Praktikum Petrokimia - LAPORAN PETROKIMIA 3C
Praktikum Petrokimia - LAPORAN PETROKIMIA 3C
Praktikum Petrokimia - LAPORAN PETROKIMIA 3C
SUB JUDUL
Oksida TUJUAN
a) Percobaan 1
b) Percobaan 2
Menetapkan bilangan iod dalam sampel bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan ban secara titrimetri.
c) Percobaan 3
Menetapkan kadar zink oksida dalam sampel bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan ban secara titrimetri.
PRINSIP
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 1
akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru dari kanji-I 2. Untuk
mengetahui banyaknya I2 yang bereaksi dengan sampel, dilakukan penetapan
blanko.
REAKSI
Standarisasi HCl
Bilangan Penyabunan
CH2-COO-R CH2-OH
CH2-COO-R CH2-OH
Standarisasi Na2S2O3
Bilangan Iod
I2 + R-(CH=CH)n-R → R-(CH-CH)n-R
I I
DASAR TEORI
1. Pengertian ban
Ban terdiri dari bahan karet atau polimer yang sangat kuat diperkuat
dengan serat-serat sintetik dan baja yang sangat kuat yang dapat
menghasilkan suatu bahan yang mempunyai sifat-sifat unik seperti kekuatan
tarik yang sangat kuat, fleksibel, ketahanan pergeseran yang tinggi (Warith,
2006).
2. Filler penguat
3. Minyak
4. Antioksidan
5. Zink oksida
6. Akselerator
2. Karet
Ada dua jenis karet,yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis
karet ini memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya
saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis
dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap
dibutuhkan. (Setiawan.D.H,2008)
4. Bahan Pemercepat
CARA KERJA
+ 25 mL etanol 99
8 / 2 0 1 9 % Page
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA201
6
+ indicator PP
Dititrasi dengan
Dilakukan HCl 0,5 N (tidak
berwarna)
penetapun
blangko
Standarisasi HCl
Ditimbang 1 g + 10 mL Didiamkan 1
sampel ke kloroform jam
erlen meyer +25 mL ditempat
asah larutan Wijs
(ditutup)
Dititrasi + 15 mL KI 10%
+ 1 drop kanji
dengan Na2S2O3 + 50 mL
0,1 N aquades
hingga
larutan
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 7
Standardisasi Na2S2O3
+ 10 mL HCl 4N
Ditimbang 0,049 Dititrasi
+10 mL KI
g K2Cr2O7 dengan
10%
keerlenmeyer Na2S2O3 0,1 N
+25 mL
(larutankuning)
aquades
Ditimbang Ditambahkan
Dilarutkan dengan
sebanyak 0,2- 5g
20 mL H2SO4 (1:4) (NH4)2SO4
0,3 g sampel di
dan 100 mL
erlenmeyer
Standarisasi HCl
Normalitas HCl
N HCl =
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 10
N HCl =
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan
Bilangan Penyabunan =
Standarisasi Tio
Normalitas Tio
N Tio =
N Tio =
Bilangan Iod
Bilangan Iod =
Bilangan Iod =
=
PEMBAHASAN
Ban tersusun atas bahan karet baik alam ataupun sintetik sabagai
bahan utamanya, dalam pembuatannya ditambahkan bahan aktif seperti
vulcanizing agent, activator acceleration, dan antioxidant. Salah satu bahan
yang memiliki peran penting adalah bahan pengaktif, bahan pengaktif yang
umum digunakan adalah asam stearat.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Menggunakan Spektrofotomer
TUJUAN
PRINSIP
1. Prinsip Percobaan
2. Prinsip Alat
REAKSI
LAS Garam
Metilen biru
Metilen biru - LAS
DASAR TEORI
Air limbah merupakan air buangan dari masyarakat hasil sisa dari
berbagai aktifitas manusia. Kandungan zat kimia dalam air limbah perlu
diketahui sebagai langkah awal untuk menentukan perlakuan yang tepat
terhadap air limbah tersebut. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi. Adanya bahan-bahan organik
dalam suatu air limbah dapat mempengaruhi kehidupan dari makhluk hidup
tertentu seperti ikan, serangga dan organisme lain yang sangat bergantung
pada oksigen (HINDARKO,2003).
LAS adalah sebuah alkil aril sulfonat yang mempunyai struktur rantai
lurus tanpa cabang, sebuah cincin benzen dan sebuah sulfonat. LAS
merupakan konversi dari Aliklbenzen sulfonat atau ABS, dimana LAS
lebih mudah terdegradasi dalam air dan merupakan deterjen ’lunak’
(HIRSCH, 1963 dalam ABEL, 1974). Limbah deterjen merupakan salah satu
pencemar yang bisa membahayakan kehidupan organisme di perairan karena
menyebabkan suplai oksigen dari udara sangat lambat akibat busanya yang
menutupi permukaan air (CONNEL & MILLER,1995).
