0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan13 halaman

Dhea Fadia - Kapsul - Samantha Koralina - 22010319130083

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

Nama : Samantha Koralina


NIM/kelompok : 22010319130083/F
Asisten : Dhea Renata
Fadia Nur Azizah

LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI FARMASI, DEPARTEMEN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, JAWA TENGAH
2020
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

PERCOBAAN KAPSUL

TANGGAL PRAKTIKUM : 31 MARET 2020

I. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang bentuk sediaan obat kapsul beserta cara pembuatannya.

II. DASAR TEORI


II.1Definisi Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Syamsuni, 2006). Cangkang (shell)
adalah yang dikenal sehari-hari dengan sebutan kapsul kosong tanpa isi bahan obat.
Cangkang ini dapat diisi dengan bermacam-macam bahan obat, bahan obat cair maupun
bahan obat padat menjadi kapsul yang dapat langsung dipergunakan oleh penderita
(Depkes RI, 2014).

II.2Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan sediaan Kapsul yaitu sebagai berikut :
a. Bentuk menarik dan praktis
b. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak
c. Mudah ditelan dan cepat hancur di dalam perut sehingga bahan segera diabsorbsi
usus.
d. Dokter dapat memberikan resep kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan
dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong seperti pada
pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.
Kerugian Sediaan Kapsul yaitu sebagai berikut :
a. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan
penguapan.
b. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis (mudah mencair)
c. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
d. Tidak untuk balita
e. Tidak bisa dibagi (misal ¼ kapsul)
(Murtini, 2016)
II.3Jenis dan Ukuran Cangkang Kapsul
Berdasarkan cangkangnya, kapsul dibagi menjadi dua, yaitu kapsul cangkang
keras dan kapsul cangkang lunak;
a. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras dapat terbuat dari gelatin dengan kekuatan gel relatif
tinggi. Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi gelatin dari campuran kulit atau
tulang sering digunakan untuk mengoptimalkan kejernihan dan kekerasan cangkang.
Selain gelatin, kapsul cangkang keras dapat juga dibuat dari pati atau bahan yang
sesuai. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan; cara ini memilih obat
tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi setiap pasien.
Fleksibilitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk
sediaan tablet dan kapsul cangkang lunak. Kapsul cangkang keras biasanya diisi
dengan serbuk, butiran, atau granul (Depkes RI, 2014)

b. Kapsul cangkang lunak


KCL yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut gel lunak) atau bahan
lain yang sesuai membutuhkan metode produksi skala besar. Cangkang gelatin lunak
sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan
penambahan senyawa poliol seperti sorbitol atau gliserin. Cangkang gelatin lunak
umumnya terbuat dari 6% hingga 13% air. Umumnya kapsul cangkang lunak diisi
dengan cairan. Khususnya bahan aktif dilarutkan atau disuspensikan dalam bahan
pembawa cair (Depkes RI, 2014)
Berikut adalah tabel perbedaan antara kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak

(Murtini, 2016)

Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8


macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan 5
ukuran terkecil. Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien.
Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk hewan : 12 11 10
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari
pengalaman. Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai gambaran hubungan
jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah ini (Soetopo, 2004)

II.4Urutan Pencampuran Bahan Obat


Urutan dalam mencampur bahan obat kapsul adalah (Depkes RI, 2004):
a. Obat yang berbentuk kristal/bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
b. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah
(konstituen) dalam mortir.
c. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah
merata.
d. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
e. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.

