Makalah STPM Revisi
Makalah STPM Revisi
Makalah STPM Revisi
SANITASI DI BANDARA
DISUSUN OLEH :
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
tentang Sanitasi Transportasi Pariwisata dan Matra ini pada tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Linda Barus selaku Dosen
Sanitasi Transportasi Pariwisata dan Matra yang telah memberi kami tugas
makalah ini, teman-teman yang selalu memberi semangat kepada kami, serta
semua pihak yang telah membantu meyelesaikan makalah ini, yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah kami menyadari masih terdapat kekurangan
di dalamnya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bandara Udara 3
B. Manfaat Bandara Udara 4
C. Penyehatan Bandara 5
D. Formulir Sanitasi Pesawat 9
E. Peraturan Internasional Annex 8,9,16 ICAO ((International Civil Aviation
Organization) 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bandar Udara merupakan sarana dan prasarana penyelenggara
transportasi yang terdiri dari bangunan gedung dan fasilitas lain baik di daratan
maupun perairan sekitarnya dengan batas-batas tertentu. Bandar Udara
merupakan tempat kegiatan pemerintahan dan perekonomian yang ditata secara
terpadu guna menyediakan jasa kebandarudaraan sesuai dengan tingkat
kebutuhan.
Penyelenggaraan Bandar Udara Sehat ditujukan untuk mewujudkan
kondisi Bandar Udara yang dapat mencegah potensi risiko penyebaran
penyakit, gangguan kesehatan, keamanan dan ketertiban yang dinamis
sehingga tercipta Bandar Udara Sehat. Oleh karena itu, sebagai pintu masuk
negara dalam melakukan aktivitasnya, Bandar Udara perlu memperhatikan
pengelolaan lingkungan yang bersih dan sehat agar tumbuh dan berkembang
rasa aman, nyaman, tertib, dan sehat yang merupakan bentuk ”pelayanan
prima” sebagai kawasan pusat pertumbuhan ekonomi, yang mengacu pada
konsep ECO Port dan ECO Airport sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah tentang Perlindungan Lingkungan Maritim dan Pedoman
Pelaksanaan Bandar Udara Ramah Lingkungan.
Dari aspek kesehatan masyarakat, media lingkungan yang perlu
mendapat perhatian dalam mewujudkan kualitas Lingkungan Bandar Udara
atau Pelabuhan yang sehat adalah upaya untuk mengawasi agen penyebaran
penyakit (fisik, kimia, mikrobiologis), media perantara (air, udara,
makanan/minuman, vektor penyakit seperti serangga dan binatang pengerat,
sampah dan limbah, manusia beserta perilakunya), pengamatan penyakit dan
keluhan masyarakat yang terkait dengan kegiatan di Pelabuhan dan Bandar
Udara. Hal ini sejalan dengan diberlakukannya International Health Regulation
(IHR) 2005, dimana Indonesia telah sepakatuntuk melaksanakannya secara
penuh pada Tahun 2014 melalui kegiatan pengawasan/pengamatan penyakit di
Bandar Udara, agar penyakit-penyakit menular potensial wabah tidak
1
berkembang menjadi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia (Public HealthEmergency of International Concern), seperti: Ebola,
Avian Influenza, SwainFlu, Kolera, Pest paru, Demam kuning, West nile
Fever, Cacar, Polio, Dengue, Meningokokus dan SARS.
Berdasarkan uraian di atas, Perlu adanya pemeriksaan dan pengawasan
sanitasi di bandara, untuk itu Kementerian Kesehatan melakukan upaya Bandar
Udara Sehat melalui pendekatan pengembangan Bandar Udara Sehat dengan
melakukan pengaturan yang berkaitan dengan upaya-upaya kesehatan yang
terintegrasi dengan upaya lain di lingkungan Bandar Udara dan Pelabuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian bandara udara?
2. Apa manfaat bandara udara?
3. Bagaimana penyehatan bandara?
4. Bagaimana formulir sanitasi pesawat?
5. Bagaimana Peraturan Internasional Annex 8,9,16 ICAO (International Civil
Aviation Organization)
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian bandara udara.
2. Dapat mengetahui manfaat bandara udara.
3. Dapat mengetahui penyehatan bandara.
4. Dapat mengetahui formulir sanitasi pesawat.
5. Dapat mengetahui Peraturan Internasional Annex 8,9,16 ICAO
(International Civil Aviation Organization)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
o Hanggar dari pesawat sebagai wadah kegiatan pemeliharaan
pesawat,
o Fasilitas pemeliharaan bandara, termasuk pemadam kebakaran
o Apron, untuk fasilitas bongkar muat barang dan penumpang serta
juga wadah kegiatan pelayanan teknis pesawat.
4
arus manusia barang maupun informasi sebagai
penunjang tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian
secara optimal untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara
merata dan terjangkau daya beli masyarakat.
o Mempercepat arus lalu lintas penumpang, kargo servis.
o Peran Transportasi Udara Dalam Integrasi Nasional: Penunjang
Dan Pendorong Stabilitas Wilayah Perbatasan Indonesia
C. Penyehatan Bandara
Penyehatan bandara adalah upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga terhindar
dari kesakitan dan penularan penyakit. Dalam upaya penyehatan bandara
menurut Dirjen PPM & PL (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan) Tahun 1999 meliputi :
5
e. Kualitas udara
Kadar debu di sekitar lingkungan bandara maksimal 0,26mg/m3 udara
dan tingkat kebisingan maksimal 70 dBA(≤70 dBA)
b. Ruang tunggu
1) Lantai
Lantai pada ruang tunggu harus kuat, bersih, kedap air, rata, tidak
licin dan mudah dibersihkan.
