LP RHD
LP RHD
LP RHD
2053073
LAPORAN PENDAHULUAN
“ RHD ( RHEUMATIC HEART DISEASE) “
1.DEFENISI
Penyakit jantung rematik merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam
reumatik akut sebelumnya. Penyakit ini terutama mengenai katup mitral( 75%),aorta (25%),
jarang mengenai katup tricuspid dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Setiap tahunnya
rata-rata ditemukan 55 kasus dengan demam reumatik akut ( DRA ) dan PJR.Diperkirakan
pravelensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-15 tahun.( William,2016).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang didapat
baik pada anak maupun orang dewasa. Penyakit jantung reumatik adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan penyokong tubuh terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococus hemolitik B group A (Riskesdas, 2018).
2.ETIOLOGI
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan
erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh organisme streptococcus
hemolitik B group A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada
penilitian menunjukan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan streptococcus bersifat sebagai
antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune.
Faktor predisposisi timbulnya penyakit jantung reumatik adalah :
1) Faktor individu
a) Faktor genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinnya penyakit jantung
reumatik meskipun cara pewarisannya belum dipastikan.
b) Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung reumatik lebih sering pada anak perempuan
dari pada laki-laki.
2) Faktor lingkungan
a) Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan
sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.
b) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukan bahwa daerah tropis memiliki insiden yang tertinggi.
c) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran pernapasan atas
meningkat sehingga mengakibatkan kejadian penyakit jantung reumatik juga dapat meningkat.
3.PATOFIOLOGI
Hubungan yang pasti antara infeksi streptococcus dan demam reumatik akut tidak diketahui.
Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang di tunjuKkan oleh hasil
kultur streptococcus yang negatif pada bagian jantung yang terkena.
Fakta berikut ini menunjukan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitif imunologi
yang belum terbukti terhadap antigen antigen streptococcus :
a. Demam reumatik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah
pasien sembuh dari faringitis.
b. Kadar antibodi antii streptococcus tinggi (anti streptolisin O, anti Dnase, anti hialorodinase),
terdapat pada klien demam reumatik akut.
c. Pengobatan dini faringitis streptococcus dengan penisilin menurunkan risiko demam
reumatik.
d. Imunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membran sel miokardiaum yang
terkena.
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam reumatik akut
masih belum diketahui.Adanya antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptococcus
dan sel miokardium menunjukan kemungkinan adanya hipersensitiftas tipe II yang diperantarai
oleh antibodi reaksi silang. Pada beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk
melawan antigen streptococcus, adanya antibodi tersebut didalam serum akan menunjukan
hipersensifitas tipe III.
4.PATHWAY
5.TANDA DAN GEJALA
Gejala umum:
a. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi, tetapi dapat juga
muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu.
b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi sebelum umur 4
tahun dan setelah umur 40 tahun.
c. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat menjadi
kelainan katup.
d. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler dengan vaskulitis.
e. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada 30% kasus (tetapi
jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup pulmonalis kurang dari5%.
1) Kriteria mayor
a. Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau endokarditis) yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi
penuruna curah jantung (seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung
meningkat), bunyi jantung melemah dan terdengar suarah bising katup. Pada auskultasi
akibatstenosisdari katup terutama mitral (bising sistolik), karditis paling sering menyerang anak
dan remaja. Beberapa tanda karditis, antara lain kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan
dan kiri (pada anak yang lebih menonjol sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta aorta.
b. Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang
berpindah-pindah, radang sendi besar. Lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku
(poliatritis migrans), gangguan fungsi sendi, dapat timbul bersamaan tetapi sering bergantian.
Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang yang khas (bengkak, merah, panas sekitar sendi,
nyeri dan disertai gangguan fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu dan
mereda tanpa deformitas residual.
c) Khorea syndenham. Merupakan gerakan yang tidak disengaja/ gerakan abnormal, bilateral,
tanpa tujuan dan involunter, serta seringkali disertai dengan kelemahan otot, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. Pasien yang terkena penyakit ini biasanya
mengalami gerakan tidak terkendali pada ekstremitas, wajah dan kerangka tubuh. Hipotonik
akibat kelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada bahkan sering merupakan tanda dini.
d) Eritema marginatum. Gejala ini merupakan manifestasi penyakit jantung reumatik pada kulit
berupa bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatan
tegas, berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada
batang tubuh dan telapak tangan.
e) Nodul supkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya
perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan
menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama
siku, ruas jari, lutut, persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebes.
2) Kriteria minor
a) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
b) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien juga sulit menggerakkan
persendian.
c) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
d) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).
e) Protein krea (CPR) positif.
f) Peningkatan denyut jantung saat tidur.
g) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).
6.KOMPLIKASI
a. Gagal jantung pada kasus yang berat.
b. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
c. Aritmia.
d. Perikarditis dengan efusi.
e. Pneumonia reumatik
7.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium :
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan anti steptolisin (ASTO),
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
b. Radiologi :
Pada pemeriksaan foto toraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada jantung.
c. Pemeriksaan ekokardiogram :
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
d. Pemeriksaan elektrokardiogram Menunjukkan interval PR menanjang
e. Apus tenggorokan Ditemukan streptokokus beta hemolitikus grup A
f. Riwayat kesehatan lingkungan Keadaan sosial ekonomi yang buruk Iklim dan geografi
Cuaca
g. Imunisasi
h. Riwayat nutrisi Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi berubah
Pemeriksaan fisik Head to Toe:
a. Kepala :Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis, terdapat napas cuping
hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit :Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh sampai 39ᴼC.
c. Jantung
Perkusi : redup
Perkusi tympani
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak
terpola.
Kelemahan otot.
Akral dingin.
Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik, perubahan suarah
jantung, perubahan Elektrokardiogram (EKG), nyeri prekornial, leokositosis, peningkatan Laju
endap darah (LED), peningkatan Anti Streptolisin (ASTO).
Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, dan
lengan (gangguan fungsi sendi).
Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas. Biasanya
muncul sesaat dan umumnya langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian.
Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi labil, kelemahan
otot.
Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan,
bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen, eritema bersifat non-pruritus.
B.Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung. Ditandai
dengan wajah pasien pucat, dada terasa berdebar debar, suara jantung abnormal yaitu
murmur, takikardi, hipotensi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis. Ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri dada.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
yaitu 38 derajat celcius.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan pasien mengeluh tidak ada nafsu makan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien cepat
lelah saat melakukan aktivitas berlebihan.
C.Rencana keperawatan
9.IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang sudah ditegakkan.
10.EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah Tindakan yang telah dilakukan berhasil untuk
mengatasi masalah pasien dan dilihat juga berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien yang diharapkan adalah :
1. Pasien tidak mengalami perubahan kontraksi otot jantung
2. Pasien tidak akan mengalami nyeri
3. Pasien tidak akan mengalami hipertermi selama dalam perawatan.
4. Pasien akan meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat selama dalam perawatan
5. Pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas selama dalam perawatan.
REFERENSI
1. Jullius, D. W (2016).Penyakit Jantung Reumatik,Fakultas Kedokteran,Universitas Lampung.vol
4 No 3.
2. Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Daerah. Jakarta
3. NANDA. (2015). Diagnosa keperawatan definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.