100% menganggap dokumen ini bermanfaat (3 suara)
4K tayangan14 halaman

LP Jamur Roti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

“IDENTIFIKASI JAMUR PADA ROTI”

OLEH :

IDA AYU GEDE REINA WIDYA KIRANA

(17.131.0722)

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2019
PRAKTIKUM II

“IDENTIFIKASI JAMUR PADA ROTI”

I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jamur yang tumbuh pada roti
2. Untuk mengetahui karakteristik makroskopik dan mikroskopik dari jamur
yang tumbuh pada roti

II. PRINSIP
Jamur pada roti ditanam pada media secara aseptis untuk menghindari
kontaminasi, diinkubasi pada suhu 370C selama 7 hari. Jamur yang telah
tumbuh diambil sedikit lalu diletakkan pada objek glass yang sudah berisi
KOH 20% dan ditutup dengan cover glass untuk diamati dengan mikroskop
pada perbesaran objektif 10x dan 40x.

III. DASAR TEORI


1) Definisi Aspergillus sp.
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang dapat ditemukan dimana–mana di alam ini. Ia tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat
pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan
yang lazim ditemukan di rumah sakit dan Laboratorium.Aspergillus
adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan
dalam media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus
berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan
konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka
sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran
pernapasan ke dalam paru.
2) Ciri - Ciri Aspergillus sp.
Ciri–ciri Aspergillus adalah mempunyai hifa berseptat dan
miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan
merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok, konidiofora berseptat atau
nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah
gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma
muncul konidium–konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk
untaian mutiara, konidium–konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning
tua, hijau) yang memberi warna tertentu pada jamur.

3) Taksonomi Aspergillus sp.


Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Euroticeae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus fumigates
Aspergillus flavus
Aspergillus clavatus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Aspergillus yermus
Aspergillus wentii

4) Roti
Roti merupakan salah satu bentuk makanan pokok yang cukup
diminati masyarakat Indonesia. Sebagai contoh roti tawar ataupun sejenis
roti basah yang sering dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia
khususnya yang tinggal diwilayah perkotaan. Umumnya mereka
memiliki roti karena roti dapat dijadikan makanan alternatif pengganti
nasi. Selain itu roti merupakan makanan instan yang siap saji.
Roti merupakan produk pangan yang mudah rusak. Terutama
karena adanya kapang yang mampu tumbuh pada suhu rendah. Untuk itu
dibuat bagaimana agar umur simpan dari roti dapat bertahan lebih lama.
Umur simpan roti rata-rata adalah berkisar antara 2-3 hari (tanpa
pengawet dan kondisi penyimpanan benar).Agar roti bisa bertahan lebih
lama maka proses pembuatannya juga harus benar dan higienis.
Terutama pada saat pengemasan. Pengemasan yang benar akan membuat
daya simpan roti lebih lama. Roti yang dikemas pada saat kondisi masih
panas akan menimbulkan titik-titik air pada bahan pengemas sehingga
akan mempengaruhi kelembaban yang secara otomatis umur simpan pun
bekurang. Tetapi bila terlalu lama di luar maka akan menyebabkan roti
mudah terserang jamur ataupun kapang.

IV. ALAT DAN BAHAN

a) Alat
1. Cawan petri
2. Labu spiritus
3. Pinset
4. Ose bulat dan ose jarum
5. Mikroskop
6. Objek glass
7. Cover glass
8. Pipet tetes
b) Bahan
1. Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
2. Sampel roti berjamur
3. KOH 20%
V. PROSEDUR KERJA
1) Inokulasi Jamur Pada Media SDA
1. Praktikan mencuci tangan dan menggunakan APD secara lengkap
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Diambil media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
4. Cawan petri yang berisi media SDA di fiksasi terlebih dahulu pada
labu spiritus
5. Ose difiksasi, kemudian diambil sedikit bagian roti yang berisi jamur
dan diletakkan pada media SDA disetiap sisi yang berbeda
6. Media SDA yang telah berisi roti berjamur, di inkubasi selama 7
hari pada inkubator dengan suhu 370C

2) Pengamatan Jamur
1. Praktikan mencuci tangan dan menggunakan APD secara lengkap
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Diambil objek glass, kemudian di fiksasi
4. Diteteskan 1 tetes KOH 20% pada objek glass
5. Ose difiksasi, kemudian diambil sedikit biakan jamur pada media SDA,
kemudian diletakkan pada objek glass, diratakan dengan ose dan
ditutup dengan cover glass
6. Preparat diamati di mikroskop dengan menggunakan perbesaran
objektif 10x dan 40x
7. Dicatat dan didokumentasikan hasil yang didapat
VI. HASIL
Tabel Hasil Pengamatan
Identifikasi Jamur Pada Roti

