Seminar Kasus Anc Di Brsu Tabanan Edit
Seminar Kasus Anc Di Brsu Tabanan Edit
Seminar Kasus Anc Di Brsu Tabanan Edit
Oleh :
Kelompok 2A
PROGRAM PROFESI NERS
1. Ni Made Ayu Lisna Pratiwi (P07120319011)
2. Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya (P07120319012)
3. Ni Kadek Dian Inlam Sari (P07120319013)
KATA PENGANTAR
ii
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Laporan
Seminar Kasus Antenatal Care di Ruang Poli Kebidanan BRSU Tabanan”
mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi ...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Pendahuluan Antenatal Care
1. Peran Perawat Kritis.................................................................................3
2. Fungsi Perawat Kritis ..............................................................................4
B. Contoh Peran dan Fungsi Perawat Kritis........................................................5
1. Peran dan Fungsi Perawat Instalasi Gawat Darurat.................................5
2. Peran dan Fungsi Perawat ICU................................................................8
3. Peran Perawat Kamar Operasi.................................................................11
4. Peran Perawat Anestesi............................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Simpulan ........................................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Daftar Pustaka
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Riskesdas,2013). Periode antenatal atau
kehamilan memiliki pengertian yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan
saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan wanita
hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga ibu dan anak sehat. Pada periode ini ibu
hamil dilakukan screening kesehatan seperti tes HIV/AIDS, sifilis, maupun
Hepatitis B. Seluruh ibu hamil di Bali wajib mengikuti tes HIV-AIDS di awal
kehamilan. Ibu hamil yang dalam tes tersebut didapatkan mengidap penyakit
menular seksual tersebut, maka penularannya dapat dicegah dengan obat
antiretroviral (ARV).
Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, maka berbagai budaya dan
gaya hidup dari mancanegara terutama negara-negara barat juga melanda
kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Hal ini akan
mempengaruhi sikap dan pola prilaku masyarakat secara keseluruhan. Salah satu
bentuk pengaruhnya yaitu, perilaku seks bebas yang mengakibatkan penyakit
menular seksual, antara lain AIDS. Penyakit AIDS pun mengalami peningkatan
dan memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan
perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.
HIV atau Human Immunodeficiensy Virus merupakan sejenis virus yang
menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan penurunan
kekebalan tubuh manusia. Sindrom yang muncul ketika seseorang terinfeksi HIV
disebut AIDS. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
kumpulan berbagai gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan
maka orang tersebut sangat mudah terserang berbagai penyakit infeksi (Infeksi
Oportunistik) yang sering mengakibatkan kefatalan.
Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS telah
dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34
provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai
dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang
dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak
ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi
dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa
Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757).
Jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus meningkat setiap tahun, sementara
jumlah AIDS relatif stabil. Hal ini menunjukkan keberhasilan bahwa semakin
banyak orang dengan HIV /AIDS (ODHA) yang diketahui statusnya saat masih
dalam fase terinfeksi (HIV positif) dan belum masuk dalam stadium AIDS.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2018 tes HIV pada
ibu hamil hanya sekitar 13,38% (761.373) dari total jumlah ibu hamil di Indonesia
sebanyak 5.291.143 orang. Dari jumlah yang menjalani tes tersebut, yang
diketahui positif HIV tercatat 2.955 orang. Sementara itu, yang mendapatkan
terapi obat ARV (antiretroviral) dalam upaya menekan jumlah virus (VL), lebih
sedikit lagi, yakni hanya 893 ibu hamil.
Bali merupakan salah satu provinsi dengan kasus baru HIV yang cukup
tinggi. Pada Tahun 2016 Bali merupakan provinsi ke 4 tertinggi di Indonesia
dengan angka kejadian baru HIV 2.367 Jiwa. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, dalam kumulatif kasus HIV/AIDS dari tahun 1987
sampai tahun 2018, total ada 20.471 orang terjangkit virus HIV/AIDS di Bali.
Sebanyak 12.288 merupakan penderita HIV dan 8.813 penderita AIDS. Dari data
tersebut, diperkirakan karena faktor resiko heteroseksual (15.671), homoseksual
(2.872), IDU (856), Perinatal (585), Biseksual (90), Tatto (10) dan tidak diketahui
(386). Data di tahun 2018 saja menyebutkan, ada 2.174 orang baru, yang terdiri
dari 742 orang penderita AIDS dan 1.432 orang terjangkt HIV. Posisi teratas
daerah dengan penderita HIV/AIDS terbanyak masih dari Denpasar, Badung, dan
Buleleng.
Penemuan kasus HIV-AIDS positif pada ibu hamil tahun ini ditemukan di
berbagai wilayah di Bali, seperti Kabupaten Gianyar. Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Gianyar sepanjang Januari-Juni 2018 mencatat tujuh ibu hamil positif
terinfeksi HIV-AIDS. Jumlah tersebut diperoleh dari 3.549 ibu hamil yang
melakukan tes pada periode tersebut dari total sekitar 7.000 ibu hamil yang ada.
Pada 2017, di kabupaten yang sama ditemukan 16 ibu hamil positif HIV-AIDS
dari total 6.279 ibu hamil yang melakukan tes.
Selain itu, Kabupaten Tabanan merupakan salah satu Kabupaten di bali
dengan angka kejadian HIV cukup tinggi. Berdasarkan data profil kesehatan
kabupaten tabanan tahun 2015, kabupaten tabanan kini sedang berfokus mencapai
MDGs (Millenium Development Goals), dimana salah satu indikatornya adalah
penyakit HIV. Untuk mencapai tujuan tersebut maka fasilitas kesehatan di
Kabupaten Tabanan terus melakukan upaya-upaya untuk menangani masalah HIV
di kabupaten tabanan. Jumlah pasien yang terdiagnosis HIV pada poliklinik VCT
BRSU Tabanan dari tahun 2009 hingga tahun 2017 mengalami peningkatan dan
penurunan tiapp tahunnya, tetapi secara umum terdapat peningkatan kasus setiap
tahun dimana puncaknya pada tahun 2016 terdapat 161 kasus baru. Pada data
tersebut didapatkan 67,6% adalah kelompok umur 25-49 tahun. Kelompok umur
tersebut merupakan kelompok yang paling produktif dan aktif dalam hubungan
seksual. Sehingga bila tidak dilakukan edukasi yang baik, pencegahan, deteksi
dini dan pemberian terapi ARV, akan meningkatkan terjadinya risiko penularan
HIV. Baik penularan melalui pasangan seksual maupun dari ibu ke janinnya.