3) Tempat duduk
Tempat duduk pada ruang tunggu harus kuat, bersih, bebas dari
serangga.
4) Tempat sampah
Di dalam ruang tunggu harus tersedia tempat sampah minimal I buah
pada radius 10 meter.Tempat sampah tersebut harus terbuat dari
bahan yang kuat, kedap air, ringan dan dilengkapi penutup.
6
harus kurang dari 55 Dba (<55 dBA).
c. Ruang kantor
1) Lantai
Keadaan lantai ruang kantor harus kuat, bersih, kedap air, rata, tidak
licin dan mudah dibersihkan.
2) Tempat duduk
Tempat duduk pada ruang kantor harus kuat, bersih, dan bebas kutu
busuk.
3) Tempat sampah
Dalam ruang kantor harus tersedia minimal 1 buah tempat sampah
pada radius 10 meter. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat,
kedap air, ringan dan dilengkapi dengan penutup.
3. Fasilitas Sanitasi
a. Penyediaan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting dalan proses
penyehatan bandara maka air harus tersedia dengan kapasitas yang
cukup untuk setiap kegiatan dan kualitas fisik air harus dalam
keadaan baik. Kualitas air bersih di bandara di periksa ke lab. secara
periodik.
b. Toilet
Ketersediaan toilet di bandara minimal 2 toilet dan keadaanya harus
bersih, tidak berbau serta dihubungkan dengan sistem pengolahan
limbah/IPAL atau septictank.
7
dalam keadaan baik, terbuat dari bahan yang kuat, anti karat, ringan,
mudah dibersihkan dan dilengkapi penutup.
b. Kebisingan
Tingkat kebisingan harus kurang dari 55dBA (<55 dBA) agar tidak
mengganggu aktivitas dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
c. Ventilasi
Keadaan ventilasi tidak berbau (NH3 dan H2S) dan sirkulasi udara
cukup baik.
8
dengan petunjuk penggunaan yang jelas dan selalu diperiksa secara
periodic oleh dinas pemadam kebakaran.
e. Kotak P3K
Dibandara harus tersedia kotak P3K dan berisi obat-obatan yang
keadaannya masih baik.
4. Penyehatan makanan
a. Penjamah makanan
Para penjamah makanan di bandara harus memenuhi persyaratan
seperti tidak mempunyai penyakit kulit, mata dan ISPA.Penjamah
makanan harus berprilaku sehat, berpakaian utuh dan tidak sobek.
9
tenang, dan damai
2. Melaksanakan komitmen internasional=menghindari tindakan karantina.
- Tidak merugikan komersial
- Tidak ada nyamuk (vektor)
- Tidak ada penderita penyakit karantina pada penerbangan
3. Ruangan yang perlu di awasi:
- Kabin penumpang: kursi, kantongdibelakangmeja, tempat abu rokok,
rak-rak bagasi, lantai karpet, jendela, fitting, ruang kabin.
- Ventilasi dan tangga
- Ruang dapur meliputi oven ,tempatsampah, meja dapur
- Toilet meliputi westafel, cermin, toilet duduk
- Flight deck/ ruangan penerbangan pilot dan copilot meliputi kursi,
instrumen, jendela- jendela kaca, cermin, dan tempat sampah
4. Penyediaan air bersih
a. Kuantitas (ratio penerbangan)
Jarak terbang (lama):
- 1,70 liter/ penumpang – (1-3 jam)
- 3,12 liter/ penumpang – (3-5 jam)
- 4,55 liter/ penumpang – (5-12 jam)
b. Kualitas (harus memenuhi persyaratan international)
1. Syarat fisik = warna, bau, rasa, kekeruhan
2. Syarat kimia
3. Syarat bakteriologis
c. Pemeriksaan kualitas air
1. Pemeriksaan fisik air (setiap waktu)
2. Pemeriksaan kimia
- 50.000 konsumen – 1 bulan
- Bahan kimia toxic – 1 bulan sekali
5. Penyediaan makanan
- flight catering (penyimpanan dalam pengawet – 4 prinsip
a. Keep the quality to ecceptable
b. Keep it cold
10
c. Keep it clean
d. Keep it covered
6. PTAL
a. Electric (chemical toilet)
- 4 jam 250 gr (urin) +300 gr (feces+urine)
- 6 jam 375 gr (urine) +450 gr (feces+urine)
- 8 jam 495 gr (urine) +595 gr (feces+urine)
- 10 jam 625 gr (urine) +740 gr (feces+urine)
11
sesuai dengan atau di atas standar minimum yang mungkin dikembangkan
oleh ICAO dari waktu ke waktu sesuai dengan Konvensi. Standar minimum
yang terkandung dalam Lampiran 8, edisi pertama yang diadopsi oleh
Dewan pada tanggal 1 Maret 1949.
Lampiran 8 mencakup standar luas yang menentukan, untuk aplikasi
oleh otoritas kelaikan udara nasional, dasar minimum untuk pengakuan oleh
Serikat Sertifikat Kelaikan Udara untuk tujuan penerbangan pesawat
terbang Negara lain ke dalam dan atas wilayah mereka, sehingga mencapai,
antara lain , perlindungan, pihak ketiga pesawat lain dan properti. Hal ini
diakui bahwa Standar ICAO tidak akan menggantikan peraturan nasional
dan bahwa kode nasional kelaikan mengandung lingkup penuh dan tingkat
detail yang dianggap perlu oleh masing-masing Negara akan diperlukan
sebagai dasar untuk sertifikasi pesawat individu. Setiap Negara yang bebas
untuk mengembangkan kode yang komprehensif dan rinci sendiri kelaikan
atau untuk memilih, mengadopsi atau menerima kode yang komprehensif
dan rinci ditetapkan oleh Negara lain. Tingkat kelaikan dipersyaratkan oleh
kode nasional ditunjukkan dengan standar luas Annex 8 ditambah, jika
perlu, oleh bahan bimbingan yang diberikan dalam Kelaikan Udara
Petunjuk Teknis ICAO (Doc 9760).