NO SAMPEL GAMBAR DAN KETERANGAN


1 Roti berjamur pada
media SDA. Hasil Konidia

mikroskopis dengan
perbesaran objektif Phialide

40x.
Vesikel

Konidiophore
e
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum identifikasi jamur pada roti, yang bertujuan
untuk mengetahui jamur yang tumbuh pada roti, serta untuk mengetahui
karakteristik makroskopis dan mikroskopis jamur yang tumbuh pada roti
tersebut. Praktikum ini dilakukan dalam beberapa tahapan, tahapan yang
pertama yaitu inokulasi jamur yang tumbuh pada roti ke media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar). Inokulasi merupakan suatu teknik untuk
memindahkan inokulum dari medium yang lama ke medium baru dengan
tingkat ketelitian yang tinggi sehingga diperoleh biakan mikroorganisme.
Inkolulasi dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi, langkah
pertama yaitu praktikan mencuci tangan dan menggunakan APD secara
lengkap, kemudian diambil media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) lalu
fiksasi terlebih dahulu pada labu spiritus, diambil ose kemudian difiksasi,
lalu diambil sedikit bagian sampel roti yang berisi jamur dan diletakkan
pada media SDA disetiap sisi yang berbeda, media SDA yang telah berisi
roti berjamur, di inkubasi selama 7 hari pada inkubator dengan suhu 370C.
Tahapan yang kedua yaitu pengamatan jamur, pengamatan dilakukan
secara makroskopis dan mikroskopis. Pada pengamatan makroskopis,
diamati jamur yang tumbuh pada media SDA dengan mata telanjang yang
meliputi warna koloni, dan warna sebalik koloni. Setelah diamati,
didapatkan hasil makroskopis, warna koloni hijau, dan warna sebalik koloni
kuning.
Pada pengamatan mikroskopis yang dilakukan dengan pembuatan
preparat kemudian diamati morfologi jamur pada mikroskop. Pada proses
pengamatan jamur, langkah pertama yaitu objek glass dan ose difiksasi
terlebih dahulu, kemudian diteteskan 1 tetes KOH 20% pada objek glass,
setelah itu diambil sedikit biakan jamur pada media SDA kemudian
diratakan dan ditutup menggunakan cover glass. Kemudian preparat diamati
pada mikroskop dengan perbesaran objektif 10x dan 40x.
Pada pengamatan mikroskopis didapatkan morfologi jamur sebagai
berikut : memiliki phialid yang mengelilingi setengah dari vesikel
(columella), strukturnya terdiri dari konidia, phialid, vesikel (columella),
konidiphore dan hifa. Konidia berfungsi sebagai struktur reproduksi
aseksual yang dihasilkan dari transformasi ragi. Columella berfungsi
menghubungkan konidiofor dengan konidia. Phialid berfungsi untuk
membentuk konidia. Hifa berfungsi untuk alat reproduksi vegetative.
Konidiofor merupakan penghasil spora aseksual.
Berdasarkan teori yang ada, ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis dari
jamur yang diamati tersebut merupakan ciri-ciri dari jamur Aspergillus
fumigatus. Adapun
taksonomi dari Aspergillus fumigatus adalah sebagai berikut:
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
Adapun morfologi dari Aspergillus fumigatus yaitu Aspergillus
fumigatus memiliki tangkai–tangkai panjang (conidiophores) yang
mendukung kepala yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang
membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. A. fumigatus ini mampu
tumbuh pada suhu 37°C (sama dengan temperatur tubuh). Pada rumput
kering Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50oC.
Epidemiologi Aspergillus terdapat di alam sebagai saprofit. Hampir
semua bahan dapat ditumbuhi jamur tersebut, terutama di daerah tropik
dengan kelembaban yang tinggi. Sifat ini memudahkan jamur Aspergillus
menimbukan penyakit bila terdapat faktor presdisposisi
Siklus hidup Aspegillus fumigatus mempunyai suatu haploid genome
yang stabil, dengan tidak mengalami siklus seksual. A. fumigatus
bereproduksi dengan pembentukan conidiospores yang dilepaskan ke dalam
lingkungan. A. fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C (sama dengan
temperatur tubuh). Spesies Aspergillus secara alamiah ada dimana-mana,
terutama pada makanan, sayuran basi, pada sampah daun atau tumpukan
kompos. Aspergillus juga bisa tumbuh di daun-daun yang telah mati,
gandum yang disimpan, kotoran burung, tumpukan pupuk dan tumbuhan
yang membusuk lainnya.
Penyakit yanag ditimbulkan oleh jamur ini adalah Aspergilosis
Bronkopulmoner Alergika. ABPA terjadi karena terdapat reaksi
hipersensitivitas terhadap A. fumigatus akibat pemakaian kortikosteroid
terus menerus. Akibatnya akan terjadi produksi mukus yang berlebih karena
kerusakan fungsi silia pada saluran pernapasan. Mukus ini berbentuk
sumbatan yang mengandung spora A. fumigatus dan eosinofil di lumen
saluran napas. Akan terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui reaksi
hipersensitivitas tipe I menyebabkan deposit kompleks imun dan sel-sel
inflamasi di mukosa bronkus.
Cara Pencegahan : udara ruangan yang disaring dengan High Efficiency
Particulate Air (HEPA) dapat menurunkan infeksi aspergillosis invasive
pada penderita yang dirawat di RS terutama penderita dengan netropenia.
Orang-orang dengan faktor predisposisi (asma, fibrosis kistik, dll),
sebaiknya menghindari lingkungan dimana jamur aspergillus ditemukan.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum identifikasi jamur pada roti yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Teridentifikasi jamur Aspergillus fumigatus dengan ciri-ciri makroskopis
warna koloni hijau dan sebalik koloni berwarna kuning. Serta ciri-ciri
mikroskopis pada mikroskop didapatkan morfologi jamur sebagai berikut :
memiliki phialid yang mengelilingi setengah dari vesikel (columella),
strukturnya terdiri dari konidia, phialid, vesikel (columella), konidiphore dan
hifa.
DAFTAR PUSTAKA