Obat Antiretroviral (ARV) telah dikembangkan untuk melawan virus HIV
yang terus-menerus menggerogoti kekebalan tubuh pasien HIV/AIDS.
Antiretroviral (ARV) bekerja melawan infeksi dengan cara memperlambat
reproduksi HIV dalam tubuh melalui pengurangan viraemia (jumlah HIV dalam
darah) dan meningkatkan jumlah sel CD4+ (sel darah putih yang penting bagi
sistem kekebalan tubuh). Virus yang ada di dalam tubuh penderita ini tidak bisa
keluar, sehingga seseorang harus mengkonsumsi obat ARV seumur hidup dan
tepat waktu. Jadwal ketat minum obat HIV ini tidak boleh meleset agar bisa
menekan jumlah virus di tubuhnya. Jika tidak disiplin maka tubuh akan menjadi
resisten terhadap obat (Adhi S, 2018).
Untuk mencapai kesuksesan dalam pemberian terapi HIV, maka pasien
diharapkan patuh minum obat minimal 95% dari dosis. Kepatuhan atau adherence
pada terapi adalah suatu keadaan dimana pasien mematuhi pengobatannya atas
dasar kesadaran sendiri. Kepatuhan ini menggambarkan perilaku pasien dalam
minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi, dan waktunya supaya pasien
patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum atau tidak (Kemenkes,
2018).
Kepatuhan terapi ARV menuntut pasien untuk meminum obat sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan, dosis yang diminum, cara meminum obat. Keterlambatan
minum obat yang yang masih bisa ditolirir adalah < 1 jam. Hal ini dikarenakan 1
jam merupakan rentang waktu yang masih aman. Apabila terlambat minum obat >
1 jam akan menyebabkan virus bereplikasi dan virus yang resisten akan semakin
unggul. (Spiritia,2014).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, 2014 didapatkan tingkat kepatuhan
pengobatan Antiretroviral (ARV) sangat rendah, yaitu 40 – 70%, yang masih
dibawah target nasional 95 %. Sejalan dengan rata-rata nasional, penelitian yang
dilakukan Ayu, Wasita, Putu, & Yasa, tahun 2017 di Klinik Volentary Counseling
and Testing (VCT) RSUP Sanglah menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien
HIV/AIDS yang tidak patuh mengonsumsi obat antiretroviral sebanyak 14,40%
(Ayu et al., 2017).
Jika pasien tidak patuh dalam program pengobatan, akan fatal akibatnya.
Dampak ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat yaitu virus ditubuh
dapat menjadi kebal (resistensi). Bila hal ini terjadi, maka obat yang kita pakai
menjadi tidak efektif terhadap jenis virus baru dan berakibat bertambah buruknya
perjalanan penyakit.
Maka dari itu, berdasarkan studi kasus yang ditemukan oleh penulis di BRSU
Tabanan tentang ibu hamil yang mengalami immunocompromised (HIV/AIDS).
Dari data subjektif diperoleh klien mengatakan pusing, bingung akan kehamilan
dan proses persalinan yang akan dijalani, klien tampak pucat, klien mengatakan
belum percaya diri menjalani persalinan.Bagi ibu yang telah mengetahui dirinya
mengalami HIV/AIDS pasti timbul kecemasan dan membutuhkan dukungan serta
informasi yang tepat untuk meningkatkan kesiapan persalinannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada Ny. KY dengan G1P000 +
Immunocompromised UK 37 Minggu 5 hari
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada kasus Ny. KY dengan G1P000 +
Immunocompromised UK 37 Minggu 5 hari
b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang
muncul kasus Ny. KY dengan G1P000 + Immunocompromised
UK 37 Minggu 5 hari
c. Menyusun intervensi yang tepat pada kasus Ny. KY dengan
G1P000 + Immunocompromised UK 37 Minggu 5 hari
d. Melaksanakan implementasi pada kasus Ny. KY dengan
G1P000 + Immunocompromised UK 37 Minggu 5 hari
e. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada kasus Ny.
KY dengan G1P000 + Immunocompromised UK 37 Minggu 5
hari
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari studi kasus ini dapat digunakan untuk memperoleh
pengetahuan mengenai cara memberikan asuhan keperawatan pada ibu
hamil yang memiliki penyakit penyerta dengan G1P000 +
Immunocompromised UK 37 Minggu 5 hari.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan berkaitan dengan ibu hamil yang memiliki penyakit
penyerta seperti Immunocompromised di usia kehamilan 37 Minggu 5
hari
9) Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
10) Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
4. Pathway
Trimester I
Konsepsi
fertilitas
Embryogenesis
Maturasi janin
Perubahan pd
Ibu
Perubahan
Krisis situasional, Perubahan
psikologis Perub. Nutrisi
ketidakstabilan Asam lambung fisiologis
kurang dari Peningkatan
S. Frekuensi
Kelembapan
Kebersihan
Penekanan
Gangguan BAK
Ansietas
hormon Mualmeningkat
Instabilitas
GITmuntah
dan hormon Sakit
Nyeri
Kepala S. Urinaria
Resiko
genital
eleminasi
vesika Infeksi
meningkat
menurun
urinaria
urine
kebutuhan tubuh cardiovaskular
TD
Trimester II
TRIMESTER II
Perubahan Perubahan
Fisiologis Psikologis
Krisis
S. Endokrin S. S. S. respirasi Situasional
cardiovaskul Muskuloske
er letal
Inotropik Desakan Uterus Proses adaptasi
TRIMESTER III
Persiapan
Pembesaran Sistem Endokrin Persiapan melahirkan
Uterus melahirkan
Primi : Kurang
Retensi H₂O Kesiapan pengetahuan
Perub. Skelet Menekan paru dan Na⁺ persalinan
dan Persendian
Ansietas
Pelepasan
mediator nyeri
Edema Hipertfentrik
(prostagladin
Ekstremitas el
dan histamine)
Kelebihan Penurunan
Nyeri Volume Cairan Cardiac
Output
Resiko cidera
janin dan
maternal
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Bagaimana keadan umum penderita, keadaan gizi, kelainan
bentuk badan dan kesadaran
2) Apakah anemis, sianosis, ikterus, atau dispnea
3) Keadaan jantung dan paru-paru
4) Adakah oedema :
Oedema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia
gravidarum atau oleh karena tekanan rahim yang membesar
pada vena-vena dalam panggul yang mengalirkan darah dari
kaki. Dapat juga disebabkan oleh hipovitaminase B1,
hipoproteinanemia dan jantung.
