Jika Rapor Mutu Menurun Sampaikan Begini
Jika Rapor Mutu Menurun Sampaikan Begini
Jika Rapor Mutu Menurun Sampaikan Begini
PENDIDIKAN
JENJANG SD KABUPATEN JEMBRANA
Diolah dan Dianalisis Berdasarkan
Data Rapor Mutu Tahun 2018
Oleh :
Ni Ketut Irma Parwati, SE, M.Pd.
I Ketut Madia, S.Pd.
ISBN : 978-623-91297-1-2
Oleh :
Ni Ketut Irma Parwati, SE, M.Pd.
I Ketut Madia, S.Pd.
Editor :
I Made Alit Dwitama, ST, M.Pd.
Desain Sampul :
Heru Susanto
Tata Letak :
Gus Ryan
Penerbit :
LPMP BALI
Anggota IKAPI No. 018/BAI/16
Redaksi:
Jl. Letda Tantular No. 14 Niti Mandala Denpasar 80234
Telp. 0361 225666, Fax. 0361 246682
Pos-el : lpmpbali@kemdikbud.go.id
Laman : lpmpbali.kemdikbud.go.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya, peta mutu pendidikan jenjang SD Kabupaten Jembrana dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Saya menyambut baik dengan adanya peta
capaian mutu pendidikan jenjang SD Kabupaten Jembrana, sehingga dapat dijadikan
dasar oleh pemerintah Kabupaten Jembrana dalam peningkatan mutu pendidikan
jenjang SD. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini saya ucapkan terimakasih kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana, yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan peta mutu pendidikan jenjang SD Kabupaten Jembrana.
2. TPMPD Kabupaten Jembrana yang telah bekerja keras mewujudkan capaian
peta mutu pendidikan jenjang SD Kabupaten Jembrana.
3. Widyaiswara LPMP Bali yang telah berkontribusi secara akademis dalam
pembuatan peta mutu pendidikan jenjang SD Kabupaten Jembrana.
Peta mutu pendidikan jenjang SD Kabupaten Jembrana, dapat dijadikan dasar
dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terkait dengan peningkatan mutu
pendidikan jenjang SD di Kabupaten Jembrana.
PRAKATA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
PRAKATA.............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Dasar Hukum.................................................................................................3
C. Tujuan ...........................................................................................................3
D. Manfaat ........................................................................................................3
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan .....................................................................................................50
B. Rekomendasi .............................................................................................51
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akurat dan benar. Analisis data ini kemudian menghasilkan rekomendasi yang dapat
digunakan sebagai base-line data untuk dasar merencanakan kegiatan dan program
peningkatan mutu secara proporsional, akurat, dan berkelanjutan. Sekolah/Madrasah
adalah pelaku utama dalam proses penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di
tingkat satuan pendidikan. Salah satu alat untuk mengkaji kemajuan peningkatan mutu
sekolah secara komprehensif yang berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah
Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS sebagai salah satu komponen SPMP diharapkan
dapat membangun semangat dan kultur penjaminan dan peningkatan mutu secara
berkelanjutan. Hasil pemetaan mutu pendidikan tersebut selanjutnya akan dianalisis
untuk dapat menghasilkan peta mutu dan rekomendasi program peningkatan mutu
yang tepat sebagai upaya pemenuhan 8 (delapan) SNP di tingkat sekolah. Berbagai
rekomendasi yang dirumuskan berdasarkan hasil analisis pemetaan mutu pendidikan
kemudian perlu dituangkan ke dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS), untuk jangka
waktu menengah, dan RKAS (Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah) yang merupakan
jangka pendek setiap tahun. Pemetaan mutu pendidikan diverifikasi oleh Pengawas
Sekolah selaku pembina sekolah tersebut. Kegiatan agregasi dan analisis pemetaan
mutu pendidikan dilakukan untuk mendapatkan peta tentang capaian 8 (delapan)
SNP. Dari hasil analisis ini akan didapat gambaran tentang tahapan pengembangan
setiap indikator dari setiap SNP untuk setiap jenjang pendidikan. Analisis ini akan
menghasilkan peta mutu dan berbagai rekomendasi yang akurat dan bermanfaat bagi
pemerintah kota/kabupaten/ provinsi untuk dasar perencanaan program peningkatan
mutu pendidikan di tingkat kota/kabupaten/ provinsi yang perlu dilaksanakan pada tahun-
tahun berikutnya. Agregasi data pemetaan mutu pendidikan adalah serangkaian strategi
yang dilaksanakan oleh tim penjaminan mutu pendidikan daerah/pengawas sekolah
tingkat Pemerintah Daerah untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan keefektifan
sekolah dan tenaga kependidikan berdasarkan SNP. Hasil agregasi ini menjadi suatu
kewajiban bagi pemerintah kabupaten/kota/ provinsi sesuai kewenangannya untuk
dapat dipahami dan dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga
menjadi suatu budaya mutu di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat pusat.
Hal ini sesuai dengan peran Pemerintah Daerah baik Kabupaten maupun Kota dan
Provinsi dalam Sistem Pendidikan Nasional, dalam hal: (1) menyediakan pelayanan
pendidikan; (2) memonitor mutu pendidikan dan pelayanan pendukung pendidikan; (3)
membuat laporan mengenai mutu dan kinerja sekolah; dan (4) meningkatkan mutu dan
pelayanan pendidikan. Peta mutu pendidikan ini memaparkan peta capaian mutu SNP
Kabupaten Jembrana jenjang pendidikan dasar.Peta capaian mutu SNP dibuat sebagai
perwujudan tugas dan wewenang LPMP Bali dalam memetakan mutu pendidikan dan
pelaksanaan SPMI-Dikdasmen berdasarkan data dan informasi dalam sistem informasi
mutu pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 3
B. Dasar Hukum
Peta mutu pendidikan Kabupaten Jembrana didasari oleh dasar hukum sebagai
berikut.
