0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
223 tayangan18 halaman

Fix MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 18

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

PENERAPAN TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Dosen Pengampu
RINI SUSILOWATI,S.SOS.,M

Disusun :
AWWABIN CAHYANI 20186123009
MAYLAN AZIMAH 20186121028
ULIA ULFA 20186123047

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
in dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang penerapan transkultural dalam
praktek keperawatan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Singkawang, 18 Januari 2019


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda
di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan
tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku
yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise
modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
leininger. Olehkarena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.

B.Rumusan masalah
A. Apa itu diagnosa transkultural nursing?
B. Apa saja komponen diagnosa dalam transkultural nursing?
C. Bagaimana kasus transkultural nursing?

C.Tujuan
A. Untuk mengetahui apa itu diagnosa transkultural nursing
B. Untuk mengetahui apa saja komponen diagnosa dalam transkultural nursing
C. Untuk mengetahui bagaimana kasus transkultural nursing
BAB 2
ISI
A. Diagnosa transkultural nursing

1. Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk pelayanan bio-
psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
(Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap respons manusia
pada masalah kesehatan aktual atau professional dan situasi kehidupan (Nusing: A Social
Policy Statement, 1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya
pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat humanistic dan professional,
holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada
kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya
kolaborasi.
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan
pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola
asuhan keperawatan.
2. Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan
menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan.
3. Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk
hidup sehat.
4. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional.
5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan
etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk menerima perubahan
serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.

Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:

1.      Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan.


2.      Mengembangkan program surveillance kesehatan.
3.      Melakukan konseling.
4.      Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
5.      Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di tempat
kerja.
6.      Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan serta masalah primer di perusahaan
7.      Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
8.      Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang diperlukan.
9.      Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan, mengembangkan
dan menganalisa program, pembiayaan, staffing serta administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989, terdiri dari:
a.       Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b.      Peran perawat sebagai advokat klien
c.       Peran perawat sebagai edukator
d.      Peran perawat sebagai koordinator
e.       Peran perawat sebagai kolaborator
f.       Peran perawat sebagai konsultan
g.      Peran perawat sebagai pembaruan

2. Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti “berpindah” atau
“suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang berarti “kebudayaaan”.
Kultur atau keudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia bahasa Indonesia).
Secara singkat keperawatan transkultural atau transkultural nursing dapat diartikan
sebagai keperawatan lintas budaya.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Labil
diagnose keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah
dari proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan juga dapat diartikan sebagai penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan potensial
aktual. Diagnosis keperawatan member dasar untuk pemulihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang perawat bertanggung gugat (NANDA,1990).

4. Diagnosa Keperawatan Transkultural


Dari beberapa pengertian dari setiap komponen dalam definisi keperawatan
transkultural di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, diagnosa keperawatan transkultural
merupakan pengkajian dan penilaian tentang respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
1.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur;
2.      Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural;
3.      Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Peran perawatan dalam hal ini adalah melakukan pengkajian terhadap respon klien
berdasarkan aspek latar belakang budaya mereka kemudian menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah
terbukti.
Skema diatas adalah penjelasan dari alur utama fungsi dan proses pada diagnose
keperawatan transkultural.

B. Komponen Diagnosa Keperawatan Transkultural

Komponen diagnosa dan Pengkajian dalam keperawatan transkultural dirancang


berdasarkan 7  komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
1) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
2) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
3) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
4) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
5) Faktor ekonomi (economical factors)
6) Faktor pendidikan (educational factors)
7) Faktor tekhnologi

 Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan


asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahariterbit (Sunrise Model) . Geisser (1991)menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan
solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,diagnosa keperawatan,
perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.
1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
andDavidhizar, 1995).Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada
“Sunrise Model”
yaitu :
a.Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit,kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b.Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophicalfactors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya,bahkan diatas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status
pernikahan,cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,nama
panggilan,umur dan tempat tanggal lahir,jenis kelamin,status,tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga,dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.

2. Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah,diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.(Giger and
Davidhizar,1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan,mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
a.Cultural care preservation/maintenance
1)Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
2)Bersikap tenang dan tidak terburuburu saat berinterkasi dengan klien
3)Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b.Cultural careaccomodation/negotiation
1)Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2)Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik
c.Cultual care repartening/reconstruction
1)Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan
melaksanakannya
2)Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3)Gunakan pihak ketiga bila perlu
4)Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh klien dan orang tua
5)Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan klien
harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu
proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka.Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu.Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitaskeberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien

Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai
budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi, dan pendidikan.
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik keperawatan. semua
langkah perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan
penyakit, dan persiapan menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut
harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab
masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan
(care expression, pattern, and practices).
Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian
kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga,
kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan
dengan proses keperawatan, ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu
tahap pengkajian.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b.       Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c.       Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
Leinenger  dengan gambar seperti di bawah ini. Oleh karena itu perawat harus mampu
membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap
perencanaan, tindakan keperawatan.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan
keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu
asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan
yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.

C. Kasus yang Berkaitan dengan Transkultural Nursing


Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu:
1.    Culture care preservation / maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan
2.    Culture care accommodation / negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang merefleksiakan
cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup klien
3.    Culture care repatterning / restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
            Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing, ditemukan fakta bahwa
persepsi masyarakat tentang terjinya penyakit antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain terdapat perbedaan, hal tersebut bergantung pada kebudayaan yang ada dan
berkembang di dalam mansyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan
dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, hal tersebut telah menjadi
hal yang turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat tentang salah satu
penyakit. Sebagai contoh
adalah persepsi masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai
penyakit malaria.
Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di daerah
rawa-rawa. Tidak jauh dari wilayah pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan
pepohonan yang lebat. Penduduk desa tersebut branggapan bahwa hutan itu memiliki
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelangaran yang dilakukan dapat berupa menebang pohon, membabat hutan untuk
area pertanian, dan sebagainya. Siapa yang melanggar ketentuan dari penguasa gaib
tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa demam tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara memohon ampun kepada penguasa hutan,
kemudian memetik daun dari pohon tertentu yang kemuadian dibuat menjadi ramuan untuk
diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari kemuadian
penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan di tentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk
gaib, roh-roh jahat, dan sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita auatu penuturan secara turun-
temurun tersebut adalah faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu
daerah mengenai timbulnya gejala suatu penyakit.
Kemudian salah satu contoh lagi seperti yang terjadi pada sebagian penduduk di
Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di
malam hari. Air yangtelah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun atau pemuka
masyarakat yang disegani digunakan sebagai obet malaria.
Pengobatan dengan cara-cara tersebut tentu tidak memiliki dasar teori dan bukti
klinis yang jelas. Pengobatan dengan ramuan dari dedaunan memang masuk dalam
kategori pengobatan alami dengan ramuan herbal. Namun permasalahan utama dalam
pengobatan ini adalah kandungan dari setiap daun yang dipakai begitu juga dengan
komposisi yang di perlukan untuk dapat di pakai sebagai obat herbal agar dapat
menyembuhkan suatu penyakit yang mereka derita. Belum lagi dengan pengobatan dengan
metode mantra atau jampi-jampi yang di berikan oleh pemuka adat atau dukun. Hal tersebut
tentu tidak sesuai dengan metode pengobatan yang baik dan benar sesuai dengan standar
pengobatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
 Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural nursing.
Sebagaimana yang telah dibahas di awal bahwa keperawatan transkultural merupakan
kajian mengenai studi tentang budaya dan kepercayaan masyarakat mengenai persepsi
meraka tentang penyebab timbulnya fenomena suatu penyakit di lingkungan yang tempat
mereka tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah diperlukan untuk
melakukan pengkajian terhadap respon masyarakat seperti pada contoh di atas mengenai
penyebab fenomena timbulnya suatu penyakit dan cara mereka dalam melakukan
penyembuhan berdasarkan aspek latar belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian
peran perawat transkultural selanjutnya adalah menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti.
Sehingga diharapkan masyarakat tersebut dapat beralih dari kebiasaan lama mereka dan
merubah cara pandang dan pola piker terhadap kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai
dengan standar ilmu pengetahuan dan teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya pemahaman yang
disampaikan tersebut masyarakat tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional seperti
menggunakan dedaunan dengan komposisi kandungan yang belum jelas dalam
pengobatan. Terlebih lagi adalah paradigm pengobatan berdasarkan praktik-praktik
perdukunan dengan metode pemberian mantra atau jampi-jampi oleh pemuka adat atau pun
dukun.
Kasus :
An.A usia 7 tahun mengalami penyakit epilepsi atau biasa disebut dengan ayan,keluarga
menganggap bahwa penyakit ini diakibatkan karena adanya roh halus yang merasuki di
dalam tubuh anaknya diakibatkan karena anaknya telah mandi di sungai belakang rumah
mereka karena sungai tersebut dianggap sangat keramat oleh keluarga.Keluarga hanya
melakukan pengobatan ke orang pintar saja karena mereka meyakini bahwa orang pintar
dapat menyembuhkan penyakit anaknya tersebut.Disana disarankan untuk minum air putih
saat penyakit anaknya tersebut kambuh dimana air putih tersebut sudah diberi doa atau
mantra yang diyakini dapat menghilangkan roh halus di dalam tubuh anaknya
tersebut,selain itu juga diberikan ramuan tradisional yang diminumkan sebanyak 2 kali
sehari kepada An.B tersebut.Keluarga tidak mau melakukan pengobatan ke dokter atau
petugas kesehatan lain,karena keluarga menganggap jika berobat ke dokter dapat semakin
memperparah keadaan anaknya.