II.5Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan pulveres dalam Kapsul


Berikut adalah hal yang memerlukan perhatian dikarenakan bahan dapat merusak
cangkang kapsul dengan serbuk, antara lain:
a. Serbuk yang mempunyai jenis yang ringan (voluminous) atau berbentuk kristal harus
digerus lebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kapsul. Misalnya garam kina,
Natrium salisilat, dan amidozon
b. Serbuk yang mudah mencair seperti KI, NaI, NaNO₂ akan merusak dinding kapsul
sehingga mudah rapuh karena bahan obat tersebut bersifat higroskopis, yaitu
menyerap air dari cangkang kapsul. Untuk itu dapat diatasi dengan menambahkan
bahan yang inert misalnya laktosa atau amilum
(Syamsuni, 2006)
III. SKRINING ADMINISTRATIF RESEP

dr. Nanang, Sp.ASIP: 7A/d708157alamat : Jl. Pahlawan


No.45, Semarang
Semarang, 15 Januari 2018R/Amoxycillinmg 300 1
Paracetamolmg 300 Luminolmg 5 m.f. pulv. dtd.
da.in.caps. No.VII S.t.dd.I caps
Pro: Ana (12 tahun)alamat: Jl. Matahari 17, Semarang
2

4 5

Keterangan:
1. Inscriptio : tidak ada nomor telepon dokter
2. Invocatio : lengkap
3. Prescriptio : lengkap
4. Signatura : lengkap
5. Subscriptio : tidak ada paraf dokter
6. Pro : lengkap
IV. RESEP

dr. Nanang, Sp.ASIP: 7A/d708157alamat : Jl. Pahlawan


NO.45, Semarang
Telepon : (021) 088435238
Semarang, 15 Januari 2018R/Amoxycillinmg 300
Paracetamolmg 300 Luminolmg 5 m.f. pulv. dtd.
da.in.caps. No. VII S.t.dd.I caps
Pro: Ana (12 tahun)alamat: Jl. Matahari 17, Semarang

V. SALINAN RESEP

APOTEK GALAXINEJl. Andromeda 224 Telp: (021)


56781234Samantha Koralina, S.Farm.,AptSIPA: 890123
SALINAN RESEPNO.: 07Tgl: 17/01/2018Dari: dr.
Nanang, Sp, ATgl: 15/01/2018Untuk: Ana (12
tahun)R/Amoxycillin mg 300 Paracetamol mg
300 Luminol mg 5 m.f. pulv. dtd. da.in.caps.
No. VII S.t.dd.I capsdet VI PCC.

Samantha Koralina,S.Farm,.Apt
VI. PENIMBANGAN
1. Amoxycillin
300 mg x 6 = 1800 mg
= 1800 mg / 500 mg
= 3,6
~ 4 tablet

2. Paracetamol
300 mg x 6 = 1800 mg
= 1800 mg / 500 mg
= 3,6
~ 4 tablet

3. Luminal
5 mg x 6 = 30 mg
= 30 mg / 30 mg
= 1 tablet

o Bobot tiap bahan


Amoxycillin = 4 x 708,2 mg = 2832,8 mg
Paracetamol = 4 x 633,9 mg = 2535,6 mg
Luminal = 1 x 177,2 mg = 177,2 mg

o Bobot total kapsul


5545,6 mg

o Bobot tiap kapsul


5545,6 mg / 6 = 924,267 mg
~ 924,3 mg/kapsul
VII. CARA KERJA

Amoxycillin Paracetamol Luminal

Hitung masing-masing bobot 1 tablet


Tambahkan Saccharum lactis jika
kapasitas kapsul belum tergenapi
Tiap bahan digerus, dicampur, dan
dihomogenkan dalam mortir
Campuran bahan

Dibagi ke kertas perkamen sama rata


Dimasukkan ke dalam cangkang kapsul
ukuran 00
Dibersihkan menggunakan kasa steril
Kapsul dimasukkan ke dalam plastik
klip dan diberi etiket
Hasil
VIII. KHASIAT
VIII.1 Khasiat Perbahan
VIII.1.1 Amoxycillin
Menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan infeksi di organ paru-
paru, saluran kemih, kulit, serta di bagian telinga, hidung, dan tenggorokan.
VIII.1.2 Paracetamol
Penurun demam dan pereda nyeri, seperti nyeri haid dan sakit gigi.
VIII.1.3 Luminal
Penanganan seizure tonik-klonik (grand mal) dan seizure parsial.
(Badan POM RI, 2015)
VIII.2 Tujuan Pengobatan
Tujuan pengobatan dari campuran bahan Amoxycillin, Paracetamol, dan Luminal
adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan infeksi serta
menurunkan nyeri, demam, dan kejang yang dihasilkan oleh infeksi tersebut.