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
NasionalPendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah;
C. Tujuan
D. Manfaat
Pada akhirnya nanti, analisis peta capaian mutu SNP ini diharapkan dapat menjadi
baseline pelaksanaan SPMP sebagai elemen esensial peningkatan mutu pendidikan
sehingga SPMP dapat terlaksana dengan baik dan berkelanjutan sebagaimana ditegaskan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016.
PETA MUTU
4 PENDIDIKAN
BAB II
PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN
A. Mutu Pendidikan
Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/
upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat
berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif dan psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah serta dukungan administrasi
dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah dan manajemen kelas berfungsi untuk mensinergikan semua
komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antar guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas.
Satori (2016) menyatakan bahwa mutu pendidikan adalah nilai dan manfaat yang
sesuai dengan standar nasional pendidikan atas input, proses, output, dan outcome
pendidikan yang dirasakan oleh pemakai jasa pendidikan dan pengguna hasil pendidikan.
Memahami pengertian tentang mutu pendidikan selalu mengedepankan keadaan
dan hasil pendidikan yang berada di masyarakat seperti Danim (2002) berpendapat
bahwa kualitas pendidikan dilihat dari hasil pendidikan dianggap bermutu jika mampu
melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik.
Keunggulan ekstrakurikler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh
siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Di luar kerangka itu mutu keluaran
juga dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju,
dan lain-lain yang diperoleh peserta didik selama mengikuti pendidikan. Djaali (2014)
secara spesifik menyatakan bahwa ukuran mutu pendidikan adalah (1) kompetensi
lulusan yang dinyatakandengan pencapaian kompetensi dasar esensial minimal; (2)
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 5
kualitas proses pembelajaran di kelas dan proses pendidikan di sekolah. Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah nilai tertinggi dari input, proses,
output dan outcome pendidikan, dalam kaitannya dengan pemenuhan standar nasional
pendidikan, mutu pendidikan diukur melalui evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
Berkaitan dengan pemetaan mutu, Satori (2016) menyatakan bahwa pemetaan
mutu adalah serangkaian kegiatan untuk mengetahui kondisi dan situasi yang
menggambarkan peta mutu pendidikan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
dilakukan oleh satuan pendidikan, penyelenggara, pemerintah daerah, dan pemerintah
dalam kurun waktu tertentu. Mutu pendidikan Indonesia dinilai berdasarkan capaian
kinerja satuan pendidikan atas Standar Nasional Pendidikan. Jadi pemetaan mutu
pendidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mengetahui kondisi dan situasi yang
menggambarkan capaian kinerja satuan pendidikan atas SNP dalam suatu kurun waktu
yang ditentukan oleh satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan, pemerintah daerah
dan pemerintah untuk menghasilkan peta mutu pendidikan.
Peta mutu adalah representasi visual yang menyoroti profil mutu satuan pendidikan
dalam wilayah tertentu yang menggambarkan karakteristik mutu satuan pendidikan
berdasarkan delapan standar nasional pendidikan. Dengan kata lain peta mutu diperoleh
dari suatu proses pemetaan berjenjang mulai dari tingkat satuan pendidikan dengan
output berupa profil mutu yang di tingkat berikutnya diagregasi dalam batasan wilayah
tertentu.
Pengumpulan data dan informasi dari profil satuan pendidikan idealnya dapat
digunakan oleh berbagai pihak sebagai dasar pengambilan kebijakan karena pada
hakikatnya sebuah peta harus dapat memberikan informasi bagi penggunanya untuk
dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Sebagai sebuah media informasi peta mutu harus
memiliki kemudahan bagi penggunanya, kemudahan yang dimaksud berarti adanya
kejelasan informasi dan tingkat keterbacaan peta yang cukup tinggi. Untuk itu suatu
peta mutu diharapkan dapat disajikan dalam tampilan yang menarik, dengan bahasa
yang sederhana dan komunikatif supaya tujuan pembuatan peta mutu dapat tercapai.
Secara umum peta mutu pendidikan disusun untuk dapat digunakan sebagai
data awal (baseline data) kondisi nyata tentang pemenuhan dan pencapaian ke-8 SNP
dan indikatornya yang akanmemudahkan pemangku kepentingan dalam menyusun
perencanaan program dan penganggaran peningkatan mutu agar memiliki tujuan,
ruang lingkup, sasaran, target, dan tahapan yang jelas. Sumber data dari penyusunan
peta mutu di tiap tingkatan wilayah adalah data profil di tingkat satuan pendidikan yang
memuat informasi kuantitatif dan kualitatif kondisi satuan pendidikan dalam lingkup
standar nasional pendidikan. Agregasi profil satuan pendidikan di tingkat selanjutnya
diharapkan dapat disusun untuk menjawab kebutuhan para pemangku kepentingan
untuk mendorong satuan pendidikan dalam melakukan upaya penjaminan mutu.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyusun profil capaian kinerja satuan
pendidikan atas Standar Nasional Pendidikan adalah instrumen Evaluasi Diri Sekolah
(EDS). EDS dapat digunakan satuan pendidikan untuk mengumpulkan data entitas
satuan pendidikan dan data kualitas layanan pendidikan dengan acuan SNP.
PETA MUTU
6 PENDIDIKAN
kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu
secara sistematis, terencana dan berkelanjutan. Bertujuan memastikan pemenuhan
standar pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga
tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Berfungsi
sebagai pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu. Sistem penjaminan mutu dapat digambarkan
sebagai berikut.
Tahun 2018 terdiri dari 8 (delapan) SNP yang tertuang dalam 28 indikator dan 189 sub
indikator, yaitu.