5) Reflex
Terutama reflex lutut, reflex negative pada kekurangan
vitamin B1 dan penyakit urat.
6) Tensi (tekanan darah )
Tekanan drah pada otrang hamil tidak boleh mencapai 140
sistolik atau 90 diastolik. Juga perubahan 30 sistolik dan 15
diastolk diatas tekanan darah sbelum hamil menandakan
toxanemia gravidarum.
7) Berat badan
Yang dialami oleh penderita adalah perubahan berat badan
(BB) setiap kali ibu memeriksakan diri.
BB dalam triwulan ke-3 tidak boleh bertambah lebih dari 1
kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan.Penambahan yang
lebih dari batas-batas tersebut di atas disebabkan karena
penimbunan (retensi) air dan disebut “praxoedema”.
b. Pemeriksaan Kebidanan (Status Obstetricus)
1) Inspeksi
a. Muka
Adanya edema, chloasma gravidarum (bintik-bintik hitam
pada wajah), selaput mata pucat dan merah, keadaan lidah
dan gigi.
b. Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar
limfe membengkak.
c. Dada
Bentuk buah dada, pigmentasi puting susu, keadaan puting
susu, adakah coloctrum.
d. Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada acites
biasanya membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi dilinea alba, Nampak gerakan janin atau
kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas
luka.
e. Vulva
Keadaan perineum, adakah asites, tanda Chadwick.
f. Anggota bawah
Cari varises, oedema, luka, cicatrik pada lipatan paha
2) Palpasi
Untuk menentukan :
a) Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya
kehamilan (UK)
b) Menentukan letaknya anak dalam rahim
c) Adakah tumor dalam rongga perut, kista, mioma, limpa
yang membesar
Pemeriksaan Leopold
a. LEOPOLD I
Pusat
b. LEOPOLD II
c. LEOPOLD III
d. LEOPOLD IV
Tujuan: Untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah
masuk PAP
Cara melakukan Leopold IV :
• Pemeriksa menghadap kearah kaki klien
• Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi
• Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah
abdomen dan coba untuk menekan kea rah pintu
atas panggul
• Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul (PAP), dan berapa
masuknya bagian bawah ke rongga panggul.
• Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan
dari bagian terbawah dari kepala yang masih teraba
dari luar dan :
a) Kedua tangan convergent, hanya bagian kecil
dari kepala turun ke dalam rongga
b) Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari
kepala masuk ke rongga panggul
c) Jika kedua tangan divergen, maka bagian
terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah
melewati pintu atas panggul (PAP).
3) Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoaural dan
ultrasound (doptone). Dengan stetoskop dapat didengar bermacam-
macam bunyi yang berasal :
a) Dari anak
(1) Bunyi jantung anak (frekuensi bunyi jantung 120-140 kali
per menit) dengan stetoskop monoral pada akhir bulan
kelima. Dengan stetoskop ultrasound (doptone) pada akhir
bulan ketiga. Kalau bunyi jantung <120 kali permenit atau
>160 kali permenit atau tidak teratur, maka anak dalam
asphyxia (kekurangan oksigen). Cara menghitung bunyi
jantung adalah dengan mendengarkan bunyi jantung
selama 3 x 5 detik kemudian dikalikan 4.
Misalnya :
Waktu (5 detik) Dikalikan Hasil
Dijumlahkan Interpretasi
I III V 4 Perhitungan
11 12 11 34 34 x 4 136 x/mnt Teratur,
bayi
normal
10 14 9 33 33 x 4 132 x/mnt Tak teratur,
asphyxia
8 7 8 23 23 x 4 92 x/mnt Teratur,
aspyxia
Bening/negative
Glukosa Warna hijau Kuning, orange,Diabetes
dalam urin coklat
VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis
Faktor rhesus Rh + Rh- Rh sensitization
Golongan A B O AB - Ketidakcocokan ABO
Darah
HIV - + AIDS
Rubella Negatif Positif Anomali pada janin jika
ibu terinfeksi
Feses untuk Negatif Positif Anemia akibat cacing
ova/telur
cacing dan
parasit
a. Adanya DJJ
Terdeteksi umur kehamilan 10 minggu dengan doppler
sedangkan dengan funandoskop umur kehamilan 18-20
minggu. (DJJ rendah 110-120 kali permenit, tinggi 150-160
kali permenit).
b. Fetal movement, dengan palpasi trimester ketiga
Gerakan janin ini lebih cepat diketahui dengan USG.
c. Dengan USG (100% reliable) pada umur kehamilan 5-6
minggu nyata adanya kehamilan.
8. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi wanita hamil memerlukan paling
sedikitnya 4 kali kunjungan pada periode antenatal :
a. Anemia
b. Penyakit
c. Hiperemis gravidarum
d. Perdarahan dalam kehamilan
e. Kelainan letak
f. Toxamia gravidarum (pre eklamsia, eklamsia)
g. Kegelisahan menjelang persalinan
10. Informasi pada Periode Antenatal
a. Gizi
Peningkatan konsumsi sampai 300 kal/hari dengan makanan
yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan.
b. Kegiatan harian
Normal, istirahat jika lelah
c. Perubahan fisiologi (normal) yang akan terjadi :
1) Peningkatan berat badan
2) Breast change
3) Penurunan tenaga
4) Mual dan muntah serta punggung kiri di trimester I
5) Rasa panas
6) Varises
7) Oedema
d. Segera mencari pertolongan medis jika mendapati tanda-tanda
bahaya, seperti :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala luar biasa
3) Gangguan penglihatan
4) Pembengkakan pada wajah ataupun tangan
5) Nyeri abdomen
6) Janin tidak bergerak (tidak seperti biasa)
e. Merencanakan kebutuhan persiapan kelahiran
f. Menjaga kebersihan diri
Seperti perawatan gigi, pakaian, mandi, dan perawatan vulva.
g. Perawatan payudara
Selama kehamilan payudara harus dipersipkan untuk fungsi
unuknya dalam menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera
setelah lahir.
h. Memberikan zat besi
i. Pemberian Tetanus Toksoid (I, II atau Ulang) 0,5 ml.
