LP Dan Askep Keratitis
LP Dan Askep Keratitis
LP Dan Askep Keratitis
HARYOTO LUMAJANG
oleh :
Ken Rangga Galang Adiantara
NIM 162310101249
Kornea merupakan lapisan luar mata dimana sinar masuk kedalam mata bersifat
jernih, transparann permukaan yang licin. tidak mengandung pembuluh darah dan
terdiri dari beberapa lapis (Ilyas, S., 2009). Kornea berbentuk cembung dengan jari-jari
8 mm, indeks refraksi 1.3771. Tebal di perifer kornea (1mm) dibanding di sentral
(0,6mm). Permukaan belakang jari-jari 6,5 mm dan permukaan depan jari jari 7,8 mm
(Ilyas, S., 2009).
Lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, lapisan
Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel (Riordan-Eva, 2010).
Permukaan anterior kornea ditutupi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan
tanpa papil. Di bawah epitel kornea terdapat membran limitans anterior (membran
Bowman) yang berasal dari stroma kornea (substansi propia) (Riordan-Eva, 2010).
Membrane Bowman berbentuk membrane tipis yang homogen terdiri atas susunan
serat kolagen kuat (hampir 200 lapis serat kolagen) (Ilyas, S., 2009). Berfungsi untuk
mempertahankan bentuk kornea (Ilyas, S., 2009). Stroma kornea terdiri atas berkas
serat kolagen paralel yang membentuk lamella tipis dan lapisan-lapisan fibroblas
gepeng dan bercabang (Eroschenko, 2003). Stroma kornea merupakan lapisan yang
paling tebal dari kornea, terdiri atas jaringan kolagen tersusun dalam lamel-lamel
berjalan sejajar dengan permukaan kornea (Ilyas, S., 2009). Membran Descemet
merupakan lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening terletak
dibawah stroma (Ilyas, S., 2009). Membran Descemet merupakan pelinding atau
barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah (Ilyas, S., 2009). Terakhir lapisan
endotel kornea terdiri satu lapis sel, fungsi terpenting untuk mempertahankan
kejernihan kornea, mengatur cairan di dalam stroma kornea (Ilyas, S., 2009). Tidak
mempunyai daya regenerasi sehingga jika ada kerusakan tidak akan normal kembali
(Ilyas, S., 2009).
Keratitis adalah peradangan pada kornea (Ilyas, S., 2009). Keratitis merupakan
kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan
kornea menjadi keruh (Ilyas, S. dkk., 2008). Keratitis terjadi pada salah satu lapisan
kornea yaitu lapisan epitel, membran bowman, stroma, membran descemet, ataupun
endotel. Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapis yang terkena seperti keratitis
superfisial dan profunda atau intersitisial (Ilyas, S. dkk., 2008).
3. Epidemiologi
4. Etiologi
1. Virus.
2. Bakteri.
3. Jamur.
4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari.
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya
pembentukan air mata.
7. Adanya benda asing di mata.
8. Reaksi terhadap obat seperti neomisin, tobramisin, polusi, atau partikel udara
seperti debu, serbuk sari
5. Klasifikasi
Menurut Ilyas, S (2009) klasifikasi keratitis yaitu
a. Keratitis herpes simpleks: Herpes Simpleks disebabkan oleh virus hominis
(HVH). Ada dua macam HVH, yaitu HVH tipe 1 menyebabkan herpes labialis
dan keratitis
b. Keratitis bakteri: Trauma kornea, pemakaian lensa kontak lama, kontaminasi
dapat diakibatkan bakteri yang terlibat seperti Stappylococus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.
c. Keratitis Jamur: Keratitis yang disebabkan jamur, misalnya jamur pada daerah
pertanian Aspergillus fumigatus, Fusarium dan Kandida. Biasanya mengenai
seseorang dengan daya tahan imunologik rendah.
d. Keratitis pungtata; biasnya disertai infeksi virus saluran nafas atas (adenovirus).
