Makalah Sistem Otot
Makalah Sistem Otot
Makalah Sistem Otot
SISTEM OTOT
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Hewan yang telah
diberikan oleh Drs. Bejo Basuki, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 1
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq, serta
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Struktur Hewan yang telah diberikan oleh Drs. Bejo
Basuki, M.Si dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk kita umatnya. Dalam
penyusunan makalah ini tentu penulis mengalami masalah, namun itu semua dapat
teratasi dengan berbagai dukungan dan bimbingan dari pihak lain. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih, kepada:
1. Drs. Bejo Basuki, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Struktur
Hewan,
2. Semua teman-teman Pendidikan Biologi yang telah senantiasa memberikan
saran dan kritik dalam penyusunan makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Organ Sistem Otot.................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Otot dan Sistem Otot................................................. 3
2.1.2 Struktur dari Otot secara Keseluruan........................................... 3
2.1.3 Jenis-jenis Organ Sistem Otot..................................................... 5
2.2 Fungsi Sistem Otot................................................................................. 10
2.3 Sitem Otot pada Hewan Invertebrata..................................................... 10
2.4 Sistem Otot pada Hewan Vertebrata...................................................... 12
2.4.1 Pisces........................................................................................... 12
2.4.2 Amphibi....................................................................................... 13
2.4.3 Reptil............................................................................................ 14
2.4.4 Aves............................................................................................. 14
2.4.5 Perbandingan Otot dari tiap Vertebrata ...................................... 15
2.5 Kinerja Sistem Otot................................................................................ 17
2.5.1 Sifat Gerak Otot........................................................................... 17
2.5.2 Macam-macam Gerak Otot.......................................................... 18
2.5.3 Mekanisme Gerak Otot................................................................ 18
2.6 Metabolisme Sistem Otot....................................................................... 20
BAB III PENUTUP......................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 24
3.2 Saran....................................................................................................... 25
iii
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Organ sistem otot pada hewan?
2. Apa saja fungsi otot pada hewan?
3. Bagaimana Sistem otot hewan Invertebrata?
4. Bagaimana Sistem otot hewan Vertebrata?
5. Bagaimana proses kinerja sistem otot?
6. Bagaimana proses metabolisme Sistem otot?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui organ sistem otot pada hewan
2. untuk mengetahui fungsi otot pada hewan
3. untuk memahami Sistem otot pada hewan Invertebrata
4. untuk memahami Sistem otot pada hewan Vertebrata
5. untuk memahami kinerja sistem otot
6. untuk mengetahui metabolisme pada sistem otot
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Otot rangka yang besar dikelilingi oleh lapisan penghubung yang kenyal
yang disebut fasia. Lapisan luar dari fasia disebut epimisium. Fasia meluas dan
menempel ke tulang sebagai sebuah tendon, sebuah struktur seperti tali. Lapisan
lain dari jaringan penghubung, disebut perimisium, mengelilingi kumpulan otot
yang lebih kecil. Kumpulan otot disebut fasikulus. Serat otot secara individual
ditemukan dalam fasikulus dan dikelilingi oleh lapisan ketiga dari jaringan
penghubung yang disebut endomisium.
4
dapat memiliki lebih dari satu nukleus dan dikelilingi oleh membran sel yang
disebut sarkolema. Pada beberapa titik membran sel menembus dalam ke bagian
dalam dari serat otot membentuk tubulus transversa. Dalam serat otot ada
retikulum endoplasma khusus yang disebut retikulum sarkoplasma.
Setiap serat otot terdiri dari struktur silindrikal panjang yang disebut
miofibril. Setiap miofibril terbuat dari serangkaian unit kontraktil yang disebut
sarkomer. Setiap sarkomer meluas dari Z line ke Z line dan dibentuk dengan
pengaturan yang unik dari dua protein kontraktil yaitu aktin dan miosin. Z line
terjadi di ujung dari setiap sarkomer. Filamen aktin tipis meluas ke bagian tengah
dari sarkomer dari Z line. Filamen miosin yang lebih tebal terletak diantara
filamen aktin. Perluasan dari filamen miosin adalah struktur yang disebut kepala
miosin. Pengaturan aktin dan miosin dalam setiap sarkomer memberikan bentuk
lurik pada otot rangka dan otot jantung.
