Karbohidrat
Karbohidrat
Karbohidrat
Tujuan Praktikum :
Mahasiswa mengetahui prinsip uji senyawa karbohidrat dari beberapa spesies tumbuhan.
Dasar Teori
Karbohidrat mempunyai fungsi biologi yang penting. Pati dan glikogen berperan
sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan sebagai
unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman. Karbohidrat lain
berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat di antara sel dan pemberi
spesifitas biologi pada permukaan sel (Lehninger, 1982). Peranan karbohidrat di dalam tubuh
terbagi oleh beberapa tempat diantaranya sebagian ada di dalam siklus darah sebagai glukosa
untuk keperluan energi, dan sebagian lagi berada di dalam hati dan jaringan otot yang
berfungsi sebagai glikogen. Ketika tubuh dalam kondisi kekurangan karbohidrat, maka tubuh
akan mengambil protein sebagai salah satu cadangan sumber energi. Karbohidrat memiliki
peranan untuk mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna dalam tubuh.
Namun apabila tubuh mengalami kekurangan karbohidrat maka dapat menyebabkan mudah
lupa. Sama halnya seperti tubuh, otak juga membutuhkan karbohidrat, yang dipecah menjadi
glukosa untuk energi. Ketika tak mendapatkan glukosa yang dibutuhkan, sulit bagi otak untuk
bekerja dengan maksimal. Mudah marah juga merupakan salah satu akibatnya, bisa saja
terjadi karena karbohidrat sangat penting bagi tubuh untuk memproduksi serotonin, hormon
di otak yang bertanggung jawab meningkatkan semangat.
I. Alat dan Bahan
Alat Bahan (reagen kimia)
1. Saccharum officinarum
2. Pati (corn starch)
3. Zingiber officinale
II. Metodologi
1. Molisch’s test
a) 2 mL sampel + 2 tetes reagen Molisch (larutan 10% -naftol dalam etanol
95%)
b) (+) perlahan atau dengan cara mengalirkan 2 ml H2SO4 pekat
c) amati reaksi yang terjadi, bandingkan dengan hasil pada gambar 1
Gambar 1. Reaski positif dari Molisch’s test 2 lapisan pada gambar kanan
2. Barfoed’s test
a) 1-2 mL sampel + 1-2 mL reagen barfoed (larutan tembaga asetat dan asam
asetat)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama 3 menit – 5 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 2
Gambar 2. Reaski positif dari Barfoed’s test endapan pada gambar kanan
3. Iodine/KI test
a) 2 mL sampel + 2 tetes Iodine/KI
b) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 3
Gambar 3. Reaski positif Iodine/KI test warna biru-hitam pada gambar kanan
4. Seliwanoff’s test
a) 1 mL sampel + 3 mL reagen seliwanoff (0,5 g resorsinol dalam 10% HCl)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama 2 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 4
Gambar 4. Reaski positif Seliwanoff’s test warna merah pada gambar kanan
5. Fehling’s test
a) 1 mL fehling A (larutan CuSO4) + 1 mL fehling B (larutan K-tartrat)
b) +kan 2 mL sampel, campur dan didihkan
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 5
6. Benedict’s test
a) 1 mL sampel + 2 mL reagen benedict (larutan Na sitrat + Na karbonat
dicampur dengan larutan CuSO4)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama 3 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 6
Gambar 7. Reaski positif Bial’s test warna hijau-biru pada gambar paling
kanan.
BAB II
PEMBAHASAN
4 Seliwanoff’s test -
Uji molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi
oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan
kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa
yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida.. Uji ini terdiri atas larutan alfa
naftol dalam etanol 95%. Jika pereaksi ditambahkan ke dalam larutan glukosa, kemudian
ditambah H2SO4 pekat maka akan terbentuk dua lapisan zat cair. H2SO4 pekat (dapat
digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk
menghasilkan furfural. Dalam larutan asam encer, walaupun dipanaskan, monosakarida
umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida
menghasilkan fulfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan fulfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Apabila pemberian asam sulfat
pada larutan sampel yang telah diberi melalui dinding gelas dan secara hati-hati maka
warna ungu yang terbentuk berupa cincin furfural pada batas antara larutan sampel
dengan asam sulfat.
