Makalah Askep Marasmus
Makalah Askep Marasmus
Makalah Askep Marasmus
Di sususn oleh :
Dewi Riski Amaliyah (AOA0170845)
Jhon Frentin (AOA0160806)
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada anak marasmus. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Namun
demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.
Penulisan makalah ini tidak akan selesai bila tanpa dorongan, bantuan,
motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis bermaksud mengucapkan rasa terimakasih.
Meski masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk
membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya pada
anak.
1.3 Manfaat
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan penyakit marasmus ini
bermanfaat untuk melakukan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein, (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering
ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim
marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh
untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan
menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air, (Arisman,
2004:157). Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama
terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot.
2.2 Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai
berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(Ngastiyah, 1997)
2.3 Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital, (Nelson,1999). Marasmus dapat terjadi pada segala umur,
akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan
tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga
dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal
menahun dan juga gangguan pada saraf pusat, (Dr. Solihin, 1990:116)
2.4 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet, (Arisman, 2004:92). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh, (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
2.6 Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan
juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam
amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih
dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).
2.7 Pathway
2.8 Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
· Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg
BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/
hari. Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg
BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien
tentang: nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien,
tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.
2. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :
Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui
pada balita terutama di daerah perkotaan.Penyebabnya merupakan multifaktorial
antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan
penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan
pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah
pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah
sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus
maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia
belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan
kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan
terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.
4.2 Saran
Untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan
saya berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan
makalah ini. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby