KELOMPOK 1 KOMDAK Ok
KELOMPOK 1 KOMDAK Ok
KELOMPOK 1 KOMDAK Ok
Disusun Oleh:
Akmal Shaumi Adriono : 180104020031
Auliyah : 180104020125
Muzamil Wiranto : 180104020203
Najma Mahkota Risnani :
Nidiya Sarah Agustina : 180104020002
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Komunikasi
Dakwah dengan judul “Model, Teori, Serta Bentuk-bentuk Kegiatan Komunikasi
Dakwah” tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya di waktu
mendatang.
Banjarmasin, 17-Februari-2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Pengertian Komunikasi Dakwah............................................................................5
B. Model-Model Komunikasi Dakwah.......................................................................6
C. Teori-Teori Komunikasi Dakwah........................................................................10
D. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dakwah...................................................................17
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Pengertian Komunikasi
2. Pengertian Dakwah
Dakwah secara bahasa merupakan sebuah kata dari bahasa arab yaitu Da’a
yad’u da’watan yang berarti seruan, panggilan, ajakan, undangan, atau do’a. 1
1
Enjang dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009) hal 3.
Menurut Toha Yahya Umar, dakwah ialah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai denga perintah Tuhan, untuk kemslahatan
dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Menurut Quraish Syihab Dakwah
adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi ke situasi
yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.2
Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti contoh, acuan, raga,
sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat dan dihasilkan. 4 Dalam memahami
fenomena komunikasi, model dijadikan sebagai alat untuk mengetahui bagaimana
komunikasi dilakukan. Model bukanlah fenomena, model adalah representasi suatu
fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting
fenomen-fenomena tersebut.5
1. Dakwah Bil-Lisan
2
Quraisy Syihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992), hal 194.
3
Ibid, 26.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
5
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
2010 cetakan ke-14), hal 131.
Drs Wahidin Saputra, M.A mengatakan bahwa dakwah bil-lisan adalah suatu
metode dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i dengan menggunakan lisannya
pada saat aktivitas dakwahnya melalui bicara yang biasanya dilakukan dengan
ceramah, pidato, khutbah, dan lain-lain. Dakwah seperti ini akan lebih efektif apabila
disampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah jum’at atau khutbah hari
raya, kajian yang disampaikan berkaitan masalah ibadah praktis, konteks sajian
terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan jamaah.6
Ada beberapa etika bagi seorang dai yang terdapat dalam model dakwah bil-lisan
ini, antara lain:
6
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al- IKhlas: 1983 ), h.
29.
7
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), hal 113.
8
A. Sumarto AS, Etika Dakwah, (Surabaya; Jaudar Press, 2014), hal 13.
Bil-hal secara bahasa berasal dari bahasa Arab (Al-Hal) yang artinya tindakan.
Sehingga dakwah bil-hal dapat diartikan sebagai proses dakwah dengan keteledanan,
dengan perbuatan nyata (Muriah, 2000: 75).
Model dakwah bil-hal adalah model dakwah yang lebih mengarah kepada
mempengaruhi dan mengajak individu atau kelompok manusia dengan keteladanan
dan amal perbuatan, yang menaruh perhatian yang lebih besar terhadap masalah-
masalah sosial, ekonomi, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan bentuk
amal yang nyata.
Menurut Husein As-Segaf dakwah bil-hal adalah seluruh kegiatan dakwah dalam
bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka
memecah persoalan suatu lingkungan masyarakat.
Dalam kegiatan dakwah bil-hal tidak terlepas dari lima prinsip yang utama,
kelima prinsip tersebut menurut Husein As-Segaf (1991: 53) adalah:
Qalam secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu qalam dalam bentuk
jamak aqlam yang berarti kalam penulis, pena, penulis (Yunus, 2010: 355).
