LP Hepatoma
LP Hepatoma
LP Hepatoma
Disusun Oleh :
21.156.03.11.058
A. Definisi
Hepatoma ( Hepatocellular Carcinoma / HCC ) adalah tumor ganas
hati primer yang berasal dari hepatosit (kanker hati primer). Hepatoma juga
dikenali dengan nama lain yaitu kanker hati primer, hepatokarsinoma dan
kanker hati. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda. Bagaimanapun sel-
sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80 % dari jaringan hati, jadi
mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95 %) timbul
dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hapatocellular kanker ) atau
Karsinoma (Putra, 2011)
A. Etiologi
Hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis multifactor dan
multifasik, melalui inisiasi, akselerasi dan transformasi dan proses banyak
tahapan dan peran serta banyak onkagen dan gen terkait, mutasi multi genik.
Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada, virus hepatitis,
aflatoksin dan pencemaran air minum merupakan tiga factor utama yang
terkait dengan timbulnya hepatoma (Putra, 2011)
1. Virus Hepatitis
a. HBV (Hepatitis B)
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya hepatoma
terbukti kuat, baik secara epidemologis klinis maupun eksperimental.
Karsinogenisitas HBV terhadap hati terjadi melalui proses inflamasi
kronik, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel pejamu dan aktifitas
protein spesifik HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya,
perubahan hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang aktif
bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati.
b. HCV (Hepatitis C)
Infeksi HCV berperan penting dalam pathogenesis hepatoma pada
pasien yang bukan pengidap HBV. Pada kelompok pasien penyakit
hati akibat transfusi darah dengan anti-HCV positif, interval antara saat
transfuse hingga terjadinya hepatoma dapat mencapai 29 tahun.
Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas
nekroinfiamasi kronik dan sianosis hati.
2. Alkohol
Sirosis hati yang disebabkan konsumsi alcohol yang berlebih ternyata
merupakan penyebab utama terjadinya kanker hati di usia lanjut. Hal ini
didukung dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa komsumsi alcohol
>50-70 gram perhari dan dalam jangka waktu yang lama ternyata tidak
hanya meningkatkan risiko terbentukya sirosis hati namun juga
mempercepat terjasinya sirosis pada penderita hepatitis C dan kanker hati
3. Diabetes Melitus (DM)
Telah lama ditengarai bahwa DM merupakan factor resiko baik untuk
penyakit hati kronik maupun kanker hati melalui terjadinya perlemakan
hati dan steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Disamping itu DM
dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin yang merupakan factor
promotes potensial untuk kanker.
4. Idiopatik
Antara 15-40 % kanker hati ternyata tidak diketahui penyebabnya
walaupun sudah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Beberapa
penjelasan menyebutkan peranan perlemakan hati yang bukan disebabkan
oleh alcohol dipercaya dapat menyebabkan kerusakan sel hati yang luas
yang pada akhirnya menimbulkan sirosis dan kanker hati.
5. Sirosis
Individu-individu dengan kebanyakan tipe-tipe sirosis hati berada pada
risiko yang meningkat mengembangkan kanker hati. Sebagai tambahan
pada kondisi-kondisi yang digambarkan diatas (hepatitis B, hepatitis C,
alcohol dan hemoehomatosis). Kekurangan alpha 1 anti-trypsin, suatu
kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan sirosis dan menjurus
pada kanker hati. Kanker hati juga dihubungkan sangat erat dengan
kelainan biokimia pada masa kanak-kanak yang berakibat pada sirosis
dini. Penyebab-penyebab tertentu dari sirosis lebih jarang dikaitkan
dengan kanker hati daripada penyebab-penyebab lainnya. Contohnya,
kanker hati jarang terlihat dengan sirosis pada penyakit Wilson
(metabolisme tembaga yang abnormal) atau primary selerosing
cholangitis (luka parut dan penyempitan pembuluh-pembuluh empedu
yang kronis).
B. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis berupa rasa nyeri tumpul umumnya dirasakan oleh
penderita dan mengenai perut bagian kanan atas, di epigastrium atau pada
kedua tempat epigastrium dan hipokondrium kanan. Nyeri yang terjadi terus
menerus sering menjadi lebih hebat bila bergerak. Nyeri terjadi sebagai akibat
pembesaran hati, peregangan glison dan rangsangan peritoneum. Terdapat
benjolan di daerah perut bagian kanan atas atau di epigastrium. Perut
membesar karena adanya asites yang disebabkan oleh sirosis atau karena
adanya peneybaran karsinoma hati ke peritoneum (Siregar Gontar A, 2010).
