0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
125 tayangan24 halaman

Makalah Perpindahan Panas 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan
yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus
berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan
pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan
keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan
eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat
juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada pengembunan
dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada
umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan
bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah
panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin
pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang
harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada kondisi-
kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-komponen
peralatan, seperti misalnya sudu-sudu turbin atau dinding ruang bakar, tergantung
pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan membuang panas
secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu permukaan. Juga pada
rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator dan bantalan, harus
diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari konduksi-konduksi yang
akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan peralatan.
Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan
dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan
penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada
ilmu perpindahan panas.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan
lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi
(pengandaian) dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik
secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang
dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa pengira-iraan
(approximation).

Perpindahan Panas Page 1


Dalam perhitungan rangkaian listrik, biasanya diasumsikan bahwa nilai tahanan,
kapasitansi, dan induktansi tidak tergantung pada arus yang mengalir melaluinya.
Asumsi ini menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat
sangat membatasi ketelitian hasilnya.
Pada waktu menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat
asumsi, idealisasi dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan
analisa tersebut. Kadang-kadang kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan
dalam penyelesaian suatu soal, karena tidak memadainya keterangan tentang sifat-
sifat fisik. Sebagai contoh, dalam merancang bagian-bagian mesin untuk
pengoperasian pada suhu tinggi mungkin kita perlu memakai batas proporsional
(propoyional limit) atau kuat-lelah (fatigue strength) bahannya dari data suhu
rendah. Guna menjamin pengoperasian yang memuaskan dari bagian mesin ini,
perancang harus menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil yang
diperoleh dari analisanya. Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal
perpindahan panas.
Sifat-sifat fisik seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah
dengan suhu, tetapi jika dipilih suatu harga rata-rata yang tepat , maka
penyelesaian soal dapat sangat disederhanakan tanpa memasukan kesalahan yang
cukup besar dalam hasil ahirnya.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya
didalam ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan
akan mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang
memuaskan dalam jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor
keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga
jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi,
dan radiasi.

2. TUJUAN
Menentukan jenis-jenis perpindahan panas dan aplikasi perpindahan panas
dibidang teknik kimia.

3. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis perpindaham panas dan
pengaplikasian perpindahan panas dibidang teknik kimia.

Perpindahan Panas Page 2


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN PERPINDAHAN PANAS

Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari


suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah
tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka aliran panas
bersifat seuniversal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi. Tetapi tidak
sebagaimana halnya gravitasi, aliran panas tidak di kendalikan oleh sebuah
hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika yang
tidak saling bergantungan.

Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga cara


perpindahan panas yaitu, konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah
hantaran), konveksi (convection, juga dikenal dengan istilah aliran), radiasi
(radiartion).

2. JENIS-JENIS PERPINDAHAN PANAS

1) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA KONDUKSI

Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu


jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu
proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam
bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu
rendah. Perpindahan panas konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul
Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor sama
sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat
memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan
itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah. Akan tetapi
seorang pandai tempa harus memegang benda yang akan ditempa dengan sebuah
tang. Bahan yang dapat menghantar kalor dengan baik dinamakan konduktor.
Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk
menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor ialah
koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka bahan
mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan isolator,
koefisien ini bernilai kecil.

Perpindahan Panas Page 3


Persamaan umum yang biasa digunakan dalam perpindahan panas dengan
cara konduksi adalah

Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal
T : Perbedaan suhu
x : Perbedaan panjang/ jarak
A : Luas permukaan

H adalah perpindahan panas dan merupakan gradien suhu kearah


perpindahan panas. Konstanta positif k disebut konduktivitas atau kehantaran
termal (thermal konductivity) benda itu, A adalah luas permukaan, sedangkan
tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa
panas mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah.

NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL (k) BERBAGAI BAHAN PADA


SUHU 0° C

Bahan W/m x °C Btu/h x ft x °F


Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Aluminium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja krom-nikel 16,3 9,4
(18% Cr, 8% Ni)
Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu mapel atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Zat cair
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327

Perpindahan Panas Page 4


Amonia 0,540 0,312
Minyak Lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12,CCl2 F2 0,073 0,042

Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844

Perpindahan panas konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul

Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan


sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan
sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis logam
dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan
bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang panas ke ujung yang dingin.
Apabila ujung batang logam tadi menerima energi kalor dari api, energi ini akan
memindahkan sebahagian energi kepada molekul dan elektron yang membangun
bahan tersebut. Moleku1 dan elektron merupakan alat pengangkut kalor di dalam
bahan menurut proses perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian dalam
proses pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan memainkan
peranan penting .
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar
alir energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan
juga atom di dalam setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda
dengan satu bahan berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang
seka1i. Tetapi dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi , maka
molekul besi adalah lebih rapat susunannya daripada molekul kayu. Bahan kayu
terdiri dari gabungan bahan kimia seperti karbon, uap air, dan udara yang
terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun ada bahan asing, bahan kimia unsur besi
adalah lebih banyak.

Perpindahan Panas Page 5


2) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA KONVEKSI

Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan ka1or oleh gerak


dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi
merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di
permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang
penting. Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan
permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan
termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu permukaan bahan
akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan
adalah T1 dan suhu udara sekeliling adalah T2 dengan Tl>T2. Kini terdapat
keadaan suhu tidak seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan
cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya
dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini
hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena
masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa kesuhu yang sama tinggi.
Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan
memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin.
Sebagai akibatnya terjad sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh
zat.

Aliran Arus bebas


u T

u q
Tw

Dinding

Laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu


menyeluruh antara dinding dan fluida, dan kuas permukaan A. Besar h disebut
koefisien perpindahan-kalor konveksi (convection heat-transfer coefficient).
Rumus dasar yang digunakan adalah

H= h A (Tw-T ) Keterangan:
H : Perpindahan panas
=hA T h : Koefisien konveksi
A : Luas permukaan
T : Perpindahan suhu

Perpindahan Panas Page 6


Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan
ke sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida
melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan
dengan permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida
melibatkan kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi
masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai
momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan
masanya akan bertambah. Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini
fluida menerima energi kalor. Fluida yang panas karena menerima kalor dari
permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah
naik itu diisi pula oleh masa fluida yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga
menerima energi kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan
naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula
oleh masa fluida bersuhu renah yang lain.

P
e
r
p
i
n
d
a
h
a
n

panas konveksi
(a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah,
(c) pendidihan, (d) kondensasi

Proses ini akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses


konduksi dan konveksi, faktor yang paling penting yang menjadi penyebab dan
pendorong proses tersebut adalah perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu
.terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini
perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor. Dalam pengamatan proses
perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama terletak pada cara mencari
metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini tergantung kepada
banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada nilai h.
Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang
mendoromg fluida bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku.

Perpindahan Panas Page 7


Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau
peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi merupakan proses perpindahan
kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua proses ini adalah dari nilai
koefisien h-nya.

3) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA RADIASI

Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor melalui


gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor.
Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses
perpindahan kalor radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang
elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana
proses radiasi itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari
sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin
tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenomena
permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi
suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi. Apabila
sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan, sebagian akan dipantulkan,
sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan
terus ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan
suatu fisik permukaan.

Rumus untuk perpindahan panas secara radiasi menerapkan hukum Stefan


yaitu:

R= e

Keterangan:
e : Emisivitas
: Konstanta Stefan-Boltzeman (5,67 x 10-8 W/m2K4)
T : Suhu

Persamaan diatas disebut hukum stefan-boltzman tentang radiasi termal


dan berlaku hanya untuk radiasi benda hitam saja. Benda hitam adalah benda
yang memancarkan energi menurut hukum .

Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna adalah jasad hitam.
Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua sinar
mengenai permukaan yang dituju. Jadi dalam masalah ini kita mengenal satu
faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah kalor
yang diterima dari satu sumber akan berbanding langsung sebahagiannya terhadap
faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat terma permukaan bahan juga penting.
Berbeda dengan proses konveksi, medan aliran fluida disekeliling permukaan
tidak penting, yang penting ialah sifat terma saja. Dengan demikian, untuk
memahami proses radiasi dari satu permukaan kita perlu memahami juga keadaan
fisik permukaan bahan yang terlibat dengan proses radiasi yang berlaku.