Pada larutan akan terbentuk cincin warna ungu akibat terjadi reaksi kondensasi antara
alfa naftol dan furfural (furfural terbentuk akibat dehidrasi glukosa oleh H2SO4). Apabila
suatu larutan uji menunjukkan adanya cincin berwarna ungu, maka larutan uji tersebut
positif mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif,
sedangkan warna hijau adalah negatif. Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami
lakukan bahwa sampel yang kami uji menghasilkan reaksi yang positif, yaitu terdapat dua
lapisan pada larutan dan terbentuknya cincin warna ungu. Uji Molisch sampel glukosa
menunjukkan hasil positif, ditandai dengan terbentuknya kompleks warna ungu tua. Hal
ini terjadi karena glukosa merupakan golongan monosakarida. Glukosa merupakan salah
satu jenis monosakarida dan merupakan gula paling sederhana sehingga akan mudah
bereaksi dengan asam sulfat . Sampel sukrosa juga menunjukkan hasil yang positif karena
sukrosa juga merupakan jenis karbohidrat, walaupun sukrosa memiliki gugus gula yang
lebih dari satu namun sampel tetap bisa bereaksi dengan asam sulfat. Sampel ketiga
adalah pati/amilum juga menunjukkan hasil yang positif, hal ini karena pati hampir sama
dengan sukrosa dengan menunjukkan perubahan warna kompleks.
Reaksi yang terjadi adalah :
Uji barfoed ini merupakan pengujian untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida, karena asam lemah dapat direduksi oleh monosakarida. Prinsip uji ini adalah
sampel monosakarida dicampur dengan reagen barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam
keadaan basa. Sampel sukrosa menunjukkan hasil yang positif dengan adanya endapan
orange kemerahan pekat. Sukrosa sebenarnya terdiri dari glukosa dan fruktosa yang masing-
masing memiliki gugus gula pereduksi dan akan bereaksi positif dengan reagen barfoed.
Pada hasil uji yang kami lakukan, baik sampel sukrosa, amilum, dan maltosa pada uji
menunjukkan hasil yang sama, ketiganya tidak menunjukkan perubahan warna yang
seharusnya biru dengan endapan orange kemerahan, namun tetap berwarna biru bening tanpa
adanya endapan. Hal ini dimungkinkan selama proses praktikum, karena terjadinya
pemanasan yang terlalu lama maupun suhu waterbath yang panasnya belum stabil, sehingga
disakarida terhidrolisis menjadi rantai yang lebih sederhana sehingga kehilangan kemampuan
mereduksinya yang mengakibatkan tidak dapat mereduksi reagen barfoed sehingga warna
larutan baik sebelum dan sesudah pemanasan tetap sama.
Sampel sebelum Sesudah
Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati (suatu polisakarida). Kondensasi
iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas.
Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya (Fessenden,
1986). Pati merupakan polisakarida yang mengandung dua komponen utama, yaitu amilosa
dan amilopektin. Amilosa adalah polimer rantai lurus dari glukosa dengan ikatan α-1,4
glikosidik. Bila ditambahkan dengan sejumlah iodine, amilosa akan membentuk kompleks
amilosa-iodine berwarna biru kehitaman, dengan cara iodin masuk ke dalam rongga –rongga
molekul amilosa. Larutan amilosa memiliki viskositas yang tinggi dan relatif tidak stabil
dibandingkan amilopektin (Jati 2006). Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum
dipanaskan) larutan berwarna putih bening. Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks
berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru
sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru.
Uji hidrolisis pati oleh asam setelah sampel ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru
kehitaman.
Pada hasil pengujian yang dilakukan, larutan pati menunjukan hasil yang positif,
terhadap uji iodin, dengan ditandai adanya perubahan warna menjadi biru kehitaman. Hal ini
menunjukan bahwa tepung pati memiliki kandungan amilosa yang dapat menjerat iodin,
sehingga terbentuk kompleks biru kehitaman. Berdasarkan hasil yang kami peroleh bahwa
hasil uji iodine menghasilkan hasil yang positif karena pada sampel uji iodine yang kami
lakukan terlihat berwarna biru kehitaman.