Lampiran 8 dibagi menjadi empat bagian. Bagian I mencakup definisi,
Bagian II berkaitan dengan prosedur sertifikasi dan melanjutkan kelaikan
pesawat udara; Bagian III mencakup persyaratan teknis untuk sertifikasi
desain pesawat besar baru, Bab IV tentang helikopter.
Salah satu klausul pendukung dalam definisi yang digunakan dalam
Lampiran mendefinisikan lingkungan di mana pesawat diharapkan untuk
tampil sebagai "kondisi operasi diantisipasi". Ini adalah kondisi yang
diketahui dari pengalaman atau yang dapat cukup dipertimbangkan terjadi
selama masa operasional pesawat, dengan mempertimbangkan operasi yang
pesawat dibuat memenuhi syarat. Mereka juga termasuk kondisi relatif
terhadap cuaca, medan sekitar bandar udara dari pesawat yang yang
diharapkan dapat beroperasi, berfungsi pesawat, efisiensi personil dan faktor
lain yang mempengaruhi keselamatan dalam penerbangan. Kondisi operasi
12
diantisipasi tidak termasuk orang-orang ekstrem yang dapat secara efektif
dihindari dengan prosedur operasi dan orang-orang ekstrem yang terjadi
sehingga jarang bahwa tingkat kelaikan untuk menemui mereka akan
membuat operasi pesawat praktis.
Berdasarkan ketentuan yang berkaitan dengan melanjutkan kelaikan
pesawat, Negara Registry harus menginformasikan Negara Desain ketika
pertama kali masuk dalam nya mendaftar pesawat udara dari jenis
disertifikasi oleh kedua. Hal ini untuk memungkinkan Negara Desain untuk
mengirimkan ke Negara Registry informasi yang berlaku umum telah
ditemukan diperlukan untuk kelaikan udara berlanjut dan untuk keselamatan
operasi pesawat. Negara Registry juga harus mengirimkan ke Negara
Desain semua informasi terus kelaikan berasal olehnya untuk transmisi, jika
perlu, kepada Negara Pihak lainnya dikenal memiliki pada mereka
mendaftarkan jenis pesawat yang sama. Untuk membantu negara-negara
dalam membangun kontak dengan otoritas kelaikan udara nasional yang
tepat, informasi yang diperlukan telah disediakan dalam surat edaran ICAO
(CIRC 95) yang tersedia pada ICAO-Net.
Standar teknis yang berhubungan dengan sertifikasi pesawat terbatas
saat ini untuk pesawat multi-bermesin lebih dari 5 700 kg maksimum lepas
landas massa sertifikat. Standar ini meliputi persyaratan yang berkaitan
dengan kinerja, kualitas terbang, desain struktur dan konstruksi, mesin dan
baling-baling desain dan instalasi, sistem dan desain peralatan dan instalasi,
dan operasi keterbatasan termasuk prosedur dan informasi umum yang akan
diberikan dalam penerbangan manual pesawat, crashworthiness pesawat dan
keselamatan kabin, lingkungan operasi dan faktor manusia dan keamanan
dalam desain pesawat. Standar kinerja mengharuskan pesawat harus mampu
mencapai kinerja minimum yang ditentukan dalam Lampiran pada semua
fase penerbangan, dalam hal-unit daya kritis telah gagal dan sisa daya-unit
dioperasikan dalam kekuasaan take-off mereka keterbatasan, mampu dengan
aman melanjutkan atau meninggalkan nya take-off. Setelah awal take-off
fase, pesawat harus mampu terus naik hingga ketinggian di mana pesawat
dapat melanjutkan penerbangan yang aman dan pendaratan, sedangkan sisa
13
daya-unit beroperasi dalam keterbatasan power secara berkelanjutan
mereka.
Pesawat harus terkendali dan stabil di bawah semua kondisi operasi
diantisipasi tanpa keahlian yang luar biasa, kewaspadaan atau kekuatan pada
bagian dari pilot, bahkan dalam hal kegagalan dari setiap unit listrik. Selain
itu, karakteristik kios pesawat harus seperti memberikan peringatan yang
jelas percontohan, dan seharusnya mungkin bagi pilot untuk
mempertahankan kontrol penuh dari pesawat tanpa mengubah tenaga mesin.
Persyaratan untuk desain rinci dan konstruksi memberikan keyakinan yang
memadai bahwa semua bagian pesawat akan berfungsi dengan handal dan
efektif. Fungsi dari semua bagian yang bergerak penting untuk operasi yang
aman harus ditunjukkan dengan tes yang sesuai, dan semua bahan yang
digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang disetujui. Metode fabrikasi
dan perakitan harus menghasilkan struktur konsisten suara yang harus
dilindungi terhadap kerusakan atau kehilangan kekuatan karena pelapukan,
korosi, abrasi atau penyebab lainnya, yang bisa berlalu tanpa diketahui.
Berarti harus disediakan yang secara otomatis akan mencegah keadaan
darurat atau mengaktifkan kru untuk menangani mereka secara efektif, dan
desain harus meminimalkan kemungkinan kebakaran dalam pesawat, kabin
depressurization dan gas beracun dalam pesawat dan pesawat terhadap petir
dan listrik statis.
