KELOMPOK 1 KOMDAK Ok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Komunikasi Dakwah Anita Ariani, S. Ag. M. Pd. I

MODEL. TEORI, SERTA BENTUK-BENTUK


KEGIATAN KOMUNIKASI DAKWAH

Disusun Oleh:
Akmal Shaumi Adriono : 180104020031
Auliyah : 180104020125
Muzamil Wiranto : 180104020203
Najma Mahkota Risnani :
Nidiya Sarah Agustina : 180104020002

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Komunikasi
Dakwah dengan judul “Model, Teori, Serta Bentuk-bentuk Kegiatan Komunikasi
Dakwah” tepat pada waktunya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya di waktu
mendatang.

Banjarmasin, 17-Februari-2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Pengertian Komunikasi Dakwah............................................................................5
B. Model-Model Komunikasi Dakwah.......................................................................6
C. Teori-Teori Komunikasi Dakwah........................................................................10
D. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dakwah...................................................................17
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi dakwah yang berarti proses penyampaian pesan dakwah kepada


mad’u. Proses itu tidak ditujukan hanya untuk memberikan pengertian,
mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik, tetapi tujuan yang
terpenting dalam komunikasi dakwah adalah mendorong mad’u untuk bertindak
melaksanakan ajaran-ajaran agama terlebih dahulu memberikan pengertian,
mempengaruhi sikap, dan membina hubungan baik.

Materi kajian komunikasi dakwah belum dapat dimengerti sepenuhnya dengan


hanya sekilas uraian diatas untuk itu pada pembahasan berikutnya akan dimuat
definisi komunikasi dan dakwah, model-model, teori-teori dan bentuk-bentuk
kegiatan komunikasi dakwah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dakwah?


2. Apa saja model-model komunikasi dakwah?
3. Apa saja teori-teori komunikasi dakwah?
4. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan komunikasi dakwah?

C. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi dakwah, model-model


komunikasi dakwah, teori-teori komunikasi dakwah, dan bentuk-bentuk kegiatan
komunikasi dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Dakwah

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis istilah komunikasi merupakan terjemahan dari


communication yang awalnya berkembang di Amerika. Secara terminologis menurut
Webster Newe Dictionary sebagaimana dikutip oleh Sri Handayani bahwa
“Komunikasi dimaknai sebagi seni mengepresikan ide-ide atau pikiran, baik melalui
lisan maupun tulisan”.

Terminologi lain dikemukakan oleh Hovland seperti yang dikutip Efendi


bahwa “communication individual as communicator transmit stimuli to modify the
behavior of other individuals” Komunikasi merupakan suatu proses dimana seorang
komunikator mengirimkan stimulus untuk mengubah perilaku orang lain atau
komunikan.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada


komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Pengertian tersebut
mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi yakni: Komunikator pesan maka
diperlukan pendekatan komunikasi yaitu pendekatan secara ontologis (apa itu
komunikasi). Secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang
efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu di laksanakan).

2. Pengertian Dakwah

Dakwah secara bahasa merupakan sebuah kata dari bahasa arab yaitu Da’a
yad’u da’watan yang berarti seruan, panggilan, ajakan, undangan, atau do’a. 1

1
Enjang dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009) hal 3.
Menurut Toha Yahya Umar, dakwah ialah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai denga perintah Tuhan, untuk kemslahatan
dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Menurut Quraish Syihab Dakwah
adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi ke situasi
yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.2

3. Pengertian Komunikasi Dakwah

Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari


seseorang atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits dengan menggunakan lambang-lambang
baik secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat
atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung secara
lisan maupun tidak langsung melalui media.3

B. Model-Model Komunikasi Dakwah

Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti contoh, acuan, raga,
sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat dan dihasilkan. 4 Dalam memahami
fenomena komunikasi, model dijadikan sebagai alat untuk mengetahui bagaimana
komunikasi dilakukan. Model bukanlah fenomena, model adalah representasi suatu
fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting
fenomen-fenomena tersebut.5

Dakwah memiliki bermacam-macam model yang dapat digunakan untuk


mencapai tujuan dakwah itu sendiri. Model- model dakwah tersebut antara lain:

