0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
275 tayangan4 halaman

Makalah Biopsikososial Religius Ekonomi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 4

Model Biopsikososial-Religius dan Model Ekosistem

Fokus intervensi dari seorang pekerja sosial tidaklah hanya ditujukan pada orang yang
bermasalah saja, tetapi difokuskan juga pada bagaimana situasi sosial kliennya, karena situasi
sosial tersebut dapat mempengaruhi atau sebagai sumber terjadinya permasalahan. Dalam hal
ini, bagaimana agar pekerja sosial dapat memahami klien dan situasi sosialnya secara baik
tentunya harus didukung dengan teori-teori atau pengetahuan yang mempelajari bagaimana
individu tersebut bertingkah laku dalam suatu lingkungannya. Semua pengetahuan tersebut
akan dipelajari dalam pengetahuan Human Behavior of Social Environment (HBSE). Pekerja
sosial perlu memiliki dasar pemahaman tingkah laku manusia sehingga mereka dapat
menolong klien dalam mengenali dan memilih alternatif pemecahaan masalah kliennya.
Untuk kemampuan terbaiknya, pekerja sosial juga harus melihat klien dari berbagai sisi, baik
dari faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial, faktor religius maupun faktor ekosistem.
Dalam hal ini faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi klien dalam melaksanakan
keberfungsian sosialnya dengan baik.
A. Model Biologi
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan
faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-
aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita
memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua
hal berikut:
1. Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi.
2. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia. Yang
paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat,
kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.
Warisan biologis mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai
warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Warisan biologis yang terpenting terletak
pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada
kepribadian seseorang. Terdapat faktor yang sangat berpengaruh dalam model biologis
manusia yaitu Faktor Genetik atau Faktor Endogen. Faktor genetik atau keturunan merupakan
konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor
genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
a) Jenis Ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang
lainnya. Tiga kelompok ras terbesar, yaitu: Ras kulit putih atau ras Kaukasia yang
memiliki ciri fisik warna kulit putih , bermata biru dan berambut pirang. Dan memiliki
perilaku yang dominan seperti terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia. Ras kulit hitam atau ras Negroid memiliki ciri fisik kulit hitam ,
rambut keriting , dan bermata hitam. Memiliki perilaku yang dominan yaitu: tabiatnya
keras, tahan menderita, dan menonjol dalam kegiatan olahraga keras. Ras kulit kuning
atau ras Mongoloid. Ciri-ciri fisik seperti berkulit kuning, berambut hitam lurus, dan
bertubuh lebih pendek atau kecil dibanding ras Kukasoid. Memiliki perilaku yang
dominan: Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara
ritual.
b) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan
pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal,
sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria
di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
c) Sifat Fisik
Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya
perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik
tinggi kurus.
d) Intelegensi
Menurut Terman intelegensi adalah “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi,
1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah “kemampuan untuk
membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan tersebut dapat dikatakan
bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu.
B. Model Psikologi
Dalam Psikologi dikenal empat teori tentang manusia, yaitu Psikoanalisis, Behaviorisme,
Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistik. Dalam psikoanalisis, perilaku manusia
merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (Ego), dan
komponen sosial (Super ego). Id berisi dorongan-dorongan biologis yang bermuara pada
pencapaian kesenangan. Ego bergerak atas prinsip realitas yang membawa kita pada kenyataan.
Super ego berisi hati nurani yang berlaku sebagai polisi kepribadian. Sementara itu
Behaviorisme menyataan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh peneguhan (reinforcement),
tindakannya atas ganjaran dan hukuman (reward and punisment). Sementara kemampuan
potensialnya untuk berperilaku didapatkan melalui peniruan (imitation) dalam proses belajar