Pertimbangan khusus diberikan dengan persyaratan yang berhubungan
dengan fitur desain yang mempengaruhi kemampuan awak pesawat untuk
mempertahankan penerbangan dikendalikan. Tata letak kompartemen awak
pesawat harus seperti untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan operasi
kontrol karena kebingungan, kelelahan atau gangguan. Ini harus
memungkinkan bidang cukup jelas, luas dan tidak terdistorsi visi untuk
operasi yang aman dari pesawat.
Desain Aeroplane fitur juga menyediakan untuk keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan penghuni dengan menyediakan lingkungan kabin yang cukup
selama penerbangan diantisipasi dan kondisi operasi darat dan air, sarana
untuk evakuasi cepat dan aman dalam pendaratan darurat dan peralatan yang
14
diperlukan untuk kelangsungan hidup penghuni menyusul pendaratan
darurat dalam lingkungan eksternal yang diharapkan untuk waktu yang
wajar span.
Persyaratan untuk sertifikasi mesin dan aksesoris yang dirancang untuk
memastikan bahwa mereka berfungsi andal di bawah kondisi operasi
diantisipasi. Sebuah mesin jenis harus diuji untuk menetapkan kekuatan atau
dorongan dari karakteristik, untuk memastikan bahwa parameter operasi
yang memuaskan dan untuk menunjukkan margin yang memadai kebebasan
dari ledakan, gelombang atau kondisi yang merugikan lainnya. Pengujian
harus dari durasi yang cukup dan harus dilakukan pada daya tersebut dan
kondisi operasi lain yang diperlukan untuk menunjukkan keandalan dan
daya tahan mesin. Menyusul kejadian-kejadian terakhir tindakan
highjacking dan teroris di dalam pesawat terbang, fitur keamanan khusus
telah dimasukkan dalam desain pesawat untuk meningkatkan perlindungan
dari pesawat. Ini termasuk fitur khusus dalam sistem pesawat, identifikasi
lokasi bom paling berisiko, dan penguatan pintu kokpit, langit-langit dan
lantai dari kompartemen awak kabin.
Annex 9 Fasilitasi
Standar dan Fitur Praktek (SARPs) Fasilitasi (FAL) yang berasal dari
beberapa ketentuan Konvensi Chicago. Pasal 37 mewajibkan ICAO untuk
mengadopsi dan mengubah dari waktu ke waktu standar internasional dan
praktik yang disarankan dan prosedur yang berhubungan dengan, antara
lain, bea cukai dan prosedur imigrasi. Pasal 22 mewajibkan setiap Negara
untuk mengadopsi semua langkah praktis untuk memudahkan dan
mempercepat navigasi dengan pesawat antara wilayah Negara, dan untuk
mencegah penundaan yang tidak perlu untuk pesawat, kru, penumpang, dan
kargo, terutama dalam administrasi hukum yang berkaitan dengan imigrasi ,
karantina, bea cukai dan cukai. Pasal 23 Konvensi menyatakan usaha
masing-masing Negara untuk membangun kebiasaan dan prosedur imigrasi
yang mempengaruhi navigasi udara internasional sesuai dengan praktek-
15
praktek atau direkomendasikan berdasarkan Konvensi.
Sejumlah artikel lain memiliki ketepatan khusus dengan ketentuan
Lampiran FAL dan telah diperhitungkan dalam persiapan. Ini termasuk:
Pasal 10, yang mengharuskan semua pesawat memasuki wilayah suatu
Negara untuk mendarat di dan berangkat dari, bandara yang ditunjuk oleh
Negara untuk bea cukai dan pemeriksaan lainnya, Pasal 13, yang
memerlukan kepatuhan masuk suatu Negara Pihak, klarifikasi , imigrasi,
paspor, bea cukai dan hukum dan peraturan karantina, oleh atau atas nama
penumpang, awak atau kargo, Pasal 14, yang mewajibkan setiap Negara
untuk mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah penyebaran
dengan cara navigasi udara dari penyakit menular, dan Pasal 24 (bea cukai),
Pasal 29 (dokumen dibawa dalam pesawat) dan Pasal 35 (pembatasan
kargo).
Ketentuan ini Konvensi menemukan ekspresi praktis dalam SARPs
Lampiran 9, edisi pertama yang diadopsi pada tahun 1949. Para SARPs
berkaitan khusus untuk fasilitasi formalitas landside untuk clearance
pesawat dan lalu lintas komersial melalui persyaratan bea cukai, imigrasi,
kesehatan masyarakat dan otoritas pertanian. Lampiran ini merupakan
dokumen luas yang mencerminkan fleksibilitas ICAO dalam sejalan dengan
penerbangan sipil internasional. ICAO diakui sebagai badan internasional
pertama untuk membuat nyata mulai pada fasilitasi dengan mengembangkan
standar yang mengikat Negara Peserta nya.
Lampiran ini memberikan kerangka acuan bagi para perencana dan
manajer operasi bandara internasional, menggambarkan batas maksimum
kewajiban industri dan fasilitas minimum yang harus disediakan oleh
pemerintah. Selain itu, Lampiran 9 menetapkan metode dan prosedur untuk
melaksanakan operasi penebangan sedemikian rupa untuk memenuhi tujuan
kembar kepatuhan yang efektif dengan hukum Negara dan produktivitas
bagi operator, bandara dan lembaga inspeksi pemerintah yang terlibat.