Otot-otot membentuk penempelan ke struktur-struktur lain dengan tiga
cara. Pertama, tendon menempelkan otot ke tulang. Kedua, otot menempel secara
langsung (tanpa sebuah tendon) ke tulang atau ke jaringan lunak. Ketiga, sebuah
fasia yang rata, berbentuk seperti lembaran yang disebut aponeurosis dapat
menghubungkan otot ke otot atau otot ke tulang.
Jadi susunan otot adalah:
Miofibril sel otot berkas serabut otot jenis otot.
5
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti
gelendongan, dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Otot polos
memilki serat yang arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat
miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri dari protein otot yaitu aktin dan
miosin. Otot polos bergerak secara teratur, dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur.
Otot masih mampu bekerja.
Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada
dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran
pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot polos
dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi (Ville,1984).
6
mendapat suatu rangsang, maka reaksi terhadap berasal dari susunan saraf tak
sadar (otot involunter), oleh karena itu otot polos tidak berada di bawah kehendak.
Jadi bekerja di luar kesadaran kita.
7
Ciri-ciri Otot Rangka atau Otot Lurik:
Melekat pada rangka
Bekerja secara sadar atas perintah otak
Ada garis-garis gelap dan terang yang melintang
Multinuklei
Cara kerja otot lurik: Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi pendek
dan setiap serabut turut dengan berkontraksi. Otot-otot jeis ini hanya berkontraksi
jika di rangsangan oleh rangsangan daraf sadar (otot valunter). Kerja otot lurik
adalah bersifat sadar, karena itu disebut otot sadar, artinya bekerja menurut
kemauan, karena itu di sebut otot sadar, artinya bekerja menurut kemauan atau
perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap perangsang cepat tapi tidak tahan
kelelahan.
Otot Rangka (skeletal muscle) yang dilekatkan ke tulang oleh tendon,
bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Orang dewasa memiliki
jumlah sel-sel otot yang tetap, mengangkat beban dan metode lain untuk
membentuk otot tidak meningkatkan jumlah sel, tetapi hanya memperbesar
ukuran sel yang sudah ada. Otot rangka disebut juga otot lurik (skeletal muscle)
karena pengaturan filamennya yang tumpang tindih, sehingga memberikan sel-sel
itu penampakan berlurik atau bergaris dibawah mikroskop (Campbell, Neil A.
2003).
8
(kor), mempunyai kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan
gerakan tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja otot
jantung ini disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogonik
(Ville,1984).
9
2.2 Fungsi Sistem Otot
Sistem otot dalam tubuh terdiri dari otot rangka, otot jantung dan otot
polos. Otot rangka menempel terutama untuk kerangka dan bergerak secara
sukarela atau dengan refleks. Otot jantung adalah otot jantung dan berkontraksi
tanpa sadar. Dan satu lagi, otot polos ditemukan dalam pembuluh darah, mata,
folikel rambut dan dinding organ berongga seperti perut dan usus. Berkenaan
dengan sistem otot berikut ini merupakan ulasan singkatnya semoga bermanfaat!
Sistem otot adalah alat gerak utama serta membentuk postur tubuh.
Jenisnya adalah alat gerak aktif. Gerak terjadi karena mekanisme kontraksi serat
kontraktil. Serat kontraktil terdiri dari bagian Aktin dan Miosin. Dalam otot,
disimpan glikogen yang berfungsi sebagai cadangan energi yang akan digunakan
oleh otot untuk berkontraksi. Organ yang berada dalam sistem otot ini adalah otot
lurik, otot polos, dan otot jantung. Organ penyusunnya adalah serabut dan tendon
Fungsi Sistem Otot:
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat & bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berdiri atau duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu normal tubuh.
10
Terdiri dari sejumlah kepingan yang disatukan pada sendi-sendi
tertentu yang fleksibel.
Contoh pada Arthropoda (Serangga, Udang, Laba-laba, dll)
b. Shell, merupakan eksoskeleton yang tidak ditutupi seluruh tubuh
hewan.
