dilakukan % sebanyak 200 μl. Penggunaan asam asetat dalam
dengan teknik salting out, yaitu dengan menambahkan terminasi aktivitas enzim dikarenakan asam asetat
ammonium sulfat (NH4)2SO4 ke dalam supernatan merupakan salah satu produk dari reaksi kitin menjadi
secara bertahap (Uria et al., 2005) dengan fraksi 0-30 kitosan (Dische & Borenfreund, 1950).
%, 30-45 %, 45-60 %, 60-75 %, dan 75-90 % dengan Untuk pengontrolan, penambahan enzim
metode sebagai berikut: dilakukan sesaat setelah penambahan asam asetat.
a. Pengendapan 0-30 % Setelah digesti, konsentrasi residu glukosamin yang
Sebanyak 3,52 gram (NH4)2SO4 ditambahkan sedikit terbentuk dari reaksi deaminasi dihitung berdasarkan
demi sedikit ke dalam 20 ml larutan ekstrak kasar oksidasi NaNO2, dengan metode spektrofotometrik
enzim sambil diaduk. Setelah (NH4)2SO4 larut menggunakan indol HCl sesuai dengan Dische dan
sempurna kemudian dibiarkan selama 1 jam. Borenfreund (1950) yang telah dimodifikasi sebagai
Selanjutnya endapan enzim disentrifugasi dengan berikut: sebanyak 200 μl larutan digesti dipipet dan
kecepatan 3000 rpm, pada suhu 4ºC selama 30 menit ditambahkan 200 μl asam asetat 33 % dan 200 μl
sehingga dihasilkan supernatan I dan endapan I. NaNO2 5 %. Selanjutnya, Larutan divorteks dan
b. Pengendapan 30-45 % dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang.
Sebanyak 1,88 gram (NH4)2SO4 ditambahkan sedikit Ditambahkan 500 μl asam askorbat 0,1 mM dan
demi sedikit ke dalam gelas Beaker 50 ml yang berisi digoyang selama 30 menit pada suhu ruang.
supernatan I sambil diaduk. Setelah (NH4)2SO4 larut Selanjutnya ditambahkan 800 μl HCl 5% dan 80 μl
sempurna kemudian dibiarkan selama 1 jam. indol 1% dalam etanol sebagai penghasil karakteristik
Selanjutnya endapan enzim disentrifugasi dengan warna yang spesifik. Kemudian campuran reaksi
kecepatan 3000 rpm, pada suhu 4ºC selama 30 menit didihkan dalam air mendidih selama 5 menit hingga
sehingga dihasilkan supernatan II dan endapan II. terbentuk warna merah kejinggaan. Larutan kemudian
c. Pengendapan 45-60 % didinginkan, ditambah etanol absolut 800 μl dan
Sebanyak 1,97 gram (NH4)2SO4 ditambahkan sedikit divortek. Konsentrasi glukosamin yang terbentuk
demi sedikit ke dalam gelas Beaker 50 ml yang berisi diketahui melalui reaksi pembentukan warna coklat
Afifah, K.N. et al. Produksi Kitosan Secara Enzimatik oleh Bacillus Sampah Perikanan 289
kemerahan yang terjadi dan diukur pada panjang air. Pembentukan endapan kekeruhan paling cepat
gelombang 492 nm. atau paling banyak merupakan pH titik isoelektrik
Satu unit aktifitas enzim dinyatakan sebagai (Ueda et al., 1995).