Sampel sebelum Sesudah
Salah satu identifikasi dari gula pereduksi yaitu dengan uji fehling. Gula pereduksi
yaitu monosakarida dan disakarida (kecuali sukrosa) dapat ditunjukkan dengan pereaksi
Fehling . Endapan Uji fehlings bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula
pereduksi. Karena prinsip kerjanya adalah grafimetri sehingga dengan mudah dapat
ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat. Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi
Fehling menghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
Larutan fehling memiliki ion Cu++ yang dapat mengoksidasi karbohidrat yang
memiliki ikatan aldehid bebas atau -hidroksi keton sehingga akan mengakibatkan reduksi
pada zat karbohidrat. Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B adalah larutan garam
KNatrat dan NaOH dalam air. Dalam pereaksi ini ion Cu²+ direduksi menjadi ion Cu+ yang
dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B berfungsi mencegah Cu²+
mengendap dalam suasana alkalis.
Uji benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi,
sehingga semua jenis monosakarida akan menunjukkan hasil positif dengan uji benedict.
Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula
pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat
bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton
bebas. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning,
orange, atau merah bata dan muncul endapan hijau, kuning, orange atau merah bata.
Gula yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi Cu2+
dalam suasana basa menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Uji
benedict adalah larutan tembaga (II) sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa
dapat mereduksi ion Cu2+ dari tembaga (II) sulfat menjadi ion Cu+, selanjutnya diendapkan
sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata
bergantung pada konsentrasi karbohidrat. Pereaksi benedict banyak digunakan untuk uji
glukosa dalam urine dibandingkan pereaksi Fehling. Jika dalam urine terdapat asam urat atau
keratin, senyawa ini dapat mereduksi Fehling tetapi dengan pereaksi Benedict tidak terjadi
reduksi.
Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan adalah amilum, maltosa, dan sukrosa,
dimana sampel maltosa dan sukrosa, keduanya memiliki sifat bereaksi positif pada uji
fehling. Hasil praktikum yang kami dapatkan bahwa ketiga sampel menghasilkan hasil yang
positif, dimana larutan yang awalnya biru muda setelah dipanaskan selama 5 menit menjadi
warna hijau yaitu amilum menghasilkan warna hijau muda, maltosa menghasilkan warna
toska, sukrosa menghasilkan warna hijau.
KESIMPULAN
Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang terdiri atas unsur-unsur C, O, dan H
dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Berdasarkan reaksi hidrolisis, karbohidrat terbagi dalam 4
kelompok yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat larut
dalam pelarut polar (air), dan kurang larut dalam pelarut non-polar. Uji karbohidrat dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan uji molisch (terbentuk lapisan cincin warna
ungu), uji barfoed (terbentuk endapan warna orange kemerahan), uji iodine (terbentuk larutan
berwarna biru kehitaman), uji fehling (terbentuk endapan berwarna merah bata), dan uji
benedict (terjadi perubahan warna menjadi kuning, hijau, merah bata atau orange).
Pada uji molisch dapat terbentuk lapisan cincin warna ungu diakibatkan karena terjadi
reaksi kondensasi antara alfa naftol dan furfural. Uji barfoed memiliki prinsip uji bahwa
sampel monosakarida dicampur dengan reagen barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam
keadaan basa. Pada uji iodine bila sampel ditambahkan dengan sejumlah iodine, amilosa akan
membentuk kompleks amilosa-iodine berwarna biru kehitaman, dengan cara iodin masuk ke
dalam rongga - rongga molekul amilosa. Uji fehling memiliki prinsip uji grafimetri sehingga
dengan mudah dapat ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat. Gula pereduksi
bereaksi dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata. Pada uji benedict
tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula
pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata.
DAFTAR PUSTAKA
Puspita, Fika. Lapporan Uji Kualitatif Karbohidrat (Kimdas 2), Jurusan Teknologi
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Sunarya, Yayan ; Setiabudi, Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia : PT. Setia
Purna Inves.
Togatorop, Ervan. 2014. Uji Kualitatif Karbohidrat Metode Iodine. Laboratorium
Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Hassanudin. Makassar.