Ansin BPH
Ansin BPH
Ansin BPH
Disusun oleh :
ALAMSYAH
NIM : SN171009
Hari : Kamis
Tanggal : 16 November 2017
Jam : 10.15 WIB
A. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka post op
B. Diagnosa Medis
Benigna Prostat Hiperplasi
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri b.d agen cidera fisik
D. Data Yang Mendukung Diagnosa Keperawatan
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri pada luka post op
2. Klien mengatakan pusing
3. Klien mengatakan bak sedikit-sedikit
Data Objektif :
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak lemas
3. P: luks post op
Q: seperti diiris-iris
R: di bagian perut
S: skala 5
T: terus-menerus
4. Klien terpasang oksigen menggunakan nasal kanul dengan pemberian 3 ltr
5. Vital Sign : TD : 140/90 mmHg RR : 22 x/m
N : 98 x/m S : 36,70C
6. SpO2 : 98%
E. Dasar Pemikiran
BPH merupakakan pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral
sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar
normal yang tersisa, prostat tersebut mengelilingi uretra dan, dan pembesaran
bagian periuretral menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra
parsprostatika yang menyebabkan aliran kemih dari kandung kemih (Price
dan Wilson, 2006).
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral
sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar
normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar
dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Proses
pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah
terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostad
meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi
sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria
dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi
alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri ( Baradero, dkk
2007).
Penatalaksanaan pasien BPH salah satunya yaitu dengan pembedahan.
Pada pasien yang dilakukan pembedahan, maka akan diberikan obat anastesi.
Setelah sadar pasien akan merasakan nyeri post op, maka injeksi untuk
mengurangi nyeri pada pasien dibutuhkan. Dengan terapi pemberian obat
analgetik akan membantu pasien merasa lebih nyaman. Terapi injeksi melalui
intraselang dilakukan karena proses kerja obat lebih efektif dan pasien dapat
merasa lebih tenang.
Daftar Pustaka