CARA KERJA
Ditambahkan
Ditimbang 1 g LAS
100 mL H2O
Ditera
Dimasukkan ke
dengan
labu takar 1000
akuades dan
mL
dihomogenka
- Pembuatan larutan baku LAS 10 ppm
Dipipet 1 mL
Dimasukkan ke
larutan induk LAS
labu takar 100 mL
1000 ppm
Ditera dengan
akuades dan
dihomogenkan
0 mL 4 mL 8 mL 12 mL 20 mL
Labu takar
Di corong pemisah
Diekstrak 30 (B) Hasil tampungan
detik dan ditambahkan di corong
didiamkan hingga 12,5 mL larutan pemisah (B)
2 fasa pencuci dan 2,5
mL CHCl3
- Preparasi Sampel
Dilarutkan
1 gram sampel Dimasukkan ke
dengan aquades
ditimbang labu takar 500 mL
secukupnya
Ditera dan
Dimasukkan ke Dipipet sebanyak 1
dihomogenkan
kabu takar 100 mL
dengan aquades
mL
- Pengujian Sampel
25 mL sampel
LAPO RANPRAKTIKUMP Ditambah
ETRO KIM I A / 3 C A NNaOH
ALISI SKIMIA2018/2019 Page 21
dipipet ke corong hingga berwarna
pemisah, dan pink, dan H2SO4
Ditambah 6,25
metilen blue,
dan 2,5
kloroform
Diekstrak 25 detik
sebanyak 2 kali dan lapisan bawah (CHCl 3) ditampung
Hasil tampungan
ke corong pemisah
di corong pemisah (B)
Corong pemisah (B)
(A) ditambahkan
2,5 mL
Di corong pemisah
Lapisan Diekstrak 30 detik (B)
kloroform dan didiamkan ditambahkan
ditampung di hingga 2 fasa 12,5 mL
labu takar 25 mL larutan pencuci
(C) dan 2,5
OKIMIA/3CANALIS MIA2018/2019
LAPORANPRAKTIKUMPETR panjang ISKI Page 22
- Pembuatan Blanko
Diekstrak 30
Ditambah 6,25 detik kocok kuat
25 mL
metilen blue, (apabila ada
aquades
dan 2,5 emulsi
dipipet
kloroform ditambahkan
Lapisan bawah
Corong pemisah
(CHCl3) ditampung Didiamkan hingga
(A)
ke corong pemisah 2 fase
ditambahk
(B)
an 2,5 mL
DATA PENGAMATAN
Sampel : Sampo
Warna : Putih
nm
- Hasil Pengukuran
0,0 0,0313
0,4 0,1528
0,8 0,2666
1,2 0,3165
2,0 0,6176
Sampel 0,5455
- Persamaan regresi : Y = A + BX
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 24
A = 0,0277 abs
B = 0,2833
r = 0,9910
PERHITUNGAN
= 1000 mg
2. Pembuatan Larutan Baku LAS 10 mg/L dari Larutan Induk LAS 1000 mg/L
= 1 mL
0 ppm
V Larutan Baku =
= 0 mL
0,4 ppm
V Larutan Baku =
= 4 mL
0,8 ppm
V Larutan Baku =
= 0 mL
1,2 ppm
V Larutan Baku =
= 0 mL
2,0 ppm
V Larutan Baku =
= 0 mL
C terukur (mg/L)=
= 1,83 mg/L
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Grafik Kurva Kalibrasi Deret Standar Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) Hubungan
Antara Konsentrasi dan Absorbansi
PRAKTIK KE-3
TUJUAN
PRINSIP
REAKSI
3 Pb (S) + 8 HNO3 (aq) → 3 Pb2+ (aq) + 6 NO3 -(aq) + 2 NO (g) + 4 H2O (l)
DASAR TEORI
Metode destruksi basah lebih baik dari pada cara kering, karena
tidak banyak bahan yang dapat hilang dengan suhu pengabuan sangat tinggi.
