Laporan Prak Anfisko
Laporan Prak Anfisko
Laporan Prak Anfisko
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
3 FA 2
No Kondisi Keterangan
1. Kromatografi Gas
Merk Alat Shimadzu
Kolom Kolom kapiler HP-5MS, dengan Panjang 30 m,
Diameter dalam 250 µm, dan Ketebalan Lapisan
Film 0,25 µm yaitu 5% Phenyl Methyl Silox 325
o
C.
Gas Pembawa Helium, dengan tekanan 10,523 psi, dan kecepatan
laju alir 1 mL/menit.
Detektor SM (Spektrometri Massa)
Volume Injeksi 1 µL
Tipe Injeksi Split
Split Rasio 25 : 1
Temperatur Oven Kolom 100 oC
Suhu Injektor 250 oC
Pengaturan Suhu Mula-mula suhu 100 oC untuk 2 menit, kemudian
dinaikkan 10 oC/ menit sampai suhu 150 oC ditahan
selama 5 menit, lalu dinaikkan 10 oC / menit
sampai 315 oC dan ditahan selama 10 menit.
Waktu Analisis 38,5 menit
2. Spektrometri Massa
Merk Alat Shimadzu
Kisaran Massa 50-300
Resolusi 1188
3. Data Base NIST (Natinal Institute of Standards and
Technology) dan WILLEY
Resolusi = (Tr2-Tr1)/(W1+W2)
Tr : waktu retensi
W : lebar puncak
3. Contoh hasil puncak kromatogram Asam lemak (Asam Palmitat)
a) Gambar Kromatogram
VII. Pembahasan
Secara umum GCMS terdiri atas tiga konfigurasi utama yaitu GC,
konektor dan MS. GCMS dapat digunakan untuk menganalisa suatu sampel. Salah
satu syarat suatu senyawa dapat dianalisa dengan GCMS adalah senyawa tersebut
memiliki sifat mudah menguap (volatil). Pemisahan yang terjadi dapat disebabkan
oleh perbedaan titik didih suatu senyawa dan interaksi senyawa tersebut dengan fase
diam dalam kolom. Suatu asam lemak rantai panjang mempunyai titik didih yang
tinggi karena mempunyai gugus karboksilat yang menyebabkan terjadinya ikatan
hidrogen dan peningkatan jumlah rantai hidrokarbon akan menyebabkan peningkatan
titik didihnya (Fessenden, 1999).
Pada praktikum kali ini dilakukan 2 tahapan, yaitu kalibrasi alat dan
pengujian sampel. Kalibrasi ini bertujuan agar alat tersebut dapat bekerja dengan baik,
sehingga nantinya dihasilkan data yang valid. Selain itu juga bertujuan untuk
menghindari kerusakan dini dari alat tersebut. pengkalibrasian ini dilakukan 30 menit.
Kemudian dilakukan pengujian sampel. Sampel yang digunakan dalam praktikum kali
ini ada dua yaitu pertama minyak kayu putih aroma terapi caplang dan minyak kayu
putih konicare. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu kedua sampel tersebut
diencerkan menggunakan pelarut yang cocok yaitu metanol. Hal ini dilakukan agar
sampel tidak terlalu pekat, karena jika sampel pekat maka sampel tersebut langsung
terelusi sebelum masuk ke dalam kolom untuk dilakukan pemisahan. Selanjutnya
sampel tersebut dianalisis kandungan asam lemaknya dengan cara memasukkan
sebanyak 1 mL sanpel yang telah diencerkan kedalam autoinjektor. Nantinya
autoinjektor ini akan bekerja secara otomatis untuk mencuci dan menginjeksikan
sampel masuk ke dalam GS tepatnya pada kolom. Didalam kolom terdapat fase diam.
Sampel akan dibawa oleh gas pembawa melewati kolom untuk dilakukan pemisahan.
Yang menjadi gas pembawa (fase gerak) dalam praktikum kali ini yaitu gas Helium
(He). Pemilihan Helium sebagai gas pembawa karena helium memberikan efisiensi
kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita). Pemilihan gas pembawa
harus dengan syarat gas tersebut tidak reaktif, murni atau kering, dan dapat disimpan
dalam tangki bertekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen (H) dan abu untuk
nitrogen (N) serta lebih murah. Gas helium akan membawa sampel masuk melewati
kolom. Dikolom, sampel mengalami pemisahan karena didalam kolom tersebut
terdapat fase diam. Selain itu kolom ini berada di dalam oven, hal ini karena kolom
tersebut akan dipanaskan dan dijaga suhunya agar tetap konstan. Dengan demikian
terjadi pemisahan sampel berdasarkan pada titik didihnya. Disini oven diatur suhunya
antara 70-280°C. Didalam kolom proses pemisahan senyawa ini didasarkan atas
prinsip like dissolve like yaitu senyawa yang memiliki sifat yang sama dengan kolom
akan bertahan lebih lama, sedangkan sifat yang berbeda dengan kolom akan diteruskan
menuju detektor, sehingga inilah yang menyebabkan setiap senyawa memiliki waktu
retensi yang berbeda. Waktu retensi adalah waktu yang dibutuhkan oleh senyawa
untuk melewati kolom. Senyawa hasil pemisahan kemudian akan menuju ke detektor.
Yang menjadi detektor disini adalah spektrometri massa (MS) yang befungsi untuk
mengidentifikai ion molekul dan fragmentasinya. Ion/molekul dapat terbentuk karena
adanya elektron yang ditembakkan sumber elektron dan menabrak senyawa hasil
pemisahan dari GC. Ion tersebut akan bergerak dengan pola fragmentasi tertentu
kemudian akan bergerak melalui analyzer. Ion yang memiliki massa yang lebih kecil
akan terdeteksi lebih dahulu oleh detektor, dan sebaliknya untuk ion yang memiliki
massa yang lebih besar akan terdeteksi terakhir. Hasil tersebut dibaca pada komputer
dalam bentuk peak. Adapun keberhasilan metode ini dipengaruhi oleh kondisi operasi
GC yang ditentukan oleh suhu, tekanan, konsentrasi fase gerak dan dimensi kolom.
Selain itu juga dipengaruhi oleh ketepatan pemilihan fase diam dan fase geraknya.
Dasar dari Analisa kuantitatif adalah waktu retensi dari senyawa yang diinjeksikan.
Kromatogram hasil analisis sampel minyak bekas habis pakai. Keberhasilan
kromatografi antara lain, berdasarkan kondisi operasi GC yang ditentukan oleh suhu,
tekanan, tekanan, fase gerak dan dimensi kolom. Selain itu juga didukung oleh
ketepatan pemilihan fase diam dan fase gerak. Pada analisis sampel minyak habis
pakai dengan GC-MS yang menggunakan fase gerak berupa gas dan fase diam berupa
cairan yang diadsorbsikan pada padatan (berupa silika). Fase gerak yang digunakan
adalah gas helium (He) dengan tekanan 10.523 psi, dan kecepatan laju alir 1 mL /
menit, Karena gas ini bersifat inert, mumi, tidak mudah terbakar, dan mempunyai
konduktifitas panas tinggi penggunaan suhu mula-mula suhu 100° C untuk 2 menit,
kemudian dinaikan 10° C selama 5 menit sampai suhu 150° C selama 5 menit, lalu
dinaikan 10° C / menit sampai 315° C dan selama 10 menit. Pada kolom kapiler HP-
5MS, dengan panjang 30 m, Diameter dalam 250 mikrometer, dan ketebalan lapisan
Film 0,25 mikrometer yaitu 5% fenil Methyl silox 325° C. Detektor yang digunakan
adalah Mass-Spectrometer (MS). Detector ini mengidentifikasi molekul ion dan
fragmentasinya. Molekul ion dapat terbentuk karena elektron yang ditembakkan dari
elektron dan menabrak senyawa hasil separasi GC. Molekul ion dapat terfragmentasi
dengan pola fragmentasi tertentu. Molekul ion dan fragmen ionnya akan bergerak
melalui analyzer. Pemisahan berdasarkan massa ionnya terjadi di dalam analyzer lon
yang memiliki massa lebih kecil akan bergerak lebih dahulu, sehingga Detektor ini ion
ini akan terlebih dahulu dideteksi oleh detektor. Molekul ion memiliki massa yang
paling besar sehingga molekul ion akan terdeteksi terakhir. Spektrum massa ion
molekul terletak pada bagian akhir spektrum massa. Molekul ion telah mengalami
fragmentasi sehingga % kelimpahan dari molekul ion dapat lebih kecil dari fragmen
ionnya. Analisis dengan menggunakan GC dan detektor MS pada umumnya akan
menghasilkan ion-ion bermuatan positif. Hasil analisis spektrum massa kromatogram
dan fragmentasi minyak habis pakai dapat dilihat pada hasil pengamatan. Analisis
menggunakan spektometri massa menunjukkan bahwa spektogram senyawa puncak
dengan rata-rata waktu retensi 18,682 menit pada gambar diatas memiliki BM 270
gram/mol dan kemiripan 76.2% dengan spektrometri massa yang diperoleh dari library
NIST KG-SM. Senyawa tersebut teridentifikasi sebagai senyawa Hexadecanoic acid
atau asam palmitat.
VIII. Kesimpulan
Analisis menggunakan spektometri massa menunjukkan bahwa
spektogram senyawa puncak dengan rata-rata waktu retensi 18,682 menit
pada gambar diatas memiliki BM 270 gram/mol dan kemiripan 76.2%
dengan spektrometri massa yang diperoleh dari library NIST KG-SM
Prinsip kerja GCMS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa
molekul sampel yang dapat diuapkan, aliran gas yang mengalir akan
membawa sampel masuk ke dalam kolom. Komponen dalam sampel di
pisahkan dan dideteksi oleh detector, kemudian hasilnya ditampilkan
dalam bentuk kromatogram (peak).
Hasil percobaan dengan GCMS, ditujukan oleh kromatogram, didalam
kromatogram tertera jumlah senyawa yang terkandung dalam sampek
(peak), waktu retensi (R-time) yang menunjukan kepolaran senyawa
masing-masing peak, % area yang merupakan persentase jumlah senyawa
pada masing-masing peak akan terdeteksi secara otomatis