Selain dari virus dapat juga bakteri, dry aye, bahan kimia, sinar ultraviolet,
pemakaian lensa kontak lama dan alergi obat peroral atau intravena.
e. Keratitis Acanthamoeba; keratitis dengan rasa sakit yang dapat terjadi pada
semua umur dan ditemukan pada air pam, tanah dan kolam renang.
f. Fotokeratitis; terbakarnya kornea akibat sinar ultraviolet, sumber sinar dapat
kerja las, pantulan salju, laser dan lampu halogen.
g. Keratitis interstisial; nama lain keratitis parenkimatosa yang merupakan
peradangan menahun jaringan kornea bagian dalam.
h. Keratitis perifer ulseratif; dikenal sebagai keratoloisis marginal biasanya disertai
peradangan aktif atau menahun. Reumatoisd artritis, radangan jaringan ikat,
Wegener granulomatosis.
i. Peripheral Ulceratif keratitis; Keratitis ulseratif perifer merupakan radang dan
tukak kornea yang terjadi pada pasien yang menderita penyakit jaringan ikat
seperti rheumatoid artritis, Keratitis Ulseratif perifer mungki disebabkan reaksi
anti imun.
j. Keratitis Flikten; peradangan kornea akibat reaksi alergi dengan gambaran
berupa lesi yang berbatas tegas, dapat disertai pembuluh darah atau tidak;
biasanya terletak pada kornea perifer atau sentral di daerah celah kelopak mata.
k. Keratitis Neuroparalitik; merupakan peradangan kornea yang terjadi sebagai
akibat hilangnya fungsi saraf motoric kornea.
l. Keratitis Sklerotikan; merupakan perubahan stroma kornea yang menyebabkan
kornea tampak sebagai sklera, akibat radang sklera.
6. Patofisologi
Kornea mempunyai banyak serabut saraf oleh karena itu lesi yang banyak pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra terutama palpebra superior
pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris,
yang meradang dapat menimbulkan fotofobia sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung
saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi
pada pembuluh iris (Vaughan, 2009).
7. Manefestasi Klinis
Menurut Ilyas, S. dkk., (2008) dan Ilyas, S. (2009) manifestasi klinis yang dapat
muncul yaitu:
a. Keratitis Herpes Sempleks
Kelainan mata akibat infeksi herpes simpleks dapat bersifat primerdan
kambuhan. Infeksi primer ditandai oleh adanya demam, malaise, limfadenopati
preaurikuler, konjungtivis folikuralis, blefaritis, dan 2/3 kasus terjadi keratitis
epithelial. Biasanya mengenai satu mata dan dimulai dengan radang konjungtiva.
Bentuknya keratitis dendritika dan kambuh biasnya terjadi akibat depresi, lelah
dan sinar ultra violet. Kambuh dapat dalam bentuk keratitis disifomis.
b. Keratitis Bakteri
Gejala dari keratitis bakteri yaitu kelopak pagi dengan secret mukopurulen,
lengket, sakit, silau, merah, mata berair dan penglihatan menurun. Proses infeksi
berjalan cepat. Kornea keruh dan membentuk abses. Terdapat infiltrate stroma
dengan penggaungan epitel. Injeksi konjungtival dan episkleral.
c. Keratitis Jamur
Gejala keratitis jamur yaitu penglihatan turun, mata merah, mata berair dan belek.
Terdapat ulkus dengan satelit disekitarnya. Hipopion dan dapat meluas menjadi
endofalmitis dan fisis.
d. Keratitis Pungtata Superfisial.
Gejala keratitis pungtata superfisial yaitu mengenai satu atau kedua mata. Mata
sakit, berair, merah penglihatan berkurang, terdapat kerusakan halus permukaan
luas epitel dan kelenjar praurikel membesar dan sakit
e. Keratitis Acanthanoeba
Gejala keratitis acanthanoeba adalah mata sakit, merah, penglihatan menurun,
silau, serasa kelilipan dan mata berair. Keratitis acanthanoeba jika mengenai satu
mata, dimulai dengan epiteliopati non spesifik yang prosesif sehingga terbentuk
ulkus. Bentuk acantamuba keratitis, keratitis defek epitel, mikrokista kornea,
keratopati pungata, keratopati bulosa, keratitis disformis, keratitis pseudodendrit
dan reaksi granulomatosa stroma.
f. Fotokreatitis
Gejala fotokeratitis yaitu mata berair, silau, sakit, merah, kelopak bengkak.