Awalnya, kekuatan utama dari Lampiran terdiri dari upaya untuk
mengurangi dokumen, standarisasi internasional dokumen yang menemani
lalu lintas antara Negara, dan menyederhanakan prosedur yang diperlukan
16
untuk pesawat yang jelas, penumpang dan kargo. Hal-seperti itu masih
diakui bahwa penundaan karena formalitas rumit harus dikurangi, bukan
hanya karena mereka tidak menyenangkan tetapi, dalam hal praktis, karena
mereka mahal untuk semua "kelompok pelanggan" dalam masyarakat dan
karena mengganggu dengan keberhasilan orang.
Selama bertahun-tahun, volume lalu lintas tumbuh. Sumber daya
negara 'untuk rezim inspeksi tidak bisa mengimbangi. Fasilitasi formalitas
landside izin menjadi masalah yang jauh lebih kompleks. Fokus Lampiran 9
Oleh karena itu berubah. Dalam edisi ke-11 (2002), Lampiran 9
mempertahankan strategi aslinya, dibawa ke depan di semua edisi sejak
pertama, mengurangi dokumen, standarisasi dokumentasi dan prosedur
menyederhanakan. Namun, mengalihkan fokus pada teknik inspeksi
berdasarkan manajemen risiko, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi,
mengurangi kemacetan di bandara dan meningkatkan keamanan, untuk
mengontrol pelanggaran seperti perdagangan narkotika dan penipuan
dokumen perjalanan, dan untuk mendukung pertumbuhan perdagangan
internasional dan pariwisata. Selain itu, SARPs baru dan materi bimbingan
diperkenalkan untuk mengatasi masalah profil tinggi tertentu kepentingan
umum seperti pengobatan para penyandang cacat.
Baru-baru ini, wajah fasilitasi telah lebih dibentuk oleh perkembangan
utama dalam lingkungan penerbangan sipil yang telah terjadi selama
sepuluh tahun terakhir (pertengahan 1990-an dan seterusnya). Fenomena ini
meliputi: teknologi kemajuan, dengan perkembangan universal penggunaan
komputer dan sistem pertukaran data elektronik, peningkatan besar-besaran
dalam migrasi ilegal yang telah menjadi imigrasi di seluruh dunia dan
masalah keamanan nasional, dengan penerbangan sipil modus transportasi
pilihan dan penipuan paspor taktik sering, dan berkelanjutan politik dan
pergolakan sosial, yang telah menimbulkan peningkatan penggunaan
terorisme, di mana gangguan yang melanggar hukum dengan penerbangan
sipil masih merupakan teknik yang kuat untuk mengejar tujuan.
Topik-topik ini membentuk dasar dari agenda Sidang ke-12 Divisi
Fasilitasi yang digelar di Kairo pada awal tahun 2004 dengan tema,
17
"Mengelola Tantangan Keamanan untuk Memfasilitasi Operasi Angkutan
Udara." Diskusi tentang peran penting bahwa langkah-langkah fasilitasi
bermain di peningkatan keamanan itu menyebabkan Divisi membuat
rekomendasi pada keamanan dokumen perjalanan dan formalitas kontrol
perbatasan, pada ketentuan dimodernisasi untuk fasilitasi dan keamanan
dalam operasi jasa kargo udara, mengendalikan pemalsuan dokumen
perjalanan dan migrasi ilegal dan peraturan kesehatan internasional dan
higiene dan sanitasi dalam penerbangan.
Konsekuen edisi ke-12 dari Lampiran 9 (diharapkan publikasi: 2005)
mencerminkan strategi FAL kontemporer ICAO. Ini adalah untuk
mendukung dan mendukung aksi oleh Negara-negara dalam tiga bidang
utama: standarisasi dokumen perjalanan, rasionalisasi sistem kliring
perbatasan dan prosedur, dan kerjasama internasional untuk mengatasi
masalah keamanan yang berkaitan dengan penumpang dan kargo.
Sedangkan motivasi utama dari Lampiran 9 akan terus melaksanakan
amanat dalam Pasal 22 Konvensi Chicago, "... untuk mencegah penundaan
yang tidak perlu untuk pesawat, penumpang dan kargo ....", banyak
ketentuan, dikembangkan dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi
dalam proses kontrol, dukungan juga tujuan untuk meningkatkan tingkat
keamanan umum.
Meningkatkan keamanan dokumen perjalanan dan menangani migrasi
ilegal adalah salah satu perubahan besar diperkenalkan ke Lampiran 9
sampai edisi ke-12. Sebagian besar Bab ada dan Lampiran dari Annex tetap
lebih-atau-kurang tidak berubah dari edisi ke-11. Dua Bab, khususnya, telah
secara substansial diubah untuk mencerminkan realitas internasional yang
baru.
Bab 3, yang berkaitan dengan masuk dan keberangkatan orang dan
bagasi, sekarang berisi Standar mewajibkan Negara Peserta untuk terus
memperbaharui fitur keamanan di versi baru dari dokumen perjalanan
mereka, untuk menjaga terhadap penyalahgunaan mereka dan untuk
memfasilitasi deteksi kasus di mana dokumen tersebut memiliki telah
melawan hukum diubah, digandakan atau diterbitkan. Standar lain
18
membutuhkan Serikat untuk mendirikan kontrol pada penciptaan sah dan
penerbitan dokumen perjalanan. Negara-negara juga sekarang wajib
mengeluarkan paspor terpisah untuk semua orang, tanpa memandang usia,
dan untuk mengeluarkan mereka dalam bentuk yang dapat dibaca mesin,
sesuai dengan spesifikasi ICAO. Serikat dan maskapai penerbangan
diwajibkan untuk berkolaborasi dalam memerangi penipuan dokumen
perjalanan. Adapun anggota awak, Negara diwajibkan untuk menempatkan
kontrol yang memadai atas penerbitan sertifikat anggota awak dan kru
dokumen identitas resmi lainnya.