Tabel 2.1 Standar/Indikator/Sub Indikator dan Kodenya pada Perangkat Instrumen
Kode Standar/ Kode Indikator/ Kode Sub Indikator/
Standar Indikator Sub Indikator
1 Standar 1.1 Lulusan 1.1.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan
Kompetensi memiliki sikap beriman dan bertakwa kepada
Lulusan kompetensi Tuhan YME
(SKL) pada dimensi 1.1.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap sikap berkarakter
1.1.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap disiplin
1.1.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap santun
1.1.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap jujur
1.1.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap peduli
1.1.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap percaya diri
1.1.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap bertanggungjawab
1.1.9. Memiliki perilaku pembelajar sejati
sepanjang hayat
1.1.10. Memiliki perilaku sehat jasmani dan
rohani
1.2. Lulusan 1.2.1. Memiliki pengetahuan faktual,
memiliki prosedural, konseptual, metakognitif
kompetensi
pada dimensi
pengetahuan
1.3 Lulusan 1.3.1. Memiliki keterampilan berpikir dan
memiliki bertindak kreatif
kompetensi 1.3.2. Memiliki keterampilan berpikir dan
pada dimensi bertindak produktif
keterampilan
1.3.3. Memiliki keterampilan berpikir dan
bertindak kritis
1.3.4. Memiliki keterampilan berpikir dan
bertindak mandiri
1.3.5. Memiliki keterampilan berpikir dan
bertindak kolaboratif
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 11
Data yang digunakan dalam pengolahan dan analisis peta capaian SNP Tahun 2018
ini diperoleh dari data yang terkumpul dan dipublikasikan secara lengkap pada bulan
Juni 2019 baik data yang bersumber dari Dapodik (dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id)
maupun data yang bersumber dari PMP (pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id). Capaian
meliputi: (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi; (3) Standar Proses; (4)
Standar Penilaian; (5) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (6) Standar Sarana
dan Prasarana, (7) Standar Pengelolaan, dan (8) Standar Pembiayaan.
BAB III
HASIL ANALISIS CAPAIAN SNP
JENJANG SD KABUPATEN JEMBRANA
Pada bagian ini akan disajikan capaian SNP secara umum dan perbandingannya
dari Tahun 2016 sampai Tahun 2018. Sebelumnya juga akan dipaparkan progres
pengiriman data baik pada data PMP maupun Dapodik tahun 2018 sebagai dasar
analisis rapor mutu daerah.
4000%
3000% Total %
0%
Melaya Negara JembranaMendoyoPekutatan
4000%
3000% Total %
Total Sekolah
2000%
Kirim
1000%
0%
Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah SD di Kabupaten Jembrana yang
telah mengirimkan data PMP sebanyak 185 sekolah.Sampai batas waktu pengambilan
data pada laman PMP tersebut semua sekolah (100%) sudah mengirimkan datanya.
Perbedaan utama tampilan rapor mutu Tahun 2018 adalah adanya jumlah sekolah
serta data sekolah yang telah mencapai level tertentu pada setiap standar. Pada tingkat
kabupaten/kota bahkan ketika angka yang menunjukkan jumlah sekolah yang mencapai
level tertentu di-klik akan muncul nama-nama sekolah tersebut. Dengan demikian
daerah akan mudah melakukan intervensi terhadap sekolah tersebut pada masing-
masing standar. Berikut adalah capaian SNP pada jenjang SD Kabupaten Jembrana
Tahun 2018. Adapun respondennya sebagai berikut.
Tabel 3.3. Data Responden pada Rapor Mutu Jenjang SD
Kabupaten Jembrana Tahun 2018
No Responden Jumlah
1. Jumlah Sekolah 185
2. Pengawas 9
3. Guru 972
4. Siswa 2.352
5. Komite 343
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 23
Grafik 3.3 Data Responden pada Rapor Mutu Jenjang SD Kabupaten Jembrana
Tahun 2018
Tabel 3.4. Capaian SNP pada Level tertentu pada Jenjang SD Kabupaten Jembrana
Tahun 2018
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa kolom nilai adalah besarnya capaian
nilai standar yang diperoleh yang didapat dari rata-rata nilai indikatornya. Sedangkan
rata-rata nilai indikatornya didapat dari rata-rata sub indikatornya. Kolom katagori
adalah level capaian masing-masing sekolah pada standar mulai bintang 1 sampai
bintang 5, sesuai kriteria nilai yang sudah dibuatkan intervalnya. Kolom kinerja adalah
capaian peningkatan/penurunan hasil SNP dari tahun sebelumnya. Dari tampilan garis
pendek tersebut yang terlihat menurun adalah pada standar PTK dan standar sarpras.
Kolom sasaran menunjukkan banyaknya sekolah yang berada pada level tertentu.
Misalnya pada SKL ada sebanyak 32 sekolah yang sudah mencapai SNP, 150 sekolah
yang berada pada level menuju SNP 4, 1 sekolah berada pada level menuju SNP 3,
tidak ada sekolah yang berada pada level menuju SNP 2 dan terdapat 2 sekolah yang
berada pada level menuju SNP 1. Selanjutnya dari Tabel 3.3 didapat bahwa belum ada
standar yang mencapai SNP.
PETA MUTU
24 PENDIDIKAN
Berdasarkan data responden yang mengisi data PMP, dapat diketahui semua
sekolah sudah muncul rapor mutunya. Adapun capaian dalam 3 tahun sebagai berikut.