Pengertian lain menurut Quraish Shihab dalam buku Jurnalisme Universal bahwa
qalam adalah segala macam alat tulis menulis hingga mesin-mesin tulis dan cetak
yang canggih (Kasman, 2004: 118)
Dakwah bil qalam bisa berarti alat, yakni alat untuk menulis. Bisa juga berarti
media, medianya bisa apa saja, seperti internet, buku, surat kabar dan lain-lain.
Misalnya ketika melayani tanya jawab melalui e-mail, facebook, itu juga disebut
dakwah bil qalam. Dakwah bil- lisan yang memiliki keterbatasan waktu, tempat,
serta kelompok penerima pesan, dapat dipenuhi melalui dakwah bil-qalam. Dakwah
bil-qalam memungkinkan dai menuangkan gagasan dan membahasnya secara
menyeluruh dan mendalam melalui sebuah tulisan. Tulisan juga memiliki ruang
waktu (daya simpan) lebih lama, tempat dan penerima lebih luas (Sholikhin, 2013:
186). Metode dakwah bil-qalam dalam penggunaannya tentu tidak bebas dari
permasalahan. Permasalahan dalam dakwah bil-qalam ditinjau dari sisi mad’u
diantaranya, jangkauan yang terbatas serta akses baca dan daya beli buku yang masih
rendah, sehingga hanya diakses oleh kalangan berpendidikan dan ekonomi menengah
atas. Permasalahan dakwah bil-qalam dari sisi dai pada umumnya adalah: kurangnya
kemampuan dai dalam tulis-menulis, kurangnya pelatihan menulis untuk dai,
kurangnya budaya membaca dikalangan dai.
Dasar agama tentang menulis sudah jelas tertera dalam Al-Quran surat al-Alaq
ayat 1-5. Surat al-Alaq tersebut berisi perintah untuk membaca lalu menulis sebagai
media menyebarkan ilmu. Sebagai dai, terutama yang menggunakan tulisan untuk
media dakwah, membaca merupakan sebuah keharusan. Semakin banyak bahan
bacaan, maka akan semakin memperkaya bahan yang akan dituliskan, karena
membaca dan menulis merupakan suatu kesatuan. Melalui menulis inilah penulis
berniat untuk ibadah kepada Allah untuk mencari ridha-Nya, dalam rangka ikut serta
melaksanakan af’al Allah (perbuatan yang dianjurkan Allah), sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya surat al-Alaq ayat 1-5: Artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (Departemen Agama RI, 2005: 598).
Berdasarkan ayat diatas, membaca adalah instrumen utama untuk memaknai dan
kemudian mengalami. Akumulasi dari semua itu adalah pegendapan nilai dari Allah,
yang memang seharusnya digunakan menjalankan fungsi mengajar manusia dengan
menulis, agar dapat dibaca di kemudian hari, yang ditulis adalah segala sesuatu yang
mungkin belum diketahui, sehingga mereka mendapatkan manfaat dan pengajaran.
dakwah bil-qalam dalam prespektif Sholikhin bermakna dua hal, yaitu:
- Dakwah bil-qalam merupakan sebuah alat, yakni alat atau pena untuk
menulis.
- Dakwah bil-qalam berarti media penyebaran tulisan. Media ini tidak terbatas
pada media cetak, tetapi juga media lain seperti internet.
Guru besar Pemikiran Islam dan dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, M. Yunan Yusuf menyatakan bahwa dakwah dan
komunikasi adalah dua ranah kembar karena keduanya sama-sama membicarakan
tentang bagaimana manusia menyampaikan pesan atau gagasan kepada orang lain.