Akhirnya, Bab yang sama sekali baru 5 dikhususkan untuk masalah
pertumbuhan orang dapat diterima dan dideportasi. Para SARPs dari Bab ini
diatur dalam istilah yang jelas kewajiban Negara dan penerbangan
transportasi vis-à-vis migran berpotensi ilegal dan "masalah" yang sama
kasus bahwa industri angkutan udara internasional datang di dalam jumlah
yang semakin besar setiap hari. Ketat kepatuhan oleh Negara Pihak dari
kewajiban untuk menghapus dari dokumen perjalanan palsu sirkulasi atau
dokumen asli yang digunakan curang akan sangat membantu untuk
membatasi arus migran ilegal di seluruh dunia.\
19
kebisingan, tetapi pada saat yang sama Anda dapat mempengaruhi
karakteristik keamanan dari pesawat jet.
Pada tahun 1968, Majelis ICAO menyetujui sebuah resolusi yang
mengakui keseriusan kebisingan di sekitar bandar udara, dan
menginstruksikan Dewan ICAO untuk menetapkan spesifikasi internasional
dan terkait bahan bimbingan untuk mengendalikan kebisingan pesawat.
Pada tahun 1971, Majelis mengadopsi resolusi lain mengenali dampak
lingkungan yang merugikan yang mungkin berhubungan dengan aktivitas
pesawat. Resolusi ini ditempatkan pada ICAO tanggung jawab untuk
mengarahkan pengembangan penerbangan sipil internasional sedemikian
rupa untuk menguntungkan masyarakat dunia dan untuk mencapai
kompatibilitas maksimum antara pembangunan yang aman dan tertib
penerbangan sipil dan kualitas lingkungan manusia.
Lampiran 16 berurusan dengan berbagai aspek masalah kebisingan
pesawat diadopsi pada tahun 1971 atas dasar rekomendasi dari 1969
Pertemuan Khusus Pesawat Kebisingan di Sekitar dari bandar udara. Aspek-
aspek ini meliputi: prosedur untuk menggambarkan dan mengukur
kebisingan pesawat udara; toleransi manusia terhadap kebisingan pesawat
udara; sertifikasi kebisingan pesawat, kriteria untuk penetapan prosedur
pengurangan kebisingan pesawat, kontrol penggunaan lahan, dan tanah run-
up prosedur pengurangan kebisingan.
Tak lama setelah pertemuan ini, Komite Pesawat Kebisingan (CAN)
didirikan untuk membantu ICAO dalam pengembangan persyaratan
sertifikasi kebisingan untuk kelas yang berbeda dari pesawat.
Pertemuan pertama komite ini mengembangkan amandemen pertama pada
Lampiran 16, yang menjadi berlaku pada tahun 1973 dan termasuk
sertifikasi kebisingan produksi masa depan dan versi berasal dari pesawat
jet subsonik.
Selama pertemuan berikutnya, Komite Pesawat Kebisingan
mengembangkan standar sertifikasi kebisingan untuk pesawat jet subsonik
masa depan dan pesawat baling-baling, dan untuk produksi masa depan ada
jenis pesawat transportasi supersonik dan helikopter. Hal ini juga
20
mengembangkan pedoman untuk sertifikasi kebisingan masa depan
supersonik dan baling-driven STOL (short take-off dan landing) pesawat
serta APUS diinstal (auxiliary power-unit) dan sistem pesawat terkait ketika
beroperasi di tanah.
Sebuah resolusi yang diadopsi oleh Majelis ICAO pada tahun 1971
menyebabkan tindakan tertentu pada pertanyaan emisi mesin dan proposal
rinci untuk Standar ICAO untuk mengontrol emisi mesin dari beberapa jenis
mesin pesawat. Komite Emisi Mesin Pesawat Terbang (CAEE) kemudian
didirikan dengan maksud untuk mengembangkan Standar khusus untuk
emisi mesin pesawat.
Standar ini, yang diadopsi pada tahun 1981, menetapkan batas untuk
emisi asap dan polutan gas tertentu untuk turbo-jet dan mesin turbofan besar
untuk diproduksi di masa depan, mereka juga melarang ventilasi bahan
bakar mentah. Ruang lingkup Lampiran ada 16 telah diperluas untuk
mencakup ketentuan emisi mesin dan dokumen itu diberi judul
Perlindungan Lingkungan. Volume I direorganisasi Lampiran 16 berisi
ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan bising pesawat, sementara
Volume II berisi ketentuan yang berkaitan dengan emisi mesin pesawat.
Dalam Volume I, klasifikasi pesawat yang berbeda membentuk dasar
sertifikasi kebisingan. Klasifikasi ini termasuk pesawat jet subsonik yang
aplikasi untuk sertifikasi prototipe itu diterima sebelum 6 Oktober 1977,
bagi mereka yang diterima pada atau setelah tanggal tersebut, karena
pesawat terbang baling-baling lebih dari 5 700 kg, bagi mereka yang tidak
melebihi massa ini, karena supersonik pesawat terbang yang permohonan
sertifikasi prototipe itu diterima sebelum tanggal 1 Januari 1975; dan
helikopter yang permohonan sertifikasi prototipe itu diterima pada atau
setelah 1 Januari 1980.
Untuk setiap klasifikasi pesawat tipe, ukuran evaluasi kebisingan telah
dibakukan. Kecuali untuk pesawat terbang baling-baling tidak melebihi 5
700 kg maksimum sertifikat lepas landas massa, ukuran evaluasi kebisingan
yang dirasakan tingkat kebisingan yang efektif, dinyatakan dalam EPNdB.