jumlah enzim yang memproduksi 1 μmol residu
glukosamin permenit. Selanjutnya nilai unit aktivitas 2.2.6 Pretreatmen Substrat Kitin Kulit
tersebut dikonversi ke dalam satuan aktivitas, yaitu Udang
unit/ml. Standar yang digunakan adalah konsentrasi Perlakuan pendahuluan terhadap substrat kitin kulit
glukosamin pada 26,167 mg/10 ml akuades. udang bertujuan untuk mengubah konformasi kristalin
kitin yang rapat sehingga enzim lebih mudah
2.2.5.2 Uji Kandungan Protein berpenetrasi ke dalam substrat untuk mendeasetilasi
a. Pembuatan Pereaksi Bradford polimer kitin (Martinou et al., 1995). Sebanyak 10
Sebanyak 100 mg Coomassie Brilliant Blue G-250 gram kitin kulit udang direndam dalam 100 ml NaOH
dilarutkan dalam 50 ml etanol 95 % dan ditambahkan 60% pada suhu 60 °C selama 180 menit. Selanjutnya
100 ml asam fosfat 85 %. Campuran diencerkan kitin dibilas dengan akuades hingga pH netral dan
dengan menggunakan akuades sampai warna melarut dikeringkan pada suhu 60 °C selama 1 malam
sempurna. Selanjutnya campuran disaring dengan (Emmawati, 2007).
menggunakan kertas saring Whatman No.1 hingga
volume 1000 ml (Bradford, 1976). Larutan yang 2.2.7 Deasetilasi Enzimatis oleh Kitin
dihasilkan disimpan sebagai stock pereaksi Bradford
(Hendarsyah, 2006).
Deasetilase
Sebanyak 10 mg kitin pasca perlakuan pendahuluan
b. Kurva Standar Protein
Kurva standar protein digunakan untuk diinkubasi dengan 0,1 ml kitin deasetilase dan 1 ml
buffer fosfat pada suhu 50 °C selama 48 jam.
menentukan konsentrasi protein yang terkandung
Selanjutnya endapan kitosan yang dihasilkan dibilas
dalam sampel enzim (Setyahadi, 2006). Larutan
dengan akuades, dikeringkan, dan dihitung nilai
standar dibuat dengan melarutkan 100 mg Bovine
Serum Albumin (BSA) dengan konsentrasi 0,1 hingga derajat deasetilasinya menggunakan spektrofotometer
1 mg/ml pada 50 ml akuades. Larutan dikocok UV-Vis.
perlahan dan jangan sampai berbusa. Setelah
homogen, ditambahkan akuades hingga volume 1000 2.2.8 Karakterisasi Kitosan
ml. Konsentrasi akhir larutan standar adalah 1 mg/ml 2.2.8.1 Analisis FTIR
BSA (Lampiran 6). FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy)
Untuk pembuatan blanko dilakukan hal yang merupakan suatu metode yang digunakan untuk
sama, namun larutan standar yang digunakan adalah mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik
akuades. Nilai yang diperoleh dibuat grafik dengan (Khopkar, 2003). Sampel kitosan dimasukkan ke
persamaan Y= ax + b, dimana Y adalah nilai dalam pellet press secara merata, dihubungkan ke
absorbansi dan x adalah nilai konsentrasi protein pompa kompresi hydraulic dengan kekuatan 100 ton
(Bradford, 1976). (kg newton), dan dipompa vakum selama 15 menit.
c. Pengukuran Konsentrasi Protein Pellet yang terbentuk diusahakan memiliki ketebalan
Pengukuran konsentrasi protein pada sampel 0,3 mm (transparan). Pellet press dibuka secara hati-
dilakukan dengan mereaksikan 0,1 μl ekstrak kasar hati. Pellet yang dihasilkan dipindahkan dengan
enzim dengan 5 ml reagen bradford. Selanjutnya, menggunakan spatula ke dalam sel holder. Alat
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada pencatat spektrofotometri IR diatur dengan kecepatan
panjang gelombang 595 nm. Kemudian nilai kertas pada posisi “normal” dan ekspansi transmisi
absorbansi dimasukkan ke dalam kurva standar untuk “10x”. Selanjutnya dilakukan pengecekan skala kertas
menentukan konsentrasi protein yang terkandung dengan cara membuat spektrum dari “film polysterin”
dalam sampel enzim (Bradford, 1976). (Rifai, 2007). Kitosan diukur pada panjang
gelombang 400–4000 cm-1, setiap spektrum terdiri
2.2.5.3 Pengujian Titik Isoelektrik dari 64 kali pengamatan dengan resolusi sebesar 2 cm-
1
Titik isoelektrik merupakan titik dimana jumlah (Biskup et al., 2012).