Hal ini merupakan salah satu factor mengapa cara basah lebih sering digunakan
oleh para peneliti. Disamping itu destruksi dengan cara basah biasanya
dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu
yang lama. (Sumardi, 1981)
CARA KERJA
Dimasukkan ke
labu takar 50 mL
Ditera
LAPORAN PRAKTIKUM
m e n
PETROKIMIA / 3 C
ggA
uNnAaLkIaSnI HS NK OI M3
IA 2018/20 19 Page 31
Diukur menggunakan spektrofotometer serapan atom pada λ =
3. Preparasi Sampel
Dilarutkan
Disaring dan Didinginkan
dengan HNO3
diambil
(1:3)
DATA PENGAMATAN
Data sampel
Wana : Putih
Bobot : 0,5002 g
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 32
2. Nama Sampel : Sambungan pipa paralon (PVC)
Wujud : Padatan
Bobot : 0,4997 g
1 0,00 - 0,0005
2 0,10 0,0017
3 0,30 0,0038
4 0,70 0,0076
5 1,00 0,0108
6 2,00 0,0204
a = 0,00036455 abs
b = 0,010149
abs.L/mg r = 0,9980
Data sampel
Wana : Putih
Bobot : 0,5002 g
Wujud : Padatan
Bobot : 0,4997 g
1 0,00 - 0,0005
2 0,10 0,0017
3 0,30 0,0038
4 0,70 0,0076
5 1,00 0,0108
6 2,00 0,0204
Sampel 1 ( pipa paralon) 0,1690
a = 0,00036455 abs
b = 0,010149
abs.L/mg r = 0,9980
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, dilakukan penetapan kadar timbal (Pb) pada produk
plastik dari PVC. Pada penetapan ini dilakukan menggunakan instrumen
spektrofotometer serapan atom (AAS). Pada analisis kali ini, bahan bakar yang
digunakan adalah campuran udara asetilena, yang bersuhu sekitar 2300˚C. Untuk
analisis aas yang paling sesuai dan paling umum digunakan adalah nyala udara
asitilen. Akan tetapi unsur-unsur yang oksidanya mempunyai energi disosiasi
tinggi tidak mungkin dianalisis dengan nyala ini karena pada suhu rendah akan
menghasilkan sensitivitas yang rendah. Nyala udaraa-asitilen mempunyai
transmitan rendah pada daerah panjang gelombang yang pendek ( ultraviolet).
Pengukuran pada alat diawali dengan deret standar Pb (0,0 ; 0,1 ; 0,3 ; 0,7 ;
1,0 ; 2,0 )mg/L, didapatkan hasilnya yaitu nilai intersep 3,6455x10-4 abs, nilai
slope 0,0101 abs L/mg dengan koefisien korelasi 0,9980 yang menunjukkan
bahwa nilai absorbansi yang terbaca 99% dari sampel dan 1% dari noise dan
hubungan antara kosentrasi dan absorbansinya linear. Pada sampel didapatkan
hasil bahwa kadar Pb dalam sambungan paralon sebesar 12.229,11 mg/kg
dan pada paralon sebesar 3342,00 mg/kg. Hal tersebut menujukkan bahwa
paralon tidak layak digunakan apabila menjadi pipa saluran air minum, karena
dapat mencemari perairan dan manusia terkontaminasi Pb. Dari hasil
percobaan terdapat perbedaan kadar Pb dalam sampel uji. Pada sambungan
paralon memiliki kadar Pb yang lebih besar. Hal ini dikarenakan sambungan
paralon dalam aplikasinya lebih banyak menahan atau terkena tekanan arus
air, sehingga sambungan pipa harus dibuat lebih tahan terhadap air agar masa
pencegahan terhadap degradasi sambungan pipa lebih lama, karena lebih kuat
dengan kadar yang lebih besar dari paralon sebab sambungan paralon yang
terkena air kebih besar. Pb dalam sambungan paralon kadarnya lebih besar
dari pada paralonnya, Pb dalam PVC berfungsi untuk stabilizer agar produk
yang dihasilkan tidak mudah terdegradasi oleh panas atau sinar UV, hal
tersebut menguatkan tentang lebih kokohnya sambungan paralon dan lebih
lama terdestruksi karena kadar Pbnya lebih besar. Adapun batasan yang
diperbolehkan dalam pembuatan PVC saluran air yaitu 0,1 mg/L pada SNI 06-
0084-2002. Jika dibandingkan dengan kadar Pb pada sampel uji batas
maksimum pada SNI, maka kadar Pb dalam sampel uji tidak memenuhi standar
yang ditetapkan, karena kadar Pb yang diperoleh melampaui batas maksimum
yang ditetapkan berbahaya bagi lingkungan menimbulkan pencemaran, dapat
menyebabkan karsinogenik dan toksik, karena dosisnya yang tinggi.
Gejala keracunan timbal dapat berupa mual, anemia, sakit disekitar perut , dan
dapat menyebabkan kelumpuhan.
SIMPULAN
1. Shevla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta. PT Kalman Media Pustaka
2. Raimon. 1993. Perbandingan Metode Destruksi Basah dan Kering Secara AAS.
Yogyakarta. Santika
Analisis Kerosene, Gliserol, dan Urea Menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR)
TUJUAN
PRINSIP
DASAR TEORI
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 41
dasar dan tingkat tereksitasi. Contoh suatu ikatan C-H yang bervibrasi 90
triliun kali dalam satu detik harus menyerap radiasi inframerah pada frekuensi
tersebut untuk pindah ketingkat vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian
energi pada frekuensi dapat dideteksi oleh spektrofotometer infra merah yang
memplot jumlah radiasi infra merah yang akan memberikan informasi enting
tentang tentang gugus fungsional suatu molekul (Blanchard, 1986).