Terdiri dari satu atau dua bagian kepingan yang tumbuh bersama
dengan tubuh hewan pemiliknya.
Contoh Hewan Bivalvia dan Molusca
Sedangkan pada sistem rangka Hidrostatik, Rangka Hidrostatik merupakan
Rangka tubuh invertebrata yang bentuknya tergantung pada tekanan cairan tubuh.
Ex: cacing pipih, cacing gilig, hewan golongan annelida dan coelenterata.Adanya
rangka hidrostatik memungkinkan gerakan peristaltis.
Gerakan peristaltis adalah Pergerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
yang ritmik dari kepala sampai ekor. Gerakan ini dapat terjadi karena otot sirkuler
dan otot longitudinal.
Pada Platyhelminthes terdapat sistem otot yang juga berfungsi sebagai alat
gerak aktif terutama berfungsi dalam mengatur gerakan tubuhnya. Pada
Nemathelminthes kita mengenal adanya otot-otot longitudinal yang mengontrol
gerakan tubuh membengkok kea rah dorsoventral. Sementara pada Annelida kita
bisa menemukan adanya otot longitudinal dan otot melingkar pada dinding tubuh
dan saluran pencernaanya. Otot-otot inilah yang berperan dalam mengatur
gerakan pada cacing tanah, mislanya ketika memendek, memanjang dan merayap
bekerja sama denga setae.
Otot rangka Arthropoda hampir identik dengan otot rangka vertebrata.
Akan tetapi. Otot terbang pada serangga mampu melakukan kontraksi independen
dan ritmik (berirama), sehingga sayap serangga sesungguhnya dapat mengibas
lebih cepat dari potensial aksi yang tiba di sistem saraf pusat. Mollusca, pada
kelompok hewan ini sudah memiliki jenis otot bergaris melintang. Yang menarik
pada sistem otot pada kijing atau remis, kemampuan otot yang menahan
cangkangnya agar tetap dalam keadaan menututp. Filamen tebal pada serabut otot
ini mengandung suatu protein unik yang disebut paromiosin, yang memungkinkan
11
otot tetap berada dalam kondisi kontraksi dengan laju konsumsi energy yang
rendah selama sekitar satu bulan (Sonic, 2008).
1. Sistem otot pada cacing pipih (Platyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang
mana Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan
tubuh nya, longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot
serong atau vertical yang berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat
dan merentangkan diri nya keseluruh arah.
2. Sistem otot pada Molusca
Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun
yang dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau
lurik. Otot halus yang berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat
dan otot lurik yang berfungsi untuk menimbulkan gerakan berenang.
3. System otot pada Arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang banyak
jumlah nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan dalam rangka luar.
12
Berdasarkan bentuknya, otot pada ikan terbagi atas Cyclostomine yang dimiliki
oleh kelompok Agnatha dan Piscine yang dimiliki oleh kelompok Osteichthyes
dan Condrichthyes. Pada kelompok Cyclostomine, bentuk myomere terdiri dari
satu lekukan kedalam dan dua lekukan keluar dimana ujungnya tumpul.
Sedangkan pada myomere penyusun otot piscine memiliki lekukan yang ujungnya
tajam. Penyebutan otot rangka pada ikan tergantung dari sistem gerak yang
dilakukan, lokasi otot, struktur otot dan pergerakannya (Ville, 1984)
13
Gambar 7.Otot pada Amphibi
Sumber: http://indomaterikuliah.blogspot.co.id.html
2.4.3. Reptilia (Hewan Hidup di Darat)
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena
gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik,
walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada
kolumna vertebralis dan rusuk.
14
Gambar 9.Otot pada Aves
Sumber: http://indomaterikuliah.blogspot.co.id.html
Sistem otot pada hewan avertebrata atau Alat gerak hewan pada umumnya
merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot) material kontraksi yang disebut sebagai
aktomiosin .pada dasar nya sama baik otot polos lurik maupun otot jantung
vertebrata maupun avertebrata (Ville, 1984).
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak
mekanik itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki
kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa
transport aktif melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai
DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot (Ville, 1984).
