0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
297 tayangan20 halaman

Makalah Askep Marasmus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

SISTEM PENCERNAAN : MARASMUS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah


Keperawatan Anak

Di sususn oleh :
Dewi Riski Amaliyah (AOA0170845)
Jhon Frentin (AOA0160806)

STIKes KENDEDES MALANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada anak marasmus. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Namun
demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.
Penulisan makalah ini tidak akan selesai bila tanpa dorongan, bantuan,
motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis bermaksud mengucapkan rasa terimakasih.
Meski masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca.

Malang, 18 Maret 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot, (Dorland, 1998:649).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein,
(Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di
daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau
jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga
gangguan pada saraf pusat, (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
Pemberian terapi cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut
seperti masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium,
timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital. Penanganan KKP berat Secara garis
besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan
keadaan gizi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk
membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya pada
anak.
1.3 Manfaat
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan penyakit marasmus ini
bermanfaat untuk melakukan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein, (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering
ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim
marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh
untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan
menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air, (Arisman,
2004:157). Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama
terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot.

2.2 Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai
berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(Ngastiyah, 1997)

2.3 Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital, (Nelson,1999). Marasmus dapat terjadi pada segala umur,
akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan
tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga
dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal
menahun dan juga gangguan pada saraf pusat, (Dr. Solihin, 1990:116)

2.4 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet, (Arisman, 2004:92). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh, (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

2.5 Manisfestasi klinis


Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada
kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari
bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu
sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar.
Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi mungkin
melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit,
(Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

2.6 Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan
juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam
amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih
dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).

2.7 Pathway
2.8 Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat

Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi


pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi
keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk
memulihkan keadaan gizi. Upaya pengobatan, meliputi :

 Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.


 Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
 Pengobatan infeksi
 Pemberian makanan
 Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,
anemia berat dan payah jantung.

a) Menurut Arisman, 2004:105

· Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg


BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi. Cara pemberian dimulai
sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT
kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam. Cairan sebanyak itu harus
habis dalam 12 jam.

· Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena


diberikan dalam kegiatan rehidrasi. Berikan makanan cair yang mengandung 75-
100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.

b) Menurut Nuchsan Lubis

Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam


beberapa tahap, yaitu :
1) Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan IV.

 cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat


Dextrose 5%.
 Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
 Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
 Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2) Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan

· Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg
BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/
hari. Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg
BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

2.9 Pemeriksaan diagnostik


1. Pemeriksaan Fisik
 Mengukur TB dan BB
 Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
 Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
 Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,


transferin.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien
tentang: nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien,
tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :
 Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :


a. Data Subjektif
1. Rasio berat badan
2. Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
3. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh
yang normal.
4. Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak
tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi
penurunan produktivitas kerja.
5. Masukan atau intake nutrisi
Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian
yang dianjurkan.
Melaporkan / terlihat kurang makan.
· Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
6. Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku
peningkatan kesehatan.
a. Data Objektif
1. Data umum
a. Perubahan rambut :Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan
dan lurus, panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).
b. Warna kulit lebih muda: Seluruh tubuh / lebih sering pada muka,
mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak
sehat.
c. Tinja encer : Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam “bercak bersepih”: Noda warna gelap pada kulit, bila
terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda / bahkan
ulkus di bawahnya.
e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang
mengandung kalori dan protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus
yang jelas.
h. Adanya anemia yang berat
i. Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat
dan berbagai vitamin.
j. Mulut dan gigi :Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
k. Kaji adanya anoreksia, mual.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status
metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

3.3 Rencana perawatan

NO No Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional


dx
1. I Tujuan : Pasien 1. Dapatkan riwayat 1.Untuk
mendapat nutrisi yang diet mengetahui asupan
adekuat kalori
Kriteria hasil : 2. Dorong orangtua 2.untuk
meningkatkan atau anggota keluarga meningkatkan
masukan oral lain untuk menyuapi selera makan
anak atau ada disaat
makan
3. Sajikan makan
sedikit tapi sering 3.meningkatkan
4. Sajikan porsi kecil asupan nutrisi
makanan dan berikan 4.proses
setiap porsi secara penyembuhan
terpisah pada anak
2. II Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor tanda-tanda 1.mengetahui
dehidrasi vital dan tanda-tanda keadaan umum
Kriteria hasil : Mukosa dehidrasi
bibir lembab, tidak 2. Monitor jumlah dan 2.mengetahui
terjadi peningkatan tipe masukan cairan intake dan output
suhu, turgor kulit baik. Cairan dalam
Intervensi : tubuh
3. Ukur haluaran urine 3. mengetahui
dengan akurat output cairan
dalam tubuh

3. III Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor kemerahan, 1.mengetahui


gangguan integritas pucat,ekskoriasi keadaan umum
kulit 2.
Kriteria hasil : Dorong mandi 2.untuk
kulit tidak kering, 2xsehari dan gunakan meningkatkan
tidak bersisik, lotion setelah mandi personal hygiene
elastisitas normal
3. Massage kulit 3.mempelancar
Kriteria hasil ususnya peredaran darah
diatas penonjolan
tulang
4. IV Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci tangan 1.meningkatkan
menunjukkan tanda- sebelum dan sesudah kebersihan
tanda infeksi melakukan tindakan personal
Kriteria hasil : suhu 2.
tubuh normal 36,6 C- 3. Pastikan semua alat 2.mencegah
37,7 C,lekosit dalam yang kontak dengan terjadinya infeksi
batas normal pasien bersih/steril
4.
Instruksikan pekerja 3.meningkatkan
perawatan kesehatan pengetahuan pada
dan keluarga dalam keluarga
prosedur control
infeksi
Berikanantibioticsesua 4.mencegah
i program infeksi

5. V Tujuan : pengetahuan Tentukan tingkat 1.agar keluarga


pasien dan keluarga pengetahuan orangtua pasien mengetahui
bertambah pasien kesehatan lebih
Kriteria hasil : lanjut
Menyatakan kesadaran 2.program
dan perubahan pola Mengkaji kebutuhan kesehatan
hidup,mengidentifikasi diet dan jawab
hubungan tanda dan pertanyaan sesuai
gejala. indikasi 3.proses
Dorong konsumsi pemulihan
makanan tinggi serat penyakit
dan masukan cairan
adekuat 4.meningkatkan
Berikan informasi pengetahuan orang
tertulis untuk orangtua tua
pasien

3.4 Implementasi Keperawatan


1. Mendapatkan riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau
ada disaat makan
3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan
menjadi menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah
gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
6. Menyajikan makansedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

3.5 Evaluasi Keperawatan


Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan
mampu meningkatkan masukan oral.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui
pada balita terutama di daerah perkotaan.Penyebabnya merupakan multifaktorial
antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan
penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan
pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah
pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah
sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus
maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia
belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan
kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan
terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.

4.2 Saran
Untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan
saya berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan
makalah ini. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby

Lubis,N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.


http://www.cerminduniakedokteran.com.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 1991.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit, Edisi .Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai