Lembar Pengesahan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR USUL PENELITIAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Nama : Sukmawati
NIM : 14101105020
Program Studi : Farmasi
Judul Penelitian : Optimasi dan Validasi Metode Analisis dalam Penentuan
Kandungan Total Flavonoid pada Ekstrak Daun Gedi Hijau
(Abelmoscus manihot L.) dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Visible.
Komisi Pembimbing : 1. Sri Sudewi, S.Si., M.Sc (Ketua)
2. Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc (Anggota)

Hari/Tanggal : , Desember 2017


Jam : - WITA
Tempat : Ruang Seminar Program Studi Farmasi
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR USUL PENELITIAN

Nama : Sukmawati
NIM : 14101105020
Program Studi : Farmasi
Judul Penelitian : Optimasi dan Validasi Metode Analisis dalam Penentuan
Kandungan Total Flavonoid pada Ekstrak Daun Gedi Hijau
(Abelmoscus manihot L.) dengan menggunakan Spektrofotometri
UV-Visible.
Yang bersangkutan telah layak untuk melaksanakan seminar usul penelitian pada tanggal
Desember 2017.

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Sri Sudewi, S.Si.,M.Sc Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc


Ketua Anggota
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gedi atau Abelmoschus manihot (L.) merupakan tumbuhan tropis famili malvaceae,
secara tradisional telah lama dikenal di Sulawesi Utara sebagai tanaman sayuran.
Tumbuhan ini memiliki efek farmakologis untuk membantu penyembuhan berbagai
macam penyakit (Mahamit dan Sukamto, 2010). Masyarakat memanfaatkan daun gedi
yang direbus tanpa diberi bumbu sebagai obat tradisional untuk menurunkan kadar
kolesterol, hipertensi dan juga sebagai antidiabetes. (South et al., 2013)
Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah banyak diteliti belakangan ini
(Purmorad et al, 2006). Sebagai antioksidan flavonoid memiliki kemampuan untuk
mengubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Zuhra, 2008).
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3
atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid terdapat
dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan
(Markham, 1988). Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-
C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi)
disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1995).
Pada monografi simplisia dan ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia terdapat beberapa
kelemahan pada teknik analisis yang dipakai. Diantara kelemahan itu adalah tidak adanya
optimasi dalam penyiapan sampel, padahal penyiapan sampel sangat berpengaruh pada
perolehan zat aktif dan hasil analisis yang didapat (Gaedcke et al, 2003). Optimasi metode
analisis adalah cara untuk menoptimalkan metode yang dipakai dalam suatu analisis agar
hasil penelitian yang didapat dapat diandalkan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
tertarik untuk menggunakan optimasi metode sebagai salah satu langkah untuk
mengoptimalkan hasil penelintian dalam penetapan kandungan total flavonoid pada ekstrak
daun gedi hijau (Abelmoscus manihot L.) dengan cara mengoptimasikan volume pelarut,
konsentrasi pelarut dan waktu inkubasi sampel.
Metode yang digunakan di laboratorium kimia analitik harus dievaluasi dan diuji
untuk memastikan bahwa metode tersebut mampu menghasilkan data yang valid dan
sesuai dengan tujuan (Torbeck L.D, 2007). Validasi metode analisis adalah suatu tindakan
penilaian terhadap suatu parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk
memastikkan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk penggunaannya (Effendy,
2004). Validasi ulang perlu dilakukan karena meskipun validasi sebelumnya menghasilkan
data yang sesuai dengan kriteria penerimaan, dan metode yang dinyatakan valid dalam
kondisi tertentu belum tentu valid pada kondisi lain karena peralatan dan pereaksi yang
digunakan (Alwi, H. 2017). Terdapat beberapa parameter validasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Limit Of Detection (LOD), Limit Of Quantitation (LOQ), persisi,
akurasi dan linearitas.
Analisis kuantitatif flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Spektrum serapan ultra violet dan serapan tampak merupakan
cara tunggal yang paling bermanfaat untuk mengidentifikasi struktur flavonoid (Markham,
1988).
Hasil penelitian Pine et al. (2010) menyatakan bahwa daun gedi (Abelmoschus
manihot L.) memiliki kandungan flavonoid yang cukup tinggi (23-41%) dan berpotensi
sebagai sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun gedi meningkat
sejalan dengan peningkatan konsentrasi total flavonoid, dan aktivitas tertinggi terdapat
pada ekstrak etanol 96% dengan nilai IC50 sebesar 0,575 mg g-1 (Pine et al., 2010).
Berdasarkan hal-hal diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
Optimasi dan Validasi metode Analisis dalam Penentuan Kandungan Total Flavonoid pada
Ekstrak daun Gedi Hijau (Abelmoscus manihot L.) dengan menggunakan Spektrofotometri
UV-Vis. Flavonoid mengandung sistem aromatis yang terkonjugasi sehingga dapat
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah UV-Vis (Rohyami, 2008).

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah optimasi metode dapat mengoptimalkan hasil penentuan kandungan total


flavonoid daun gedi hijau (Abelmoscus manihot L.)?
2. Apakah validasi metode analisis dapat memberikan hasil yang tepat dalam
penelitian kandungan total flavonoid ekstrak daun gedi hijau (Abelmoschus manihot
L.)?
3. Berapakah kandungan total flavonoid yang terkandung dalam daun Gedi Hijau
(Abelmoschus manihot L.)
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui optimasi yang digunakan sehingga memberikan hasil yang


optimal dalam penentuan kandungan total flavonoid daun gedi hijau.
2. Untuk mengetahui validasi yang digunakan sehingga memberikan hasil yang tepat
dalam penentuan kandungan total flavonoid.
3. Untuk menentukan kandungan total flavonoid daun gedi hijau (Abelmoscus
manihot L.) menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

1.4 Batasan penelitian

Terdapat beberapa batasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tempat pengambilan sampel daun gedi hijau (Abelmoscus manihot L.) pada 3
daerah yaitu Manado (Daerah pesisir pantai), Minahasa Utara (Daerah dataran
rendah), dan Tomohon (Daerah dataran tinggi)
2. Optimasi yang dilakukan meliputi optimasi volume pelarut, konsentrasi pelarut dan
waktu inkubasi.
3. Menggunakan 5 parameter dalam validasi metode analisis yaitu persisi, akurasi,
LOD, LOQ dan linearitas.

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada peneliti khusunya


dibidang Analisis Kimia Farmasi dan masyarakat pada umumnya tentang kandungan total
flavonoid yang terdapat dalam daun gedi hijau (Abelmoscus manihot L.) serta pentingnya
dilakukan optimasi dan validasi metode dalam sebuah analisis untuk memastikan bahwa
metode yang digunakan dalam penelitian sudah optimal dan juga tepat.
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman gedi (Abelmoschus manihot (L.))

Abelmoschus manihot (L.) atau yang dikenal dengan nama daerah Gedi adalah
salah satu tumbuhan dari suku Malvaceae umum ditanam di Sulawesi Utara dan Tengah
(Mamahit & N.H., 2010). Dari pengamatan secara mikroskopis didapatkan ciri anatomi
yang khas dari daun gedi yaitu stomata tipe anomositik dengan bentuk sel tetangga
bergelombang, trikoma uniseluler, berkas pengangkutan dengan tipe radial, penebalan
xylem bentuk spiral, rambut kelenjar minyak atsiri dan sel musilago (Rosyida, 2014).
Tinggi tanaman gedi sampai dengan 2 meter, panjang daun 20-40 cm, dan bentuk daun
menjari sebanyak 3-7 helai daun (Morris, 2006). Tanaman gedi diklasifikasikan sebagai
berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (Suku kapas-kapasan)
Genus : Abelmoschus
Species : Abelmoschus manihot L. (Plantamour, 2010; ITIS Report, 2010).

Gambar 1. Tanaman Gedi

(Abelmoscus Manihot L.) (Dokumentasi pribadi, 2017)


2.2 Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan antioksidan alam aktif yang ditemukan dalam tumbuhan.


Struktur dasar flavonoid mempunyai sebuah inti flavon (2-fenil-benzo γ-pyran) yang terdiri
dari 2 cincin C pyran. (Suryanto, 2012). Flavonoid adalah salah satu golongan fenol alam
terbesar, karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula,
flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar
seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetil sulfoksida
(DMSO), dimetil formamida (DMF), air dan lain-lain (Markham, 1988).
Senyawa flavonoid ini banyak diperoleh dari tumbuhan, zat ini biasanya berwarna
merah, ungu dan biru tetapi ada juga yang berwarna kuning. Jika dilihat dari struktur
dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen yang terikat dengan 3 atom karbon
(propana). Dari kerangka ini flavonoid dibagi menjadi 3 struktur dasar yaitu flavonoid,
isoflavonod, dan neoflavonoid. (Suryanto,2012)

Gambar 2. Struktur Kimia Flavonoid, Isoflavonoid dan Neoflavonoid


(Suryanto, 2012)

2.3 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah alat digunakan untuk mengukur serapan yang


dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom
dari suatu zat kimia pada daerah UV-Vis (FI edisi IV, 1995). sumber radiasi
eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380 – 780 nm)
dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu daerah
akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi
dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum elektromagnetik meliputi suatu
daerah panjang gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi
tinggi sampai pada panjang gelombang mikro (Marzuki, 2012). Panjang gelombang pada
waktu absorbsi terjadi tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul.
Elektron dalam satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energi tinggi,
atau panjang gelombang pendek, diperlukan e\ksitasinya (Wunas et al,2011).
Cara kerja alat Spektrofotometri UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan
menuju monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang-ulang, sinyal listrik
dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan
dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram (Marzuki, 2012).

8. komputer
4. Larutan
blangko
7. Pengubah analog to
digital

1.Sumber 3. Sampel 6. Pemproses sinyal


2.monokromator
radiasi

Cermin berotasi
5. Detektor

Gambar 3. Skema kerja spektrofotometer UV-Vis (Mulja, 1995)

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian adalah peristiwa pemindahan zat aktif yang semula di
dalam sel akan ditarik oleh cairan penyari, sehingga zat aktif berada di dalam cairan
penyari. Penyarian ini menghasilkan suatu ekstrak. Ekstrak adalah sediaan pekat yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
(Departemen Kesehatan RI, 1 995).
Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk dalam pelarut. Pelarut menembus
dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Baraja, 2008).
2.5 Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat


kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi yang berbeda-beda
tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi
menggunakan corong pisah dan kromatografi (Adijuwana, 1989). Ekstrak awal merupakan
campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan
ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama ( Sarker SD, dkk.,
2006).

2.6 Validasi metode

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap suatu parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk memastikkan bahwa parameter
tersebut memenuhi syarat untuk penggunaannya (Effendy, 2004). Menurut United States
Pharmacopeia (USP) validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis
akurat, spesifik, reprodusible, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. (Rohman,
2007). Validasi metode sangat diperlukan karena beberapa alasan yaitu validasi metode
merupakan elemen penting dalam kontrol kualitas, validasi membantu memberikan
jaminan bahwa pengukuran akan dapat diandalkan (Riyanto, 2014). Menurut USP ada 8
langkah dalam validasi metode analisis yaitu :
Persisi

Akurasi

Batas deteksi
Validasi metode
Batas kuantifikasi

spesifikasi

Linearitas dan rentang

Kekasaran

ketahanan

Gambar 4. Delapan tahap metode validasi menurut USP (Rohman, 2007)


III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai Maret 2018 di
Laboratorium Kimia Farmasi, Program studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado.

3.2 Alur penelitian

Sampel Daun Gedi hijau

Sampel A (Daerah pesisir pantai)

Sampel B (Daerah dataran rendah)


Ekstraksi
Sampel C (Daerah dataran tinggi)

Ekstrak etanol Residu

Optimasi metode analisis Fraksinasi

Penentuan kandungan
Validasi metode analisis total flavonoid
(Spektrofotometri UV-Vis

Penentuan kandungan total


Data hasil kandungan total
flavonoid (Spektrofotometri
flavonoid
UV-Vis)
3.3 Alat dan Bahan

a. Alat
Alat-alat ukur analitis yang digunakan untuk penelitian ini ialah
Spektrofotometri UV-VIS (Shimadzu 00780), Komputer pengolah data (Acer
Aspie ES 11), Alat-alat gelas, Vortex (Mixer Hwashin), Blender (Phillips) Rotary
Evaporator (RV 10 digital V), dan corong pisah.
b. Bahan
Bahan-bahan yang dipakai ialah simplisia kering daun Gedi dari 3 tempat
tumbuh yang berbeda yaitu Daerah pesisir pantai (sampel A), Daerah dataran
rendah (sampel B), dan Daerah dataran tinggi (sampel C). Etanol 96% almunium
klorida (AlCl3) (Merck), asam asetat (CH3COOH) (Merck), Kalium asetat
(KCH3COO) (Merck), Larutan kuersetin p.a, pelarut n-heksana (Merck), etil asetat
(Merck), dan aquadest (merck).

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel daun Gedi Hijau (Abelmoschus manihot L.) diambil dari tiga tempat yaitu
Daerah pesisir pantai tepatnya di Kota Manado, Dataran rendah tepatnya di Kecamatan
Minahasa Utara dan Dataran tinggi tepatnya di Kota Tomohon. Selanjutnya setiap sampel
daun gedi hijau (Abelmoschus manihot L.) dibuat menjadi bentuk simplisia. Kemudian
setiap sampel dari masing-masing daerah akan diukur kandungan total flavonoid
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

3.4.2 Ekstraksi
Sebanyak 250 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam maserator 500 mL dan
kemudian ditambahkan etanol 96%. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi selama 24
jam dengan beberapa kali pengocokan. Ekstrak hasil maserasi kemudian diuapkan dengan
rotary evaporator hingga terbentuk ekstrak kental.

3.4.3 Fraksinasi

Sebanyak 5 g ekstrak kental dari masing-masing sampel dilarutkan dengan 25 mL


air. Larutan selanjutnya difraksinasi dengan 50 mL n-heksan. Dikocok dalam labu pemisah
dan dan didiamkan selama 10-15 menit hingga terdapat dua lapisan air (air pada lapisan
bawah dan n-heksan pada lapisan atas). Kedua lapisan yang terbentuk kemudian
dipisahkan. Proses penambahan n-heksan pada lapisan bawah (air) yang sudah dipisahkan
diulangi dua kali. Lapisan atas (n-heksan) yang terbentuk selama tiga kali fraksinasi
digabungkan dan disebut dengan fraksi n-heksan. Bagian air sisa dari proses fraksinasi
yang terjadi sama dengan proses fraksinasi n-heksan kemudian difraksi lebih lanjut dengan
etil asetat. Proses yang terjadi sama dengan proses fraksinasi dari n-heksan. Lapisan etil
asetat yang nantinya akan terbentuk selama tiga kali fraksinasi digabungkan dan disebut
sebagai fraksi etil asetat dan sisa lapisan aquadest disebut sebagai fraksi aquadest.

3.4.4 Uji optimasi metode analisis

Sampel ekstrak daun gedi hijau 0,5 mL dilarutkan dengan etanol p.a ditambahkan
aluminium klorida (AlCl3) dengan beberapa rentang volume 0,5 mL; 0,10 mL; dan 0,15ml
dan beberapa rentang konsentrasi AlCl3 yaitu 2%; 5%; dan 10% kemudian ditambahkan
asam asetat (CH3COOH) pada rentang volume 5mL ;8 mL; dan 12mL dan rentang
konsentrasi asam asetat (CH3COOH) yaitu 5%; 7% dan 12% kemudian ditambahkan 2,80
mL aquadest. Campuran dikocok homogen lalu didiamkan selama beberapa rentang waktu
inkubasi yaitu 30 menit, 35 menit dan 40 menit. Kemudian diukur serapannya
menggunakan spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis) pada panjang gelombang
maksimum. Setiap perolehan optimasi diukur pada pengukuran yg berbeda-beda atau
masing-masing dalam penetapan kandungan total flavonoid ekstrak daun gedi hijau
(Abelmoscus manihot L.)

3.4.4 Uji validasi metode analisis

a). Ketepatan (Accuracy)


Akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku (the
method of standard additives), yakni ke dalam sampel ekstrak daun gedi hijau
ditambahkan quarsetin baku sebanyak 50%; 100%; dan 150% dari rerata kadar
quarsetin yang terdapat pada sampel, kemudian dianalisis dengan prosedur yang
sama seperti pada sampel. Hasil dinyatakan dalam persen perolehan kembali (%
perolehan kembali). Persen perolehan kembali dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

𝐴2 − 𝐴1
% Perolehan kembali = 𝑥 100%
𝐵
Keterangan:
A1 = Kadar analit sebelum penambahan Quarsetin baku
A2 = Kadar analit yang diperoleh setelah penambahan Quarsetin baku
B = Kadar Quarsetin baku yang ditambahkan Presisi

b). Persisi (Keseksamaan)


Larutan kuersetin 100 ppm di pipet 1 mL dari larutan stok kemudian
dimasukkan kedalam labu terukur 10 mL. Dipipet 1 mL dari konsentrasi 100
ppm hingga kadarnya 10 ppm. Kemudian larutan baku kuersetin dengan
konsentrasi 10 ppm tersebut didiamkan selama waktu operating time kemudian
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Uji ketelitian ini
dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan. Uji presisi (keseksamaan) ditentukan
dengan parameter RSD (Relatif Standard Deviasi) yang dirumuskan sebagai
berikut.

𝑆𝐷
RSD = 𝑥 100%
𝑋̅

Keterangan:
SD = Standar deviasi/simpangan baku
𝑋̅ = Kadar rerata Quarsetin dalam satu sampel

c). Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)


Batas deteksi dan batas kuantitas dapat dihitung secara statistik melalui
garis regresi linear dari kurva kalibrasi dengan membuat larutan baku kerja
dengan konsentrasi 0,5 ppm; 0,75 ppm; 1 ppm; 1,25 ppm; 1,5 ppm dan 1,75
ppm lalu lalu dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL AlCl3 5% setelah itu
diinkubasi selama 30 menit, absorbansi dari larutan pembanding diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
Setelah diukur absorbansi dari larutan baku kerja dicari persamaan regresi
antara kadar (konsentrasi) dengan absorbansi. Kemudian dihitung harga Limit
Of Detection dan Limit Of Quantitation.

𝑠𝑦𝑓𝑥
𝐿𝑂𝐷 = 3 ×
𝑛

𝑠𝑦𝑓𝑥
𝐿𝑂𝑄 = 10 ×
𝑛
d). Linearitas (kurva baku)
Linieritas dilakukan dengan membuat dipipet larutan baku kuersetin 100
ppm kemudian dibuat larutan baku kerja dengan konsentrasi 2 ppm; 4 ppm; 6
ppm; 8 ppm; 10 ppm; 12 ppm dan 14 ppm. Lalu dipipet 1 ml kemudian
ditambahkan 1 ml aluminium (III) klorida 5%, 1 ml larutan CH3COOH 5%,
Setelah itu diinkubasi selama 30 menit, absorbansi dari larutan pembanding
diukur menggunakan spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang
maksimum. Kurva hubungan antara kadar VS serapan dibuat kemudian
ditentukan persamaan regresi linier serta koefisien kolerasi (x) dan kefisien
kolerasi dari fungsi (Vxo) untuk mengevaluasi lineritas. Berdasarkan nilai
koefisien kolerasi dapat diketahui linieritasnya baik atau tidak. Koefisien
kolerasi dikatakan baik apabila r ≥ 0,998 dan koefisien fungsi regresi (Vxo) ≤
5%.

3.4.5 Penentuan kandungan total Flavonoid ekstrak daun Gedi hijau (Abelmoscus
Manihot L.)

a). Pembuatan larutan baku kuersetin


Dibuat larutan induk 1000 ppm dengan cara menimbang dengan seksama 25
mg kuersetin p.a dan dilarutkan dengan etanol 25 mL. Kemudian dibuat larutan
baku kerja kuersetin dengan konsentrasi 100 ppm dengan pengenceran larutan
induk 1000 ppm.