15
Ikan hiu, Sistem otot: Otot-otot di seluruh tubuh secara teratur
bersegemen (materik) disebut miotom. Otot-otot itu bermodifikasi
kepala dan di apendiks.
Ikan perak, Sistem otot: Otot tubuh dan ekor terutama terdiri dari
miomer-miomer (otot-otot bersegmen) yang berselang-seling/berganti-
ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan gerakan berenang
dan berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk seperti
hurup W dan dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang
punggung merupakan rakitan yang terberat. Antara miomer-miomer itu
terdapat jaringan ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk miomer itu
terpisah-pisah menjadi lapisan-lapisan daging (Sonic, 2008).
b. Amphibi
Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif,
terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen
kaki teratas berotot besar (Sonic, 2008).
c. Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena
gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik,
walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada
kolumna vertebralis dan rusuk (Sonic, 2008) .
d. Aves
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal.
Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah
tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum,
dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah).
Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas (Sonic, 2008).
e. Mamalia
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal.
Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah
tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum,
dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah).
Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas (Sonic, 2008).
16
2.5 Kinerja Sistem Otot
2.5.1. Sifat Gerak Otot
Penggerak Utama, Sinergis dan Antagonis. Meskipun sebagian besar
gerakan diselesaikan melalui kerjasama dari sekelompok otot, satu otot umumnya
bertanggung jawab untuk sebagian besar gerakan. “Otot utama” disebut
penggerak utama. Yang membantu penggerak utama adalah “otot penolong” yang
disebut sinergis. Sinergis bekerjasama dengan otot-otot yang lain. Sebaliknya,
antagonis adalah otot yang berlawanan aksinya dengan otot yang lain. Singkatnya,
kontraksi dari biceps brachii, penggerak utama, menarik lengan bawah ke bahu.
Triceps brachii (lengan atas bagian belakang) adalah antagonis. Dia melawan
gerakan dari biceps brachii dengan menarik lengan bawah menjauhi scapula. Otot
yang digunakan secara berlebihan dan yang kurang digunakan.
2.5.1.1. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya
berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan
menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama
berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke
posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep
adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan
terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga
jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian
belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot
trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan
otot bisep berelaksasi.
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek
gerak berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep
dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak
tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala merunduk
dan menengadah.
17
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak
tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.
2.5.1.2. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak
searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan
telapak tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama
dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan
berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja
bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang
menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada
bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang
tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.
Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan
memendek, mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek,
tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam
otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang
dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun
relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh
karena itu, harus ada otot lain yang berkon traksi yang merupakan kebalikan dari
kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang
lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam
otot dengan kerja berbeda. Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan
menjadi otot antagonis dan otot sinergis.
18
Elastisitas: Kemampuan otot untuk kembali ke ukuran semula setelah
mengalami kontraksi atau ekstensi
Aktin Miosin
Gerak Tulang
19
Bagaimana otot berkontraksi? Bila otot berkontraksi, mereka memendek.
Otot-otot memendek karena sarkomer memendek, dan sarkomer memendek
karena filamen aktin dan miosin berselisih satu sama lain. Perhatikan seberapa
pendeknya bentuk dari sarkomer yang berkontraksi (lihat Gambar 9-2, C).
bagaimana sarkomer memendek? Bila dirangsang, kepala miosin membuat kontak
dengan aktin, membentuk hubungan sementara yang disebut crossbridges. Sekali
crossbridge tersebut terbentuk, kepala miosin memutar, mendorong aktin ke
bagian tengah dari sarkomer. Rotasi dari kepala miosin menyebabkan aktin
menyelisihi miosin. Relaksasi otot terjadi bila crossbriges pecah dan aktin dan
miosin kembali ke posisi semula. Karena aktivitas aktin dan miosin yang
menyelisihi ini, kontraksi otot disebut hipotesis selisih filamen dari kontraksi otot
Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :
1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran
otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate
Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi
potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang
terjadi pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian
tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion
Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan
antara aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling
menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang
disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum
sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin
(relaksasi).