Pengkajian
1)Faktor teknologi
Keluarga menganggap bahwa dirinya sehat apabila ia mampu melakukan aktivitasnya
sehari-hari,dan menganggap bahwa dirinya sakit apabila tubuhnya terasa lemas dan hanya
bisa terbaring di tempat tidur. Apabila ada keluarga yang sakit mereka hanya berobat di
orang pintar yang dianggap dapat menyembuhkan penyakit nya tersebut.Disana diberikan
ramuan-ramuan tradisional serta doa atau mantra yang diyakini dapat menyembuhkan
penyakit.Keluarga menganggap bahwa berobat di dokter membuat penyakitnya semakin
parah.
2)Faktor agama dan falsafah hidup
Agama yang dianut oleh keluarga adalah agama islam,di dalam keluarga terdapat ayah,ibu
dan satu orang anak,Ny.A menganggap bahwa penyakit anaknya itu merupakan karena
adanya roh ghaib yang merasuki tubuh anaknya karena dahulu anaknya tersebut pernah
mandi di sungai belakang rumahnya yang dianggap keramat
oleh keluarganya.Keluarga banyak berdzikir jika penyakit anaknya tersebut kambuh.

3)faktor sosial dan keterikatan keluarga


Nama Suami: Tn. A
Panggilan: Tn. A
Usia : 30tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Status: Kawin

Nama Istri: Ny. A


Panggilan: Ny.A
Usia: 30tahun
Jenis kelamin:Perempuan
Status : Kawin

Nama Anak: An. B


Panggilan: An.B
Usia: 7tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Status: Belum kawin

Tipe keluarga yaitu “Nuclear family” atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung. Suami sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga.Tn.A adalah seorang ayah dalam keluarga tersebut
Hubungan antar keluarga cukup baik

4)Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga adalah petani,bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa,keluarga biasa makan sebanyak 3x sehari
dengan menu sangat sederhana karena penghasilan Tn.A tidak mencukupi untuk
membeli makanan yang enak-enak. An.B memiliki pantangan makan ikan laut
dikarenakan alergi terhadap makanan tersebut.

Jika penyakit An.B kambuh, biasanya Ny.A diberikan minum air putih dan tubuh An.B
diberi cipratan air yang sudah di doakan oleh orang pintar.Selain itu An.B juga diberikan
ramuan tradisional yang diminumkan sebanyak 2 kali sehari.Semenjak An.B sakit,Ny.A
biasa memandikannya dengan air kembang yang diakui dapat menghilangkan roh halus
yang ada dalam tubuh anaknya tersebut.