Perpindahan Panas Page 8


Perpindahan panas radiasi
(a) pada permukaan, (b) antara permukaan dan lingkungan

Proses perpindahan kalor sering terjadi secara serentak. Misalnya sekeping


plat yang dicat hitam. Lalu dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap
sebahagian energi matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh
karena suhu permukaan atas naik maka kalor akan berkonduksi dari permukaan
atas ke permukaan bawah. Dalam pada itu, permukaan bagian atas kini
mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor
akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi kalor juga disebarkan secara
radiasi. Dalam hal ini dua hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor
yang dipindahkan ke sekeliling.
Berdasarkan kepada keadaan terma permukaan, bahan yang di pindahkan
dan dipantulkan ini dapat berbeda. Proses radiasi tidak melibatkan perbedaan
suhu. Keterlibatan suhu hanya terjadi jika terdapat dua permukaan yang
mempunyai suhu yang berbeda. Dalam hal ini, setiap permukaan akan
menyinarkan energi kalor secara radiasi jika permukaan itu bersuhu T dalam unit
suhu mutlak. Lazimnya jika terdapat satu permukaan lain yang saling berhadapan,
dan jika permukaan pertama mempunyai suhu T1 mutlak sedangkan permukaan
kedua mempunyai suhu T2 mutlak, maka permukaan tadi akan saling
memindahkan kalor .

Selanjutnya juga penting untuk diketahui bahwa :


1. Kalor radiasi merambat lurus.
2. Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (misalnya zat cair atau gas).

Perpindahan Panas Page 9


BAB 3

APLIKASI DI BIDANG TEKNIK KIMIA

1. APLIKASI PERPINDAHAN PANAS PADA THERMOS

Pada saat mendidihkan air panas, berarti kita mendapatkan air panas.
Bagaimana caranya agar air ini tetap panas? Tentunya kita masukkan ke dalam
thermos. Thermos merupakan salah satu alat untuk menyekat kalor.
Bagaimanakah cara kerja thermos hingga dapat menyekat kalor agar air tetap
panas? Pada thermos terdapat dinding kaca di mana bagian dalam dan bagian
luarnya dibuat mengkilap. Bagian dalam kaca dibuat mengkilap agar kalor dari air
panas tidak terserap pada dinding. Sementara bagian luar dinding kaca dibuat
mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi perpindahan kalor secara radiasi.
Ruang hampa di antara bagian dalam dan luar berfungsi untuk mencegah
perpindahan kalor secara konveksi. Tutup thermos terbuat dari bahan isolator,
seperti gabus, untuk mencegah terjadinya perpindahan kalor secara konduksi.
Dengan demikian air di dalam thermos tetap panas.

2. APLIKASI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DALAM MEDAN


ALIRAN PAKSA MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMPLE

Aplikasi ini merupakan aplikasi pada geometri dua plat datar. Perpindahan
kalor konveksi dalam medan aliran merupakan gejala yang dipengaruhi oleh
distribusi kecepatan aliran dan sifat-sifat fluida setempat. Distribusi kecepatan
dalam medan aliran ini harus memenuhi dua persamaan secara serentak.
persamaan momentum dan persamaan kontinuitas. Bila harga tekanan yang tepat
disubstitusi ke dalam persamaan momentum, maka medan kecepatan yang
dihasilkan akan memenuhi persamaan kontinuitas.

Algoritrna SIMPLE (Semi-Implicit Method fur Pressure-Linked


Equalioiis, Patankar, 1972) merupakan salah satu metoda untuk mendapatkan
medan tekanan yang "tepat" yang diawali dengan menebak medan tekanan dan
kecepatan pada awal iterasi. Substitusi harga tebakan ini ke dalam persamaan
momentum memberikan medan kecepatan yang selanjutnya dikoreksi agar
memenuhi persamaan kontinuitas. Medan tekanan juga dikoreksi dengan suatu
faktor relaksasi yang harus ditentukan untuk mendapatkan konvergensi solusi.
Pada tugas akhir ini, algoritma SIMPLE, diterapkan ke dalam sistem aliran udara
di antara dua plat datar yang dipanaskan. Simulasi dilakukan pada berbagai
kondisi kecepatan aliran serta temperatur dan jarak antar plat. Persyaratan
konvergensi yang dipilih untuk menghentikan iterasi adalah bahwa selisih harga
antara kecepatan dari persamaan momentum dan kecepatan dari persamaan
kontinuitas tidak melebihi 1% (relatif terhadap kecepatan setempat) untuk seluruh
titik grid dalam medan aliran. Dari simulasi ini dapat diperoleh distribusi

Perpindahan Panas Page 10


temperatur dan kecepatan pada seluruh titik dalam medan aliran udara di antara
dua plat datar (sepanjang domain simulasi). Distribusi temperatur yang telah
diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung distribusi bilangan
Nusselt sepanjang arah aliran udara. Sebagai hasilnya, diperoleh distribusi
bilangan Nusselt yang berubah secara asimtotik menuju harga yang bervariasi di
sekitar 7,534 - 7,542. Hasil ini cukup dekat dengan data yang terdapat di dalam
referensi (Ozisik, Iieul Iiwi /erj) di mana bilangan Nusselt berubah secara
asimtotik menuju harga 7,541.