1. Dakwah Bil-Lisan
2
Quraisy Syihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992), hal 194.
3
Ibid, 26.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
5
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
2010 cetakan ke-14), hal 131.
Drs Wahidin Saputra, M.A mengatakan bahwa dakwah bil-lisan adalah suatu
metode dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i dengan menggunakan lisannya
pada saat aktivitas dakwahnya melalui bicara yang biasanya dilakukan dengan
ceramah, pidato, khutbah, dan lain-lain. Dakwah seperti ini akan lebih efektif apabila
disampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah jum’at atau khutbah hari
raya, kajian yang disampaikan berkaitan masalah ibadah praktis, konteks sajian
terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan jamaah.6

Dalam melaksanakan dakwah bil-lisan dalam konteks kekinian pada zaman


sekarang ini dapat melalui media sosial seperti youtube, instagram, whatsaap, dan
sebagainya, dan dalam model dakwah bil-lisan ini kita dapat menggunakan media
audio. Media audio adalah yaitu alat yang digunakan sebagai sarana penunjang
kegiatan dakwah yang dapat diterima melalui indra pendengaran, seperti radio, tape
recorder, podcast, dan lain-lain.7

Ada beberapa etika bagi seorang dai yang terdapat dalam model dakwah bil-lisan
ini, antara lain:

a. Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang baik)


b. Qaulan Kariima (Perkataan yang mulia)
c. Qaulan Maysura (Perkataan yang arif, bijak, dan mudah dipahami)8
d. Qaulan Baligha (Perkataan yang lebih mengena atau tepat sasaran sehingga
membekas di hati)
e. Qaulan Layyina (Perkataan yang lemah lembut)
f. Qaulan Sadida (Perkataan yang benar)
2. Dakwah Bil-Hal

6
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al- IKhlas: 1983 ), h.
29.
7
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), hal 113.
8
A. Sumarto AS, Etika Dakwah, (Surabaya; Jaudar Press, 2014), hal 13.
Bil-hal secara bahasa berasal dari bahasa Arab (Al-Hal) yang artinya tindakan.
Sehingga dakwah bil-hal dapat diartikan sebagai proses dakwah dengan keteledanan,
dengan perbuatan nyata (Muriah, 2000: 75).

Model dakwah bil-hal adalah model dakwah yang lebih mengarah kepada
mempengaruhi dan mengajak individu atau kelompok manusia dengan keteladanan
dan amal perbuatan, yang menaruh perhatian yang lebih besar terhadap masalah-
masalah sosial, ekonomi, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan bentuk
amal yang nyata.

Menurut Husein As-Segaf dakwah bil-hal adalah seluruh kegiatan dakwah dalam
bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka
memecah persoalan suatu lingkungan masyarakat.

Dalam kegiatan dakwah bil-hal tidak terlepas dari lima prinsip yang utama,
kelima prinsip tersebut menurut Husein As-Segaf (1991: 53) adalah:

a. Dakwah bil-hal harus mampu menghubungkan ajaran Islam dengan kondisi


sosial budaya atau masyarakat tertentu.
b. Dakwah bil-hal bersifat pemecahan masalah yang dihadapi umat dalam suatu
wilayah tertentu.
c. Dakwah bil-hal harus mampu mendorong dan menggerakkan kemampuan
masyarakat dalam memecahkan masalah dalam masyarakat misalnya dalam
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya.
d. Dakwah bil-hal harus mampu membangkitkan swadaya masyarakat, agar
mereka dapat membangun dirinya. Sekaligus dapat memberikan manfaat
masyarakat sekitarnya.
e. Dakwah bil-hal mampu mendorong semangat kerja keras dan kebersaman
dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama yang harmonis dan
produktif terutama untuk saling memenuhi kebutuhannya.
3. Dakwah Bil-Qalam
a. Pengertian Dakwah Bil-Qalam

Qalam secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu qalam dalam bentuk
jamak aqlam yang berarti kalam penulis, pena, penulis (Yunus, 2010: 355).
Pengertian lain menurut Quraish Shihab dalam buku Jurnalisme Universal bahwa
qalam adalah segala macam alat tulis menulis hingga mesin-mesin tulis dan cetak
yang canggih (Kasman, 2004: 118)