CARA KERJA
Dilakukan
Sebelum Sampel pengukuran
pengukuran kristal diletakkan dan diamati
dibersihkan dengn pada kristal peak yang
tisu yang sudah
dibasahi
Atom- atom dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi. Bila
radiasi inframerah yang kisaran energinya sesuai dengan frekuensi vibrasi
rentangan (stretching) dan vibrasi bengkokkan (bending) dan ikatan kovalen
dalam kebanyakan molekul dilewatkan dalam suatu cuplikan, maka
molekul- molekul akan menyerap energi tersebut dan terjadi transisi diantara
tingkat energi vibrasi dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi.
SIMPULAN
4. Wiley Sons.
7. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
TUJUAN
PRINSIP
REAKSI
3+
3 Pb(s) + 8 HNO3(aq) 3 Pb (aq) + 6 NO3 (aq) + 2 NO(g) + 4 H2O(l)
(Svehla,1985)(3)
DASAR TEORI
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu
bahan dengan tujuan memperindah, memperkuat, atau melindungi bahan
tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat
akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat pada permukaan tersebut.
Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan banyak
caradiusapkan, dilumurkan, dikuas, disemprotkan, dsb. (Fajar Anugerah,
2009)(1). Komponen atau bahan penyusun dari cat terdiri dari binder (resin),
pigmen, solvent dan additive.
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 50
a. Binder
Zat pengikat atau binder merupakan bahan yang mengikat antara partikel
pigmen cat, sehingga cat dapat membentuk lapisan tipis yang rapat
ketika digunakan. Binder bertugas merekatkan partikel-partikel pigmen
kedalam lapisan film cat dan membuat cat merekat pada permukaan.
b. Pigmen
c. Solvent
Solvent atau pelarut berfungsi untuk menjaga kekentalan cat agar tetap
cair saat digunakan, selain itu juga sebagai media pendispersi. Sebuah
cat membutuhkan bahan cair agar patikel pigmen, binder dan material
padat lainnya dapat mengalir.
d. Additive
Timbal merupakan unsur dengan nomor atom 82, memiliki berat atom
207,2, titik leleh 327,46ºC, dan titik didih 1740ºC. Timbal merupakan
logam berwarna abu-abu, dapat ditempa, dan dapat dibentuk. Senyawa ini
mudah larut dalam asam nitrat yang kepekatannya sedang (Svehla, 1985)(3).
Timbal mudah dibentuk dan mempunyai sifat kimia yang aktif sehingga dapat
digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan.(Darmono, 1995)
(4)
Cat bertimbal dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan setelah
lapisan cat lapuk atau terkikis karena penggunaan atau jika sengaja dikikis
untuk pengecatan kembali. Toksisitas akut timbal dapat menyebabkan
anoreksia, muntah, dan kejang terutama pada anak-anak. Toksisitas timbal
tergantung dari tingkat paparan dan lamanya paparan. Target utama dari
toksisitas timbal adalah sistem saraf pusat, darah, dan ginjal. Paparan kronis
timbal pada orang dewasa dihubungkan dengan nefropati, anemia, neuropati
perifer, dan ensepalopati. Selain itu juga dapat terjadi perubahan
neuropsikiatrik pada anak-anak (Gad, 2005)(5). Metode analisis menggunakan
spektrometer serapan atom (atomic absorption spectrophotometry, AAS)
merupakan metode yang populer untuk analisa logam karena disamping
relatif sederhana, metode ini juga selektif dan
mL
sangat sensitif. Oleh karena itu SSA menjadi metode analisis yang seri n
g
digunakan untuk pengukuran sampel logam dengan kadar yang sangat kecil
(Broekaert, 2002)(6)
CARA KERJA
2. Preparasi sampel
Diukur
absorbansinya Disaring dan
dengan AAS pada diambil
panjang gelombang filtratnya
1. Deskripsi Sampel
Warna : merah
Wujud : emulsi
Bau : khas
cat
2. Perhitungan
2. Deret Standar
- 0,6 mg/L
- 0,8 mg/L
- 1,0 mg/L
3. Konsentrasi Pb dalam sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 1
Sampel 2
4. %RPD
5. Perhitungan
LDI
ℇ 1,5276 x 10-7
Slope = 0,0108 abs.L/mg
PEMBAHASAN
Analisis logam berat dalam percobaan ini yaitu timbal (Pb) dilakukan
secara spektrofotometri serapan atom (SSA), yaitu metode analisis yang
berprinsip pada absopsi cahaya oleh atom-atom. Filtrat hasil penyaringan
diaspirasikan ke alat SSA dan diubah menjadi kabut atau aerosol di nebulizer,
kemudian masuk ke spray chamber untuk menghomogenkan antara aerosol,
gas oksidan dan bahan bakar. Dalam percobaan ini bahan bakar dan oksidan
yang digunakan yaitu udara dan asetilena. Asitilena dan etuna memiliki rumus
kimia yang sama yaitu C2H2, dimana asitilena merupakan nama trivial
sedangkan etuna merupakan nama secara IUPAC. Setelah itu terjadi
pembakaran diburner untuk mengubah ion logam dalam sampel menjadi atom.