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku


Tn.A menetapkan peraturan kepada seluruh anggota keluarga bahwa tidak boleh keluar
rumah setelah menjelang waktu maghrib karena keluarga beranggapan jika keluar rumah
setelah menjelang maghrib akan diculik oleh makhluk ghoib dan dibawa ke alamnya.
Selain itu, tidak boleh ada keluarga yang melakukan aktivitas apapun di sungai belakang
rumahnya,karena sungai tersebut dianggap sangat keramat oleh keluarga.

6)Faktor ekonomi
Tn. A bekerja sehari-hari sebagai petani,untuk menambah penghasilan Ny.A mencari
kayu bakar untuk dijual.Kelurga berobat
ke orang pintar dengan biaya pengobatan seikhlasnya saja.keluarga tidak memiliki tabungan
karena penghasilannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

7)Faktor pendidikan
Tn. A dan Ny.S berpendidikan hanya sampai SD saja,sedangkan An.K sedang menjalani
pendidikan SD kelas 1
 Analisis Data
no Data Etiologi masalah

1 DS: Keluarga meyakini bahwa Ketidakmampuan


- Ny.A mengatakan Memberikan minum air putih yang pemeliharaan
bahwa jika penyakit sudah didoakan dapat kesehatan
anaknya kambuh,ia menyingkirkan roh halus yang
memberikan minum air menempel di tubuh anaknya
putih kepada anaknya tersebut.
yang sudah didoakan
oleh orang pintar.
DO:
- Tampak Ny.A
memberikan minum air
putih saat penyakit
anaknya kambuh

2 DS: Keluarga meyakini bahwa Ketidakpercayaan


dengan mantra atau doa yang keluarga
- Ny.A mengatakan jika dibacakan oleh orang pintar,dapat terhadap
sakit melakukan menyembuhkan penyakit anaknya pengobatan medis
pengobatan ke orang
pintar dan
menggunakan obat-
obatan tradisional
- Ny.A mengatakan
bahwa An.B diberi
minum ramuan
tradisional yang
diberikan oleh orang
pintar sebanyak dua
kali sehari
- Tampak Ny.A memberi
minum kepada An.B
ramuan tradisional

Diagnosa Keperawatan

1.Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keyakinan nilai budaya


yang diyakini.
2.Ketidakpercayaan keluarga terhadap pengobatan medis berhubungan dengan keyakinan
yang dimiliki
 Intervensi

no Data Tujuan intervensi

1. Ketidakmampuan Setelah di berikan asuhan a. Identifikasi perbedaan


pemeliharaan kesehatan keperawatan selama 1 hari persepsi antara keluarga
berhubungan dengan diharapkan keluarga mampu dan perawat
keyakinan nilai budaya yang memelihara kesehatan b. Beritahu keluarga tentang
di yakini KH : proses penyakit yang di
- Keluarga tidak alami An.B
memberikan makanan c. Ajarkan keluarga mengenai
atau minuman apapun cara penatalaksanaan yang
saat penyakit An B benar saat penyakit An.B
kambuh kambuh
- Keluarga mengerti cara d. Reconstruction:beritahu
penatalaksanaan yang agar keluarga tidak
benar memberi makanan atau
minuman apapun saat
penyakit An.B kambuh
karena dapat menyebabkan
makanan atau minuman
tersebut masuk ke dalam
saluran pernapasannya.
2. Ketidakpercayaan keluarga Setelah diberikan asuhan 1. Beri penjelasan tentang
terhadap pengobatan medis keperawatan selama 1 hari proses penyakit yang
berhubungan dengan diharapkan percaya terhadap dialami
keyakinan yang di milikki pengobatan medis 2. Beritahu keluarga tentang
KH: pentingnya menjalani
- Keluarga mau membawa pengobatan medis secara
An B untuk berobat ke rutin.
rumah sakit. 3. Negotitation:
Perbolehkan keluarga tetap
berobat ke orang pintar
selama tidak bertentangan
dengan kesehatannya,
tetapi juga berobat ke
rumah sakit
 Implementasi keperawatan
no Tanggal Implementasi pelaksana
1 21 oktober 2013 1. Mengidentifikasikan perbedaan persepsi
antara keluarga dan perawat
2. Memberitahu keluarga tentang proses
penyakit yang di alami An.B
3. Mengajarkan keluarga mengenai cara
penatalaksanaan yang benar saat
penyakit An.b kambuh.
4. Memberitahu agar keluarga tidak
memberi makanan atau minuman
apapun saat penyakit An.B kambuh
karena dapat menyebabkan makanan
atau minuman tersebut masuk ke dalam
saluran pernapasannya
2 21 oktober 2013 1. Memberi penjelasan tentang proses
penyakit yang di alami
2. Memberitahu keluarga tentang
pentingnya menjalani pengobatan medis
secara rutin
3. Melakukan negosiasi dengan
memperbolehkan keluarga tetap berobat
ke tabib,tetapi juga ke rumah sakit
 Evaluasi keperawatan