Dakwah bil qalam bisa berarti alat, yakni alat untuk menulis. Bisa juga berarti
media, medianya bisa apa saja, seperti internet, buku, surat kabar dan lain-lain.
Misalnya ketika melayani tanya jawab melalui e-mail, facebook, itu juga disebut
dakwah bil qalam. Dakwah bil- lisan yang memiliki keterbatasan waktu, tempat,
serta kelompok penerima pesan, dapat dipenuhi melalui dakwah bil-qalam. Dakwah
bil-qalam memungkinkan dai menuangkan gagasan dan membahasnya secara
menyeluruh dan mendalam melalui sebuah tulisan. Tulisan juga memiliki ruang
waktu (daya simpan) lebih lama, tempat dan penerima lebih luas (Sholikhin, 2013:
186). Metode dakwah bil-qalam dalam penggunaannya tentu tidak bebas dari
permasalahan. Permasalahan dalam dakwah bil-qalam ditinjau dari sisi mad’u
diantaranya, jangkauan yang terbatas serta akses baca dan daya beli buku yang masih
rendah, sehingga hanya diakses oleh kalangan berpendidikan dan ekonomi menengah
atas. Permasalahan dakwah bil-qalam dari sisi dai pada umumnya adalah: kurangnya
kemampuan dai dalam tulis-menulis, kurangnya pelatihan menulis untuk dai,
kurangnya budaya membaca dikalangan dai.

b. Konsep Dakwah Bil-Qalam

Dasar agama tentang menulis sudah jelas tertera dalam Al-Quran surat al-Alaq
ayat 1-5. Surat al-Alaq tersebut berisi perintah untuk membaca lalu menulis sebagai
media menyebarkan ilmu. Sebagai dai, terutama yang menggunakan tulisan untuk
media dakwah, membaca merupakan sebuah keharusan. Semakin banyak bahan
bacaan, maka akan semakin memperkaya bahan yang akan dituliskan, karena
membaca dan menulis merupakan suatu kesatuan. Melalui menulis inilah penulis
berniat untuk ibadah kepada Allah untuk mencari ridha-Nya, dalam rangka ikut serta
melaksanakan af’al Allah (perbuatan yang dianjurkan Allah), sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya surat al-Alaq ayat 1-5: Artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (Departemen Agama RI, 2005: 598).

Berdasarkan ayat diatas, membaca adalah instrumen utama untuk memaknai dan
kemudian mengalami. Akumulasi dari semua itu adalah pegendapan nilai dari Allah,
yang memang seharusnya digunakan menjalankan fungsi mengajar manusia dengan
menulis, agar dapat dibaca di kemudian hari, yang ditulis adalah segala sesuatu yang
mungkin belum diketahui, sehingga mereka mendapatkan manfaat dan pengajaran.
dakwah bil-qalam dalam prespektif Sholikhin bermakna dua hal, yaitu:

- Dakwah bil-qalam merupakan sebuah alat, yakni alat atau pena untuk
menulis.
- Dakwah bil-qalam berarti media penyebaran tulisan. Media ini tidak terbatas
pada media cetak, tetapi juga media lain seperti internet.

C. Teori-Teori Komunikasi Dakwah

Komunikasi dakwah adalah komunikasi yang unsur-unsurnya disesuaikan visi


dan misi dakwah. Menurut Toto Tasmara, bahwa komunikasi dakwah adalah suatu
bentuk komunikasi yang khas dimana seseorang komunikator menyampaikan pesan-
pesan yang bersumber atau sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, dengan
tujuan agar orang lain dapat berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang
disampaikan. Jadi dari segi proses komunikasi dakwah hampir sama dengan
komunikasi pada umumnya, tetapi yang membedakan hanya pada cara dan tujuan
yang akan dicapai. Adapun tujuan komunikasi pada umumnya yaitu mengharapkan
partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau pesan-pesan yang disampikan oleh pihak
komunikator sehingga pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah perubahan
sikap dan tingkah laku yang diharapkan, sedangkan tujuan komunikasi dakwah yaitu
mengharapkan terjadi nya perubahan atau pembentukan sikap atau tingkah laku
sesuai dengan ajaran agama Islam.(Ii & Komunikasi, n.d.)