Umumnya terdapat keluhan mual dan muntah, perut terasa penuh, nafsu
makan berkurang dan berat badan menurun dengan cepat. Yang paling penting
dari manifestasi klinis sirosis adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan
terjadinya hipertensi portal yang meliputi asites, pendarahan karena varises
esofagus, dan ensefalopati (Siregar Gontar A, 2010).
C. Patofisiologi
Beberapa faktor patogenesis karsinoma hepatoseluler telah
didefinisikan baru-baru ini. Hampir semua tumor di hati berada dalam konteks
kejadian cedera kronik (chronic injury ) dari sel hati, peradangan dan
meningkatnya kecepatan perubahan hepatosit. KHS biasanya merupakan
perkembangan dari hepatitis kronis/sirosis di mana ada mekanisme
peradangan terus menerus dan regenerasi dari sel hepatosit (Nadhim, 2016)
Hepatoma 75% berasal dari sirosis hati yang lemah/menahun.
Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman
diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati
mendadak (simbolon, dkk 2015)
Karsinoma hepatoselular merupakan komplikasi yang bisa berasal dari
infeksi Virus hepatitis B, namun mekanisme pasti timbulnya KHS karena
infeksi VHB kronis masih belum jelas. Diduga respon imun terhadap VHB
berperan dalam timbulnya KHS. Pasien dengan tanda infeksi VHB aktif
berisiko 10,4 kali lebih besar dibanding dengan pasien tanpa infeksi aktif.
Pada bayi dan anak, terdapat 2 pola penularan, secara vertikal dan horizontal.
Penularan horizontal dari orang tua terjadi melalui jalur parenteral seperti
transfusi, suntikan dengan jarum suntik tercemar, tindik kuping, khitan atau
melalui luka. Penularan secara vertikal terjadi saat proses persalinan, akibat
darah ibu yang mengkontaminasi bayi. Infeksi perinatal ini berperan sebagai
penyebab kronisitas dan keganasan karena daya penghancur hepatosist yang
mengandng VHB pada bayi belum sempurna, sehingga DNA virus lebih luas
berintegrasi dengan DNA hepatosit (Nadhim, 2016).
c. MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk
menetukan aliran dalam vena vortal.
G. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat
dimetabolisasi oleh hari melalui arteri hepatik.Ini sangat meningkatkan
dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi meminimalkan efek samping
sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter
sementara yang dipasang ke dalam arteri aksilaatau femoralis.Komplikasi
metode ini meliputi trombosis hepatik dan arteri intraabdomenlain,
perubahan posisi kateter, sepsis dan hemoragi.Obat juga dapat diberikan
melalui pompa yang dapat ditanam, yang memberikan keuntungan
dengan membuat pasien tetap dapat berjalan dan menurunkan komplikasi
terkait kateter.Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi
intraarterial adalah flokuridin (FUDR) dan 5-FU.Obat lain yang
digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan
diklorometotrekstat.
2. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor tumor radiosensitive,
penggunaan terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim
normal. Semua hati akan metoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi
hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%.Pengobatan atau remisi jangka
panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.
3. Terapi Bedah
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk
pasien kanker hati.Sayangnya hanya 25% pasien memenuhi kriteria
untuk reseksi hati. Terdapat tiga macam terapi bedah, yaitu:
a. Hepatektomi Parsial.
Di Amerika Serikat, resksi mungkin hanya 5% dari pasien. Secara
umum, Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada
sebagian lobus hati sehingga dengan intervensi hepaktomi parsial
pada sebagian lobus hati memberikan hasil terbaik untuk
optimalisasi fungsi hati yang tersisa ( Poon, 2001 ).
b. Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena
luasnya penyakit hati. Beberapa pasien ini baik kandidat untuk
transplantasi hati karena memiliki potensi untuk menghilangkan
kanker, menyembuhkan penyakit hati yang mendasari.
c. Ablasi tumor local
Suntikan etanol Intratumoral atau asam asetat, terapi panas (
melalui radioterapi atau laser ablation ), atau dingin ( cryoablation
dengan nitrogen cair ) dapat digunakan untuk mengontrol tumor
secara local lebih kecil dari 4-5 cm. Teknik- teknik ini sering
dilakukan secara perkutaneus sebagai prosedur rawat jalan (Qiang
Ju, 2013)
BAB II
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada hepar
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembengkakan hati
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah dan
penurunan intake.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan ekspansi paru
menurun.
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pembekuan darah.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada hepar
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan ekspansi paru menurun.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil