Teori Feminimisme
Teori Feminimisme
Teori Feminimisme
FEMINIST THEORY
Dosen Pengampu
Dr. Herry Koswara, M.Si
Ade Subarkah, MPS. SP
Disusun Oleh
Kelompok 9 / 2B
Firda Dwi Anjani 16.04.377
Jhody Bourqie 16.04. 304
Muhammad Nur Fadillah 16.04.222
BANDUNG
2017
PEMBAHASAN
Kontribusi Utama
Pernyataan Utama
Catatan V. White (2006) mengenai pekerjaan sosial feminis didasarkan pada bukti
yang disimpulkan dari wawancara dengan perempuan-perempuan feminis,
pendekatan ini menunjukan gaya feminis dari penelitian dan analisis. Ini
merupakan sebuah rasa kebersamaan dalam upaya untuk menciptakan teori dalam
dua cara. Pertama melalui dialog yang dilakukan secara inklusif, yakni proses
eksternal dimana perempuan mendebatkan masalah-masalah mengenai hubungan
kesetaraan, dan kedua melalui dialektika sebagai proses internal dimana orang-
orang beradu argumentasi dalam pikiran-pikiran mereka sendiri mengnai berbagai
pendapat atau keyakinan yang berbeda-beda untuk membentuk dasar bagi
pengambilan keputusan, pikiran atau tindakan mereka. Karena White
mencontohkan pemikiran feminis dengan cara ini, dan menyajikan sebuah laporan
yang terbaru dan praktis mengenai bagaimana menggunakan gagasan feminis
dalam praktik.
Ringkasan Perdebatan
Menggunakan teori feminis tentunya berguna karena sebagian besar pekerja sosial
melibatkan perempuan yang juga bekerja dengan perempuan lain, gagasan feminis
menjadi dasar praktik majoritas ini. Selain itu, dikebanyakan masyarakat,
perempuan secara signifikan lebih mendapat dampak dari kemiskinan dan
berbagai kerugian sosial lainnya dibanding kaum pria. Berlawanan dengan
pernyataan ini perempuan mungkin menjadi klien utama pekerja sosial hanya
dalam sistem kesejahteraan tertentu. Beberapa sistem kesejahteraan Nordic,
dimana pekerjaan sosial diasosiasikan dengan sistem jaminan sosial, menciptakan
pekerjaan sosial dengan kaum rpia jadi lebih mudah, karena mereka dirujuk
kepada pekerjaan sosial ketika mencari tunjangan-tunjangan finansial. Fokus pada
perempuan mungkin juga menjadi sebuah produk pilihan atau kenyamanan
diantara para praktisi untuk lebih memilih bekerja dengan anggota keluarga
perempuan dibanding dengan anggota keluarga pria. Organisasi pelayanan-
pelayanan sosial pada saat ini, yang melibatkan kunjngan rumah tangga, isu-isu
mengenai perawatan keluarga seperti perawatan anak dan perawatan bagi usia
lanjut yang lemah, juga menciptakan fokus pada kaum perempuan, dengan
asumsi-asumsi sosial terkini.
Masalah lain dengan penggunaan gagasan feminis secara eksplisit adalah bahwa
hal ini telah menempatkan isu-isu perempuan kedalam sebuah wilayah kumuh,
yang lebih nampak sebagai sebuah kepentingan khusus daripada sebagai upaya
untuk memperoleh kepercayaan akan analisis secara lebih luas. Orme (2003)
berargumen bahwa peringatan kaum feminis untuk terus melanjutka upayan untuk
penciptaan model-model feminis praktek umum yang lebih luas membuat
praktek-praktek feminisme tidak tampak dan kritik mengani cara-cra lembaga
sosial beroperasi menjadi tidak efektif. Namun demikian, prioritas pekerjaan
sosial feminis dapat dibenarkan karena sejarah pekerjaan sosial dengan perannya
dalam penelitian atas nama sebuah program negara kesejahteraan yang bersifat
patriarkat, yang berarti bahwa perempuan akan tetap tertindas secara sosial, dan
terkait dengan itu pekerjaan sosial hanya dnegna melakukan sedikit sekali usaha
untuk mengubah keadaan tersebut.
Sebagai contoh telah terdapat kritik terus menerus mengenai kurangnya proporsi
jumlah perempuan dalam berbagai posisi penting (senior) di organisais-organisasi
pekerja sosial dibandingkan dengan jumlah perempuan di organisasi, dan
menegnai rendahnya pengaruh kepemimpinan perempuan dalam pekerjaan
akademik di universitas. Rekasi-reaksi yang muncul sering kali bersifat defensif,
tanpa adanya analisis secara teoritis yang bisa memberikan justifikasi mengenai
ketidakadilan yang diberikan oleh lawan-lawan aliran feminisme . diskriminasi
terhadap peremuan terus berlanjut mejadi hal yang biasa terjadi di tempat kerja
maupun dalam sistem pelayanan kesejahteraan dan perempuan terus dirugikan
baik secara ekonomi maupun sosial di setiap tempat khususnya di negara-negara
yang miskin sumber daya. Jadi jelas terdapat sebuah permasalahan yang perlu
dibahas oleh sebuah profesi yang mencoba menolong orang-orang dalam posisi
ini.