3. APLIKASI DALAM CFD

Aplikasi CFD Dalam Kehidupan Computational Fluid Dynamics atau


CFD adalah analisis sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas
dan fenomena-fenomena terkait seperti reaksi kimia dengan cara simulasi berbasis
komputer.

APLIKASI CFD

 Dalam perancangan instalasi perpipaan

Aplikasi dari piranti lunak berbasis metoda nemrik adalah dalam


perancangan instalasi perpipaan. Dengan bantuan piranti lunak ini proses
perancangan menjadi lebih mudah karena analisis terhadap rancangan langsung
dapat diketahui hanya dengan menggambarkan instalasi rancangan. Umumnya
piranti lunak yang tersedia di pasaran menyediakan fasilitas untuk berbagai
boundary conditions seperti single atau double acting displacement, single atau
double acting rotational, translational dengan bi-linear stiffness, snubbers, guide
dan limit stop, tie-rod assembly, gap dan friksi, dan lain-lain.

 Aplikasi pada Industri

Di bidang Aerospace : memperkirakan aliran fluida pada pesawat dan juga


menentukan material yang akan dipakai oleh pesawat, simulasi bagian mana dari
pesawat yang akan menerima kalor dan tekanan paling tinggi akibat gesekan
dengan atmosfir saat meninggalkan atau menuju bumi, merancang dan mendisain
bentuk pesawat, drag force dan lift force, etc.

Di bidang proses industry : design dan analisa pipa pada industry oil &
gas, analisa blade pompa, proses terjadinya kavitasi pada pompa maupun pipa,
Heat Exchanger., water mixer, milk heater, etc

 Aplikasi di bidang otomotif

Di bidang Otomotif : penentuan sifat aerodinamik pada bagian kendaraan,


pergerakan kendaraan pada terowongan, system wiper, Fuel rail, Muffler,
catalytic converter, natural convection with radiation ( head lamp), alternator, etc.

Perpindahan Panas Page 11


Powerplant : simulasi keadaan yang terjadi selama proses generasi-Di
bidang listrik berlangsung, yang umumnya terjadi pada boiler(PLTU), sehingga
dapat mengetahui erosi partikel, korosi, perpindahan panas terutama didalam tube
(pipa), particle drying (pengeringan partikel), ignition (pengapian), dan burnout
dynamics (pergerakan api pembakaran). mengetahui karakteristik api,
karakteristik turbin, keadaan didalam boiler, pipa, efisiensi optimal cooling tower,
optimasi waste (PLTG)

Di bidang Elektronika : analisa aliran thermal di dalam assembli


computer, pada tata letak server database.

Di bidang HVAC (Heat Ventilating Air Conditioner) : perpindahan kalor


dan distribusi kontaminan dalam dimensi ruang (tiga dimensi), distribusi aliran
udara dan tempratur, parameter kenyaman tata letak ruangan, Air Cond. Duct
system pada Mass transport, building, etc

Di bidang kesehatan : simulasi aliran darah dalam pembuluh darah arteri


dan vena , menjelaskan efek pernapasan dari partikael-partikel berukuran berbeda
dalam tubuh manusia , kontaminasi udara, air, atau fluida lainnya.

Perpindahan Panas Page 12


ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR

BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

ABSTRAK

Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dalam jumlah besar dan


continue (mass production), perusahaan melakukan pengendalian kualitas dengan
langkah awal berupa pengidentifikasian kecacatan produk dan lamanya waktu
proses agar dapat mengurangi siklus waktu proses produksi seminimal mungkin.
Oleh karena itu, penulis melakukan analisis laju aliran panas, jenis aliran fluida,
pipa perambatan panas, daya pengaduk untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor tersebut dalam proses pencairan material lateks. Metode dari
pengujian ini meliputi : pengumpulan data di lapangan, melakukan perhitungan
dari data yang terkumpul, dan menarik kesimpulan. Dari hasil pengujian ini
diketahui bahwa waktu proses dan pencampuran bahan lateks di dalam tanki
dipengaruhi oleh viskositas dinamik lateks, laju perpindahan panas steam pada
half-pipe coil dan daya agitator atau pengaduk.