2010).
mulai m embaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak
umum terjadi) :
Gejala mayor :
Gejala minor :
berulang.
d. Kandidias orofaringiel.
e. Herpes simpleks kronis progresif.
f. Limfadenopati generalisata.
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
h. Retinitis virus sitomegalo. (Noviana, 2016).
memerlukan kerja sama antara dokter ahli HIV dari kelompok kerja
HIV/AIDS yang merawat ibu pada saat sebelum hamil dan dokter
serta mengobati ibu agar jumlah viral load tetap rendah sampai pada
dokter anak, dan perawat. Dengan kerja sama yang baik maka faktor
dengan melakukan tata laksana yang baik pada ibu dan anak. Semua
dari ibu-ibu yang berisiko. Oleh karena itu, semua ibu usia subur yang
Akan tetapi, ibu hamil sering menolak untuk dilakukan tes HIV,
karena peraturan yang memaksa ibu hamil untuk dites HIV belum ada.
Cukup banyak ibu hamil sudah terinfeksi HIV-1 pada saat masa
pancaroba dan dewasa muda yang justru pada masa ini mereka tidak
terjangkau oleh sistem pelayanan kesehatan. Pada hal pada masa-masa
ini banyak terjadi penularan melalui hubungan seks bebas, dan juga
Kemudian, jika ditemukan ada ibu hamil yang terinfeksi HIV dan
plasma, jumlah sel T CD4+, dan genotipe virus. Juga perlu diketahui,
apakah ibu tersebut sudah mendapat anti retrovirus (ARV) atau belum.
Banyak ibu terinfeksi HIV hamil tanpa rencana. Ibu hamil sangat
ibu ini juga sangat jarang melakukan konseling dan tes HIV pada
dengan baik.
Catatan medis yang lengkap sangat perlu untuk ibu hamil terinfeksi
dan keadaan sosial yang lain, pemeriksaan fisik yang lengkap, serta
urinalisis, tes fungsi ginjal dan hati, amylase, lipase, gula darah puasa,
hamil. Pemeriksaan jumlah sel T CD4+ dan kadar RNA HIV-1 harus
pada ibu. Bila fasilitas pemeriksaan sel T CD4+ dan kadar HIV-1 tidak
muncul.
terinfeksi HIV
Karena itu, semua wanita hamil yang terinfeksi HIV harus diberi
virus.
obat yang dipakai harus dimulai pada saat yang bersamaan pada
jadwal yang tepat. Obat ARV harus diminum terus menerus secara
teratur untuk menghindari timbulnya resistensi. Diperlukan peran serta
dengan ibu yang tidak hamil. Yang harus diketahui dari ibu hamil
kepada ibu hamil. Obat ini tidak bersifat teratogenik pada manusia,
dan tidak bersifat lebih toksik pada ibu hamil dibandingkan dengan
kombinasi ARV untuk janin di dalam kandungan dan pada bayi adalah
pada wanita tidak hamil. Untuk wanita hamil yang sudah mendapat
perinatal.
yang mengandung obat stavudine (d4T), maka obat ini distop selama
6) Ibu dengan status HIV yang tidak jelas yang datang pada
antibodi HIV, dan pemberian ZDV intravena harus dimulai jika hasil
dilakukan sesudah melahirkan, dan bayi harus mulai diberi ZDV. Jika
neonatus selama 6 minggu, dan jika hasil tes negatif, maka pemberian
dosis tunggal yang diberi kepada ibu dan neonatus. Jika digunakan
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (2012) ARV pada ibu
hamil dengan HIV selain dapat mengurangi resiko penularan HIV dari
1 2 3
5 ODHA hamil dengan OAT yang sesuai tetap diberikan
Tuberkulosis aktif
Paduan untuk ibu, bila pengobatan mulai trimester II dan III :
AZT (TDF) + 3TC + EFV
6 Ibu hamil dalam masa Tawarkan tes dalam masa prsalinan, atau tes setelah persalinan
persalinan dan tidak
Jika hasil tes reaktif maka dapat diberikan paduan pada butir 1
diketahui status HIV
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Anamnesa
1) Keluhan Utama/ Alasan ke Poliklinik
2) Keluhan saat Dikaji
3) Riwayat obstetri, meliputi :
a) Riwayat Menstruasi : Usia menarch, banyaknya menstruasi,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, HPHT, keluhan saat
menstruasi
b) Riwayat pernikahan : menikah berapa kali, lama
perkawinan
c) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
• Berat badan bayi baru lahir dan usia gestasi
• Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan dan penolong persalinan
• Jenis anestesi dan kesulitan persalinan
• Komplikasi maternal seperti : diabetes, hipertensi,
infeksi, dan perdarahan
• Komplikasi pada bayi
d) Riwayat kehamilan saat ini
Status Obstetrikus : GAPAH, UK, TP (Tafsiran Persalinan;
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPTP dapat digunakan
rumus Naegle, yaitu : hari pertama ditambah 7, bulan
dikurangi 3, tahun disesuaikan), ANC kehamilan sekarang
e) Riwayat kontrasepsi
Akseptor KB, Jenis KB, Lama penggunaan KB, Masalah
dalam penggunaan KB
4) Riwayat Penyakit
• Riwayat penyakit klien
• Riwayat penyakit keluarga
5) Pola Kebutuhan Sehari-hari
1. Bernafas
Mengkaji frekuensi pernafasan ibu sebelum dan
sesudah hamil, apakah ibu mengalami sesak nafas atau
kesulitan bernafas saat hamil
2. Nutrisi (makan dan minum)
Mengkaji asupan nutrisi makanan ibu sebelum dan
sesudah hamil, mengkaji pola makan dan minum ibu
sebelum dan sesudah hamil
3. Eliminasi (BAB&BAK)
Mengkaji BAB pasien sebelum dan sesudah hamil,
apakah lancar atau tidak, warna dan konsistensi feses.