Sebuah analisis pekerjaan sosial feminis yang dikembangkan secara baik memang
ada. Dalam sebuah makalah yang sangat berpengaruh yang melahirkan perdebatan
mengenai feminisme dalam pekerjaan sosial, Sans dan Nuricco (1992)
menegaskan mengenai pentingnya mempermasalahkan kategori-kategori sosial
dan gender hal ini berarti bahwa kita perlu menghindari sikap menerima yang
begitu saja terhadap berbagai asumsi mengenai kategori-kategori sosial serta
karakteristik manusia yang dikategorikan dengan berbagai cara. Misalnya, kita
sebaiknya tidak berasumsi bahwa perempuan merupakan perawat alamiah, hanya
karena perempuan memiliki peran biologis untuk mengurus bayi. Mengapa harus
dibeda-bedakan? Koleksi Taylor dan Daly (1995) mempertimbangkan
perkembangan sejarah peran perempuan yang harus patuh pada kaum pria dalam
kesepakatan-kesepakatan sosial umum, hukum, praktik medis, dan agama yang
telah memiliki banyak pengaruh pada perkembangan pekerjaan sosial. Hal ini
memperlihatkan bahwa dalam berbagai bidang, pengkategorian gender tersebut
diterapkan atau diterima dengan begitu saja. Koleksi Van den Bergh meneliti
berbagai masalah yang dianggap penting bagi kaum perempuan dan telah
memberikan banyak pengaruh terhadap praktik feminisme seperti kedamaian,
keadilan sosial dan tindak kekerasan terhadap perempuan.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan contoh yang dapat dipakai
disini. Sikap-sikap kontroversial seringkali menganggap bahwa perempuan
korban KDRT yang meminta bantuan polisi selanjutnya akan berubah pikiran
untuk menarik kembali laporannya karenanya polisis akan memnganggap itu
hanya akan mebuang-buang waktu. Pemikiran feminis mengakui adanya berbagai
tekanan sosial yang membuat perempuan menerima apapun, bahkan hubungan
kekerasan. Contoh tekanan-tekanan ini diantaranya adalah pandangan-pandangan
dari para anggota keluarga lain yang berdasar pada asumsi-asumsi konvensional
mengenai pentingnya mempertahankan sebuah pernikahan demi kebaikan anak,
perasaan bersalah akan kegagalan sebuah hubungan yang penting, serta kekuatan
finansial yang kadang-kadang dipegang kaum pria dalam sebuah pernikahan.
Meskipun sebuah cara penting yang bergerak pada sebuah psosisi yang adil bagi
perempuan terkait hubungan kekerasan adalah dengan membantu mereka
membuat keputusan-keputusan yang telah menjadi cara yang diperhitungkan
dalam menghadapi-faktor-faktor seperti ini.
Teori pekerjaan sosial feminis muncul dari komitmen para pekerja sosial
perempuan pada gerakan feminis yang lebih luas di tahun 1960-an dan awal 70-
an, namun tulisan-tulisan paling awal berasal dari sebuah tradisi yang lebih luas
dan lebih liberal dalam merespon gerakan-gerakan umum untuk memperbaiki
hak-hak sipil dan asasi manusia. Pada tahun 1970-an, pekerjaan akademis dan
teori radikal mengenai peran-peran perawatan perempuan mempengaruhi
pemikiran profesional. Sebaiknya, gerakan feminisme mempengaruhi pendekatan-
pendekatan konseling mengenai kesejahteraan dan kesehatan perempuan. Juga ada
kampanye seputar isu yang mempengaruhi perempuan, terutama kekerasan,
pemerkosaan dan prostitusi. Orme (2009) mengidentifikasi empat bidang utama
pekerjaan sosial feminis:
Sebuah posisi nilai yang penting dalam praktik feminis adalah bahwa kaum
perempuan berbagai kesamaan, yaitu bahwa mereka memiliki pengalaman-
pengalaman yang sama sebagai korban penindasan oleh sebuah masyarakat
patriarkis yang memberikan keistimewaan pada cara berpikir dan hidup kaum
pria. Ini merupakan sebuah sumber identitas untuk perempuan dan basis untuk
membangun hubungan antara para praktisi dan klien, yang memampukan
kelompok perempuan untuk mendukung satu sama lain (Orme, 2009).
Mengakhiri patriarki;
Memberdayakan perempuan;
Feminisme itu sendiri menurut Najmah dan Khatimah sa‟ida dalam bukunya yang
berjudul “Revisi Politik Perempuan” (2003:34) menyebutkan bahwa : Feminisme
adalah suatu kesadaran akan penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan yang
terjadi baik dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di masyarakat serta adanya
tindakan sadar akan laki- laki maupun perempuan untuk mengubah keadaan
tersebut secara leksikal. Feminisme adalah gerakan kaum perempuan yang
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki “.
Feminisme sebagai sebuah teori dan metode memiliki implikasi yang cukup luas
terhadap pekerjaan sosial. Pengaruh teori feminis terhadap pekerjaan sosial
berubah menjadi sebuah paradigma tersendiri yang dikenal dengan nama feminist
social work (pekerjaan sosial feminis). Beranjak dari organiasi sukarela dan aksi
masyarakat (community action), perspektif feminis kini masuk ke bidang-bidang
praktek pekerjaan sosial yang lain, seperti konseling ,terapi kelompok, terapi
organisasi, analisis kebijakan sosial, dan penelitian pekerjaan sosial.
Secara garis besar, tiga mahzab yang paling dikenal dalam feminism perspektif
adalah feminism liberal, radikal dan sosialis. Setiap mazhab feminis memiliki
perspektif yang berbeda mengenai hakekat ketidakadilan dan penindasan terhadap
wanita. Masing masing mazhab memiliki pendekatan yang berbeda guna
mengatasi ketidakadilan gender ini.
Dalam bukunya Modern Social Work Theory, Malcol Payne menyatakan terdapat
tiga pandangan yang menimbulkan terjadinya diskursus atau interaksi yang
dilakukan oleh individu dengan individu tentang apa yang mereka katakan dan
pemberian makna terhadap sesuatu. Ketiga pandangan tersebut adalah
SUMBER LAIN :