Kata kunci : bahan lateks, laju aliran panas, jenis aliran fluida, pipa perambatan
panas, daya pengaduk.

1.PENDAHULUAN

PT. X sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri


kimia dengan salah satu produk yang dihasilkan adalah lem super (superglue)
yang berorientasi pada pasar lokal maupun export . Lem memiliki fungsi yang
sangat penting baik dari level rumah tangga sampai level industri. Permasalahan
PT. X adalah untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dalam jumlah besar
dan continue (mass production), perusahaan melakukan pengendalian kualitas
dengan langkah awal berupa pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat
mengurangi siklus waktu proses produksi seminimal mungkin. Pada
kenyataannya, di dalam proses produksi lem masih terjadi angka siklus waktu
yang cukup tinggi dalam satu bulan produksi. Dimana angka tersebut dapat terjadi
akibat hasil mixing material lem yang membutuhkan waktu lama, kemungkinan
panas yang tidak sesuai dengan titik leleh material lem dan pemilihan desain
pemindah panas yang salah. Semua itu biasanya kurang mendapat perhatian serta
pengendalian, sehingga menaikkan angka waktu siklus produk dan tentu saja
merugikan perusahaan. Oleh karena permasalahan diatas maka Dari analisis
tersebut diharapkan dapat memperbaiki kualitas produk dan waktu proses mesin
yang lebih cepat sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dan
memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

Perpindahan Panas Page 13


2. DIAGRAM ALIR

MULAI

Pengumpulan data

 Kapasitas tanki proses

 Diameter tanki, jaket, shaft dan blade

 Tinggi tanki dan jaket

 Temperatur masuk (In) tanki dan jaket.

 Temperatur keluar (Out) tanki dan jaket

 Kecepatan fluida steam dan produk atau latek

 Massa shaft dan blade

 Putaran agitator

 Spesifikasi motor pengaduk

Perhitungan

 Menghitung viskositas dinamik

 Menghitung dan menentukan sistem aliran fluida..

 Menghitung perpindahan panas pada pipa.

 Menghitung daya agitator.

 Menghitung kebutuhan pipa pemidaah panas

Analisis

 Analisis Viskositas Dinamik

 Analisis Aliran Fluida

 Analisis Perpindahan Panas

SELESAI…

Perpindahan Panas Page 14


3. METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menghitung


Aliran proses dari tanki proses half coil adalah steam dari boiler masuk melalui
pipa inlet (nomor 1). Selanjutnya material lateks dimasukkan melalui bagian
penutup tanki (nomor 2). Setelah beberapa menit, panas merata diseluruh jaket
melaui pipa half coil yang mengelilingi tanki (nomor 3). Motor listrik (nomor 4)
dihidupkan untuk 37 menggerakan pengaduk (nomor 4) untuk membuat adonan
lateks tercampur. Steam terpakai keluar melalui outlet dibagian bawah tanki
(nomor 5). Hasil adukan material keluar melalu ball valve pada bagian bawah
tanki proses (nomor 6).

DATA HASIL PENELITIAN

4.1 Perhitungan dan Penentuan Fluida pada Vessel

4.1.1 Bilangan Reynolds

Bilangan reynolds ( Re ) dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan


(2.17), persamaannya adalah :

ρ : Massa Jenis Fluida di dapat pada lampiran 1 sifat air pada temperature 1000C
sampai 2000C dalah 958,4 kg/m3
V : Kecepatan Fluida ( kecepatan steam ) : 30 m/s
D : diameter jaket : 3180 mm : 3,18 m
μ : Viskositas dinamik fluida ( Vikositas dinamik steam ) : 2,84 x 10-5
kg/m.s
Maka : Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari data – data yang ada,
nilai viskositas dinamik pada steam adalah 2,84 x 10-5 kg/ms. Maka untuk
menentukan aliran fluida pada jaket dengan menggunakan bilangan Reynolds.
Dari perhitungan bilangan reynolds didapat nilai 3219414084,5, dengan hasil
perhitungan tersebut lebih dari 4000 maka aliran yang terdapat pada jaket adalah
aliran terbulen karena aliran 39 .steam yang alirannya terbulen sesuai dengan
fluidanya jadi pencampuran dua fluida mengalami keseragaman dan akan didapat
produk yang diinginkan.