no No diagnosa Catatan perkembangan pelaksana


1 Tanggal 22 oktober S:
2013 - Ny.A mengatakan bahwa ia telah
mengerti cara penatalaksanaan yang
benar saat penyakit anaknya kambuh.
- Ny.A mengatakan sudah tidak
memberikan minuman apapun saat
penyakit anaknya kambuh
O:
- Ny.A dapat melakukan cara
penatalaksanaan yang benar mengenai
minuman apapun saat penyakit anaknya
kambuh
- Ny.A sudah tidak memberikan minuman
apapun saat penyakit anaknya tersebut
kambuh
A: masalah belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
S:
- Ny.A mengatakan bahwa ia Masih
belum membawa anaknya untuk
pergi ke dokter atau petugas
kesehatan.
- Ny.A mengatakan masih membawa
anaknya berobat ke orang pintar dan
masih memberi minuman kepada
anaknya ramuan tradisional yang
diberi oleh orang pintar sebanyak 2
kali sehari
O:
- Tampak Ny.A memberi minum
kepada anaknya ramuan tradisional
yang diberikan oleh orang pintar.
A :Masalah belum teratasi.
P :Intervensi dilanjutkan
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar
dan keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya
dengan menghargai asuhan,sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan,dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khusus nya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti
yang menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew & Boyle, 1995).
Pengkajian pada model transkultural in nursing meliputi,faktor teknologi (technological
factors), faktor agama dan falsafah hidup (religious & philosopical factors), faktor sosial dan
keterkaitan kekeluargaan (kinship & sosial factors), faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural values & lifeways), faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
(political & legal factors), faktorekonomi (economical factors), faktor pendidikan
(educational factors).Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transcultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.Perencanaan adalah suatu
proses memilh strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Gigerand Daviddhizar, 1995).Ada tiga pedoman
yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,mengakomodasi
budaya kien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien
bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

Saran
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan.Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan,
hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan
Daftar Pustaka

      Marriner-Tomey (ed.), Nursing Theorist and Their Work, 3edn, C.V. Mosby, St Louis


      Nursing: A Social Policy Statement, 1985;NANDA,1990
      Marimbi Hanum, Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2009
      Ode, Sharif La, Konsep Dasar Keperawatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2012
      Giger & R. E. Davidhizar (Eds.), Transcultural Nursing: Assesment and
Intervention (2nd ed.), St. Louis, MO: C.V. Mosby, 1995
      Moyet, Linda Juall Carpenito, Buku Saku Keperawatan, Jakarta, ECG 2007
      http://kikyputridianhusada.blogspot.com/p/diagnosa-keperawatan-diagnosa.html
      http://anggisidrakula.blogspot.com/p/keperawatan-transkultural-leiningers.html
      http://books.google.co.id/
  http://www.gobookee.org/search.php?q=jurnal+transcultural+nursing

Anda mungkin juga menyukai