Mizana, D.K., Suharti,N., Amir,A. 2016. Identifikasi Pertumbuhan


Jamur Aspergillus sp. Pada Roti Tawar yang Dijual di Kota
Padang Berdasarkan Suhu Lama Penyimpanan. (online).
(file:///C:/Users/User/Downloads/521-976-1-SM.pdf. Diakses
pada tanggal 03 Juni 2019, jam 18.00 WITA).

Ningrum,N.R., Widhorini., Yuliani,E. 2010. Analisis Pertumbuhan Jamur


Aspergillus fumigatus dalam Media Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.). (online). (http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-
journal/filesx/2013/201304/201304-002.pdf.Diakses pada tanggal
03 Juni 2019, jam 18.00 WITA).

Syaifudin,N.A.,2017. Identifikasi jamur Aspergillus pp. Pada Roti Tawar


Berdasarkan Masa Sebelum dan Sesudah Kadaluwarsa. (online).
(http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/130/7/KTI%20Arie.pdf.Diakses
pada tanggal 03 Juni 2019, jam 18.00 WITA).

Praktikan Dosen Pengampu

(Ida Ayu Gede Reina Widya K. ) (Made Rika Sandayani Kusuma S.ST)
LAMPIRAN GAMBAR

NO GAMBAR KETERANGAN
1 Alat dan bahan yang digunakan
untuk praktikum terdiri dari roti
berjamur, labu spiritus, ose, dan
media SDA.

2 Proses pengambilan bagian roti


yang berjamur menggunakan
ose, untuk di inokulasikan pada
medi SDA.

3 Proses inokulasi jamur pada


roti,diletakkan sedikit bagian
sampel roti yang berjamur pada
media SDA menggunakan ose
bulat.
4 Setelah sampel roti yang
berjamur di inokulasikan pada
media SDA, media difiksasi
kembali agar tidak terjadi
kontaminasi pada media.

5 Media yang sudah berisi sampel


roti berjamur, media di inkubasi
selama 7 hari pada suhu 37oC.

6 Media SDA setelah diinkubasi


selama 7 hari pada suhu 37oC.
Media ditumbuhi koloni jamur
berwarna hijau, hitam dan putih.
7 Proses pembuatan preparat
(diteteskan KOH 20% sebanyak
1 tetes pada objek glass).

8 Proses pembuatan preparat


(diambil sedikit biakan jamur
menggunakan ose, kemudiam
diratakan bersama KOH 20%).

9 Proses pembuatan preparat


(preparat ditutup menggunakan
cover glass).

10 Proses pembuatan preparat


(preparat difiksasi pada labu
spiritus, kemudian diamati
pada mikroskop menggunakan
perbesaran objektif 10x dan
40x).

Anda mungkin juga menyukai