b). Penetapan operating time kuersetin


Penentuan operating time dilakukan dengan mengambil sebanyak 5 mL
larutan standar kuersetin dalam etanol konsentrasi 10 ppm dimasukkan dalam labu
ukur 50 mL ditambahkan 15 mL etanol 96% lalu ditambahkan 1 mL AlCl3 10%, 1
mL natrium asetat 1 M dan diencerkan dengan air suling sampai batas. Kemudian
dihomogenkan dan diinkubasi pada waktu 5; 10; 15; 20; dan 30 menit sehingga
didapat waktu optimum yang stabil. (Chang, et al. 2002).

c). Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin


Sebanyak 5 mL larutan standar kuersetin dimasukkan dalam etanol
konsentrasi 10 ppm dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL ditambahkan 15 mL
etanol 96%, lalu ditambahkan 1 mL AlCl310%, 1 mL larutan natrium asetat 1 M
dan diencerkan dengan air suling sampai batas. Dikocok sampai homogen lalu
diukur absorbannya pada panjang gelombang 350-780 nm dengan menggunakan
spektrofotometer (Chang, et al. 2002).

d). Pembuatan kurva baku kuersetin


Dibuat deret standar kuersetin 2;4;6;8, dan 10 ppm dari larutan 100 ppm
sebanyak 1,2,3.4 dan 5 mL kemudian ditambahkan 15 mL etanol 96%, lalu
ditambahkan 1 mL natrium asetat 1 M dan diencerkan dengan air suling sampai
batas dikocok hingga homogen dan diinkubasi pada suhu kamar. Diukur
absorbansinaya dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum (Chang, et al. 2002).
Pengukuran absorban diatas dibuat kurva antara konsentrasi larutan standar
kuersetin dengan nilai absorban yang diperoleh dan akan dihasilkan persamaan
regresi linear (y=bx+a). Persamaan regresi ini untuk menghitung kadar ekstrak
(ppm) dengan memasukkan absorban ekstrak sebagai nilai Y ke dalam persamaan.

e). Penetapan kandungan total flavonoid ekstrak daun gedi


Sampel ekstrak etanol daun gedi hijau sebanyak 0,5 mL dilarutkan dengan
etanol p.a ditambahkan dengan volume aluminium klorida (AlCl3) hasil optimasi
dengan konsentrasi dari hasil optimasi yang paling optimal. Tambahkan volume
hasil optimasi asam asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi hasil optimasi yang
paling optimal dan 2,80 mL aquadest. Campuran dikocok homogen lalu dibiarkan
selama waktu inkubasi yang paling optimal dari hasil optimasi waktu inkubasi.
Kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer ultraviolet-visible
(UV-Vis) pada panjang gelombang maksimum. Penentuan nilai flavonoid akhir
dilakukan berdasarkan formula yang dikembangkan oleh Pan et al. (2012), yaitu:

𝑚 𝑌𝑥𝑁𝑥𝑉
Flavonoid Total = ( 𝑔 ) = 𝑊
Keterangan :

Y = konsentrasi flavonoid contoh yang dihitung dengan menggunakan persamaan


kurva standard (mg g-1)

N = nilai pengenceran/dilution value.

V = volume hasil ekstraksi (mL)/volume extracted (mL).

W = berat serbuk daun gedi (g)/gedi leaf powder weight (g).

f). Penetapan kandungan total flavonoid dari fraksi pelarut

Fraksi kemudian ditentukan kandungan total flavonoid yaitu sebanyak 0,1


mL dari masing-masing fraksi 1000 ppm dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 0,1 mL AlCl3 2% campuran tersebut divortex selama 2 menit lalu
tambahkan 2 mL larutan CH3COOH 5%. Selanjutnya campuran diinkubasi selama
30 menit diruang gelap. Absorbansimya dibaca pada panjang gelombang 750 nm
dengan Spektrofotometer. Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai ekivalen
kuersetin mg/kg ekstrak.
DAFTAR PUSTAKA

Adijuwana., Nur, M.A. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: Pusat
antar Universitas IPB

Alwi, H. 2017. Validasi metode analisis flavonoid dari ekstrak etanol Kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) secara spektrofotometri UV-Vis. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Allaudin, Makassar.

