Fix MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN
Fix MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN
Fix MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN
Dosen Pengampu
RINI SUSILOWATI,S.SOS.,M
Disusun :
AWWABIN CAHYANI 20186123009
MAYLAN AZIMAH 20186121028
ULIA ULFA 20186123047
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
in dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang penerapan transkultural dalam
praktek keperawatan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
A.Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda
di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan
tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku
yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise
modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
leininger. Olehkarena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
B.Rumusan masalah
A. Apa itu diagnosa transkultural nursing?
B. Apa saja komponen diagnosa dalam transkultural nursing?
C. Bagaimana kasus transkultural nursing?
C.Tujuan
A. Untuk mengetahui apa itu diagnosa transkultural nursing
B. Untuk mengetahui apa saja komponen diagnosa dalam transkultural nursing
C. Untuk mengetahui bagaimana kasus transkultural nursing
BAB 2
ISI
A. Diagnosa transkultural nursing
1. Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk pelayanan bio-
psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
(Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap respons manusia
pada masalah kesehatan aktual atau professional dan situasi kehidupan (Nusing: A Social
Policy Statement, 1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya
pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat humanistic dan professional,
holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada
kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya
kolaborasi.
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan
pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola
asuhan keperawatan.
2. Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan
menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan.
3. Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk
hidup sehat.
4. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional.
5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan
etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk menerima perubahan
serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.
2. Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti “berpindah” atau
“suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang berarti “kebudayaaan”.
Kultur atau keudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia bahasa Indonesia).
Secara singkat keperawatan transkultural atau transkultural nursing dapat diartikan
sebagai keperawatan lintas budaya.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Labil
diagnose keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah
dari proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan juga dapat diartikan sebagai penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan potensial
aktual. Diagnosis keperawatan member dasar untuk pemulihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang perawat bertanggung gugat (NANDA,1990).
2. Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah,diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.(Giger and
Davidhizar,1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai
budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi, dan pendidikan.
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik keperawatan. semua
langkah perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan
penyakit, dan persiapan menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut
harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab
masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan
(care expression, pattern, and practices).
Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian
kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga,
kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan
dengan proses keperawatan, ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu
tahap pengkajian.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
Leinenger dengan gambar seperti di bawah ini. Oleh karena itu perawat harus mampu
membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap
perencanaan, tindakan keperawatan.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan
keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu
asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan
yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Pengkajian
1)Faktor teknologi
Keluarga menganggap bahwa dirinya sehat apabila ia mampu melakukan aktivitasnya
sehari-hari,dan menganggap bahwa dirinya sakit apabila tubuhnya terasa lemas dan hanya
bisa terbaring di tempat tidur. Apabila ada keluarga yang sakit mereka hanya berobat di
orang pintar yang dianggap dapat menyembuhkan penyakit nya tersebut.Disana diberikan
ramuan-ramuan tradisional serta doa atau mantra yang diyakini dapat menyembuhkan
penyakit.Keluarga menganggap bahwa berobat di dokter membuat penyakitnya semakin
parah.
2)Faktor agama dan falsafah hidup
Agama yang dianut oleh keluarga adalah agama islam,di dalam keluarga terdapat ayah,ibu
dan satu orang anak,Ny.A menganggap bahwa penyakit anaknya itu merupakan karena
adanya roh ghaib yang merasuki tubuh anaknya karena dahulu anaknya tersebut pernah
mandi di sungai belakang rumahnya yang dianggap keramat
oleh keluarganya.Keluarga banyak berdzikir jika penyakit anaknya tersebut kambuh.
Tipe keluarga yaitu “Nuclear family” atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung. Suami sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga.Tn.A adalah seorang ayah dalam keluarga tersebut
Hubungan antar keluarga cukup baik
Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga adalah petani,bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa,keluarga biasa makan sebanyak 3x sehari
dengan menu sangat sederhana karena penghasilan Tn.A tidak mencukupi untuk
membeli makanan yang enak-enak. An.B memiliki pantangan makan ikan laut
dikarenakan alergi terhadap makanan tersebut.
Jika penyakit An.B kambuh, biasanya Ny.A diberikan minum air putih dan tubuh An.B
diberi cipratan air yang sudah di doakan oleh orang pintar.Selain itu An.B juga diberikan
ramuan tradisional yang diminumkan sebanyak 2 kali sehari.Semenjak An.B sakit,Ny.A
biasa memandikannya dengan air kembang yang diakui dapat menghilangkan roh halus
yang ada dalam tubuh anaknya tersebut.
6)Faktor ekonomi
Tn. A bekerja sehari-hari sebagai petani,untuk menambah penghasilan Ny.A mencari
kayu bakar untuk dijual.Kelurga berobat
ke orang pintar dengan biaya pengobatan seikhlasnya saja.keluarga tidak memiliki tabungan
karena penghasilannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
7)Faktor pendidikan
Tn. A dan Ny.S berpendidikan hanya sampai SD saja,sedangkan An.K sedang menjalani
pendidikan SD kelas 1
Analisis Data
no Data Etiologi masalah
Diagnosa Keperawatan
Kesimpulan
Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar
dan keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya
dengan menghargai asuhan,sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan,dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khusus nya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti
yang menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew & Boyle, 1995).
Pengkajian pada model transkultural in nursing meliputi,faktor teknologi (technological
factors), faktor agama dan falsafah hidup (religious & philosopical factors), faktor sosial dan
keterkaitan kekeluargaan (kinship & sosial factors), faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural values & lifeways), faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
(political & legal factors), faktorekonomi (economical factors), faktor pendidikan
(educational factors).Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transcultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.Perencanaan adalah suatu
proses memilh strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Gigerand Daviddhizar, 1995).Ada tiga pedoman
yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,mengakomodasi
budaya kien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien
bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
Saran
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan.Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan,
hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan
Daftar Pustaka