Atom logam kemudian diberikan sinar radiasi yang berasal dari lampu katoda.
Pada percobaan ini digunakan lampu Pb. Sinar radiasi ini berfungsi untuk
memancarkan cahaya yang akan digunakan untuk mengeksitasi atom-atom
yang akan dianalisis, dalam hal ini Pb. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya
tersebut ada yang diteruskan, diserap dan dipantulkan. Cahaya yang
diteruskan (transmitan) akan melewati monokromator yang berfungsi
menyeleksi sinar sesatan yang berasal dari api, sehingga yang terbaca oleh
detektor adalah transmitan. Detektor akan mengubah energi radiasi menjadi
sinyal listrik dan diperkuat dengan amplifier dan hasilnya terbaca di display
sebagai nilai absorbansi.
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran sampel sebanyak dua kali. Dari
hasil perhitungan konsentrasi Pb dalam sampel satu dan sampel dua sebesar -
0,0018 mg/L atau sama dengan 0,0000 mg/L, yang artinya sampel cat
tidak mengandung timbal. Nilai %RPD yang diperoleh sebesar 0,00%, yang
artinya praktik yang telah dilakukan memiliki presisi atau tingkat ketelitian
yang baik. Relative percent different (RPD) untuk menyatakan presisi jika
pengulangan pengujian dilakukan secara duplo, sedangkan jika pengulangan
pengujian
dilakukan lebih dari dua kali maka presisi ditentukan berdasarkan persentase
relative standard deviation (%RSD).
SIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, kadar Pb dalam sampel cat berada
di bawah nilai limit deteksi instrumen yaitu sebesar 0,0541 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
(1) Fajar, Anugrah. 2009. Pengertian Cat, Komponen Penyusun Cat, Jenis-Jenis
Cat, Kualitas Cat. (Artikel). http://hunter-science.com/2011/06/pengertian-
cat.html. Diakses pada 20 September 2018
(4) Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-
Press, Jakarta.
(5) Gad, S. C. 2005. Lead. Dalam: Encyclopedia of toxicology (Ed. Ke-2, vol.
2, halaman 705-709). Elsevier, USA
LAMPIRAN
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 60
PRAKTIK KE-6
SUB JUDUL
TUJUAN
a. Percobaan 1
b. Percobaan 2
sampel PRINSIP
a. Percobaan 1
Penarikan zat warna sintetis pada sampel ke dalam benang wol dalam
suasana asam disertai pemanasan yang dilakukan dengan penambahan
reagen asam dan basa (HCl (p), H2SO4 (p), NH4OH 10%, NaOH 10%).
Perubahan warna yang terjadi menunjukkan jenis zat warna yang digunakan
dalam sampel.
b. Percobaan 2
DASAR TEORI
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik
yang memberikan warna (Elbe, 1996). Berdasarkan sumbernya, zat
pewarna dibagi menjadi dua golongan yaitu pewarna alami dan pewarna
buatan. Pada pewarna alami, zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan
tumbuh- tumbuhan seperti karamel, coklat, daun suji, daun pandan, dan kunyit
(Winarno, 1995). Zat pewarna sintetik merupakan zat warna yang berasal dari
zat kimia, yang sebagian besar tidak dapat digunakan sebagai pewarna
makanan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Proses pembuatan
zat warna sintetik biasanya melalui penambahan asam sulfat atau asam
nitrat yang sering kali
terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun (Fiena,
2013). Pemakaian bahan pewarna sintetik pada makanan walaupun mempunyai
dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu
makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, dan mengembalikan warna
dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata
dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Cahyadi, 2009).
Ada dua macam yang tergolong certified color (pewarna sintetik) yaitu
Dye dan Lake. Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang
termasuk golongan Dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang
telah ditetapkan oleh food and drug administration (FDA). Dye adalah zat
pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya dapat
mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah gliseril, alkohol,
dan propilen glikol. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun
cairan yang penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses, dan
zat pewarnanya sendiri. Dye terdiri atas empat kelompok yaitu Azo Dye,
Triphenylmethane Dye, Flourescein, dan Sulfonate Indigo (Sumarlin, 2010). FD &
C Lake diizinkan pemakaiannya sejak tahun 1959 dan penggunaanya meluas
dengan cepat. Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (Dye)
dengan radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina. Lake
stabil pada PH 3,5 – 9,5 dan diluar selang tersebut, lapisan alumina pecah dan
Dye yang dikandungnya lepas. Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut dalam
air, zat pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang mengandung lemak
dan minyak daripada Dye karena FD & C Lake larut dalam lemak. Daya
mewarnai FD & C Lake adalah dengan membentuk dispersi yang menyebar pada
bahan yang diwarnai (Jana, 2007).