Mengkaji BAK pasien sebelum dan sesudah hamil,
frekuensi BAK, warna dan bau urin.
4. Gerak badan
Mengkaji pasien apakah sering melakukan gerak badan
dan mengikuti kelas ibu hamil
5. Istirahat dan Tidur
Mengkaji lamanya pasien tidur dan apakah ada
gangguan saat tidur sebelum dan sesudah hamil, dan
penghantar tidur pasien
6. Berpakaian
Mengkaji pasien apkah menggunakan pakaian yang
sopan dan nyaman, apakah pasien sering mengganti
pakaian dalam pasien.
7. Rasa Nyaman
Mengkaji pasien apakah pasien mengalami nyeri atau
tidak selama kehamilan.
8. Kebersihan Diri
Mengkaji pasien berapa kali pasien mandi dalam satu
hari dan berapa kali melakukan vulva hygine dalam
sehari.
9. Rasa Aman
Mengkaji pasien apakah selama kehamilan ini
mendapat rasa aman dari keluarga, suami maupun
kerabat
10. Pola Komunikasi/ Hubungan dengan Orang Lain
Mengkaji pasien apakah selama kehamilan ini
mendapat dukungan dan tetap berinteraksi dengan baik
pada keluarga, suami maupun kerabat dekat.
11. Ibadah
Mengkaji bagaimana pasien meyakini kehamilannya ini
dalam kepercayaannya
12. Produktivitas
Mengkaji pasien apakah selama hamil pasien tetap
melakukan pekerjaannya sebagai IRT atau pekerja
lainnya.
13. Rekreasi
Mengkaji pasien apakah pasien selama hamil sering
melakukan rekreasi.
14. Kebutuhan belajar
Mengkaji pasien apakah pasien mengerti dan
memahami mengenai kehamilan yang sedang pasien
alami.
6) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
1. GCS : Eye, Motorik, Verbal
2. Tingkat kesadaraan
3. Tanda tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi,
Suhu
4. BB, TB, dan LILA
Head to toe :
1. Kepala
Wajah : pucat, cloasma, sclera, conjugtiva
Leher : pembesaran limphe node, pembesaran kelenjar
tiroid
Telinga
2. Dada
Payudara
Areola : Putting (menonjol/tidak)
Tanda dimpling/retraksi
Pengeluaran ASI
Jantung
Paru-paru
3. Abdomen
Linea & Striae
Pembesaran sesuai UK
Gerakan janin dan kontraksi
Luka bekas operasi
Ballottement
Leopold I : Kepala/Bokong/Kosong dan TFU
Leopold II : Kanan : Punggung/Bagian kecil/
bokong/kepala
Kiri : Punggung/Bagian kecil/
bokong/kepala
Leopold III : Presentasi kepala/bokong/kosong
Leopold IV : Bagian masuk PAP
(kovergen/divergen/sejajar)
Penurunan kepala
Kontraksi
DJJ dan bising usus
4. Genetalia dan perineum
Kebersihan
Keputihan dana karakteristik
Hemoroid
5. Ekstremitas
• Atas : oedema, varises dan CRT
• Bawah : Oedema, varises, CRT dan Refleks
7) Data Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan USG
8) Diagnosis Medis
9) Pengobatan
3. RENCANA KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
.A IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. KY
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Guru
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Alamat : Jln.Danau batur no.24, Tabanan
Hari/Tanggal Masuk Poli : Rabu, 21 Agustus 2019
Sumber informasi : Pasien, Pemeriksaan Fisik, Rekam Medis
dan Buku Pink
Penanggung Jawab
Nama :Tn. PS
Umur : 27 tahun
Pendidikan : Perguruan Tinggi
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Honorer
Status perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Hubungan dg Pasien : Suami
.B ALASAN KUNJUNGAN
.1 Keluhan Utama/Alasan ke Poliklinik
Pasien datang ke Poli Kebidanan BRSU Tabanan pukul 10.00 WITA
untuk melakukan kontrol kehamilan pertama, pasien mengeluh
pusing.
.2 Keluhan saat dikaji (jika ada)
Pasien mengatakan akhir-akhir ini sering ingin berkemih. Sehari ±
12x BAK, keluar darah (-), keluar cairan (-), pergerakan bayi (+)
.D RIWAYAT PENYAKIT
.1 Klien : Klien memiliki penyakit immunocompromised dikonfirmasi
tanggal 17 Mei 2019. Klien rutin kontrol poli VCT
.2 Keluarga : Pasien mengatakan di keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama dengan dirinya yaitu suami. Untuk anggota
keluarga lain pasien mengatakan belum dapat memastikan karena
belum melakukan pemeriksaan.
.E DATA BIO-PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola Pernafasan
Pasien mengatakan mampu bernafas secara normal dan tidak
mempunyai sesak nafas maupun riwayat penyakit sesak.
2. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan pola makan dan minum sehari-hari normal.
Makan 3x sehari, pasien mengatakan porsi makan lauk dan
sayurannya hampir seimbang setiap harinya, pasien minum susu
untuk vitamin bayi setiap malam.
3. Pola Eliminasi
Buang air besar : Pasien mengatakan BAB normal. Sehari 1-2x
sehari, konsistensi lembek, warna kecoklatan.
Buang air kecil : pasien agak cemas dan bingung dan bertanya
mengapa sering berkemih, sehari ±12x berkemih, kurang lebih
±1500cc, warna kuning jernih.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan pola tidurnya sedikit terganggu karena karena
rangsangan untuk berkemih.
5. Pola Gerak dan Aktivitas
Pasien mengatakan masih bisa bergerak dan beraktivitas
6. Pola Kerja
Pasien mengatakan sudah tidak bekerja lagi dan memperbanyak
istirahat.
7. Aman dan Nyaman
Pasien mengatakan sedikit tidak nyaman dengan kehamilannya
karena riwayat penyakit yang dimilikinya saat ini. Pasien juga
mengatakan dirinya merasa aman selama di rumah karena selalu
didampingi oleh suami dan keluarganya.