EPNdB adalah indikator angka tunggal efek subjektif dari kebisingan
21
pesawat pada orang-orang, dengan mempertimbangkan seketika dirasakan
tingkat kebisingan dan durasi.
Berbagai titik pengukuran, tingkat kebisingan maksimum pada lateral,
pendekatan dan flyover titik pengukuran kebisingan, bersama dengan
prosedur uji terbang, telah ditunjuk untuk jenis pesawat.
Kebisingan sertifikasi diberikan oleh Negara Registry pesawat terbang atas
dasar bukti yang memuaskan bahwa pesawat sesuai dengan persyaratan
yang setidaknya sama dengan Standar yang berlaku yang ditetapkan dalam
Lampiran ini.
Dalam Volume II Annex 16, terdapat Standar yang melarang ventilasi
disengaja bahan bakar mentah ke atmosfer dari semua mesin turbin pesawat
bertenaga diproduksi setelah 18 Februari 1982.
Ada juga Standar yang membatasi emisi asap dari mesin turbo-jet dan
turbofan ditujukan untuk propulsi pada kecepatan subsonik dan diproduksi
setelah tanggal 1 Januari 1983. Untuk mesin dimaksudkan untuk propulsi
supersonik, keterbatasan serupa berlaku untuk mesin yang diproduksi
setelah 18 Februari 1982.
Juga termasuk adalah Standar yang membatasi emisi karbon monoksida,
hidrokarbon tak terbakar dan oksida nitrogen dari besar turbo-jet dan mesin
turbofan ditujukan untuk propulsi subsonik dan diproduksi setelah tanggal 1
Januari 1986. Standar ini didasarkan pada pendaratan sebuah pesawat dan
take-off (LTO) siklus. Selain Standar ini, Volume II berisi prosedur
pengukuran rinci dan spesifikasi alat dan rincian metode statistik yang akan
digunakan dalam menilai hasil tes.
Pada tahun 1983, BISA dan CAEE komite digabung untuk membentuk
Komite Perlindungan Lingkungan Aviation (CAEP), sebagai Panitia Teknis
Dewan ICAO. Sejak berdirinya, CAEP telah dikembangkan lebih lanjut
Standar pada Lampiran 16 untuk kedua bising pesawat dan emisi mesin
pesawat.
Mengenai bising pesawat, atas dasar rekomendasi oleh CAEP, Dewan
ICAO pada tahun 2001 mengadopsi Bab baru 4 suara standar, lebih ketat
daripada yang terkandung dalam Bab 3. Terhitung tanggal 1 Januari 2006,
22
standar baru akan berlaku untuk pesawat baru sertifikat dan Bab 3 pesawat
yang re-sertifikasi Bab 4 diminta.
Standar ini baru diadopsi pada sekitar waktu yang sama sebagai Majelis
ICAO mendukung konsep "pendekatan seimbang untuk manajemen
kebisingan" yang dikembangkan oleh CAEP yang terdiri dari empat elemen,
yaitu pengurangan kebisingan pada sumbernya, perencanaan penggunaan
lahan, langkah-langkah operasional , dan pembatasan operasi. Untuk
keterangan lebih lanjut, lihat pernyataan Konsolidasi kebijakan ICAO
melanjutkan dan praktek yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan.
Mengenai emisi mesin pesawat, telah terjadi perubahan dalam fokus kerja
Organisasi. Sementara itu awalnya didasarkan pada kekhawatiran mengenai
kualitas udara di sekitar bandara, pada 1990-an itu diperluas untuk
mencakup masalah atmosfer global yang emisi mesin pesawat berkontribusi,
seperti perubahan iklim. Akibatnya, pertimbangan diberikan kepada
pengembangan lebih lanjut dari Standar emisi ICAO untuk
memperhitungkan emisi tidak hanya dalam siklus LTO, tetapi juga selama
tahap operasi pelayaran.
Dalam kedua tahun 1993 dan 1999, berdasarkan rekomendasi CAEP,
Dewan ICAO mengadopsi Standar lebih ketat mendefinisikan batas emisi
bagi oksida nitrogen. Pada saat penulisan, revisi ketiga batasan tersebut
sedang dipertimbangkan oleh Dewan.
Perlindungan lingkungan telah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi
penerbangan sipil di abad kedua puluh satu. Sejak
pertama kali diadopsi, Annex 16 telah dikembangkan lebih lanjut untuk
memenuhi masalah lingkungan baru dan untuk mengakomodasi teknologi
baru. Organisasi akan terus menjaga Lampiran di bawah review, konsisten
dengan tujuannya untuk mencapai kompatibilitas maksimum antara
pembangunan yang aman dan tertib penerbangan sipil dan kualitas
lingkungan.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bandar udara diartikan sebagai "sua tu tempat di darat atau di air
di mana pesawat udara dapat mendarat untuk menurunkan atau
mengangkut penumpang dan barang, mengadakan perbaikan atau mengisi
bahan bakar. bandar udara yang semula berfungsi sebagai tempat
tujuan (destination airport) berubah atau bertambah menjadi tempat
transit (transit airport. Penyehatan bandara adalah upaya yang dilakukan
untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
sehingga terhindar dari kesakitan dan penularan penyakit.
B. Saran
Sebaiknya seluruh bandara udara yang ada di Indonesia selalu menaati
peraturan mengenai sanitasi bandara udara supaya terciptanya keadaan bandara
udara yang sehat serta aman untuk penumpang.