20
Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat
terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin, yang akan
menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan untuk menarik diperoleh dari
ATP yang tersedia di kepala myosin dan akan aktif saat aksi potensial mencapai
bagian otot.
21
kalsium dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma, jauh dari aktin dan miosin,
dan ATP, crossbridge pecah, dan otot relaksasi. Perhatikan bahwa ketersediaan
kalsium terhadap protein aktin dan miosin kontraktil perlu untuk kontraksi otot.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam
kontraksi otot adalah dua set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen
miosin yang tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot.
Setiap serabut otot diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer.
Sarkomer ini yang membuat penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau
otot jantung. Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut
garis Z; terdapat daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari
filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang
hanya terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang
tindih; sedangkan daerah tengah hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona
H; filamen aktin terikat; filamen miosin terikat pada garis M di bagian tengah
sarkomer (Kus. Irianto. 2004).
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H,
Sehingga serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona
H menjadi lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang
tersusun secara pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya
menjadi ADP, melepaskan beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah
bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut
berikatan dengan aktin dengan kedudukan tertentu yang akan membentuk
jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung
miosin beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan
relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang sebelumnya ada di
ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan
aktin akan terpecah saat molekul ATP baru bergabung dengan ujung miosin.
Kemudian proses kontraksi akan terjadi lagi berulang membentuk siklus
(Wulangi. S. Kartolo. 2000).
Sumber energi kontraksi otot, terdapat 3 jenis sumber energi untuk
kontraksi otot rangka 1) Fosfokreatin yang mengandung banyak ATP dan dapat
langsung digunakan oleh otot tetapi cepat habis (sekitar 5-8 detik) 2) proses
22
glikolisis dari glikogen membentuk asam piruvat dan asam laktat. Reaksi ini tidak
memerlukan oksigen dan pembetukan energi 2,5 kali lebih cepat dari mekanisme
fosforilasi oksidatif. Namun karena akumulasi asam laktat biasanya otot mudah
mengalami kelelahan dalam beberap menit 3) Fosforilasi oksidatif merupakan
kombinasi antara oksigen dengan produk glikolisis tetapi membutuhkan waktu
yang lama untuk menghasilkan energi. Umumnya 95% sumber energi otot
didapatkan dari sumber ini.
Neuromuscular junction adalah daerah pertemuan atau sinaps antara
membran sel saraf dan membran otot. Di daerah inilah terjadi stimulasi dari
bagian saraf ke bagian otot melewati proses yang disebut transmisi sinaptik
kimiawi dengan pelepasan asetilkolin.Asetilkolin yang dipeaskan dari bagian saraf
selanjutnya akan diterima oleh reseptor yang berada di bagian otot, sehingga
ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya memicu masuknya ion Natrium ke
dalam selsel otot sehingga terjadi aksi potensial di otot dan hal inilah yang
menginisiasi kontraksi otot. Bagian otot yang berada di daerah neuromuscular
junction ini biasa disebut motor end plate.
Konsentrai neurotransmiter asetilkolin menentukan kecepatan dan
kekuatan kontraksi otot yang terjadi, dan dalam sinaps tersedia enzim
asetilkolinesterase yang akan menginaktivasi asetilkolin agar kontraksi otot tidak
terjadi terus menerus. Juga terdapat beberapa zat yang dapat menghambat
neurotransmitter yang secara normal menginhibisi konduksi sinyal akibat ikatan
antara asetilkolin dengan reseptornya seperti GABA dan glysin, yang jika hal ini
terjadi akan terjadi konduksi terus menerus sehingga terjadi tetani. Sebaliknya jika
asetilkolin tidak cukup banyak atau tidak mencapai reseptornya oleh karena suatu
sebab (obat, racun, toksin bakteri) maka kontraksi tidak akan terjadi pada otot.
Jadi hubungan antara neurotransmitter asetilkolin dengan reseptornya, juga
kehadiran asetilkolinesterase dan rangsangan inhibisi oleh neurotrasmitter lainnya
sangat penting untuk membentuk kontraksi otot yang normal.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
3.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Wangko, Sunny.2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran Dan Struktur Halus
Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik. Vol 6 No.3 : (27:32)
26