CARA KERJA
a. Percobaan satu (Uji Kualitatif)
Tiappotonganditetesiden Dikeringkandandipotong
ganHCl (p), H2SO4 (p), Didiamkanlarutans
menjadi 4 bagian
NH4OH 12%, NaOH 10% a mpelselama 30
menit,
Diamatidandicatatperuba
han yang terjadi
Dicucibenangwoldengan Ditimbangsebagaibobota
Dikeringkandengan oven
air panas khir
DATA PENGAMATAN
1. Percobaan 1
a. Sampel 1
Deskripsi sampel
Warna : Kuning
Bau : Khas
: Putih
b. Sampel 2
Deskripsi sampel
Warna : Kuning
c. Sampel 3
Deskripsi sampel
Wujud : Cairan
Warna : Merah
d. Sampel 4
Deskripsi sampel
4
Nama sampel : Wantex
Warna : Merah
2. Percobaan 2
Sampel Tartrazin
Kadar zat
Uraian Bobot (g) Volume (Ml)
warna %(b/v)
Bobot sebelum 33,7496
(a)
Bobot sesudah 34,6297 15 5,87
(b)
Bobot sampel 0,8801
Wantex Kuning
Kadar zat
Uraian Bobot (g) Volume (Ml)
warna %(b/v)
Bobot sebelum 26,3083 15 2,98
(a)
Bobot sesudah 26,7556
(b)
Bobot sampel 0,4473
Sampel Poceau
Kadar zat
Uraian Bobot (g) Volume (Ml)
warna %(b/v)
Bobot sebelum 25,6735
(a)
Bobot sesudah 27,6061 15 12,88
(b)
Bobot sampel 1,9326
Wantex Merah
Kadar zat
Uraian Bobot (g) Volume (Ml)
warna %(b/v)
Bobot sebelum 26,9020
(a)
Bobot sesudah 27,5756 15 4,49
(b)
Bobot sampel 0,6736
PERHITUNGAN
Keterangan
Sampel Tartrazin
Wantex Kuning
Sampel Penceau
Wantex Merah
PEMBAHASAN
Pada hasil pangamtan sampel tartrazin ketika ditetesi NaOH 10%, NH4OH
12%, dan HCL (p) tidak terjadi perubaha warna, sedangkan dengan H2SO4 (p)
berubah menjadi hitam yang semula berwarna kuning. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut dengan membandingkan hasil sampel dengan standard
tartrazin, sampel tartrazin positif mengandung zat warna tartrazin, hasil dari
pengujian standard tartrazin yaitu tidak terjadi perubahan warna ketika
ditetesi NaOH 10%, NH4OH 12%, dan HCL (p), dan mejadi hitam ketika ditetesi
H2SO4 (p). pada sampel wantex kuning ketika ditetesi NaOH 10% dan NH4OH
12% tidak terjadi perubahan warna, sedangkan dengan H2SO4 (p) dan HCL (p)
menjadi hitam. Hal ini menunjukan wantex kuning negaif atau tidak
mengandung tartrazin. Pada sampel ponceau ketika ditetesi NaOH 10% menjadi
coklat dan NH4OH 12% tidak terjadi perubahan warna, sedangkan dengan
H2SO4 (p) menjadi hitam dan dengan HCL (p) menjadi ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel ponceau positif mengandung standard ponceau,
karena hasil penhujian dari standard menjadi coklat ditetesi NaOH 10%. Pada
wantex merah ketika ditetesi H2SO4 (p) menjadi hitam, HCL (p) menjadi ungu,
dan tidak terjadi perubahan warna ketika ditetesi NH4OH 12% dan NaOH 10%.
Hal ini menunjukkan wantex merah negatif zat warna ponceau.
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 70
berdasarkan selisih penimbangan serat selulosa sebelum dan sesudah
perlakuan,
LAPORANPRAKTIKUMPETROKIMIA/3CANALISISKIMIA2018/2019 Page 71
dari hasil percobaan didapatkan kadar, sampel tartrazin 5.87 % (b/v), wantex
kuning 2.98 % (b/v), sampel ponceau 12.89 % (b/v), dan wantex merah 4.49 %
(b/v).
SIMPULAN
1. Analisis kualitatif pada sampel Wantex kuning dan Wantex merah tidak
mengandung Ponceau mauoun Tartrazin. Sedangkan untuk sampel Ponceau
seseuai dengan standarnya yaitu Ponceau sehingga mengandung Ponceau,
begitu juga untuk sampel Tartrazin mengandung Tartrazin sesuai dengan
standarnya.
2. Analisis kuantitatif yaitu kadar zat warna sintetik yang diserap benang wol
untuk sampel Wantex kuning sebesar 2,98%, sampel Wantex merah sebesar
4,49%, sampel Ponceau sebesar 12,89%, dan sampel Tartrazin sebesar 5,87%.