Perpindahan Panas Page 15


4.2 Menghitung dan Menentukan Aliran Fluida pada Tangki

4.2.1 Viskositas Dinamik pada Produk ( Lateks )

Viskositas dinamik pada produk atau latek ( μ ) dapat di ketahui dengan


menggunakan persamaan ( 2.28 ), persamaannya adalah :

ρ : Massa Jenis Fluida di dapat pada tabel 2.1 sifat – sifat cairan jenuh
pada temperatur 1400 C adalah 928,27 kg/m3
ϑ : Viskositas Kinematik di dapat pada tabel 2.1 sifat – sifat cairan jenuh
pada temperatur 1400 C adalah 0,214 x 10-6 m2/s
Maka :Dari perhitungan yang didapat, viskositas dinamik pada produk
atau latek di dapat 1,98 x 10-4 kg/m.s, viskositas dinamik pada produk atau lateks
didapatkan mendekati kapasitas fluidanya.

4.2.2 Bilangan Reynolds

Bilangan reynolds ( Re ) dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan


(2.17), persamaannya adalah :

ρ : Massa Jenis Fluida di pada tabel 2.1 sifat – sifat cairan jenuh pada

temperatur 1400 C adalah 928,27 kg/m3

V : Kecepatan Fluida ( Kecepatan Produk ) : 26 m/s

D : Diameter Tangki : 1650 mm : 1,65 m

μ : Viskositas dinamik Produk atau Latek : 1,98 x 10-4 kg/m.s

Maka : Dari hasil perhitungan didapat nilai viskositas dinamik pada


produk atau lateks 1,98 x 10-4 kg/m.s. Nilai viskositas dinamik tersebut
merupakan hasil kekentalan produk atau latek, dengan hasil 1,98 x 10-4 kg/m.s
maka untuk menentukan aliran fluida pada tangki digunakan bilangan reynolds.
Dari perhitungan bilangan reynolds didapat nilai 197.099.500 dengan hasil
perhitungan tersebut lebih dari 4000 jadi aliran yang terdapat pada tangki adalah
aliran turbulen.

4.3 Perpindahan Panas Konduksi pada Tangki

Perpindahan panas konduksi pada tangki ( q ) dapat di ketahui dengan


menggunakan persamaan ( 2.14 ), persamaannya adalah :

Perpindahan Panas Page 16


T1 : Temperatur Masuk : 1520 C

T2 : Temperatur Keluar : 1400 C

ΔT : Suhu rata – rata :

k : Nilai konduktivitas termal di dapat di lampiran 2 nilai sifat- sifat logam

pada stainless steel SUS di temperatur 2000 C adalah 19 W/m 0C

D : Diamater tangki : 1650 mm : 1,65 m

L : Tinggi Tangki : 2243,7 mm : 2,2437 m : Gradien Temperatur :

Maka : Perpindahan panas konduksi pada tangki setelah di hitung dengan


data- data tersebut mendapatkan hasil 549,235 kw. Dengan hasil perhitungan
tersebut perpindahan panas dengan konduksi yang banyak di serap oleh fluidanya
melalui pemanasan steam yang alirannya turbulen sesuai dengan fluidanya dan
dapat pencampuran dua fluida didalam tangki sempurna ( tidak terjadi gumpalan/
keras).

4.4 Perpindahan Panas Konveksi pada Tangki

Perpindahan panas konveksi pada tangki ( q ) dapat di ketahui dengan


menggunakan persamaan ( 2.8 ), persamaannya adalah :

h : nilai koefisiensi perpindahan panas konveksi di dapat di

lampiran 3 nilai perkiraan koefisien perpindahan panas konveksi pada

air mendidih dalam kolam atau benjana adalah 15000 w/m2 0C 42

D : Diamater tangki : 1650 mm : 1,65 m

L : Tinggi tangki : 2243,7 mm : 2,2437 m

Tout : Temperatur Out : 1400 C

Tin : Temperatur In :1520 C

Maka : Hasil yang di peroleh setelah dihitung perpindahan panas konveksi


pada tangki dengan hasil 2858,22 kW dikarenakan temperatur yang diserap oleh
material stainless steel SUS 316 .dengan ketebalan 8 mm sesuai dengan fluidanya
secara merata jadi fluida ( produk ) mengalami pencampuran yang sempurna.