8. Pola Kognitif
Pasien mengatakan agak cemas dan bingung akan kehamilan dan
proses persalinan yang akan dijalani, pasien mengatakan khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, pasien mengatakan sulit
berkonsentrasi, pasien mengatakan keinginan untuk menerapkan
gaya hidup yang tepat untuk persalinan, pasien mengatakan belum
percaya diri menjalani persalinan, pasien tampak menunjukkan
perilaku proaktif selama persiapan persalinan dengan banyak
bertanya pada dokter tentang kondisi kehamilannya dan bertanya
mengapa saat ini pusing dan mengalami pengeluaran BAK yang
sering.
.F PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
GCS :E4V5M6
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda fital : TD 130/80 mmHg N : 86x/menit
RR 20x/menit T : 360C
BB : 65 kg TB : 163 cm LILA : 24 cm
Head to toe :
Kepala : rambut hitam, persebaran merata, rontok (-)
- Wajah : simetris (+) edema (-) pupil isokor
- Pucat : (+)
- Cloasma : (-)
- Sklera : anikterik
- Konjungtiva : anemis
- Pembesaran limphe node : (-)
- Pembesaran kelenjar tiroid : (-)
- Telinga : bersih, simetris
Dada
Payudara
G. PENGOBATAN
- Tablet SF 1x1 tabet
- TDF + 3TC + EFV 1x1
1. Pasien mengatakan
bingung akan kehamilan
HIV Menginfeksi sel-sel T
dan proses persalinan
Helper + CD4 yang lain
yang akan dijalani
2. Pasien mengatakan
khawatir dengan akibat
Kegagalan stimulasi sel B
dari kondisi yang dihadapi
3. Pasien mengatakan sulit
berkonsentrasi, Produksi antibody menurun
4. Pasien mengeluh pusing
DO :
Perubahan psikologis
1. Pasien tampak gelisah
2. RR : 20x/menit
3. Nadi 86x/menit
Persiapan melahirkan
4. TD 130/80 mmHg
5. Pasien tampak pucat
6. Pasien tampak sering Premi : Kurang pengetahuan
ingin berkemih.
Ansietas
DS : Trimester III Kesiapan persalinan
1. Pasien mengatakan
keinginan untuk
Sangat antusias dengan
menerapkan gaya hidup
kehamilannya
yang tepat untuk
persalinan
2. Pasien mengatakan belum Persiapan Melahirkan
percaya diri menjalani
persalinan
DO : Kesiapan Persalinan
1. Pasien tampak
menunjukkan perilaku
proaktif selama persiapan
persalinan
2. TD : 130/80 mmHg, Suhu
360C, RR : 20x/menit,
Nadi 86x/menit
N RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
O TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan SIKI
dengan kondisi klinis tindakan keperawatan
Reduksi ansietas 1. Untuk
terkait penyakit kronis selama 1 x 30 menit
mengetahui tanda
progresif (HIV) diharapkan kecemasan 1. Monitor tanda-tanda
ansietas kecemasan
ditandai dengan pasien menurun atau pasien 2. Untuk
mengatakan bingung dapat tenang dengan 2. Ciptakan suasana
menciptakan
akan kehamilan dan kriteria : terapeutik untuk
suasana yang
proses persalinan yang menumbuhkan
SLKI : nyaman agar
akan dijalani, pasien kepercayaan
pasien percaya
mengatakan khawatir Tingkat ansietas 3. Anjurkan keluarga
dengan tindakan
dengan akibat dari untuk selalu
1. Verbalisasi yang diberikan
kondisi yang dihadapi, disamping dan 3. Agar pasien
kebingungan
pasien mengatakan sulit mendukung pasien mendapat
menurun
berkonsentrasi, pasien 4. Latih teknik dukungan secara
2. Perilaku
mengeluh pusing, relaksasi social
gelisah
4. Untuk mengontrol
pasien tampak gelisah, menurun
kecemasan
RR : 20x/menit, Nadi 3. Frekuensi
86x/menit, TD 130/80 napas menurun
mmHg, pasien tampak 4. Frekuensi nadi
pucat, pasien tampak menurun
sering ingin berkemih. 5. Pucat menurun
6. Tekanan darah
menurun
2 Kesiapan persalinan Setelah dilakukan SIKI
ditandai dengan pasien asuhan keperawatan
Perawatan
mengatakan keinginan selama 1 x 30 menit,
Kehamilan
untuk menerapkan gaya diharapkan kesiapan 1. Untuk
Trimester Ketiga
hidup yang tepat untuk persalinan dapat mengetahui tanda
persalinan, pasien membaik dengan 1. Memonitor tanda- tanda vital pasien
mengatakan belum kriteria hasil : tanda vital 2. Untuk
percaya diri menjalani SLKI 2. Timbang berat badan mengetahui beran
Status antepartum
persalinan, pasien ibu badan pasien
1. Kelekatan
3. Untuk
tampak menunjukkan 3. Mengukur tinggi
emosional dengan
mengetahui tinggi
perilaku proaktif fundus
janin meningkat
fundus dan umur
selama persiapan 2. Koping dengan 4. Periksa denyut
kehamilan
persalinan TD : 130/80 ketidaknyamanan jantung janin
4. Untuk
mmHg, Suhu 360C, RR kehamilan 5. Periksa Leopold
mengetahui
: 20x/menit. menurun 6. Anjurkan
denyut jantung
Tingkat pengetahuan menghindari
janin
kelelahan 5. Untuk
1. Perilaku sesuai
Edukasi Persalinan mengetahui posisi
anjuran
bayi
meningkat 1. Menjelaskan metode 6. Mengurangi
2. Perilaku sesuai persalinan yang ibu kelelahan pada
pengetahuan inginkan pasien agar
2. Ajarkan teknik
meningkat
kandungannya
relaksasi untuk
terjaga
meredakan 7. Agar pasien
kecemasan mengetahui
metode persalinan
yang akan dipakai
8. Untuk mengontrol
kecemasan
IV. IMPLEMENTASI
TGL, NO.