Grafik 3.4.Capaian Rapor Mutu Jenjang SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018
200 181
180 165
160
140 120
120
100
80 55
60
40 17
20 5 1 0 5 1 2 2 0 0 0
0
: : : : :
Menuju SNP 1 Menuju SNP 2 Menuju SNP 3 Menuju SNP 4 SNP
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
Berdasarkan data pada Grafik 3.4 dapat dijelaskan bahwa banyaknya sekolah
yang berada pada level menunju SNP 1 semakin berkurang. Pada Tahun 2016 ada 5
sekolah, pada Tahun 2017 ada 1 sekolah dan pada Tahun 2018 sudah tidak ada sekolah
yang berada pada level ini. Ini menunjukkan bahwa sekolah semakin mampu dalam
meningkatkan level standarnya. Begitu pula pada level menunju SNP 2 dan menuju
SNP 3 semuanya mengalami penurunan jumlah. Sedangkan pada level menuju SNP 4,
sudah pasti mengalami peningkatan yang cukup siginifikan. Pada tahun 2016 ada 55
sekolah, pada Tahun 2017 meningkat menjadi 165 sekolah sedangkan pada Tahun 2018
meningkat menjadi sebanyak 181 sekolah.
Besarnya capaian SNP untuk masing-masing standar dalam 3 tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.5. Capaian SNP Jenjang SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018
Nomor Standar Nasional Pendidikan 2016 2017 2018
1 Standar Kompetensi Lulusan 5,73 6,15 6,30
2 Standar Isi 5,17 5,69 5,97
3 Standar Proses 5,34 6,54 6,62
4 Standar Penilaian Pendidikan 4,46 6,02 6,27
5 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4,04 4,58 4,41
6 Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 4,97 4,24 4,02
7 Standar Pengelolaan Pendidikan 4,94 5,89 6,10
8 Standar Pembiayaan 4,19 5,83 5,92
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
Berdasarkan data 3.5 dapat dijelaskan bahwa capaian tiap standar hampir semuanya
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hanya saja untuk standar pendidikan
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 25
dan tenaga kependidikan serta standar sarana dan prasarana yang mengalami sedikit
penurunan. Untuk lebih mudah melihatnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3.5 Capaian Mutu SNP jenjang Jenjang SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018
Capaian Perstandar
Standar Kompetensi Lulusan
10.00
Standar Pembiayaan Standar Isi
5.00
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
Berdasarkan Grafik 3.5 menunjukkan bahwa pada standar PTK dan standar sarana-
prasarana terjadi persilangan garis sedangkan pada standar yang lain tidak terjadi
perpotongan. Hal ini menunjukkan adanya penurunan nilai mutu pada kedua standar
tersebut. Untuk melihat penurunan dan penyebabnya akan dibahas dalam analisis setiap
standar di bagian berikutnya.
Setelah melihat gambaran umum capaian SNP pada semua standar Tahun 2018,
berikutnya akan dianalisis masing-masing standar untuk mencari solusi pemecahan
masalah dan memunculkan rekomendasi yang dijadikan program perencanaan pemenuhan
mutu pada tahun berikutnya. Hasil pada capaian SKL adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6. Capaian SKL Jenjang SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018
1 Standar Kompetensi Lulusan 6,3
1.1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap 6,96
1.1.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa 6,97
kepada Tuhan YME
1.1.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap berkarakter 6,98
1.1.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap disiplin 6,98
1.1.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun 6,98
1.1.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur 6,97
1.1.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli 6,94
1.1.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri 6,92
PETA MUTU
26 PENDIDIKAN
Sekolah hendaknya mengisi butir pertanyaan ini dengan jujur untuk memudahkan
mereka menentukan target keberhasilan pada program peningkatan berikutnya. Karena
dari capaian pengetahuan yang diperoleh tahun ini akan digunakan untuk meningkatkan
prestasi pada tahun-tahun berikutnya. Jika prestasi pengetahuan yang diinput sekarang
tidak benar maka perencanaan yang dibuat juga tidak akan sesuai. Setelah mencermati
paket instrumen sesuai jenjang, langkah selanjutnya adalah mencermati buku indikator.
Pada kode 1.2.1 akan dapat dilihat deskripsi sub indikator untuk siswa jenjang SD.
serta penyebab tidak tercapainya standar mutu.
Adapun penyebab tidak tercapainya standar mutu adalah sebagai berikut.
1. Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata
pelajaran yang diampu.
2. Guru belum memiliki kompetensi sesuai standar yang maksimal.
3. Alokasi waktu dan beban belajar memberatkan pada sisi siswa.
4. Gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan belum mengarah pada bakat,
minat dan kemampuan belajar siswa.
5. Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai.
Dengan memperhatikan buku indikator mutu yaitu pada penyebab tidak
tercapainya standar mutu dapat diketahui masalah dan akar masalah, sehingga akan
mudah membuat rekomendasi dan program pada perencanaan mutu. Adapun pilihan
rekomendasi yang dapat diajukan daerah adalah sebagai berikut.
1. Perlu membuat program penyesuaian kualifikasi guru dengan mata pelajaran
yang diampu.
2. Perlu diberikan pelatihan peningkatan kompetensi pada mata pelajaran yang
diampu.
PETA MUTU
28 PENDIDIKAN
3. Perlu menerapkan pengaturan beban belajar antara tatap muka dan penugasan
di sekolah, sehingga tidak memberatkan siswa.
4. Perlu diberikan pelatihan terkait dengan gaya dan metode pembelajaran yang
mengarah pada pengembangan bakat, minat dan kemampuan belajar siswa.
5. Perlu melengkapi sarana-prasarana pembelajaran yang lebih mamadai.
Analisis berikutnya adalah capaian pada standar isi. Seperti pada analisis SKL
langkah yang dilakukan adalah mencermati rapor mutu pada standar isi, terutama capaian
yang paling rendah karena akan menjadi prioritas penanganan. Setelah itu menelusuri
asal data dengan membuka file tabel konversi, selanjutnya membuka paket instrumen dan
pedoman teknisnya serta mencermati buku indikator mutu untuk membuat rekomendasi.