Perpindahan Panas Page 17


4.5 Perpindahan Panas Konduksi pada Jaket

Perpindahan panas konduksi pada jaket ( q ) dapat di ketahui dengan


menggunakan persamaan ( 2.5 ), persamaannya adalah :

T1 : Temperatur Masuk ( In ): 1650 C

T2 : Temperatur Keluar ( Out ): 1480 C

ΔT :Suhu rata – rata :

k : Nilai Konduktivitas termal di dapat di di lampiran 2 nilai sifat- sifat

logam pada Stainless steel SUS di temperatur 2000 C adalah 19 W/m 0C

D : Diamater Jaket : 1726,2 mm : 1,726 m

L : Tinggi Jaket : 1513,7 mm : 1,5137 m , : Gradien Temperatur :

Maka : Perpindahan panas konduksi pada jaket setelah di hitung dengan


data- data tersebut mendapatkan hasil 520,064 kW. Dengan hasil perhitungan
tersebut didapat perpindahan panas yang di butuhkan oleh fluida ( produk ) sesuai
dan didapat produk yang diinginkan.

4.6 Perpindahan Panas Konveksi pada Jaket

Perpindahan panas konveksi pada tangki ( q ) dapat di ketahui dengan


menggunakan persamaan ( 2.8 ), persamaannya adalah :

h : nilai koefisiensi perpindahan panas konveksi di dapat di

lampiran 3 nilai kira – kira koefisiensi perpindahan panas

konveksi pada air mendidih dalam kolam atau benjana adalah

15000W /m20C

D : Diamater Jaket : 1726,2 mm : 1,726 m

L : Tinggi Jaket : 1513,7 mm : 1,5137 m

Tout : Temperatur Out : 1650 C

Tin : Temperatur In :1480 C

Perpindahan Panas Page 18


Maka : Hasil yang di peroleh setelah dihitung perpindahan panas konveksi
pada jaket dengan hasil 3284,23 kW dikarenakan temperatur yang diserap oleh
material stainless steel SUS 316 dengan ketebalan 8 mm tersebut mengalir ke
fluida secara merata.

4.7 Jumlah Pipa Half-Pipe Coil

Jumlah pipa pada jaket tanki dapat diketahui dengan :

Q = perpindahan panas pada jaket (kcal/jam)

A = luas pemanasan jaket (m2)

k = koefisien perpindahan panas (kcal/m2 jam 0C)

t = temperatur uap masuk jaket = 1480C

Dari persamaaan di atas maka diperoleh:

Q = 3284,23 kW = 282.392.950 kcal/jam

k = 15000 W/m2K = 12897,68 kcal/m2jam0C

t = 1480C

Maka ; Luas permukaan pipa : Jumlah pipa half-coil

4.7 Kekuatan Agitator

4.7.1 Mixing Power

4.7.1.1 Reynolds Number

Reynolds number ( NRe ) dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan ( 2.1


), persamaannya adalah :

Dimana :

Putaran agitator ( n ) = 34 Rpm

Diameter Blade ( D ) = 600 mm = 0,6 m

Massa Jenis (ρ ) = Massa Jenis Fluida di pada tabel 2.1 sifat – sifat cairan jenuh
pada temperatur 1400 C adalah 928,27 kg/m3 Viskositas Dinamik Produk ( μ ) =
1,98 x 10-4 kg/m.s

Perpindahan Panas Page 19


Maka :

4.7.1.2 Power

Power ( NRe ) dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan ( 2.2 ),


persamaannya adalah :
Power Number ( Po ) = Power number dilihat di lampiran 4 pada grafik 1
Reynolds Number Vs Power Number adalah 0,35
Massa Jenis ( Ρ ) = Massa Jenis Fluida di dapat pada tabel 2.1 Sifat sifat cairan
jenuh pada temperatur 1400 C adalah 928,27 kg/m3
Gravitasi konstant ( g ) = 9,80 m/s2
Diameter Blade ( D ) = 600 mm = 0,6 m 47
Putaran agitator ( n ) = 34 Rpm = 0.566666667 Rps
Maka : Dari perhitungan reynolds number dan power mendapatkan hasil
0,45 kw. Dari hasil perhitungan tersebut termaksud daya yang digunakan untuk
terjadinya reaksi kimia dari bahan mentah menjadi produk yang diinginkan.