(social learning). Selanjutnya Psikologi Kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang selalu
berpikir karena ia berusaha memahami lingkungannya. Sedangkan Psikologi Humanistik
mendasarkan pandangannya atas dasar asumsi keunikan manusia, dan pentingnya nilai.
C. Model Sosial
Bagaimana kita memahami kebutuhan-kebutuhan ditentukan oleh masyarakat dan
kebudayaan tempat kita tinggal. Sebagai akibatnya maka kita mengembangkan karakteristik-
karakteristik yang serupa dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang kebudayaan
yang sama. Karakteristik-karakteristik ini berkembang didalam merespon hukum-hukum sosial
yang diciptakan oleh masyarakat sebagai perwujudan dari keinginan untuk tetap
mempertahankan eksistensinya. Menurut Aclis, kebudayaan memberikan kepada kita suatu
“cetak biru perilaku” atau dengan perkataan lain kebudayaan memberikan pemolaan terhadap
tingkah laku para anggotanya. Pemolaan ini terjadi pada beberapa tingkatan.
1. Tingkatan Primer
Pada tingkatan primer merupakan tingkatan yang paling penting yaitu keluarga. Tugas
utama keluarga adalah mentransfer kebudayaan kepada generasi muda yang baru. Semua
tata kehidupan dan perilaku dalam kontek keluarga seperti kedudukan, ekspektasi peranan
seseorang (ayah, ibu, anak, bibi, paman, ipar, dan semua anggota keluarga besar)
ditetapkan oleh kebudayaan.
2. Tingkatan Indoktrinasi Kebudayaan Kedua
Setelah seorang anak mulai menginjak remaja maka dia mulai memasuki pergaulan dengan
teman-teman sebaya diluar keluarga. Sejak saat itu ia mulai merasakan adanya perbedaan-
perbedaan antara keluarga dengan lingkungan pergaulan dalam kelompok sebayanya. Ia
pun mulai merasakan adanya konflik dan perlunya memilih cara-cara yang dianggapnya
lebih baik. Kesukaran menentukan pilihan dapat diperberat oleh adanya proses
internalisasi yang biasanya disertai dengan warna emosional yang mempengaruhi cara-
cara berpikir dan bertindaknya yang telah menjadi atau membentuk kebiasaan yang dapat
diterima oleh lingkungan keluarga atau lingkungan kelompok sebayanya dan juga telah
menjadi bagian dari hidupnya.
3. Tingkatan Indoktrinasi Ketiga
Datang dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, sekolah, pemerintahan, dan
lembaga-lembaga keagamaan mengajarkan kepada orang cara-cara bertingkah laku yang
dianggap baik dan diterima. Seorang individu yang merupakan anggota kelompok
kebudayaan kecil yang berada dalam kebudayaan masyarakat yang lebih besar, dalam
beberpa hal harus dapat mengadaptasikan diri.
D. Model Religius
Model religius adalah salah satu faktor pembentuk tingkah laku individu, yang mana
pada saat seseorang mempercayai suatu kepercayaan, perilaku seseorang akan dikontrol oleh
nilai-nilai, norma, dan aturan yang terdapat didalam kepercayaan tersebut. Melalui model
religius diajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan
utamanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadah secara teratur dan terus
menerus. Model religius yang ditanamkan kepada seseorang sejak kecil akan terus berpengaruh
hingga dewasa, nilai-nilai moral yang ditanamkan terutama oleh orang tua akan berdampak
pada perilaku yang dimunculkan oleh seseorang. Seorang akan mencoba melakukan hal-hal
baik seperti yang diharapkan dalam kepercayaan dan menghindari bahkan membentuk suatu
proteksi terhadap hal-hal yang tidak dikehendaki oleh kepercayaan. Sehingga model religius
dapat berfungsi sebagai pengembangan kepribadian dan tingkah laku seseorang.
E. Model Ekosistem
Pembentukan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional.
Faktor situasional yang merupakan faktor penting dalam terbentuknya tingkah laku seseorang,
salah satunya adalah model ekosistem. Gaya hidup dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dimana manusia hiudp yaitu apakah didaerah pesisir, pegunungan, atau
daratan. Adanya perbedaan lokasi dimana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku
yang berdeda. Perilaku manusia selain disebabkan faktor lingkungan juga disebabkan faktor
internal. Artinya manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan dapat dipengaruhi
manusia.
Model ekosistem secara khusus membentuk cara pandang anggota terhadap
lingkungannya dan membentuk budaya. Budaya itulah yang meliputi suatu peristiwa dan diberi
nama, dihubungkan dengan kategori yang lain, dengan norma, atauran, konsep diri, dan nilai.
Jika aspek tersebut dipakai bersama angota yang lain maka ia menjadi budaya, tetapi ketika
tetap menjadi milik individu maka ia menjadi kepribadian. Kebudayaan dan kepribadian
berhubungan dengan perilaku.

Anda mungkin juga menyukai