Guru besar Pemikiran Islam dan dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, M. Yunan Yusuf menyatakan bahwa dakwah dan
komunikasi adalah dua ranah kembar karena keduanya sama-sama membicarakan
tentang bagaimana manusia menyampaikan pesan atau gagasan kepada orang lain.

Menurutnya anggapan dakwah dan komunikasi berbeda karena dakwah bertolak


dari nilai-nilai ilahiyah dan komunikasi bertolak dari nilai-nilai duniawi, sering sekali
menyebabkan aktivitas dakwah Islam tidak sanggup memberikan pemecahan masalah
sehari-hari, karena itu dakwah dan komunikasi perlu diintegrasikan. Komunikasi saat
ini telah diakui sebagai disiplin ilmu tersendiri menjadi ilmu komunikasi yang
memenuhi syarat-syarat sebagai science atau ilmu pengetahuan seperti memiliki
objek tertentu, bersifat sistematis, berlaku umum dan memiliki metode tertentu. Sejak
tahun 1960, Carl I. Hovland telah menggunakan istilah Science of Communication
dan mendefinisikan komunikasi sebagai suatu upaya yang sistematis untuk
merumuskan dengan cara yang setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi
serta pembentukan opini dan sikap.

Objek material ilmu komunikasi adalah perilaku manusia termasuk di dalamnya


perilaku individu, kelompok dan masyarakat. Sedangkan objek formalnya ialah
situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat dan
pengetahuan kelembagaan.

Ilmu komunikasi dalam hal ini memusatkan perhatian pada hakikat manusia
sebagai pelaku interaksi sosial. Kajian komunikasi antar manusia merupakan studi
interdisipliner yang meneliti proses komunikasi dengan menggunakan pandangan dari
berbagai disiplin ilmu. Bila ilmu dakwah Islam mengkaji perilaku manusia secara
empiris sebagai pelaku dakwah Islam dan peserta dakwah Islam atau jamaah dakwah
Islam, seperti ilmu komunikasi yang mengkaji manusia sebagai pelaku interaksi antar
manusia dan menjadi bagian dari ilmu sosial, maka ilmu dakwah Islam pun menjadi
studi interdisipliner yang meneliti proses penyampaian ajaran Islam secara persuasif
dengan menggunakan pandangan dari berbagai disiplin ilmu. Berdasarkan teori
komunikasi Harold D. Lasswell (1958) ‘who says what, to whom, in which channel,
whith what effect’ dapat digambarkan bagaimana kaitan antara ilmu dakwah Islam,
dalam hal ini dipahami sebagai bagian dari ilmu komunikasi menjadi ilmu
komunikasi Islam.

Karakteristik dasar dakwah Islam menurut Ismail Raji al-Faruqi adalah sifatnya
persuasif bukan kursif. Artinya dakwah Islam selalu berusaha memengaruhi manusia
untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri, bukan
dengan paksaan. Pemaksaan adalah perampasan hak asasi manusia dalam beragama.
“Etika manusia memandang pemaksaan dalam berdakwah merupakan pelanggaran
serius atas hak asasi manusia”. Dakwah Islam pun memiliki karakteristik pesan yang
rasional dan disampaikan dengan cara rasional (rational necessary and rational
intellection) yang mengajak manusia untuk kembali kepada fitrahnya.(Suhaimi, 2013)

Pelaksanaan komunikasi dakwah didasarkan pada ajaran agama Islam yaitu:


alqur’an dan hadist. Adapun ayat yang menjadi dasar pelaksanaan komunikasi
dakwah adalah:
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوأُو ٰلَئ‬
‫ك‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

Artinya: “dan hendaklah diantara kamu ada sebagian umat yang menyeru kepada
kebajikan dan mencegah kemunkaran, merekalah orang-orang yang beruntung”.
(Q.S Ali-Imran:104)

ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ال‬
‫ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ع َْن أَبِي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َر‬
َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫ َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬: ‫يَقُوْ ُل‬
‫ف ْا ِإل ْي َما ِن‬
ُ ‫َو َذلِكَ أَضْ َع‬
Artinya: “ barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia
mengubahnya (mencegahnya) dengan tangannya, apabila ia tidak sanggup, maka
dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman” (H.R. Bukhari)

a. Dakwah dalam Tinjauan Teori Jarum Hipodermik

Teori Jarum Hipodermik ini meyakinkan bahwa kegiatan mengirimkan pesan


sama halnya dengan tindakkan menyuntikkan obat yang bisa langsung masuk ke
dalam jiwa penerima pesan. Sebagaimana peluru yang ditembakkan dan langsung
masuk ke dalam tubuh.22Menurut Melvin DeFleur berpendapat bahwa pada teori ini,
mediamenyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa.
Stimuli yang membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak
terkontrol oleh individu. Setiap anggota massa memberikan respons
yang sama pada stimuli yang datang dari media massa. Teori ini mengasumsikan
massa yang tidak berdaya ditembakki oleh stimuli media massa maka diisebut dengan
“teori peluru” (bullet theory) atau “model hipodermik” yang menganalogikan pesan
komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum ke bawah kulit pasien. Selain
itu, dalam teori ini mencoba menjelaskan bagaimana proses berjalannya pesan dari
sumber (source) pihak yang menerima pesan atau komunikan (receiver). Secara
singkat, media massa dalam teori ini bersifat sangat kuat dalam mempengaruhi
penerima pesan. Teori S-R menggambarkan proses komunikasi yang sederhana
yangg hanya melibatkan dua komponen yaitu media massa dan penerima pesan yaitu
khalayak.

Media massa mengeluarkan stimulus dan penerima menanggapinya


denganmenunjukkan respon sehingga dinamakan teori stimulus-respon. Menurut
Anwar Arifin, teori jarum hipodermik tersebut menghasilkan dua asumsi dasar.
Pertama, penerima (komunikan) tidak berdaya ketika menerima pesan dari
komunikator. Kedua, media massa sangat perkasa dan bahkan kekuatannya
mendekati ghaib. Maksud dari dua asumsi dasar diatas yaitu: Pertama, bahwa ketidak
berdayanya komunikan ketika menerima pesan dari komunikator menunjukkan
bahwa komunikator memiliki kemudahan dalam mempengaruhi komunikan. Dari
teori ini dapat dipahami juga bahwa sifat dari komunikan sangatlah pasif dalam
menerima pesan dari komunikator. Dan apapun yang disampaikan oleh komunikator,
apalagi kalau melalui media massa, akan memiliki efek yang positif (baik berupa citra
yang baik, penerimaan atau dukungan) dari komunikan. Kedua, semua pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa akan sangat mudah digunakan untuk
mempengaruhi khalayak/audience. Keberadaan teori jarum hipodermik, yang
mengasumsikan komunikan adalah pihak yang pasif, ternyata tidaklah benar secara
keseluruhan. Setelah kemunculannya teori tersebut selam 20 tahun akhirnya oleh
pencetusnya sendiri (Wilbur Schramm) disanggah atau direvisi. Karena berdasarkan
dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh para pakar psikologi dan sosiologi,
ditemukan bahwa ternyata komunikan itu tidaklah bersifat pasif melainkan aktif.
Maksud dari komunikan aktif adalah bahwa setiap individu atau kelompok akan
menyaring, menyeleksi dan mengolah secara internal semua pesan komunikasi
(dalam dakwah berupa “al khayr, amr maruf, dan nahy mungkar”) yang berasal dari
luar dirinya. Dengan demikian, efek dari sebuah proses komunikasi sangat ditentukan
oleh situasi dan kondisi dari komunikan, walaupun tanpa menafikan adanya daya
tarik isi, dan kredibilitas komunikator.

b. Dakwah dalam Tinjauan Surat An-Nahl 125

َ َّ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َس ُن ۚ إِ َّن َرب‬
‫ك‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫هتَ ِدين‬ْ ‫ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم‬َ ‫هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Dan
bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang medapat petunjuk.”