Adapun capaian rapor mutu pada standar isi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7 Capaian Standar Isi Jenjang SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018
2 Standar Isi 5,97
2.1. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi lulusan 6,05
2.1.1. Memuat karakteristik kompetensi sikap 5,71
2.1.2. Memuat karakteristik kompetensi pengetahuan 6,25
2.1.3. Memuat karakteristik kompetensi keterampilan 5,94
2.1.4. Menyesuaikan tingkat kompetensi siswa 6,21
2.1.5. Menyesuaikan ruang lingkup materi pembelajaran 6,13
2.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai prosedur 6,07
2.2.1. Melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan kurikulum 5,51
2.2.2. Mengacu pada kerangka dasar penyusunan 6,98
2.2.3. Melewati tahapan operasional pengembangan 5,25
2.2.4. Memiliki perangkat kurikulum tingkat satuan pendidikan yang 6,53
dikembangkan
2.3. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan 5,8
2.3.1. Menyediakan alokasi waktu pembelajaran sesuai struktur kurikulum yang 7
berlaku
2.3.2. Mengatur beban belajar bedasarkan bentuk pendalaman materi 2,67
2.3.3. Menyelenggarakan aspek kurikulum pada muatan local 6,86
2.3.4. Melaksanakan kegiatan pengembangan diri siswa 6,66
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
Dari 3 indikator pada standar isi, capaian yang paling rendah adalah indikator
2.3. Adapun penyebab rendahnya nilai indikator itu adalah capaian terendah dari sub
indikatornya yaitu pada sub indikator 2.3.2 yaitu “Mengatur beban belajar bedasarkan
bentuk pendalaman materi”. Setelah ditelusuri datanya pada tabel konversi didapat
bahwa terdapat 5 butir pertanyaan pada pada sub indikator 2.3.2 yaitu pada pertanyaan
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 29
B. Isi pendidikan pada butir nomor 8, yang terdapat pada responden kepala sekolah,
pengawas dan guru.Adapun butir pertanyaannya sebagai berikut.
Berikut adalah capaian setiap sub indikator pada standar proses pada rapor mutu
SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018.
Tabel 3.8. Capaian Standar Proses Jenjang SD Kabupaten Jembrana Tahun 2018
3 Standar Proses 6,62
3.1. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan 6,81
3.1.1. Mengacu pada silabus yang telah dikembangkan 6,96
3.1.2. Mengarah pada pencapaian kompetensi 6,94
3.1.3. Menyusun dokumen rencana dengan lengkap dan sistematis 6,56
3.1.4. Mendapatkan evaluasi dari kepala sekolah dan pengawas sekolah 6,77
3.2. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat 6,74
3.2.1. Membentuk rombongan belajar dengan jumlah siswa sesuai ketentuan 6,81
3.2.2. Mengelola kelas sebelum memulai pembelajaran 6,89
3.2.3. Mendorong siswa mencari tahu 6,78
3.2.4. Mengarahkan pada penggunaan pendekatan ilmiah 6,78
3.2.5. Melakukan pembelajaran berbasis kompetensi 6,88
3.2.6. Memberikan pembelajaran terpadu 6,87
3.2.7. Melaksanakan pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi 6,75
dimensi;
3.2.8. Melaksanakan pembelajaran menuju pada keterampilan aplikatif 6,74
3.2.9. Mengutamakan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang 6,91
hayat
3.2.10. Menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah 6,88
siswa, dan di mana saja adalah kelas.
3.2.11. Mengakui atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa. 6,89
3.2.12. Menerapkan metode pembelajaran sesuai karakteristik siswa 6,22
3.2.13. Memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan 5,73
efektivitas pembelajaran
3.2.14. Menggunakan aneka sumber belajar 6,55
3.2.15. Mengelola kelas saat menutup pembelajaran 6,93
3.3. Pengawasan dan penilaian otentik dilakukan dalam proses pembelajaran 6,32
3.3.1. Melakukan penilaian otentik secara komprehensif 5,72
3.3.2. Memanfaatkan hasil penilaian otentik 6,68
3.3.3. Melakukan pemantauan proses pembelajaran 6,58
3.3.4. Melakukan supervisi proses pembelajaran kepada guru 5,95
3.3.5. Mengevaluasi proses pembelajaran 6,32
3.3.6. Menindaklanjuti hasil pengawasan proses pembelajaran 6,7
Sumber:http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 31
Dari 3 indikator yang terdapat dalam standar proses, capaian pada indikator 3.3
yang paling rendah. Dari 6 sub indikatornya ada 2 capaian yang rendah yaitu 3.3.1
dan 3.3.4. Capain yang paling rendah adalah 3.3.1, dengan nilai 5,72 (81,7%), berarti
masih 18,3% sekolah belum mencapai SNP.sub indikator 3.3.4 akar masalah dan resiko
tidak tercapainya standar mutu tersebut ada kemiripan. Hal ini diambil dari 3 butir
pertanyaan pada instrumen PMP komponen C (proses pendidikan) nomor butir 14 yang
terdapat pada responden kepala sekolah, pengawas dan guru. Butir pertanyaan adalah
sebagai berikut.
Dari 5 indikator pada standar penilaian ini yang memiliki nilai terendah adalah
pada indikator 5 sub indikatornya 4.5.3. yaitu menentukan kelulusan siswa berdasarkan
pertimbangan yang sesuai, dengan nilai3,83 (54,7 %) berarti masih 55,3 %) sekolah belum
menentukan kelulusan siswa berdasarkan pertimbangan yang sesuai. Hasil penelusuran
data pada sub indikator 4.5.3 diperoleh informasi dari data PMP, pada responden kepala
sekolah, pengawas dan guru. Adapun pertanyaannya adalah sebagai berikut.