Gejala terlihat setelah 6-12 jam terpajam.
g. Keratitis interstitial
Gejala subjektif nyeri, fotofobia, tajam penglihatan menurun. Gejala objektif
blefarospasme, injeksi konjungtiva, injeksi sillar, vaskularisasi di lapisan kornea
dalam yang tak pernah melewati simbut, edema kornea dan infiltrate pada lapisan
dalam kornea. Pada keadaan akut kornea yang keruh disertai pembuluh darah
yang dalam dan bertumpuk-tumpuk tampak berwarna teddish pink yang sering
disebut sebagai salmon pach. Kelainan ini diikuti suatu uveitis enterior
granulomatosa yang berat. Pada yang disebabkan oleh tuberculosis di temukan
uveitis yang lebih ringan.
h. Keratitis perifer ulseratif
Gejala subjektif yaitu rasa sakit, fotofobia dan lakramasi. Gejala objektif yaitu
blefarospasme terdapata pada satu mata, injeksi konjungtiva. Terdapat infiltrat
atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal atau mutipel.
Terdapat satu atau lebih daerah yang jernih antara kelainan ini dengan limbus
kornea. Sering terdapat neovaskulerisasi dari arah limbus. Sumbu memanjang
daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar
kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus.
i. Peripheral Ulcerative Keratitis
Gejala peripheral uclcerative keratitis yaitu penglihatan kabur, silau, merasa
seperti kelilipan, infiltrate terdapat pada perifer korna dan berbentuk oval.
j. Keratitis Flikten
Pada anak-anak dengan gizi buruk penyakit ini dapat berkembang menjadi tukak
kornea karena infeksi sekunder. Pada kelainan ini terdapat keluhan subjektif yang
berat berupa rasa sakit blefarespasme dan fotofobia. Gejala objektif terdapat
fliken pada kornea berupa benjolan tegas berwarna putih keabuan, dengan atau
tanpa neovaskularisasi yang menuju ke arah benjolan tersebut.
k. Keratitis Neuroparalitik
Gejala subjektif yaitu penurunan tajam penglihatan, silau dan tidak nyeri. Gejala
objektif yaitu mata jarang berkedip karena hilangnya refleks mengedip, injeksi
siliar, permukaan kornea kusam, lesi pungtata epitel yang biasanya dimulai
sebagai vesikel-vesikel kecil. Pada keadaan lebih lanjut terjadi deskaumasi epitel
seluruh permukaan kornea yang dimulai pada bagian tengah dan meninggalkan
sedikit lapisan epitel kornea yang sehat di dekat limbus.
l. Keratitis Sklerotikan
Pada keratitis sklerotikan biasnya tidak ada gejala subjektif. Gejala objektif yaitu
tampak berupa keruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral.
Kadang-kadang dapat mengenai seluruh limbus. Kornea terlihat putih
menyerupai sklera .
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnostik keratitis yaitu:
a. Pemeriksaan tajam penglihatan: Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk
mengetahui fungsi penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan menggunakan kartu snellen maupun secara manual yaitu
menggunakan jari tangan.
b. Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram maupun giemsa.
c. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea
d. Pemeriksaan schirmer.
e. Kultur bakteri atau fungi
f. Uji dry eye : Pemeriksaan mata kering atau dry eye termasuk penilaian terhadap
lapis film air mata ( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up
time tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi
kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu
pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik
menunjukkan film air mata tidak stabil.
g. Uji fluoresein : Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitelkornea akibat
erosi, keratitis epitelial, bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau
pada defek tersebut
h. Uji sensibilitas kornea : Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang
berkaitan dengan penyakit mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes
zooster ataupun akibat gangguan ujung saraf sensibel kornea oleh infeksi herpes
simpleks.