muatan positif dan negatif protein adalah sama,
sehingga protein pada enzim tidak bergerak apabila 2.2.8.2 Analisis Derajat Deasetilasi Kitosan
diletakkan pada medan listrik. Pada pH isoelektrik Derajat deasetilasi menunjukkan besarnya gugus
(pI), protein memiliki daya kelarutan minimal, asetil dari kitin yang berhasil dikonversi menjadi
sehingga menyebabkan protein mengendap (Burgess gugus amino pada kitosan. Semakin tinggi derajat
et al, 2002). deasetilasi kitosan, maka kualitas kitosan tersebut
Sebanyak 1 ml kitin deasetilase dimasukkan ke semakin baik (Khan et al., 2001). Analisis derajat
dalam 6 buah tabung reaksi bersih dan kering. deasetilasi kitin dan kitosan dilakukan melalui reaksi
Selanjutnya masing-masing tabung reaksi deaminasi yang menghasilkan residu glukosamin
ditambahkan 1 ml buffer asetat dengan variasi pH 3, berdasarkan oksidasi NaNO2, dengan metode
4, 5, 6, 7, dan 8. Campuran dikocok dan dicatat derajat spektrofotometrik menggunakan indol HCl sesuai
kekeruhannya setelah 0, 10, dan 30 menit. Diamati dengan Dische dan Borenfreund (1950) yang telah
berapa tabung yang terbentuk endapan maksimal. dimodifikasi.
Selanjutnya semua tabung dipanaskan diatas penangas
290 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 286-294, Oktober 2017
mengalami pergeseran peak dengan intensitas serapan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan.
3255,41cm-1 kitosan Bacillus sp. B3, dan pada Institut Pertanian Bogor, Bogor.
panjang gelombang 3255,76 cm-1 pada kitosan Ariningsih, A., Noor, A., dan Natsir, N. 2003. Usaha
Bacillus sp. B12. Hal ini berkaitan dengan adanya biokonversi
pretreatmen NaOH pada substrat kitin, sehingga kitin Atmaja, Q.I and Nugroho, P. 2015. Chitin Deacetylase
yang digunakan memiliki kandungan gugus (O-H) Production by Newly Thermophilic Isolate
yang tinggi. Sedangkan pada kitosan memiliki gugus Bacillus sp. SK II-5. Proceeding Seminar
(O-H) ysng relatif lebih rendah karena adanya proses Biomaterial and Enzyme Technology. Biology
pengeringan kitosan pasca deasetilasi enzimatis ITS: Surabaya.
sehingga dihasilkan bubuk kitosan yang halus dan Biskup, R., Jarosinska, D., Rokita, B., Ulanski, P.,
kering. Rosiak, J. 2012. Determination of Degree
Pita serapan pada panjang gelombang 1626,45 Deacetylation of Chitosan Comparison Methods.
cm-1 pada kitin menunjukkan vibrasi gugus (C=O) Progress on Chemistry and Application of Chitin,
dengan intensitas serapan yang tinggi jika vol. XVII 2012.
dibandingkan dengan intensitas serapan gugus (C=O) Blair, D.E., Hekmat, O., Schuttelkopf, A.W.,
oleh kitosan Bacillus sp. B3 yang teramati pada Shrestha, B., Tokuyasu, K., Withers, S.G., van
panjang gelombang 1620,88 cm-1 dan kitosan Bacillus Aalten, D.M.F. 2006. Structure and Mechanism
sp. B12 yang teramati pada panjang gelombang of Chitin Deacetylase from the Fungal Pathogen
1618,58 cm-1. Hal ini menunjukkan bahwa kitin Colletotrichum lindemuthianum. Biochemistry,
memiliki jumlah gugus C=O yang lebih banyak jika 45, 9416–9426.
dibandingkan dengan kitosan yang telah mengalami Bradford, M. M. 1976. A Rapid and Sensitive
deasetilasi enzimatis. Menurut Tokuyasu et al., Method for the Quantitation of Microgram
(1999), deasetilasi kitin dilakukan melalui reaksi Quantities of Protein Utilizing the Principle of
pemutusan ikatan karbon rangkap (C=O) pada gugus Protein-Dye Binding. Analytical Biochemistry
asetil kitin sehingga dihasilkan kitosan 72, 248-254 (1976).