DAFTAR PUSTAKA
PRAKTIK KE-7
SUB JUDUL
TUJUAN
a. Percobaan 1
Mengetahui adanya hidrokuinon yang terkandung dalam kosmetik dengan
menggunakan pereaksi yang memberikan warna
b. Percobaan 2
Menetapkan kadar hidrokuinon secara spektrofotometri
PRINSIP
a. Percobaan 1
Uji kualitatif dilakukan dengan mengambil sedikit sampel
hidrokuinon murni dan contoh kemudian direaksikan dengan pereaksi
Benedict.Ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi Benedict akan mengalami
reduksi dengan adanya gugus hidroksil. Uji positif dengan pereaksi Benedict
ditandai dengan
terbentuknya Cu2O berupa endapan merah bata.
b. Percobaan 2
Penetapan kadar hidrokuinon secara spektrofotometri dilakukan
dengan menimbang contoh dan dilarutkan denga etanol 96%. Contoh
ditambahkan dengan larutan flouroglusinol 1% dan NaOH 0,5 N. Contoh
dipanaskan sengan suhu 70º C selama 15 menit dan absorbansinya diukur
pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Visible.
REAKSI
DASAR TEORI
Hidrokuinon adalah bahan kimia yang memiliki nama International
Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) yaitu 1,4–Benzenediol. Dengan
rumus molekul C6H8O2. Hidrokuinon memiliki nama lain yaitu
dihiroksibenzena. Hidrokuinon adalah senyawa kimia yang bersifat larut
dalam air. Senyawa ini banyak digunakan pada produk kosmetik karena sifat
antioksidannya. Hidrokuinon mengurangi warna gelap pada kulit melalui
proses penghambatan proses melanin. Padatan hidrokuinon berbentuk
kristal jarum, tidak berwarna. Karena sifatnya sebagai zat
pereduksi, hidrokuinon dimanfaatkan sebagai zat pada proses cuci cetak
foto (RAHIM , 2011).
Hidrokuinon lebih dari 2% merupakan golongan obat keras yang
penggunaannya harus menggunakan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang
melebihi 5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit.
Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan iritasi kulit, kulit kemeraha, rasa terbakar, kelainan ginjal,
kanker darah, dan kanker hati. Kadar hidokuinon dalam krim beredar
dipasaran hanyan diperbolehkan 2% lebih dari itu dipergunakan sebagai obat
(BPOM RI, 2007).
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh
(BPOM RI, 2011). Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang
berkhasiat, bahan aktif ditambah bahan tambahan lain seperti bahan
pewarna dan bahan pewangi. Pada pencampuran tersebut harus memenuhi
kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi
pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya
(Wasitaatmadja, 1997).
Sediaan kosmetika berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon
banyak digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah.
Saat ini hidrokuinon masih digunakan sebagian produsen pemutih karena
hidrokuinon mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat
pembentukan melanin yang membuat kulit tampak hitam, penggunaan
hidrokuinon dalam kosmetik tidak boleh lebih dari 2%, hidrokuinon tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan jika pemakaian lebih dari 2%
harus di bawah kontrol dokter (FDA, 2006). Penggunaan hidroquinon yang
berlebihan dapat menyebabkan ookronosis, yaitu kulit berbintil seperti pasir
dan berwarna coklat kebiruan, penderita ookronosis akan merasa kulit
seperti terbakar dan gatal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesiapada
tahun 2006 dan 2007 telah melakukan pengujian laboratorium terhadap
kosmetik yang beredar dan ditemukan 23 (dua puluh tiga) merek kosmetik
yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik yaitu :
Merkuri (Hg), hidroquinon > 2% dan zat warna Rhodamin B. Bahan-
bahan tersebut dilarang penggunaannya sabagaimana tercantum dalam
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.445/MENKES/PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substrat, Zat
Pengawet dan Tabir Surya pada kosmetik dan keputusan kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) No.HK.00.05.4.1745 Tentang
Kosmetik (SUNARKO dan RIANA, 2007).
CARA KERJA
a) Uji Kualitatif dengan Pereaksi Benedict
Dimasukan sedikit
hidrokuinon murni Dilarutkan Ditambahkan 1
dan contoh ke dua dalam 1 mL pereaksi
tabung reaksi mL
berbeda
Dilarutkan
Ditimbang 50 mg Dimasukan ke
dengan
hidrokuinon murni labu takar
etanol 95%
100
dan
c) Pembuatan Larutan Standar Hidrokuinon 10 mg/L
Dipipet 1 mL
larutan induk Dilarutkan
Dimasukan ke
hidrokuinon 500 dengan
labu takar
mg/L etanol 95%
50
dan
10 mL 20 mL
4 mg/L 8 mg/L
Dipipet 1 mL dari setiap standar ke dalam tabung reaksiDitambahkanDipanaskan di penangas air 70º C selama 1
1 mL floroglusinol 1%,
1 mL NaOH 0,5 N, dan
1 mL etanol 95%
Diukur
absorbansinya Ditambahkan 10 mL
menggunakan NaOH 0,5 N, dikocok Didinginkan
spektrofotometer UV- dan didiamkan
Visible pada λ
f) Preparasi Contoh
Dimasukan ke labu takar 25 mL dan ditera dengan
Ditimbang 250 mg contoh kosmetik
Dilarutkan
dalamdengan
gelas piala
etanol 95% hingga tidak ada endapan
Ditambahkan
Dipanaskan di
1 mL floroglusinol
Didinginkan penangas air 1%,
70º C selama 15 1 mL NaOH 0,5 N,
dan
Diukur
Ditambahkan 10 mL absorbansinya
NaOH 0,5 N, dikocok menggunakan
dan didiamkan spektrofotometer UV-
Visible pada λ
DATA PENGAMATAN
a. Data pengamatan sampel
Warna : Putih
b. Uji Kualitatif
c. Uji Kuantitatif
= 50 mg
2. Larutan standar 100 ppm dari larutan standar induk 500 ppm
V1 X C1 = V2 X C2
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Berdasarkan analisis hidrokuinon dalam sampel krim malam merk X
dengan uji kualitatif dan kuantitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel krim
malam merk X mengandung Hidrokuinon yang sangat kecil hingga tidak
menghasilkan uji positif dengan pereaksi benedict. Kadar hidrokuinonnya
sebesar 0.06% dengan sampel tanpa pengenceran dan 0.10% dengan
pengenceran lima kali. Kandungan Hidrokuinon dalam sampel krim malam
telah memenuhi standar BPOM 2007 yaitu< 2%.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
KELOMPOK 1
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Elis Yuliana 1617547
2 Nadia Aini Harahap 1617660
3 Uyun Kholilah 1617745
4 Ferra Septiyani 1617565 Analisis Bahan
5 M. Alham 1617610 Baku untuk
6 Fatkhairundhika 1617560 Pembuatan Ban
7 Razak Dardiri 1617695
8 Lintar Alghifari Pratama 1617607
9 Durotul Yatimah 1840009
KELOMPOK 2
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Nur Maa'ida 1617674 Penetapan
2 Ainul Husna Nasution 1617490 Kadar Surfaktan
Anionik secara
3 Vani Oktaviani 1617746
4 Sindi Anum Maria 1617724
5 Tri Susilo 1617743
6 Akbar Wahyudi 1617491 Biru Metilan
7 Muhammad Farhan Fuadi 1617637 Menggunakan
Spektrofotomete
8 Abdurrahman Hakim 1617755 r
9 Galih Eka Purnama 1617571
10 Syifaul Hasna 1840026
KELOMPOK 3
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Putri Rizki Febriani 1617686
2 Silvi Pirdani 1617723
3 Tiya Nuraini Setiawan 1617741 Penetapan
4 Liriyanti Febrina 1617608 Kadar Pb dalam
5 Ilham Rahmad 1617587 Produk Plastik
PVC secara
6 Nurantama Adhi S 1617676
Spektrofotomete
7 Muhammad Anas Afif 1617634 r Serapan Atom
8 Elvin Abrar 1617549 (SSA)
9 Syahril Khairi Nasution 1617731
10 Diane Amelia Hayuningtyas 1840008
KELOMPOK 4
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Puspa Septiahadi Mawarni 1617685
2 Alya Cahya Amany 1617496
3 Putri Senja Yusvita 1617687 Analisis
Kerosene,
4 Nadia Putri Syahdi 1617661 Gliserol, dan
5 Ma'ruf Adnan Tyas 1617615 Urea
6 Hendriyansah 1617579 Menggunakan
7 Ikhwan Halim 1617586 Fourier
8 Hasby Abdurrahman 1617576 Transform
Infrared (FTIR)
9 Regy Reynaldi 1617698
10 Hilza Rana 1840012
KELOMPOK 5
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Ni Luh Gede Mega Atika Devi 1617666
2 Anisya Liestianti 1617504
3 Anisa Indriani 1617501
4 Malona 1617614 Uji Migrasi
5 Muhammad Rifqi Badruzzaman 1617650 Logam Berat
dalam Sampel
6 Punjung Widagdo 1617684 Cat
7 Andrie Wiguna 1617500
8 Alwan Halim 1617495
9 Mita Permata Sari 1840017
KELOMPOK 6
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Ainaya Nafilah 1617494 Analisis Zat
2 Ines Farida Nur Falaq 1617590 Warna Sintetik
3 Citra Dewi Kania 1617523
4 Dika Dwiyana 1617534
5 Reyhan Juliardo S 1617700
6 Qorry Alimansyah 1617689
7 Dimas Dwi Putera Ramadhani 1617537
8 Yudha Azmi Hakim 1617755
9 Arianto 1840005
KELOMPOK 7
JUDUL
NO NAMA NIM
1 Dinda Rachel Alia 1617540
2 Elvira Ayu K 1617550
3 Ika Nisa Pratiwi 1617584
4 Sherly Regina Tandaju 1617721 Analisis
5 Abdurrahman Risyad Baihaqi 1617480 Hidrokuinon
6 Taufik Putra Hendarsah 1617734 dalam
7 Adma Yudha Alsaba 1617486 Kosmetik
8 Mochamad Ghifari Eka P 1617689
9 Muhammad Farhan 1840018