4.7.2 Mixer Power

Mixer power dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan ( 2.26 ),


persamaannya adalah
Massa Shaft ( M ) = 487,89 kg
Massa Blade ( M ) = 63 kg
Diameter Shaft ( d ) = 3 inch = 0,0762 m
Diameter Bushing ( d ) = 200 mm = 0,2 m
Diameter Blade ( d ) = 600 mm = 0,6 m
Putaran ( n ) = 34 Rpm
Maka :
1. Shaft
2. Blade 1
3. Blade 2
4. Blade 3
5. Blade 4

Perpindahan Panas Page 20


4.7.3 Total Power

Power Mixing ( PMixing Power ) = 0,45 kW


Power Mixer ( PMixing ) = 3,3316 kW
Maka : Dari perhitungan mixer power mendapatkan hasil 3,786 kW,
perhitungan tersebut di dapat dari data – data yang sudah ada pada tangki proses
dengan half-coil pipe, dari hasil perhitungan tersebut daya yang bekerja untuk
pencampuran adalah 3,7816. Maka spesifikasi yang dapat digunakan untuk
menggerakan agitator adalah motor type 1GF5 dengan output 2,45 kW – 16,2 kW
380 volt : AC – 50 Hz karena daya motor yang didapatkan mendekati kapasitas
tangki proses.

Perpindahan Panas Page 21


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan mengenai analisis


reaktor alir tangki berpengaduk dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Viskositas dinamik fluida atau kekentalan fluida pada latek atau produk adalah
1,98 x 104 kg/m.s, sedangkan vikositas dinamik fluida atau kekentalan fluida
pada steam adalah 2,84 x 10-5 kg/m.s..

2. Aliran fluida pada reaktor alir tangki berpengaduk adalah aliran turbulen.

3. Laju perpindahan panas yang terjadi pada tanki dan jaket adalah konduksi dan
konveksi dimana nilai masing-masing laju perpindahan panasnya adalah sebagai
berikut:

a. Perpindahan panas konduksi pada tangki = 549,235 kW

b. Perpindahan panas konveksi pada tanki = 2858,22 kW

c. Perpindahan panas konduksi pada jaket = 520,064 kW

d. Perpindahan panas konveksi pada jaket = 3284,23 kW

4. Kebutuhan pipa perambatan panas untuk mendapatkan material yang


bercampur sempurna adalah 48 buah pipa half-coil.

2. SARAN

1. Reaktor alir tangki berpengaduk lebih efisien apabila menggunakan pipa half
coil
2. Desain jaket yang digunakan akan lebih efisein apabila menggunakan sistem
spiral keatas dan berada diluar tanki berpengaduk untuk mendapatkan panas yang
lebih cepat dan merata.

Perpindahan Panas Page 22


DAFTAR REFERENSI

1. http://diairfan-mydiari.blogspot.com/2010/11/reaktor-kimia.html
2. http://lontar.ui.ac.id/file/123754-12220851/2008.pdf
3.http://www.spiraxsarco.com/resources/steam-engineering-tutorials/steam-
engineeringprinciples-and-heat-transfer/heat-transfer.asp
4. http://syarifta.blogspot.com/2012/09/agitator-pengaturan-pengaduk-biasa.html
5. Munson, Bruce R, Young, Donald F, Okiishi, Theodore H. 2006 Mekanika
Fulida, Edisi Keempat, Jakarta, Erlangga.
6. Pauliza, Osa.,2008, Fisika Untuk SMK Kelompok Teknologi dan Kesehatan
XI,Bandung.
7. Siemens., 2008, DC Motor, Catalog DA12.
8. Wahyudi, Bagus., 2007, Mekanika Fluida, Bandung: PEDC

Perpindahan Panas Page 23


DAFTAR PUSTAKA

Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan panas.Edisi ketiga.


Erlangga:Jakarta.1997.
Holman, J.P., dan jasjfi.Perpindahan Kalor.Edisi keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer,
John Wiley & Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit Operations in Chemical Engineering, Mc
Graw Hill,1985.
Holman, J.P., Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1987.
http://ITB Central Library.com

http://E-Learning USU-inherent/perpindahan panas.html

Perpindahan Panas Page 24

Anda mungkin juga menyukai