Ilmu komunikasi dalam hal ini memusatkan perhatian pada hakikat manusia
sebagai pelaku interaksi sosial. Kajian komunikasi antar manusia merupakan studi
interdisipliner yang meneliti proses komunikasi dengan menggunakan pandangan dari
berbagai disiplin ilmu. Bila ilmu dakwah Islam mengkaji perilaku manusia secara
empiris sebagai pelaku dakwah Islam dan peserta dakwah Islam atau jamaah dakwah
Islam, seperti ilmu komunikasi yang mengkaji manusia sebagai pelaku interaksi antar
manusia dan menjadi bagian dari ilmu sosial, maka ilmu dakwah Islam pun menjadi
studi interdisipliner yang meneliti proses penyampaian ajaran Islam secara persuasif
dengan menggunakan pandangan dari berbagai disiplin ilmu. Berdasarkan teori
komunikasi Harold D. Lasswell (1958) ‘who says what, to whom, in which channel,
whith what effect’ dapat digambarkan bagaimana kaitan antara ilmu dakwah Islam,
dalam hal ini dipahami sebagai bagian dari ilmu komunikasi menjadi ilmu
komunikasi Islam.
Karakteristik dasar dakwah Islam menurut Ismail Raji al-Faruqi adalah sifatnya
persuasif bukan kursif. Artinya dakwah Islam selalu berusaha memengaruhi manusia
untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri, bukan
dengan paksaan. Pemaksaan adalah perampasan hak asasi manusia dalam beragama.
“Etika manusia memandang pemaksaan dalam berdakwah merupakan pelanggaran
serius atas hak asasi manusia”. Dakwah Islam pun memiliki karakteristik pesan yang
rasional dan disampaikan dengan cara rasional (rational necessary and rational
intellection) yang mengajak manusia untuk kembali kepada fitrahnya.(Suhaimi, 2013)
Artinya: “dan hendaklah diantara kamu ada sebagian umat yang menyeru kepada
kebajikan dan mencegah kemunkaran, merekalah orang-orang yang beruntung”.
(Q.S Ali-Imran:104)
ُ َس ِمع: ال
ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ِ ع َْن أَبِي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َر
َ َض َي هللاُ َع ْنهُ ق
فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه، فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه، َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه: يَقُوْ ُل
ف ْا ِإل ْي َما ِن
ُ َو َذلِكَ أَضْ َع
Artinya: “ barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia
mengubahnya (mencegahnya) dengan tangannya, apabila ia tidak sanggup, maka
dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman” (H.R. Bukhari)
َ َّع إِلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َس ُن ۚ إِ َّن َرب
ك ُ ا ْد
َهتَ ِدينْ ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُمَ هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Dan
bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang medapat petunjuk.”
Nabi Muhammad saw. yang diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim as.,
sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk mengajar
siapapun agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran bapak para nabi dan
pengumandang Tauhid itu. Ayat ini menyatakan : Wahai Nabi Muhammad, serulah,
yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru, kepada
yang jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran Islam, dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau
meragukan ajaran Islam, dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara berdakwah yang
hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan
kecenderungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar
kaum musyrikin, dan serahkan urusannmu dan urusan mereka kepada Allah karena
sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baikkepadamu. Dia-
lah sendiri yang lebih mengetahui dari siapapun yang menduga tahu tentang siapa
yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalanNya dan Dia-lah saja juga yang lebih
mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan tiga macam metode
dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang
memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah,
yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.
Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah, yakni memberi
nasehat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan
mereka yang sederhana. Sedang, terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama
lain yang diperintahkan adalah perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu
dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan. Kata
hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan
maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau sebagai sesuatu yang bila digunakan
akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar serta
menghalangi mudharat atau kesulitan yang besar atau yang lebih besar. Makna ini
ditarik dari kata hakama, yang berarti kendali, karena kendali menghalangi hewan
atau kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih
perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang
terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya
dinamai hakim (bijaksana). Siapa yang tepat dalam penilaiannya dan pegaturannya,
dialah yang wajar menyandang sifat ini atau dengan kata lain dia yang hakim.9
10
Ii, B. A. B., & Komunikasi, A. T. T. (n.d.). yang menurut Astrid S. Susanto Istilah
communication berasal dari perkataan latin “communicare” yang artinya “. 18–40.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penyusun
mengharapkan krtik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Syukir, Asmuni Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al- Ikhlas,
1983.