IX. ETIKET
APOTEK GALAXINE
Jl. Andromeda 224
Telp: (021) 56781234
Samantha Koralina, S.Farm.,Apt
SIPA: 890123

No: 02Tgl: 17/01/2018


Nama: AnaJml: 6 kapsul
Umur: 12 tahun

1 tablet 3x sehari
Sesudah makan

SEMOGA LEKAS SEMBUH

X. PEMERIAN BAHAN
X.1Amoxycillin
Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau
X.2Paracetamol
Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit
X.3Luminal
Serbuk hablur kecil
(Depkes RI, 2014)
XI. PEMBAHASAN

Percobaan ini berjudul “Kapsul” yang dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2020
pukul 13.00-15.45 WIB yang dilakukan secara daring di Microsoft teams. Tujuan dari
percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan membuat obat sediaan kapsul
dengan benar. Pada percobaan ini dibuat 6 (enam) kapsul yang dibuat dari 4 tablet
amoxycillin, 4 tablet paracetamol, dan 1 tablet luminal. Alat-alat yang digunakan adalah
mortar, stamper, sudip, timbangan gram, kertas perkamen, spatula, plastik clip, dan kasa
steril. Sedangkan bahan yang digunakan adalah amoxycillin, paracetamol, luminal, dan
cangkang kapsul.

Pertama-tama, alat dan bahan yang akan dipakai perlu disiapkan terlebih dahulu dan
pastikan kering dan dapat digunakan dengan baik. Timbangan analitik yang dipakai perlu
dikalibrasi agar penimbangan obat tepat. Sebelum membuat sediaan, perlu dilakukan
perhitungan jumlah tablet yang akan diambil. Hal ini sesuai dengan Harmita (2006) yang
menyatakan bahwa perhitungan jumlah tablet yang diperlukan dengan cara membagi bobot
obat yang diperlukan dalam resep dengan kadar zat yang dibutuhkan. Setelah perhitungan
didapatkan bahwa banyak tablet amoxycillin yang diambil adalah 4 tablet, paracetamol 4
tablet, dan luminal 1 tablet. Setelah itu dihitung bobot bahan dan bobot total sehingga sesuai
dengan bobot ideal serbuk yang nantinya akan dimasukkan ke dalam cangkang kapsul.
Menurut Voigt (1994), bobot ideal dari serbuk adalah 500mg. Jika serbuk belum mencapai
500mg, maka dapat ditambahkan zat-zat yang bersifat netral seperti Saccharum lactis. Pada
percobaan kali ini, bobot total yang didapat sudah sesuai dengan bobot ideal, yaitu 924,267
mg.

Kedua, masing-masing bahan digerus hingga homogen sesuai dengan urutan


pencampuran bahan obat di dalammortir searah jarum jar agar penggerusan rata. Menurut
Depkes RI (2004), pencampuran bahan obat dilakukan dari obat yang bobotnya paling kecil
terlebih dahulu. Maka, obat yang digerus pertama adalah luminal (177,2 mg), lalu
paracetamol (2535,6 mg), dan yang terakhir adalah amoxycillin (2832,8 mg). Setelah
semuanya halus, maka serbuk dicampur kembali di dalam mortir hingga homogen. Dengan
menggunakan spatula dan sudip, ambil serbuk yang sudah dicampur dan pindahkan ke
kertas perkamen. Selanjutnya siapkan kertas perkamen sejumlah banyak kapsul yang ingin
dibuat (enam). Tiap kertas perkamen akan dimasukkan ke dalam satu cangkang kapsul.
Serbuk kemudian dibagi rata secara visual. Menurut Anief (2008), pembagian paling banyak
20 buah. Apabila lebih dari 20, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian dengan cara
penimbangan dan tiap bagian dibagi secara visual paling banyak 20 buah.