2. Satuan pendidikan menyusn SOP. Penilaian untuk dipedomani o;eh guru dalam
melaksanakan penilaian baik dalam proses maupun hasil pembelajaran.
3. Merancang menyusun dan menggunakan, serta mengevaluasi instrument
penilaian sesuai dengan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
4. Meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan penilaian termasuk
penentuan kelulusan siswa melalui workshop.
kompetensi guru dan kepala sekolah berasal dari nilai Uji Kompetensi Guru (UKG)
dan Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Tahun 2015.Berdasarkan capaian hasil
dalam Tabel 3.9 dapat dijelaskan hampir semua nilai tenaga kependidikannya (tanaga
administrasi, laboran dan pustakawan) rendah, terutama pada ketersediaannya. Karena
tidak tersedia maka sudah pasti untuk kompetensi masing-masing akan kosong. Tetapi
kalaupun tenaga kependidikan (tenaga administrasi, laboran dan pustakawan) di
sekolahnya ada, kompetensi ini juga masih tidak ada nilainya (na/0) karena memang
datanya belum tersedia.
Pada ketersediaan dan kompetensi guru yang masih rendah adalah pada sub
indikator. Pada sub 5.1.4 yaitu guru bersertifikat S1/D4 nilainya 4.85. Jika nilai ini
dikonversi ke skala 100, besarnya adalah 4.85/7 x 100 = 69.2 dan sub. 5.1.5 berkopetensi
minimal baik nilainnya 4.37. Jika nilai ini dikonversi ke skala 100, besarnya adalah
4.37/7 x 100 = 62.4, sub 5.1.8 Berkopetensi minimal baik dengan nilai 0 ini terjadi
karena kesalahan input data, pada sub 5.2.7 Berkopetensi kepribadian minimal baik
dengan nilai 3.66, sub 5.2.10 Berkopetensi supervisi minimal baik dengan nilai 2.48
(35 %). Diantara sekian sub indikator, ada dua sub indikator terendah yang dianalisis
adalah pada sub indikator 5.2.7 Berkopetensi Kepribadian minimal baik dengan nilai
3.66 (52 %). Ini berarati masih ada 48% guru yang belum berkepribadian baik.
a. Dengan mencermati indikator mutu, capaian sub indikator 5.2.7 terlihat pada
pengisian dapodik, ini disebabkan oleh Kurang cermatnya pengisian data. Hal
ini beresiko terhadap hasil yang sesungguhnya.
Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, rekomendasi yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut :
1. Diadakan pemahaman kepada kepala sekolah tentang fungsi dan dampak
dari data yang diinfut berpengaruh kepada kebijakan yang akan diambil
oleh pemegang kebijakan.
2. Evaluasi pengisian data oleh kepala sekolah lebih diintensifkan.
b. Dengan mencermati indikator mutu, capaian sub indikator 5.2.10 Berkopetensi
supervisi minimal baik dengan nilai 2.48 ( 35 % ) dimana masih 65 % kepala
sekolah belum melakukan supervisi akademik secara profesional. Hal ini
disebabkan Tugas Kepala sekolah sangat banyak, sehingga supervisi akademik
maupun manajerial yang harusnya dilakukan oleh kepala sekolah sering
tidak terlaksana secara maksimal. Sehingga berdampak terhadap kurangnya
efektifitas pengelolaan pendidikan.
Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, rekomendasi yang dapat diajukan
sebagai berikut.
1. Sosialisasi tentang :
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
PETA MUTU
38 PENDIDIKAN
Analisis pada standar sarana prasarana ini sebenarnya sangat banyak, karena nilai
rata-rata capaian standarnya sangat rendah yaitu 4,02, sebagai akibat nilai indikator dan
sub indikatornya banyak yang rendah.
Tabel 3.11. Capaian Standar Sarana Prasarana Pendidikan Jenjang SD
Kabupaten Jembrana Tahun 2018
6 Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 4,02
6.1. Kapasitas daya tampung sekolah memadai 4,41
6.1.1. Memiliki kapasitas rombongan belajar yang sesuai dan memadai
6.1.2. Rasio luas lahan sesuai dengan jumlah siswa 6,24
6.1.3. Kondisi lahan sekolah memenuhi persyaratan 6,93
6.1.4. Rasio luas bangunan sesuai dengan jumlah siswa 3,23
6.1.5. Kondisi bangunan sekolah memenuhi persyaratan 6,13
6.1.6. Memiliki ragam prasarana sesuai ketentuan 2,33
6.2. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap 2,34
dan layak
6.2.1. Memiliki ruang kelas sesuai standar 5,68
6.2.2. Memiliki laboratorium IPA sesuai standar 0,02
6.2.3. Memiliki ruang perpustakaan sesuai standar 2,1
6.2.4. Memiliki tempat bermain/lapangan sesuai standar 0
6.2.10. Kondisi ruang kelas layak pakai 5,45
6.2.11. Kondisi laboratorium IPA layak pakai 0,02
6.2.12. Kondisi ruang perpustakaan layak pakai 0
6.2.13. Kondisi tempat bermain/lapangan layak pakai 6,93
6.3. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap dan 2,56
layak
6.3.1. Memiliki ruang pimpinan sesuai standar 2,16
6.3.2. Memiliki ruang guru sesuai standar 0,56
6.3.3. Memiliki ruang UKS sesuai standar 0,85
6.3.4. Memiliki tempat ibadah sesuai standar 0,11
6.3.5. Memiliki jamban sesuai standar 3,8
6.3.6. Memiliki gudang sesuai standar 0,23
6.3.7. Memiliki ruang sirkulasi sesuai standar
JENJANG SD
KABUPATEN JEMBRANA 39
Melihat indikator mutu tersebut sudah tentu data jumlah siswa setiap rombongan
belajar dipakai sebagai perbandingan dengan luas lahan sekolah. Setelah dicek di hasil
PMP indikator 6.1.4 hanya 6 sekolah yang memenuhi persyaratan tersebut, selebihnya
23 sekolah ada pada level SNP 1 dan 156 sekolah pada level SNP 2.
Analisis sub indikator 6.1.6 (Memiliki ragam prasarana yang memenuhi ketentuan)
yang datanya juga diambil dari data dapodik. Yang dipaki acuan dalammenentukan
PETA MUTU
40 PENDIDIKAN
Butir pertanyaan tersebut terdapat pada responden kepala sekolah, pengawas dan
guru.Untuk dapat menjawab dengan baik, dapat mencermati pada pedoman indikator
mutu sebagai berikut :
Dari 3 indikator yang terdapat dalam standar pembiyaan, capaian yang terendah
pada indikator 8.3 dengan nilai 4,17 (59,6%). Rendahnya indikator tersebut diakibatkan
oleh sub indikator 8.3.1 dengan nilai 0,11 (1,6%) . Adapun asal data adalah dari data
dapodik. Dari 185 sekolah dasar hanya 3 sekolah yang mengisi data keuangan sekolah
yang berasal dari APBD/APBN/Yayasan/sumber lain. Karena hal tersebut merupakan
kekurangan pengimputan data maka indikator tersebut bukan merupakan prioritas
analisis pada standar pembiayaan. Namun demikian sekolah diharapkan mengimput
data keuangan di dapodik secara tuntas untuk persiapan Pemetaan Mutu Pendidikan
tahun 2019. Analisis selanjutnya pada sub indikator 8.3.2. yaitu sekolah memiliki
laporan pengelolaan dana, yang capaiannya 6,1 (87,1%). Nilai indikator tersebut sudah
katagori M4 namun masih 122 sekolah belum mencapai SNP (data hasil PMP tahun
2018) Pada tabel konversi excel ditemukan bahwa data 8.3.2 diperoleh dari pengisian
instrumen PMP untuk jenjang SD. Setelah dilakukan analisis atas pertanyaan dan
kode sub indikator 8.3.2 adalah pertanyaan E8 ( pada komponen E yaitu komponen
pengelolaan pendidikan butir ke-8). Pertanyaan ini terdapat pada responden pengawas,
kepala sekolah, guru dan komite. Adapun pertanyaannya sebagai berikut :
PETA MUTU
44 PENDIDIKAN
dan akuntabel yang ditunjukan dalam RKAS. Disusun sesuai dengan kaidah-kaidah
pelaporan keuangan. Dilaporkan secara periodik kepada komite atau yayasan atau audit
secara internal dan eksternal. Sekolah tidak dapat melakukan kegiatan pendikdikan
secara teratur dan berkelanjutan sesuai standar nasional pendidikan.Terdapat biaya
yang tidak mendapatkan alokasi pendanaan.Rentan terhadap tuduhan tindak pidana
Kolusi,Korupsi,Nepotisma kepada bendahara dan kepala sekolah oleh pemangku
kepentingan. Penyebab tidak tercapainya standar mutu : Pengambilan keputusan dalam
pendanaan bersama pemangku kepentingan menimbulkan konflik internal. Kemampuan
pendidik/ tenaga kependidikan dalam pengelolan pendanaan terbatas.Beban kinerja
pendidik/tenaga kependikan yang diberi tugas sebagai bendahara terlalu banyak.
Sub-Indikator 2. Terdapat pelaporan pengelolan dana
Deskripsi : Memiliki pembukuan biaya operasional berupa buku kas umum yang
berisikan seluruh transaksi dengan didukung catatan dari buku pembantu, antara lain:
buku pembantu kas yang mencatat tiap transaksi tunai dan ditandatangani oleh bendahara
dan kepala sekolah. Buku pembantu bank yang mencatat tiap transaksi melului bank dan
ditandatangani bendahara bos dan kepala sekolah.Buku pembantu pajak yang mencatat
semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor pungutan dan penyetoran pajak
yang dipungut selaku wajib pungut pajak. Pertanyaan ini bertujuan untuk menanyakan
apakah sekolah dalam proses pembiyaan sudah mengatur alokasi dana yang bersumber dari
alokasi dana APBD/APBN/yayasan dan sumber lainnya, jika sudah melakukan hal tersebut,
berati sekolah sudah melaksanakan pengaturan alokasi dana dengan baik.
Dari resiko dan penyebab tersebut dapat dibuat rekomendasi pemenuhan mutu
sebagai perioritas adalah sebagai berikut :
1. Sekolah perlu menyusun SOP yang merujuk pada Peraturan Pemerintah,
Permendikbud sebagai acuan dalam penyusunan RKS/RKAS
2. Sekolah perlu melibatkan lebih aktif partisipasi komite sekolah dan Pendidik
dan tenaga kependidikan dalam pengelolaan pendanaan.
3. Peningakatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan dalam pendanaan
keuangan sekolah melalui pendidikan dan pelatihan
4. Sekolah perlu meningkatkan pelaporan keuangan kepada pemerintah dan
pemangku kepentingan dengan tepat waktu
Data dapodik dan data PMP merupakan sumber data utama untuk penyusunan peta
mutu pendidikan. Data dapodik di-entry oleh operator dapodik sesuai dengan kondisi
riil data satuan pendidikan melalui mekanisme sinkronisasi data sehingga menjadi
data yang upto-date. Data PMP dikumpulkan melalui perangkat instrument PMP diisi
oleh responden, divalidasi oleh pengawas sekolah, di-entry oleh operator, di agregasi
oleh system sehingga menghasilkan rapor mutu. Demikian panjangnya proses untuk
mendapatkan data mutu, maka sangat mungkin terjadi kesalahan prosedur sehingga
datanya menjadi bermasalah dan data mutunya juga bermasalah. Identifikasi masalah
PETA MUTU
46 PENDIDIKAN
Data yang digunakan untuk menyusun peta mutu pendidikan pada intinya berasal
dari 2 (dua) sumber utama yakni data yang berasal dari responden satuan pendidikan
melalui perangkat PMP dan data Dapodik yang diinput oleh operator dapodik satuan
pendidikan. Data PMP digunakan untuk memetakan mutu pendidikan Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian. Sedangkan
data dapodik digunakan untuk memetakan mutu pendidikan untuk Standar Sarana
dan Prasarana, Standar Pendidik dan tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan dan
Standar Pembiayaan.
Proses pengumpulan data melibatkan banyak responden dan proses sehingga sangat
memungkinkan terjadinya ketidak sesuaian data antara kondisi riil pada satuan pendidikan
dengan data yang diinput pada aplikasi dapodik maupun aplikasi PMP. Permasalahan
ketidak sesuaian data dapat disebabkan oleh komponen system yang error, komponen
pengimput data, dan komponen responden seperti yang dijelaskan pada point E diatas.
Terkait dengan ketidaksesuaian data masing-masing Standar Nasional Pendidikan pada
jenjang SD. di Kabupaten Jembrana disajikan pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14 Verifikasi dan Validasi Data Mutu
NO STANDAR DATA YANG BELUM SESUAI SOLUSI
1 Standar 1. Lulusan Memiliki Kompetensi 1. Mengumpulkan semua
Kompetensi pada dimensi Pengetahuan. dokumen pendukung
Lulusan (Pada dasarnya seluruh siswa terkait dengan kompetensi
yang telah dinyatakan lulus pasti sikap, pengetahuan dan
memenuhi syarat lulus yang keterampilan sebelum
didalamnya sudah mengandung mengisi perangkat PMP.
kompetensi sikap, penegtahuan 2. Dari segi kebutuhan
dan keterampilan) data dapat dilakukan
2. Memiliki pengetahuan faktual, analisis leger nilai siswa
prosedural, konseptual. terkait dengan persentase
(Seluruh siswa yang telah ketuntasan belajar. Terkait
mengikuti pembelajaran dan dengan meningkatkan
telah tuntas dalam setiap KD kompetensi metakognitif
memiliki kompetensi Faktual, siswa perlu dilakukan
konseptual dan procedural, perbaikan pembelajaran
tetapi mungkin belum memiliki di satuan pendidikan agar
kompetensi metakognitif. Hal ini berbasis HOTS
disebabkan oleh pembelajaran
yang dilakukan pada satuan
pendidikan belum semuanya
berbasis pembelajaran HOTS)
PETA MUTU
48 PENDIDIKAN
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
(SNP). Disamping itu Beban operasional sekolah juga telah sesuai dengan ketentuan.
Pada jenajng SD sekolah secara umum telah merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai ketentuan. Output sekolah rendah pada dimensi kompetensi
pengetahuan siswa. Hal ini dipengaruhi karena input yang belum optimal terpenuhi, dan
proses belum berjalan dengan baik. Sehingga pihak terkait perlu melakukan fasilitasi
peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil analisis capaian mutu, dan kesimpulan umum di atas bahwa
Peta Mutu Pendidikan menyediakan informasi mutu pendidikan Kabupaten Jembrana
dan dapat digunakan sebagai basis data untuk merancang program peningkatan
mutu pendidikan seluruh stakeholders pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
Pemahaman stakeholder pendidikan yang berkaitan dengan pengisian instrument PMP
belum maksimal dan optimal.
B. Rekomendasi
Program pemetaan mutu yang merupakan bagian dari siklus penjaminan mutu
pendidikan internal (SPMI) perlu dilakukan dengan persiapan yang optimal dan berbasis
data. Berkenaan dengan hal tersebut Seluruh stakeholder pendidikan di Kabupaten
Jembrana perlu memahami pentingnya hasil pemetaan mutu pendidikan,Seluruh
stakeholder pendidikan yang terlibat dalam pengisian instrument PMP perlu
meningkatkan pemahaman tentang instrument PMP dengan baik, Seluruh stakeholder
pendidikan Kabupaten Jembrana perlu menjadikan hasil Pemetaan Mutu Pendidikan
sebagai basis data pengembangan pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Hasil pemetaan mutu merupakan bahan dasar dalam menyusun perencanaan
pemenuhan mutu. Melalui pemetaan mutu dapat diperoleh kekuatan dan kelemahan
satuan pendidikan. Kelemahan yang dimiliki satuan pendidikan perlu dianalisis
dalam bentuk analisis akar masalah sehingga dapat direkomendasikan kepada pihak
terkait menjadi program yang lebih inovatif yang dibutuhkan untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat diupayakan melalui berbagai
kegiatan fasilitasi peningkatan mutu, seperti: penataran, seminar, pendidikan pelatihan
ataupun workshop. Melalui berbagai kegiatan tersebut dapat dikenalkan inovasi-
inovasi pembelajaran, karena inovasi adalah sebagai suatu kebutuhan. Pengembangan
bahan ajar, pengembangan strategi dan metode pembelajaran, pengembangan media
pembelajaran, sistem penilaian, evaluasi, dan asesmen telah menjadi menu utama
dunia pendidikan.
Upaya peningkatan mutu yang dapat membawa perubahan harus dilakukan
perbaikan yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen dan proses oleh satuan
pendidikan, dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota, dan lembaga penjaminan mutu
pendidikan.
PETA MUTU
52 PENDIDIKAN
DAFTAR PUSTAKA