Brugnerotto, J., J. Lizardi, F. M. Goycoolea, W.
4. KESIMPULAN Argüelles Monal, J. Desbrières, M. Rinaudo.
2001. Polymer. 42, 3569.
Produksi kitosan oleh kitin deasetilase Bacillus Burgess, Thomson, Anthony C. Grabski1 and
sampah perikanan diperoleh derajat deasetilasi Richard R.. 2002. Preparation of protein
tertinggi (sebesar 63%) ditunjukkan oleh kitosan samples for SDS-polyacrylamide gel
Bacillus sp. B3 dengan nilai aktivitas enzim sebesar electrophoresis: procedures and tips1”. Applied
230,45 U/ml. Nilai aktivitas enzim tertinggi Microbiology and Biotechnology. 62: 191-201.
ditunjukkan oleh Bacillus sp. B12 (sebesar 345,217 Caufrier, F., Martinou, A., Dupont, C., Bouriotis, V.
U/ml) dan memiliki nilai derajat deasetilasi kitosan 2003. Carbohydrate esterase family 4 enzymes:
sebesar 59%. Kitosan Bacillus sp. B5 memiliki derajat Substrate specificity. Carbohydrate Research.
deasetilasi terendah (sebesar 52%) dengan nilai 338, 687–692.
aktivitas enzim sebesar 289,483 U/ml. Kitosan Chang KLB, Tsai G, Lee J, Fu W. 1997.
Bacillus sp. B6 memiliki nilai derajat deasetilasi Heterogenous N-deacetylation of chitin in
sebesar 55% dengan nilai aktivitas enzim sebesar alkaline solution. Carbohydrate Research. 303:
224,95 U/ml.Deasetilasi enzimatis kitin mampu 327-332.
meningkatkan derajat deasetilasi kitosan dan telah Dahiya, N., Tewari, R., Tiwari, R.P., and Hoondal,
dikonfirmasi adanya pemutusan gugus asetil melalui G.S. 2005. Chitinase from Enterobacter sp.
spektra FTIR. NRG4: Its Purification, Characterization and
Reaction Pattern. Elect. Journal Biotechnology
5. UCAPAN TERIMA KASIH 8(2):134–145.
Deliani. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT.
Asam Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan
Gudang Garam Tbk Direktorat Produksi Gempol Tempe. Tesis. Medan: Universitas Sumatera
Pasuruan yang telah memberikan bantuan finansial Utara.
dalam publikasi di Prosiding Seminar Nasional Dische,Z dan E.Borenfrund. 1950. A
Biology Education Conference Surakarta 2017. Spectrophotometric method
Emmawati, A., Laksmi Jenie, B.S., dan Fawzya,
6. DAFTAR PUSTAKA Y.N.,. 2007. Kombinasi Perendaman dalam
Natrium Hidroksida dan Aplikasi Kitin
Abelson, John., Simon, Melvin., and Pyle, Anna. Deasetilase terhadap Kitin Kulit Udang untuk
2014. Methods in Enzymology. Elsevier Inc.and Menghasilkan Kitosan dengan Berat Molekul
Characterization of Chitin Deacetylase from Rendah. Jurnal Teknologi Pertanian 3(1) : 12-
Absidia Coerulea. Journal Biochemistry. 117, 18, Agustus 2007 for the microdetermination of
257-263 (1995). hexosamines. Journal Biology Chemistry 1949,
Angka, S. L. dan M. T. Suhartono. 2000. Pemanfaatan 184:517-522
Limbah Hasil Laut. Bioteknologi Hasil Laut.
Afifah, K.N. et al. Produksi Kitosan Secara Enzimatik oleh Bacillus Sampah Perikanan 293