Ketiga, ambil cangkang kapsul berukuran 00 dan pisahkan bagian tutup dan
tubuhnya. Serbuk dimasukkan ke dalam tubuh cangkah dengan cara mendorong cangkang
ke serbuk (bukan serbuk yang dimasukkan ke dalam cangkang) dengan bantuan kertas
perkamen sebagai penahan agar serbuk tidak berteteran. Jika masih ada serbuk yang tersisa
di kertas perkamen, maka tekan cangkang ke serbuk sehingga serbuk menjadi padat dah
menempel pada serbuk yang sudah ada di dalam cangkang tadi. Pastikan semua serbuk
sudah terambil. Lalu, tutup tubuh cangkang dengan tutup cangkang sebelumnya untuk
mencegah serbuk tumpah. Langkah ini dilakukan hingga tiap serbuk di kertas perkamen
masuk ke dalam kapsul. Keempat, tiap kapsul dibersihkan menggunakan kasa steril sehinga
terbebas dari kontaminasi dengan cara digosok secara halus. Lalu masukkan kapsul ke
dalam plastik clip dengan cara menuangkan kapsul yang ada di kasa, bukan diambil
menggunakan tangan, untuk menghindari kontaminasi ulang. Yang terakhir adalah
pemberian etiket.

Pemilihan bentuk sediaan kapsul adalah untuk pasien berumur 12 tahun yang sudah
cukup besar untuk mengkonsumsi kapsul ukuran 00. Menurut Soetopo (2004), ukuran
nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Sediaan kapsul
diberikan untuk menutupi rasa obat yang pahit. Selain itu adalah untuk mempermudah
dokter memberikan kombinasi obat dan dosis karena amoxycillin merupakan obat antibiotik
dan luminal adalah obat keras yang membutuhkan monitoring terhadap penggunaannya
(BPOM RI, 2015). Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsuni (2006) bahwa pemilihan
bentuk sediaan kapsul ditujukan bagi pasien yang ingin menutupi rasa dan bau dari obat
yang kurang enak. Kapsul juga mudah ditelan dan cepat hancur atau larut di dalam tubuh.
Selain itu, dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan
obat dan dengan dosis yang berbeda-beda.

Etiket yang dipakai adalah etiket berwarna putih untuk pemakaian obat dalam. Obat
diminum 1 kapsul 3 kali sehari sesudah makan. Tujuan pengobatan adalah untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan infeksi serta menurunkan nyeri,
demam, dan kejang yang dihasilkan oleh infeksi tersebut.

Untuk di pasaran, contoh obat sediaan kapsul adalah Ganin yang mempunyai
komposisi gabapentin yang diberikan untuk antiepilepsi.
XII. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa kapsul merupakan sediaan padat yang terbungkus dalam
suatu cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul dibuat dari bahan obat seperti
amoxycillin, paracetamol, dan luminal. Obat ini bertujuan untuk mengobati pasien yang
mengalami infeksi. Kapsul dibuat dengan menggerus tablet sampai kering, halus, dan
homogen lalu dimasukkan ke dalam cangkang kapsul yang selanjutnya dibersihkan
menggunakan kasa steril.

XIII. DAFTAR PUSTAKA


Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

BPOM RI. 2015. Diakses dari situs resmi pom.go.id

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta: Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

Murtini, Gloria. 2016. Farmasetika Dasar. Jakarta: Pusat SDM Kesehatan

Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

Semarang, 20 Maret 2020


Praktikan,

Samantha Koralina

Anda mungkin juga menyukai