24
DAFTAR PUSTAKA
I. DATA UMUM
Nama Bandara :
b) Kualitas kebisingan
dilingkungan bandara
memenuhi syarat
yaitu maksimal 70 dB
2. Penghijauan
a) Terdapat ruang
terbuka hijau
b) diLingkungan instansi
terdapat penghijauan
TANAH (KeMenKes No. 44 Tahun 2014 dan PM No. 54 Tahun 2017)
1. Pengelolaan sampah
a) Tidak terjadi sampah
berserakan di tempat
umum
b) Tersedia Tempat
penampungan sampah
sementara dan tidak
mencemari
lingkungan
c) Semua instalasi
mempunyai
bak/tempat sampah
terpisah
d) Semua sampah setiap
hari diangkut keluar/
dimusnahkan/ diolah
setempat
2. Pengolahan limbah B3
a) Tersedia Sarana
Penampungan Limbah
B3
b) Lokasi penyimpanan
tidak terletak di area
yang bebas banjir dan
tidak rawan bencana
c) Kapasitas SPL B3
mencukupi kebutuhan
d) Fasilitas penyimpanan
limbah B3
disesuaikan dengan
kareakteristik limbah
B3
e) Pengangkutan Limbah
B3 dilakukan teratur
LIMBAH CAIR (PM No 54 Tahun 2017)
1. Air limbah domestik dan
industri diolah diinstalasi
pengolahan limbah
2. Tersedia saluran limbah cair
yang :
a. Tertutup
b. Kedap Air
3. Saluran air limbah dan
saluran drainase terpisah
4. Kawasan pelabuhan atau
bandar udara bebas dari
ceceran minyak
5. Tidak terdapat genangan air
limbah
c) Tersedia fasilitas
penyimpanan
makanan panas
(termos panas dan
kompor paanas)
d) Ukuran dapur cukup
memadai
e) Ada sungkup dan
cerobong asap
f) Terpasang tulisan
pesan-pesan hygiene
bagi
penjamah/karyawan
2. Gudang bahan makanan
a) Tidak terdapat bahan
lain selain bahan
makanan
b) Tersedia rak-rak
penempatan bahan
makanan sesuai
dengan ketentuan
c) Kapasitas Gudang
cukup memadai
d) Rapat serangga dan
tikus
c) Bahan makanan
berasal dari sumber
resmi
5. Makanan jadi
a) Kondisi fisik makanan
jadi dalam keadaan
baik
b) Makanan jadi
kemasan tidak ada
tanda-tanda kerusakan
dan terdaftar pada
depkes RI
b) Ketebalan
penyimpanan sesuai
dengan persyaratan
penyimpanan jenis
makanan
c) Penempatanya
terpisah dengan
makanan jadi
d) Tempatnya bersih dan
terpelihara
e) Disimpan dalam
aturan sejenis dan
disusun dalam rak-rak
7. Pengolahan bahan makanan
a) Tenaga pengolah
memakai pakaian
kerja dengan benar
dan cara kerja yang
bersih
b) Pengambilan makanan
menggunakan alat
khusus (sarung
tangan,alat penjapit
makanan,dll)
c) Menggunakan
peralatan dengan
benar
8. Penyimpanan makanan jadi
a) Suhu dan kelembaban
sesuai dengan
persyaratan jenis
makanan
b) Cara penyimpanan
tertutup
9. Cara penyajian
a) Makanan saat
disajikan dalam
keadaan hangat
b) Pewadahan dan
penjamah makanan
jadi menggunakan alat
bersih
c) Cara membawa dan
meyajikan makanan
dengan tertutup
d) Penyajian makanan
harus ada tempat yang
bersih
e) Peralatan makanan
yang kontak langsung
dengan makanan tidak
mengandung racun
MINUMAN (PerMenKes 492 Tahun 2010)
d. Tidak berbau
1. Dilakukan pengamatan
terhadap kedatangan pesawat
dari Negara sehat ataupun
terjangkit
2. Dilakukan tahap penanganan
pesawat dari Negara sehat
ataupun negara terjangkit
3. Pesawat dari Negara sehat,
pihak agen pesawat
menyerahkan General
Declaration dan passanger
list kepada pihak karantina
4. Apabila tidak terdapat
crew/penumpang yang sakit,
petugas karantina member
izin karantina
5. Setiap kedatangan pesawat
dari luar negeri, sebelum
penumpang turun dilakukan
desinseksi dan pengecekkan
kebersihan dibagian pesawat
a. kabin
b. galley
c. lavatory
d. flightdeck
6. Pesawat dari Negara
terjangkit, petugas kesehatan
naik ke atas pesawat untuk
melakukan pemeriksaan
kesehatan
7. Penumpang/crew yang keluar
dari pesawat melewati
thermoscanner
I. DATA UMUM
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Status :
UDARA
LIMBAH CAIR
1. Berapa volume rata rata limbah cair dibandara yang dihasilkan dalam perharinya ?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. Apakah terdapat pengolahan limbah di bandara?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
3. Apakah dalam saluran limbah cair dibandara terdapat grease trap ?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
4. Apakah pernah dilakukan uji parameter limbah cair di bandara ?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
5. Jika pernah,parameter apa saja yang diukur dan bagaimana hasilnya ?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
6. Apakah metode yang digunakan untuk menangani limbah cair didalam pesawat?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
7. Apakah terdapat kendala yang dialami oleh petugas selama menangani limbah
cair dipesawat?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
8. Berapa kapasitas tangki penampung limbah cair yang berada di dalam pesawat?
Jawab :..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
VEKTOR
1. Apakah terdapat surat spk (surat perintah kerja) terhadap kkp sebagai
pengawas pelaksanaan hapus tikus?
Jawab :...................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
2. Apakah dilaksanakan fumigasi secara berkala?
Jawab :...................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
3. Jika berkala. Berapa bulan sekali dilakukan fumigasi?
Jawab :...................................................................................................................................
KARANTINA PESAWAT