NO IMPLEMENTASI RESPON PARAF
JAM DX
1 Rabu, 21 1,2 Mengidentifikasi keluhan DS :
Agustus pasien
- Pasien mengatakan datang ke
2019 poli kebidanan BRSU
Pukul Tabanan untuk kontrol
10.00 kehamilan
WITA - Pasien mengatakan bingung,
- Pasien mengatakan khawatir
dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi
- Pasien mengatakan sulit
berkonsentrasi
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien mengatakan keinginan
untuk menerapkan gaya hidup
yang tepat untuk persalinan
DO :
DO :
TD : 130/80 mmHg
S : 360 C
N : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
10.10 2 Menimbang berat badan pasien DS :
Pasien mengatakan bersedia
diukur BB
DO :
BB : 65 kg
10.12 2 Mengkukur tinggi fundus DS :
DO :
DO :
DJJ : 144X/menit
10.18 2 Memeriksa Leopold DS :
DO :
- Leopold IV : Tangan
pemeriksa membentuk jarak
atau tidak bertemu (divergen)
menandakan magian terendah
janin sudah memasuki PAP
(Pintu Atas Panggul)
10.25 2 Menganjurkan keluarga untuk DS :
selalu disamping dan
Keluarga pasien mengatakan akan
mendukung pasien
selalu menemani dan mendukung
pasien
DO :
DO :
DO :
DO :
V. EVALUASI
P:
O : RR : 20x/menit
Nadi 86x/menit
P:
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses asuhan
keperawatan, oleh karena itu diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam
mengenali masalah-masalah yang muncul pada klien sehingga dapat
menentukan tindakan keperawatan yang tepat.
Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil,
yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga
pengawasan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga ibu dan anak
sehat (Mochtar, 2010). Selain itu pelayanan antenatal adalah untuk mencegah
adanya komplikasi obstretri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi
sedini mungkin (Saifuddin, dkk, 2012). Pelayanan Antenatal adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (Dokter spesialis
kandungan, dokter umum bidan dan perawat) untuk ibu selama masa
kehamilannya.
Pada pengkajian pasien Ny.KY yang dilakukan pada tanggal 21 Agustus
2019 didapatkan keluhan pasien mengatakan sering merasa pusing, wajah
tampak pucat dan mempunyai riwayat immunocompromised dikonfirmasi
tanggal 15 Mei 2019. Rutin kontrol poli VCT. Hasil pemeriksaan umur
kehamilan 37 minggu 5 hari kondisi kehamilan pasien memasuki Trimester
III, HPHT 30 November 2018, Tafsiran Partus 6 September 2019 , TD :
130/80 mmHg, Suhu 360C, RR : 20x/menit., Antropometri (Mcd) : TFU = 33
cm (3 jari dibawah px), Leopold I : teraba lunak, tidak bundar dan tidak
melinting menandakan presentasi bokong janin, Leopold II : Kanan : Teraba
jelas, rata, cembung, kaku, dan tidak dapat digerakkan menandakan presentasi
punggung janin, Kiri : Teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol,
teraba gerakan kaki janin secara aktif menandakan presentasi bagian kecil
janin, Leopold III : teraba keras, bundar dan melenting, dan sudah tidak bisa
digerakkan lagi/ adanya tahananan yang menandakan presentasi kepala dan
bagian terbawah janin sudah memasuki PAP (Pintu atas panggul) , Leopold
IV : Tangan pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen)
menandakan magian terendah janin sudah memasuki PAP (Pintu Atas
Panggul) ,DJJ : 144X/menit
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(SDKI, 2017). Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisa untuk
menentukan masalah pasien Ny.KY dan dirumuskan dalam diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada pasien ante natal
care karena usia kehamilan sudah mencapai 36-37 minggu yaitu diagnosa
keperawatan yang memasuki trimester III adalah sebagai berikut :
1. Ansietas
2. Kesiapan persalinan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa dengan
pasien Ny.KY pada tanggal 21 Agustus 2019 didapatkan data pendukung
seperti pasien mengatakan bingung akan kehamilan dan proses persalinan
yang akan dijalani, pasien mengatakan khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi, Pasien mengatakan sulit berkonsentrasi, pasien mengatakan
keinginan untuk menerapkan gaya hidup yang tepat untuk persalinan, pasien
mengatakan belum percaya diri menjalani persalinan, TD : 130/80 mmHg,
Suhu 360C, RR : 20x/menit, Nadi 86x/menit. Manifestasi klinis yang dialami
Ny.KY ini merupakan data yang mendukung terhadap masalah yang dalami
pasien. Diagnosis yang ditegakkan yakni ansietas berhubungan dengan
kondisi klinis terkait penyakit kronis progresif (HIV), dan diagnosis kesiapan
persalinan.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI, 2018), sedangkan luaran
(outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan
diukur meliputi kondisi, perilaku atau dari persepsi pasien, keluarga atau
komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan (SLKI, 2019).
Dalam penyusunan laporan seminar kasus ini mahasiswa menyusun
intervensi berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Luaran yang disusun untuk
mengatasi diagnosa pertama yaitu ansietas berhubungan dengan kondisi klinis
terkait penyakit kronis progresif (HIV) disusun berdasarkan SLKI yaitu
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan
kecemasan menurun atau pasien dapat tenang dengan kriteria hasil tingkat
ansietas : Verbalisasi kebingungan menurun, perilaku gelisah menurun,
frekuensi napas menurun , frekuensi nadi menurun, pucat menurun, tekanan
darah menurun. Intervensi Keperawatan yang disusun adalah dengan
manajemen ansietas dimana dalam SIKI : reduksi ansietas : monitor tanda-
tanda ansietas, ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,
anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan mendukung pasien, latih teknik
relaksasi.
Pada diagnosa kedua yaitu kesiapan persalinan, ditetapkan pada pasien
karena pasien sudah memasuki usia kehamilan 36-37 minggu mendekati
tafsiran partus. Luaran yang disusun untuk mengatasi diagnosa kedua yaitu
kesiapan persalinan disusun berdasarkan SLKI yaitu setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan kesiapan persalinan dapat
membaik dengan dengan kriteria hasil status antepartum : kelekatan
emosional dengan janin meningkat, koping dengan ketidaknyamanan
kehamilan menurun. Tingkat pengetahuan : perilaku ibu sesuai anjuran
meningkat, perilaku sesuai pengetahuan meningkat. Intervensi Keperawatan
yang disusun berdasarkan SIKI : perawatan trimester ketiga : monitor
tanda-tanda vital, timbang berat badan ibu, mengukur tinggi fundus, periksa
denyut jantung janin, periksa leopold, anjurkan menghindari kelelahan.