Baraja. M. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus elstica ex Blume terhadap Artemia
Salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Fakultas Farmasi:
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Chang, C.C, Yang M.H, Wen H.M, Chern JC. Estimation of total flavonoid content in
propolis by two Estimation of total flavonoid content in propolis by two
complementary colorimetric methods. J Food Drug Anal 2002; 10: 178-182

Ditjen POM (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI.

Effendy. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam bidang Farmasi. Sumatera Utara:
FMIPA USU.

Gaedcke et al, 2003. Herbal medicine products: Scientific and Regulatory basis for
development. Quality Asssurance and Marketing Authorisation, Stuttgart:
Medpharm Scientific Publisher.

Haeria., 2013. Penetapan kadar Flavonoid total dan Uji Daya Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Ungu (Graptophyllum pictum L.) Griff). FIK UIN Alauddin Makassar, Jurnal
Farmasi. 1(1). 3-4.

Ipandi, I., Triyasmono, L,. dan Prayinto, B., 2016. Penentuan Kadar Flavonoid total dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol daun Kajajahi (leucosyke capitella Wedd.).
Program Studi Farmasi Universitas Lambung Mangurat Banjarmasin. Jurnal
Farmasi. Vol. 3 No. 1. Hal. 95-96.

Kopkar S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan oleh Saptoraharjo. UI Press.
Jakarta. 2007.

Mamahit L.P. & Soekarno,N.H., 2010. Satu senyawa organic yang diisolasidari daun gedi
(Albemoschus manihot L. Medik) Asal Sulawesi utara. Chemistry Progress, Vol. 3
No. 1, P. 45.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Dua Satu Press, Makassar.

Morris, R. 2006. Plant for A Future: Edible, Medicinal and Useful Plants for A Healthier
Word (online), (www.ptaf.org/database/plants, http://books.google.co.id) [diakses
18 Oktober 2017]

Mulja, M., and Suharman. Analisis Instrumental. Airlangga University Press, Surabaya
Hal. 26-28.

Pine ATD, G Alam and F Attamin. 2010. Standardisasi Mutu Ekstrak Daun Gedi
(Abelmoschus manihot L.) Medik) Dan Uji Efek Antioksidan dengan Metode
DPPH. [diacu 2012 Maret 12] Tersedia dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/
d1043b1ce802ee8dbcb6f1dbb5626d55.pdf

Pourmorad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant activity, phenol and


flavonoid contents of some selected Iranian medicinal plants. African Journal of
Biothecnology 5(11): 1142-1145.

ITIS Report. 2010. Abelmoschus manihot (L.) Medik. Taxonomi Serial No. 21771.
http://ww.itis.gov/servlet/singleRpt/singleRpt?search_topic=TSN&search_value=2
1771. Download 12 Des. 2010.

Riyanto, Ph.D, 2014. Validasi dan Verifikasi metode uji. CV. Budi Utama. Yogyakarta.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Kosasih


Padmawinata. ITB: Bandung.

Rohyani, Yuli. 2008. Penentuan flavonoid dari ekstrak metanol daging buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Jurnal Sains. Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia. Vol. 5 No.1.

Rosyida, A. 2014. Morfologi, Anatomi, dan Skrinning Fitokimia daun Gedi (Abelmoscus
manihot (L.) Medik). Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

Sarker, S. D., Latif, Z. & Gray, A.I., 2006, Natural Products Isolation, second edition,
Humana Press, New Jersey.

South, E., H. Kaempe dan A. Tampi. 2013. Evaluasi Kandungan Total Polifenol dan
Isolasi Senyawa Flavonoid Pada Daun Gedi Merah (Abelmoscus manihot L.).
Chemistry Progress. 6 : 86.

Slimestad, R., et.al., 2005, Flavonoids from black chokeberries, Aronia melanocarpa,
Journal of Food Composition and Analysis, Volume 18, Issue 1, February 2005,
Pages 61-68.
Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan. CV.Putra Media Nusantara, Surabaya.

Torbeck L.D., editor, 2007. Pharmaceutical And Medical Decice Validation By


Eksperimental Design. Informa healthcare. New York. P.4.

Zuhra CF, Tarigan JB, Sitohang H. 2008. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari
daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr). Jurnal Biologi Sumatera: 7-10.

Anda mungkin juga menyukai