i. Uji fistel: Bila ada kebocoran kornea atau fistel kornea akibat adanya tukak
perforasi, maka bila diberikan fluoresin akan terlihat pengaliran cairan mata yang
berwarna hijaumulai dari lubang fistel.
j. Uji plasido: Papan plasido merupakan papan yang mempunyai gambaran
melingkar konsentris dengan lobang kecil pada centralnya
9. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya. A.T (2017) penatalaksanaan keratitis yaitu:
a. Farmakologis
Proses
Infeksi Masuk
Epitel
Nyeri Peradangan
akut Resiko Cedera
kornea Kornea Pembiakan
virus
Reaksi Resiko
Cedera pada antigen dan infeksi Kerusakan
endotel antibodi sel Epitel
Lesi
Kerusakan Kornea Ulkus
Dekomp
ensasi Stroma
Endotel
Nyeri
Penurunan Ansietas akut
Edema penglihatan
kornea
Peradangan
Kabur
Penurunan
Resiko kemampuan Ganggua
Cedera melihat Citra Tubuh
Resiko jatuh
C. ASUHAN KEPERAWATAN KERATITIS
1. Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Merupakan data ini berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum
dibawa ke rumah sakit sampai mendapat perawatan. Biasanya pada pasien
PPOK akan ditandai dengan gejala awal seperti mata merah dan bengkak,
merasa kelilipan, gangguan penglihatan (visus menurun), mata sakit, gatal,
silau, fotofobi, blefarospasme, dan adana flikten/infiltrate pada kornea.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada riwayat penyakit terdahulu yang pernah dialami oleh pasien.
Tanyakan pada pasien terkait dengan kondisi pernapasan pasien misalnya
memilki riwayat pernah menderita konjungtivitas, herpes maupun trauma.
5. Riwayat Psikososial
2. Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah makanan
dan minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman, waktu berapa
kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai,
penurunan berat badan. Kaji terkait dengan Antropometri, Biomedical sign,
Clinical, dan Dietary.
5. Pola istirahat dan tidur : mengkaji terkait dengan waktu pasien untuk tidur
selama 24 jam dan apakah ada gangguan selama tidur (sering terbangun).
6. Pola persepsi kognitif : mengkaji bagaimana pengetahuan klien atas penyakit
yang dialami oleh klien.
7. Pola persepsi dan konsep diri : mengkaji terkait dengan perubahan konsep diri
pada pasien pada saat sebelum dan saat sakit yang meliputi body image,
identitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri.
8. Pola reproduksi dan seksual : mengkaji terkait dengan pola reproduksi dan
seksual pada klien yang telah menikah apakah terdapat perubahan pada saat
sebelum dan saat sakit.
10. Pola hubungan : mengkaji tentang bagaimana hubungan antar keluarga, apakah
keluarga memberikan dukungan pada klien ketika klien sakit, bagaimana
interaksinya , pola komunikasi, dan cara berkomunikasi.
11. Pola nilai dan kepercayaan : mengkaji terkait dengan agama pasien, perubahan
ibadah saat sebelum dan saat sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
2. Pemeriksaan Fisik
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Penyakit Keratitis
antara lain :
1. Nyeri akut b.d Agen cedera biologis, kimiawi atau fisik pada kornea.
2. Resiko cedera kornea b.d infeksi atau inflamasi pada jaringan kornea.
3. Resiko infeksi b.d terpajan bakteri, virus atau cedera fisik.
4. Resiko cedera b.d gangguan visual.
5. Gangguan citra tubuh bd perubahan persepsi diri akibat perubahan fungsi
tubuh
6. Resiko jatuh b.d gangguan visual
7. Ansietas b.d gelisah terhadap penyebaran infeksi.
4. Perencanaan Keperawatan
Ilyas, S., 2004. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Riordan-Eva, P., 2010. Anatomi & Embriologi Mata. In: Vaughan, Asbury.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.