Edukasi persalinan : Menjelaskan metode persalinan yang ibu inginkan,
ajarkan teknik relaksasi untuk meredakan kecemasan.
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan setelah perencanaan kegiatan
dirancang dengan baik. Tindakan keperawatan mulai dilakukan tanggal 21
Agustus 2019. Pada tanggal 21 Agustus 2019 dilakukan implementasi untuk
mengatasi masalah ansietas dan kesiapan persalinan yaitu pada pukul 10.00
WITA, mengkaji keluhan pasien, pukul 10.05 WITA menciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan pasien serta memonitoring TTV
pasien, pukul 10.10 WITA menimbang berat badan pasien, pukul 10.12 WITA
mengukur tinggi fundus uteri, pukul 10.15 WITA memeriksa denyut jantung
janin, pukul 10.18 WITA memeriksa Leopold, pukul 10.25 WITA
menganjurkan pasien menghindari kelelahan, pukul 10.28 WITA menjelaskan
metode persalinan kepada pasien yaitu Sectio Caesarea (SC), pukul 10.30
WITA mengajarkan teknik relaksasi untuk meredakan kecemasan pasien,
pukul 10.35 WITA mengidentifikasi keluhan pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan pada diagnosa keperawatan ansietas dan
kesiapan persalinan masih teratasi sebagian diharapkan dilanjutkan planing
untuk diagnosa ansietas yaitu monitoring tanda – tanda ansietas, menciptakan
suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, menganjurkan keluarga
untuk selalu disamping dan mendukung pasien, latih teknik relaksasi untuk
mengurangi kecemasan. Selanjutnya diagnosa kesiapan persalinan dilanjutkan
planing memonitor tanda-tanda vital, menimbang berat badan ibu, mengukur
tinggi fundus, memeriksa denyut jantung janin, memeriksa Leopold, anjurkan
menghindari kelelahan, latih teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
ibu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data subyektif, obyektif, analisa, dan penatalaksanaan dari
kasus asuhan keperawatan pada Ny.”KY” dengan G1P000 +
Immunocompromised di ruang Poli Kebidananan BRSU Tabanan, yang
dilakukan pendokumentasian SOAP, maka dapat disimpulkan yaitu :
Dari data subyektif data yang mendukung dari kasus ini yaitu Ny.”KY”
umur 26 tahun datang ke poli kebidanan BRSU Tabanan untuk kontrol
kehamilan, pasien mengeluh pusing, pasien mengatakan bingung akan
kehamilan dan proses persalinan yang akan dijalani, pasien mengatakan
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, Pasien mengatakan sulit
berkonsentrasi, pasien mengatakan keinginan untuk menerapkan gaya hidup
yang tepat untuk persalinan, pasien mengatakan belum percaya diri menjalani
persalinan. Data obyektif yang mendukung yaitu pasien tampak gelisah,
pasien tampak pucat, pasien tampak menunjukkan perilaku proaktif selama
persiapan persalinan.
Kemudian pada pemeriksaan yang dilakukan pada kasus ini ditemukan
yaitu keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, pemeriksaan TD :
130/80 mmHg, Suhu 360C, RR : 20x/menit, Nadi 86x/menit, BB 65 kg,
Antropometri (Mcd) : TFU = 33 cm (3 jari dibawah px), Leopold I : teraba
lunak, tidak bundar dan tidak melinting menandakan presentasi bokong janin,
Leopold II : Kanan : Teraba jelas, rata, cembung, kaku, dan tidak dapat
digerakkan menandakan presentasi punggung janin, Kiri : Teraba kecil,
bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol, teraba gerakan kaki janin secara aktif
menandakan presentasi bagian kecil janin, Leopold III : teraba keras, bundar
dan melenting, dan sudah tidak bisa digerakkan lagi/ adanya tahananan yang
menandakan presentasi kepala dan bagian terbawah janin sudah memasuki
PAP (Pintu atas panggul) , Leopold IV : Tangan pemeriksa membentuk jarak
atau tidak bertemu (divergen) menandakan magian terendah janin sudah
memasuki PAP (Pintu Atas Panggul) ,DJJ : 144X/menit.
Dari hasil analisa data diangkat diagnosa pada kasus pasien Ny.”KY”
yaitu ansietas ansietas berhubungan dengan kondisi klinis terkait penyakit
kronis progresif (HIV), dan diagnosa kesiapan persalinan. Asuhan
keperawatan yang diberikan yaitu mengkaji keluhan pasien, menciptakan
suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan pasien serta
memonitoring TTV pasien, menimbang berat badan pasien, mengukur tinggi
fundus uteri, memeriksa denyut jantung janin, memeriksa Leopold
menganjurkan pasien menghindari kelelahan, menjelaskan metode persalinan
kepada pasien yaitu Sectio Caesarea (SC), mengajarkan teknik relaksasi
untuk meredakan kecemasan pasien. Dari pendokumentasian SOAP yang
dilakukan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan
teori.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam dan memperkaya diri
untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan pada Ibu dengan periode
antenatal care. Serta mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan baik melalui membaca berbagai reverensi
buku maupun berdiskusi dengan dosen dan pembimbing praktik.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil laporan seminar kasus ini dapat dijadikan bahan
acuan proses pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pada Ibu dengan
periode antenatal care. Dan juga disarankan kepada institusi untuk
memperbanyak menyediakan sumber-sumber kepustakaan di
perpustakaan.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bagi tempat pelayanan kesehatan untuk mempertahankan
pelayanan yang sudah ada dan agar lebih ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi ibu yang memiliki pengetahuan-pengetahuan baru
dalam keperawatan khususnya perawatan pada ibu dengan periode
antenatal care agar dapat berbagi informasi kepada ibu-ibu yang memasuki
usia kehamilan. Hal ini dapat membantu tenaga kesehatan khususnya
perawat dan bidan dalam berbagi informasi terbaru mengenai asuhan pada
ibu dengan periode antenatal care untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
janin saat akan dilakukan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder,S. & Fradsen, G. (2016) Kozier & Erb’s Fundamental of
Nursing. USA. Pearson Education.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI