Tutor Hematologi Yusti-Koreksi
Tutor Hematologi Yusti-Koreksi
Tutor Hematologi Yusti-Koreksi
OLEH :
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS SMF PATOLOGI
KLINIK
RSUD DR. SOETOMO – UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2020
1
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………...3
Bab IV Penutup……………………………………..…………………………..17
Daftar Pustaka………………………..…………………………………………18
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
X Stuart Factor Prower factor
XI Plasma Thromboplastin Antihemophilic factor C
Antecendent (PTA)
XII Hageman factor Contact factor
XIII Fibrin Stabilizing factor (FSF) Fibrinase
- High molecular weight Fitzgerlad factor
kininogen (HMWK)
- Pre Kalikrein (PK) Fletcher factor
Jadi dalam proses hemostasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vaskuler berupa
vasokonstriksi pembuluh darah, reaksi seluler yaitu pembentukan sumbat
trombosit dan reaksi biokimia yaitu pembentukan fibrin yang akan
mempertahankan trombus yang telah terbentuk. Faktor-faktor yang memegang
4
peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit yang
berperan dalam hemostasis primer dan faktor koagulasi atau pembekuan darah
yang berperan dalam hemostasis sekunder serta fibrinolisis yang berperan dalam
hemostasis tersier. (Rahajuningsih, 2018)
5
Gambar 2. Mekanisme hemostasis
6
Hemostasis sekunder terdiri dari faktor pembekuan dan anti pembekuan,
sedangkan hemostasis tertier yaitu sistem fibrinolisis akan diaktifkan dan
menyebabkan lisis dari fibrin dan dan endotel menjadi utuh.
7
fibrinolisis hanya terjadi di permukaan bekuan fibrin, maka proses fibrinolisis
hanya terjadi lokal dan tidak meluas menjadi sistemik. Plasminogen, t-PA dan
fibrin membentuk suatu kompleks yang memicu pembentukan plasmin dan lisis
dari fibrin selanjutnya. Bila PAI-1 melekat pada fibrin, maka akan terjadi suatu
proses inhibisi terhadap t-PA dan u-PA sehingga proses fibrinolisis akan terhenti
8
antikoagulan, dan penyakit yang berpotensi mengalami gangguan hemostasis.
Pemeriksaan hemostasis dapat digolongkan atas pemeriksaan penyaring yaitu
percobaan bendungan (Rumpel Leede), masa perdarahan, hitung trombosit, Masa
Protrombin Plasma (Prothrombin time PT, Masa Tromboplastin Parsial
Teraktivasi (Activated parsial Thromboplastin Time APTT), masa thrombin
(Thrombin Time TT), pemeriksaan penyaring untuk faktor XIII dan pemeriksaan
khusus untuk mengetahui penyebab kelainan hemostasis yaitu salah satunya
dengan pengukuran alpha 2 anti plasmin (Rahajuningsih, 2018). Pada makalah ini,
akan dibahas tentang dengan pemeriksaan alpha 2 anti plasmin menggunakan alat
Stago seri STA Compact Max3.
BAB II
2.1 Preanalitik
9
Pada pemantapan kualitas hemostasis perlu diperhatikan kesalahan yang
terjadi pada tahap praanalitik yang meliputi kesalahan pada persiapan pasien,
pengambilan bahan, penyimpanan dan pengiriman bahan
Persiapan pasien
Sebelum pengambilan darah perlu disiapkan formulir pemeriksaan dan
melengkapi identitas pasien seperti nama, umur, tanggal, jam pengambilan
bahan, alamat, telepon yang dapat dihubungi, menanyakan obat sedang
diminum yang dapat mempengaruhi hasil dan tes yang diminta. Pemberian
identitas pada label tabung harus dilakukan sebelum bahan pemeriksaan
diambil.
Untuk pemeriksaan alpha 2 antiplasmin perlu disiapkan alat pengambilan
bahan seperti lanset, alcohol 70%, tensimeter, bendungan (tourniquet), tabung
vakum natrium sitrat. Sebelum pengambilan darah sebaiknya pasien puasa
untuk mengurangi kekeruhan plasma yang diperoleh, hal ini perlu
diperhatikan pada penggunaan alat pemeriksaan alpha 2 antiplasmin dengan
sistem optik.
Pengambilan Bahan
Darah dapat diambil dengan menggunakan semprit atau tabung vakum,
sebaiknya pada vena mediana cubiti. Bendungan harus dilepas pada saat darah
ditampung. Pada uji laboratorium untuk uji fibrinolisis usahakan agar
bendungan seminimal mungkin, karena stasis vena dapat menyebabkan
pelepasan komponen fibrinotlitik ke dalam vena. Jarum yang digunakan
no.19-21 pada dewasa, sedangkan pada bayi no.22 atau 23 untuk menghindari
turbulensi darah yang akan menimbulkan denaturasi protein. Pengambilan
darah melalui kateter vena harus dibuang dahulu beberapa mL atau dibilas
dengan menggunakan cairan yang dipakai untuk infus sebanyak 5-10 mL.
(Riadi, 2011)
Bila terdapat keterlambatan antara waktu penampungan dan pencampuran
dengan antikoagulan atau pengisisan penampung terlalu lama sebaiknya darah
sitrat tersebut tidak dipergunakan karena kemungkinan terjadi aktivitas
koagulasi. Darah yang diperoleh tidak boleh mengandung bekuan Karena akan
terjadi konsumsi faktor pembekuan invitro, aktivitasi faktor pembekuan darah,
10
aktivasi rombosit dan penglepasan isi granula trombosit. Hal ini harus
diperhatikan terutama bila terdapat bekuan kecil yang tidak terlihat oleh mata.
Untuk menghindari hal ini terjadi, segera setelah darah ditampung, isi tabung
dicampur merata dengan membalikan isi tabung minimal 5 kali dan tidak
boleh dikocok karena dapat menimbulkan hemolisis atau aktivasi trombosit
serta hindari pembentukan busa, karena pembentukan busa akan menyebabkan
denaturasi fibrinogen, faktor V dan VIII. (Riadi, 2011)
Antikoagulan yang dipakai sodium sitrat 3.2 % (0.109M) dengan
perbandingan 1 berbanding 9, (0.5 ml antikoagulan ditambahkan dengan 4.5
ml darah). Koreksi diperlukan jika terjadi peningkatan hematokrit darah( Ht <
30 % atau > 55 % ). Hematokrit secara langsung mengganggu rasio plasma
dan antikoagulan. Ada 2 macam koreksi :
1. rumus inggram NCCLS ( rumus ini sulit dilakukan pada tabung yang biasa)
2. Cara lain koreksi Volume sitrat yang digunakan di RSUD Dr. Soetomo
adalah :
Penyimpanan Bahan
Bahan untuk pemeriksaan hemostasis menggunakan PPP (Platelet Poor
Plasma). Plasma harus segera dipisahkan dari selnya dengan menggunakan
pipet plastik atau pipet kaca yang telah dilapisi silicon. Tabung penampung
11
plasma sitrat harus terbuat dari non activating material seperti polyprophylene
pastic, tabung kaca yang dilapisi silicon harus tertutup rapat untuk
menghindari perubahan pH plasma dan penguapan. Penggunaan tabung ini
harus sesuai dengan tabung yang dipakai untuk penetapan nilai rujukan.
Plasma dapat disimpan selama 8 jam pada suhu 20 ± 5 °C, dan dapat disimpan
selama 1 bulan pada suhu -20 °C
Sentrifugasi
12
BAB III
13
α2-Antiplasmin merupakan glikoprotein dengan rantai tunggal dengan berat
molekul 65.000 dalton yang bereaksi terhadap plasmin, hal ini terjadi untuk
pengaturan regulasi system fibrinolisis. Dibawah pengaruh XIIIa, α2-antiplasmin
dapat berikatan dengan rantai alfa fibrin. α2-antiplasmin di sintesis di hepar,
sehingga kadarnya bisa menurun dalam beberapa kelainan hepar. Pengukuran
antiplasmin ini berguna untuk mendeteksi defisiensi α2-antiplasmin kongenital
walaupun kejadiannya sangat langka atau bisa juga dalam terapi fibrinolitik,
penurunan kadar α2-antiplasmin dapat berarti pengobatannya baik dan responsif.
Atau bisa menjadi pemeriksaan penunjang untuk disseminated intravascular
coagulation (DIC).
3.2 Preanalitik
14
3. Reagen 3 Plasmin solvent. Siap untuk langsung digunakan. Lakukan
pengkocokan terlebih dahulu sebelum dicampur dengan reagen 1
3.3 Analitik
Pada tahap berikut, dapat dipastikan lagi hasil atau kadar yang terukur pada
pemeriksaan alpha 2 antiplasmin tidak dipengaruhi oleh factor interferensi seperti
berikut:
15
untuk menjaga keakuratan hasil pemeriksaan fungsi koagulasi. Control
dapat dilakukan tiap awal mesin dinyalakan, pada setiap kalibrasi, pada
saat pergantian reagen dan paling tidak setiap 8 jam sekali.
- Kalibrasi pada pemeriksaan alpha 2 antiplasmin menggunakan STA®-
Unicalibrator. Larutan standar nantinya secara otomatis akan di analisis
oleh alat sesuai dengan parameter yang ingin diperiksakan. Larutan
standar akan di dilusi oleh Owren-Koller buffer yang mempunyai nilai 0%.
BAB III
PENUTUP
16
sekunder terdiri dari faktor pembekuan dan anti pembekuan, sedangkan
hemostasis tertier yaitu sistem fibrinolisis akan diaktifkan dan menyebabkan lisis
dari fibrin dan dan endotel menjadi utuh.
DAFTAR PUSTAKA
17
Kanai L Mukherjee. Medical Laboratory Technology (Procedure Manual for
Routine Diagnostic Test). Edisi Kedua, Vol. 1. New Delhi : Tata McGraw-Hill,
2010.
18