Nabi Muhammad saw. yang diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim as.,
sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk mengajar
siapapun agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran bapak para nabi dan
pengumandang Tauhid itu. Ayat ini menyatakan : Wahai Nabi Muhammad, serulah,
yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru, kepada
yang jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran Islam, dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau
meragukan ajaran Islam, dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara berdakwah yang
hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan
kecenderungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar
kaum musyrikin, dan serahkan urusannmu dan urusan mereka kepada Allah karena
sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baikkepadamu. Dia-
lah sendiri yang lebih mengetahui dari siapapun yang menduga tahu tentang siapa
yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalanNya dan Dia-lah saja juga yang lebih
mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan tiga macam metode
dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang
memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah,
yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.
Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah, yakni memberi
nasehat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan
mereka yang sederhana. Sedang, terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama
lain yang diperintahkan adalah perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu
dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan. Kata
hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan
maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau sebagai sesuatu yang bila digunakan
akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar serta
menghalangi mudharat atau kesulitan yang besar atau yang lebih besar. Makna ini
ditarik dari kata hakama, yang berarti kendali, karena kendali menghalangi hewan
atau kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih
perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang
terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya
dinamai hakim (bijaksana). Siapa yang tepat dalam penilaiannya dan pegaturannya,
dialah yang wajar menyandang sifat ini atau dengan kata lain dia yang hakim.9

Al-Mau’izhah terambil darikata wa’azha yang berarti nasehat. Mau’izhah adalah


uraian yang menyentuh hati yang mengantar pada kebaikan. Sedang, kata jadilhum
terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan
alasan atau dalil mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang
dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya mitra bicara. Ditemukan
diatas bahwa mau’izhah hendaknya disampaikan dengan hasanah/baik, sedang
perintah berjidal disifati dengan kata ahsan atau lebih baik, bukan sekedar yang baik.
9
Suhaimi. (2013), Integrasi dakwah Islam dengan komunikasi. Miqot: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 37(1), 214–228.
Keduanya berbeda dengan hikmah yang tidak disifati oleh satu sifat pun . Ini berarti
bahwa mau’izhah ada yang baik dan ada yang tidak baik, sedang jidal ada tiga
macam, yang baik, yang terbaik, dan yang buruk(Ii & Komunikasi, n.d.)10

D. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dakwah

10
Ii, B. A. B., & Komunikasi, A. T. T. (n.d.). yang menurut Astrid S. Susanto Istilah
communication berasal dari perkataan latin “communicare” yang artinya “. 18–40.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari


seseorang atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits dengan menggunakan lambang-lambang
baik secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat
atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung secara
lisan maupun tidak langsung melalui media.

Model-model komunikasi dakwah ada beberapa diantaranya model dakwah bil-


lisan yaitu berdakwah dengan cara menyampaikan pesan lewat mulut, model dakwah
bil-hal yaitu berdakwah melalui perbuatan-perbuatan yang baik dan model dakwah
bil-qalam yaitu berdakwah dengan melalui tulisan seperti di surat kabar, buku, dan
lain-lain.

Teori komunikasi salah satunya adalah teori Jarum Hipodermik meyakinkan


bahwa kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakkan menyuntikkan
obat yang bisa langsung masuk ke dalam jiwa penerima pesan.

Bentuk-bentuk kegiatan komunikasi dakwah salah sastunya seperti ceramah,


pengajian, khutbah, dan masih banyak lagi kegiatan komunikasi dakwah lainnya.

B. Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penyusun
mengharapkan krtik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta, AMZAH, 2009

Enjang dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah,Bandung, Widya Padjadjaran, 2009

Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja


Rosdakarya Offset 2010.

Syihab, Quraisy, Membumikan Al-Quran, Bandung, Mizan, 1992.

Suhaimi, Integrasi dakwah Islam dengan komunikasi. Miqot: Jurnal Ilmu-Ilmu


Keislaman, 2013

Sumarto, Etika Dakwah, Surabaya, Jaudar Press, 2014.

Syukir, Asmuni Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al- Ikhlas,
1983.

Anda mungkin juga menyukai